Laporan Praktikum SKP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL OBSERVASI SANITASI KAWASAN PESISIR DESA GALESONG BARU, KECAMATAN GALESONG, KABUPATENTAKALAR



Disusun Oleh: KELOMPOK 1 KELOMPOK 2



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI D-IV TAHUN 2021



HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM SANITASI KAWASAN PESISIR



Disusun dan diajukan oleh: KELAS II B / ALIH JENJANG



Telah Diperiksa dan Disahkan Oleh Tim Pengampuh Mata Kuliaj



Makassar, 24 Juni 2021 Dosen Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah



Pembimbing



Hidayat, SKM.,M.Kes



Erlani, SKM.,M.Kes



NIP. 19621221 198303 1 004



NIP. 19661231 199103 1 025 Dosen Pembimbing



La Taha, SKM.,M.Kes NIP. 19620404 198501 1 001



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga “Laporan Sanitasi Kawasan Pesisir (SKP)” ini bisa disusun dan diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Judul laporan ini adalah Laporan Praktikum Lapangan Sanitasi Kawasan Pesisir Desa Galesong Baru,Kec. Galesong Kab. Takalar. Tersusunya laporan ini, tentu atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kami kepada Bapak Hidayat, SKM.,M.Kes, Bapak Erlani, SKM, M.Kes dan Bapak La Taha, SKM.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Sanitasi Kawasan Pesisir yang telah membantu dan membimbing kami. Ucapan terima kasih kami juga kepada Ibu TRESNA NISWATI, S.Pd selaku Kepala Desa Galesong Baru beserta jajarannya yang telah memberikan kami izin untuk melakukan observasi di Desa Galesong Baru. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh masyarakat Desa Galesong Baru yang telah menerima kami dengan baik dan telah meluangkan waktunya untuk kami mengobservasi sanitasi rumahnya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih baik dan bermanfaat.



Makassar, 24Juni 2021



Penulis



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………………i HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………ii KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….iv BAB IPENDAHULUAN …………………………………………………………...1 A.



Latar Belakang ……………………………………………………………...1



B.



Tujuan ……………………………………………………………………….3



C.



Manfaat ……………………………………………………………………..3



BAB IITINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………4 BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………9 BAB IVPENUTUP ………………………………………………………………..13 A.



Kesimpulan ………………………………………………………………..13



B.



Saran ………………………………………………………………………13



DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..14 LAMPIRAN ……………………………………………………………………….16



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir sebagian besar merupakan masyarakat nelayan memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan keterkaitannya yang erat dengan karakterstik ekonomi wilayah pesisir, latar belakang budaya dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Pada umumnya masyarakat pesisir mempunyai nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam, sehingga teknologi memanfaatkan sumber daya alam adalah teknologi adaptif dengan kondisi wilayah pesisir. Menurut Kusnadi (2003:83) masyarakat di pesisir pantai merupakan nelayan tradisional dengan penghasilan rendah dan tergolong keluarga miskin yang disebabkan oleh faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada hasil tangkapan dan bersifat musiman, serta faktor non alamiah berupa keterbatasan tehnologi alat penangkap ikan, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga. Rendahnya pendapatan keluarga berdampak terhadap ketersediaan pangan keluarga, dan kurang pedulinya terhadap sanitasi lingkungan pesisir. Menurut Notoatmomodjo (2007:75), sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Bentuknya tadari implementasi kebijakan tersebut Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang strategis nasional STBM dengan target utama menurunkan angka kesakitan penyakit berbasis lingkungan termasuk pada daerah pesisir (Depkes RI, 2008). Permasalahan yang sering timbul di wilayah pesisir yakni rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan rendahnya kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah tercermin dari kualitas lingkungan dan rumah yang mereka tingggal. Lingkungan yang buruk dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-aspek yang berpengaruh pada kualitas hunian tersebut seperti jaringan air bersih, drainase, persampahan, fasilitas jamban. Keberadaan jamban merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penciptaan kualitas lingkungan yang sehat. Hal ini dikarenakan oleh limbah yang ditimbulkan dari jamban tersebut apabila tidak dibuang pada tempat yang disediakan maka dapat menurunkan kualitas dari



