15 0 342 KB
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BIOTA AIR
OSMOREGULASI
NAMA STAMBUK KELOMPOK ASISTEN
: YULIANI : L221 12 605 : I (SATU) : 1. ZULFIANA 2. ASNAWIAH 3. GUSTINA B.
LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIR JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Oleh karena luas bidang fisiologi, maka dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus, diantaranya yaitu fisiologi hewan air dalam hal ini ikan. Fisiologi ikan dapat diartikan sebagai ilmi yang mempelajari fungsi dan kegiatan kehidupan zat organisme dan fenomena fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan. Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,2004). Osmoregulasi
adalah
proses
pengatur
konsentrasi
cairan
danmenyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organism hidup. Sedangkan pengertian osmoregulasi bagi ikan adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses-proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal (Homeostatis) (Nurul, ddk, 2011). Setiap organisme pada saat beraktivitas masing-masing melakukan adaptasi untuk dapat tetap bertahan hidup dalam lingkungannya. Bentuk adaptasi yang dilakukan organismepun berbeda, ada beberapa organisme yang bentuk adaptasinya dapat dilihat secara morfologi dan adapula yang beradaptasi secara fisiologi. Misalnya saja organisme perairan, organisme yang hidup diperairan tawar tentu memiliki bentuk adaptasi yang berbeda dan beberapa organ khusus yang digunakan dnegan berbagai cara (Palallo, 2010)
Osmoregulasi penting dilakukan terutama pada organisme perairan karena: (Fujaya, 2004). a) Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; b) Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat; c)
Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungannya. Karena itu, tidak ada organisme yang hidup pada air tawar tidak
melakukan osmoregulasi. Sedangkan, pada ikan air laut, beberapa diantaranya hanya melakukan sedikit upaya untuk mengontol makanan osmose dalam tubuhnya, misalnya ikan hiu karena cairan tubuhnya menyerupai air garam laut (Fujaya, 2004).
Tujuan Dan Kegunaan Tunjuan dari praktikum mengenai osmoregulasi yaitu untuk mengetahui tingkah laku dan adaptasi ikan, baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut yang dimana diuji