lingkungan serta menimbulkan berbagai penyakit yang berpengaruh pada kesehatan. Untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari kualitas lingkungan tersebut, perlu ditingkatkan akses sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 tentang peningkatan sanitasi dasar secara berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air besar di sembarang tempat. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Pada prinsipnya lingkungan merupakan salah satu determinan terhadap terjadinya masalah kesehatan. Menurut Hendrik L. Blum yang dikutip Notoadmodjo (2007) masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Lingkungan mempunyai peranan penting dalam membentuk pola penyakit, oleh karena penyakit merupakan perpaduan antara gangguan alamiah, bahan kimia, faktor biologis dan faktor sosial budaya. Gangguan fisik dapat berupa temperatur, perubahan cuaca, kekeringan dan sebagainya. Dari bahan kimia dapat berupa gas-gas berbahaya. Dari faktor-faktor biologis dikenal adanya mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia, sedangkan faktor budaya berkaitan dengan kebiasaan hidup manusia termasuk di dalamnya kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan (Prasetya, 2009). Sanitasi lingkungan meliputi aspek-aspek yang sangat luas yang hampir mencakup sebagian besar kehidupan manusia. Secara umum defenisi sanitasi lingkungan menurut Slamet (2002), bahwa sanitasi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut. Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).



B. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan sanitasi kawasan pesisir ini yaitu : untuk mengetahui kondisi sanitasi pemukiman di kawasaan pesisir Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. C. Manfaat Adapun manfaat yang didapatkan oleh mahasiswa, yaitu : 1. Dapat mengerahui kondisi pemukiman di kawasan pesisir Desa Galesong Baru. 2. Dapat mengetahui komponen rumah yang memenuhi standar penilaian rumah sehat.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. SanitasiLingkungan 1. Definisi Sanitasi Ehler dan Steel mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata rantai penularan penyakit (Echols, 2003) Sedangkan menurut Azawar mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang metikberatkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor liingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Anwar, 1990). 2. Definisi Lingkungan Pengertian lingkungan bahwa semua benda dan kondisi, termasuk manusia dan kegiatan mereka, yang terkandung dalam ruang di mana manusia dan mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraanmanusia dan badan-badan hidup lainnya (Darsono, 1995). Sedangkan menurut Munadjat Danu saputro arti lingkungan adalah seluruh benda dan daya serta keadaan termasuk yang ada di dalamnya manusia dan segala tingkah perbuatannya yang berada dalam ruang dimana manusia memang berada dan mempengaruhi suatu kelangsungan hidup serta pada kesejahteraan manusia dan jasah hidup yang lainnya. 3. Sanitasi Lingkungan Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembungan air kotor (air limbah), kandang dan sebagainya (Anwar, 1999). Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat dihindari. Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna (Azwar, 1990) Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2007).



Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusno putranto adalah usaha kesehatan yang menitikberatkan pada usahapengendalianfaktorlingkunganfisik yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembanganfisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Kusnoputranto, 2003). Menurut WHO, sanitasi lingkungan adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan halhal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2003). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan industri yang efisien, perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman; rumah yang bersih dan aman. Dari definisi tersebut, 8 tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraan juga akan berkurang. Karena itu upaya sanitasi lingkungan menjadi penting dalam meningkatkan kesejahteraan (Setiawan, 2008). Sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengendalian/kontrol pada faktor lingkungan manusia seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



pengawasan



dan



Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusiabersih dan sehat. Pembuangan kotoran manusia, air buangan dan sampah. Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih. Makanan (susu) menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat. Anthropoda binatang pengerat dan lain-lain. Kondisiudarabebasdaribahan-bahan yang berbahayadarikehidupanmanusia. Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya bebas dari bahaya-bahaya Sesuai dengan pengertian tersebut, maka sanitasi berkaitan langsung dengan lingkungan hidup manusia di dalamnya.



Lingkungan adalah sesuatu yang berada disekitar manusia secara lebih teperinci dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok : a. Lingkungan Fisik, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tanah dan udara serta interaksi satu sama lainnya diantara faktor-faktor tersebut. b. Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua organisme hidup baik binatang, tumbuhan maupun mikroorganisme kecuali manusia sendiri. c. Lingkungan sosial yaitu termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, kebudayaan dan psikososial. Berdasarkan kategori di atas dapat pula diartikan bahwa lingkungan adalah kumpulan dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan dari suatu organisme hidup manusia. (Riyadi, 2004). 4. Kawasan Pesisir Wilayah pantai/ pesisir mempunyai karakter yang spesifik. Wilayah ini merupakan agregasi dari berbagai komponen ekologi dan fisik yang saling terkait dan saling mempengaruhi, serta secara ekologis sangat rapuh. Sebagaimana telah disinggung di depan bahwa pembangunan sumber daya alam yang tidak memperhatikan prinsipprinsip ekologi akan sangat mudah merusak proses atau berfungsinya ekosistem pantai . (Patton,1986) Salah satu fungsi kawasan pesisir adalah sebagai area pemukiman bagi penduduk yang berprofesi sebagai nelayan atau bergerak disektor kelautuan, seperti petani rumput laut dan sejenisnya. Sebagai kawasan pemukiman, maka kawasan pesisir juga harus memenuhi syarat-syarat sebuah kawasan pemukiman, terutama tersedianya sarana dan fasilitas kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu syarat utama dalam sebuah kawasan pemukiman. Syarat kesehatan lingkungan untuk sebuah kawasan pemukiman baik adalah tersedianya akses dari warganya terhadap penyediaan air bersih dan sarana sanitasi. Akses terhadap air bersih dan sarana sanitasi yang memenuhi syarat merupakan faktor utama dalam menunjang kesehatan masyarakat yang bermukim dikawasan tersebut. Sanitasi adalah upaya mengontrol faktorfaktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat. (A.Azrul,1996) Untuk mencapai derajat kesehatan yang baik maka sangat ditentukan oleh tersedianya tempat tinggal yang sehat. Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat



untuk beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. (Kasjono, 2004). Berdasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007 . Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Adapun indikator yang diteliti yaitu: a. Komponen Konstruksi Rumah. Komponen ini mencakup langit-langit, dinding, lantai jendela, kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap dapur pencahayaan. b. Sarana Sanitasi Meliputi sarana air bersih, jamban, SPAL, sarana tempat sampah. c. PerilakuPenghuni.Perilakuyangdiamatimembuangsampahketempatsampah .



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Juni 2021 Lokasi



: Desa Galesong Baru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar



Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di permukiman Kawasan pesisir Desa Galesong Baru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar maka diperoleh data sebagai berikut : Tabel 3 Hasil ObservasiRumahSehat No . 1. 2.



Lokasi



Total Keluarga



Kategori



Kategori



Dusun Suli Dusun Pa’lalakkang Jumlah



(KK) 103 96 199



Sehat _ 4 4



TidakSehat 103 92 195



Hasil penilaian per rumah : Sehat



= 1.068-1.200



TidakSehat =< 1.068



B. Pembahasan 1. Komponen Rumah Berdasarkan hasil inspeksi kawasan pesisir pantai di desa Galesong Baru diketahui komponen yang diobservasi adalah komponen rumah yang terdiri dari pemeriksaan langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap didapur, dan pencahayaan. Langit-langit merupakan salah satu pelindung dalam ruang guna terhindar dari paparan debu atau kotoran secara langsung. Observasi pada komponen langit-langit di lokasi tersebut menggambarkan bahwa terdapat langit-langit pada rumah penduduk. Dinding pada lokasi tersebut bertipe semi permanen atau setengah tembok. Lantai



rumah kriterianya plasteran atau kedap terhadap air. Komponen jendela kamar dan jendela ruang tamu pada lokasi tersebut hampir 99% memiliki jendela. Kemudian ventilasi udara juga sangat perlu diperhatikan sebab ventilasi udara adalah bagian dari rumah yang berfungsi sebagai saluran udara dimana udara dapat mengalir dengan baik dari luar dan kedalam rumah. Ventilasi yang kurang dari 10% dari luas lantai dan kondisinya terdapat debu atau kotoran dapa tmenyumbang dampak buruk bagi kesehatan seperti memicu terjadinya peningkatan virus, meningkatkan stres pada penghuni, rendahnya Oksigen (O2) didalam rumah, menyebabkan sinus, alergi, mual, dan menyebabkan penyakit Sick Building Syndrome (SBS). Dengan adanya ventilasi udara yang ada di dalam rumah akan tergantikan secara terus menerus oleh udara dari luar melalui ventilasi tersebut. Berdasarkan observasi pada komponen lubang dapur diketahui bahwa rumah di kawasan pesisir sangat minim lubang dapur, sehingga menyebabkan penerangan gelap dan timbulnya bau gas hasil dari proses aktivitas memasak. Lubang dapur memiliki kesamaan dengan ventilasi ruang tamu tetapi fungsi yang berbeda. Lubang dapur berfungsi memberikan penerangan saat memasak, dan pertukaran udara. Dampak yang ditimbulkan dapat memicu terjadinya sesak nafas, insfeksi saluran pernafasan akut dan memicu pertumbuhan jamur, virus dan bakteri. Dengan demikian, rumah sangat penting memiliki ventilasi atau lubang yang ada didapu, ruang tamu, maupun didalam ruang-ruang lainnya. 2. Sarana Sanitasi Berdasarkan hasil observasi di desa Galesong Baru mengenai sarana sanitasi masyarakat dari segi sumber air bersih masyarakat desa masing-masing sudah memiliki sumber air bersih sendiri berupa sumur bor dan air PAM untuk kebutuhan sehari-harinya, namun dari segi kamar mandi atau tempat MCK masyarakat kebanyakan buang air besar di laut dikarenakan tidak tersedianya WC di rumah, selain itu fasilitas WC umum hanya beberapa saja sedangkan jumlah masyarakat yang tidak memiliki wc pribadi lebih banyak dari jumlah wc umumyang tersedia. Sarana pembuangan sampah, seperti tempat sampah di rumah-rumah masyarakat juga sangat kurang serta tidak tersedianya tempat penampungan sampah umum atau motor kaisar pengangkut sampah mengharuskan masyarakat untuk membuang sampahnya di laut atau di bakar. Dari hasil observasi dan wawancara kecil dengan masyarakat setempat, masyarakat sangat membutuhkan sarana sanitasi berupa tempat sampah umum agar kemudian tidak membuang sampahnya lagi di laut. Kegiatan membuang di laut dan membakar sampah berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem, dimana dapat menimbulkan kerusakan pada biota laut, pencemaran air, serta timbulan sampah yang



mengapung dilaut yang merusak keindahan laut, selain itu aktivitas membakar sampah berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dapat menimbulkan pencemaran udara yang berakibat pada timbulnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Pada observasi ini masyarakat juga diberikan edukasi singkat mmengenai bahaya membuang tinja atau buang air besar sembarangan karena dapat mencemari air dan menimbulkan penyakit seperti penyakit kolera dan diare. 3. Perilaku Penghuni Berdasarkan hasil observasi di Desa Galesong Baru, mengenai perilaku penghuni dari masyarakat Desa tersebut bisa dikatakan masih kurang baik dalam hal pembuangan sampah, dimana setiap satu keluarga atau masyarakat Desa Galesong Baru memang memiliki tempat sampah di dalam rumah tetapi untuk pembuangan akhir sampahnya di laut yang berada di Desa tersebut, dikarenakan dengan berbagai alasan yang muncul yaitu seperti pengangkutan sampah daerah tersebut di bayar sebesar Rp2.000 - Rp5.000. Beberapa masyarakat mengatakan mau membayar hanya tukang pengangkut sampah tidak pernah datang sehingga masyarakat melakukan pembuangan sampah langsung di laut. Dan untuk masyarakat yang lainnya mereka tidak mau membayar dikarenakan kondisi ekonomi yang lemah sehingga mereka membuang sampahnya langsung di laut. Hal ini tentunya jika sampah yang di buang kelautan berupa sampah organik akan menjadi sumber makanan bagi biota perairan tetapi juga akan mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga organisme atau populasi yang dapat hidup dalam kondisi tersebut bisa berkurang dan dapa tmencegah berlangsungnya fungsi biologi perairan secara normal, akan tetapi jika sampah yang dibuang itu berupa sampahan organik akan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen dalam lingkungan perairan karena dapat mengurangi sinar matahari yang masuk sehingga dapat menghambat terjadinya proses fotosintesis. Selain hal tersebut kejadian stunting dengan kualitas air laut sangat berkaitan. Kualitas air laut yang buruk juga bisa menyebabkan penyakit seperti diare hingga penyakit kulit.



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan



Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sanitasi permukiman Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar kurang baik. Rata-rata rumah yang ada di Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar tidak sehat, dimana hanya 4 KK yang didapatkan rumahnya sehat, dimana hasil penilaiannya >1.068, sementara rumah yang lainnya ˂ 1.068, karena adanya beberapa komponen rumah yang tidak memenuhi syarat.



B. Saran Sebaiknya masyarakat Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar membuat bak sebagai sarana pembuangan air limbah lalu dialirkan keselokan tertutup, dan untuk pemerintah setempat sebaikanya menyediakan fasilitas tempat sampah sementara agar sampah masyarakat tidak berserakan dan di buang ke laut.



DAFTAR PUSTAKA



http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-1-13201-811408015-bab113082012012237.pdf http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-1-13201-811408094-bab115082012123943.pdf Rudi Balaka, T. S. (2019). Gambaran Sanitasi di Daerah Pesisir. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 7, 167-171. Tolondang, A. S. (2021). GAMBARAN SANITASI LINGKUNGAN PESISIR DI DESA WATULINEY. Jurnal KESMAS, 10, 1-8.



http://suara.com/lifestyle/2021/02/18/181512/ini-deretan-masalah-sampah-di-daratdan-air-yang-bisa-menyebabkan-penyakit#aoh=16244968212789&referrer=https %3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s https://dplh.sulselprov.go.id/berita/dampak-sampah-terhadap-ekosistemperairan/#:~:text=Tentunya%20jika%20sampah%20yang%20di,dapat%20mencegah %20berlangsungnya%20fungsi%20biologi



dphl-sulsel.2020. DampakSampahTerhadapEkosistemPerairan. 2. https://dplh.sulselprov.go.id/berita/dampak-sampah-terhadap-ekosistemperairan/#:~:text=Tentunya%20jika%20sampah%20yang%20di,dapat%20mencegah %20berlangsungnya%20fungsi%20biologi diaksss pada tanggal 24 Juni 2021. Kasim, DSY. 2012. Faktor-faktor Yang MempengaruhiRendahnyaPenggunaanJamban Pada Masyarakat PesisirDesaBulontio Barat KecamatanSumalataKabupaten Gorontalo Utara. http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-1-13201-811408015-bab113082012012237.pdf. Diakses pada tanggal 25 juni 2021. Rudi Balaka, T. S.2019. Gambaran Sanitasi di Daerah Pesisir. JurnalIlmiah Teknik Sipil, 7, 167-171 diakses pada tanggal 25 Juni 2021. Taib, SSJ. 2012. Bagaimana Gambaran SanitasiLingkungan Masyarakat Daerah Pesisir Pantai di Kecamatan Bone Kabupaten Bone BolangoTahun 2012.



http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-1-13201-811408094-bab115082012123943.pdf. Diakses pada tanggal 25 juni 2021. Tolondang, A. S. 2021 GAMBARAN SANITASI LINGKUNGAN PESISIR DI DESA WATULINEY. Jurnal KESMAS, 10, 1-8 diakses pada tanggal 25 Juni 2021.



LAMPIRAN



Tidak Menggunakan Langit-langit



Dinding permanen



Menggunakan Langitlangit



Dinding Seng



Lantai papan dan dinding papan



Dinding Lantaisemi tanah permanen



Lantai keramik



Lantai plasteran



Jendela



Jendeladepan rumah dan samping rumah



ventilasi



Jendela tanpa ventilasi



Pencahayaan kurang (tidak ada jendala)



Dapur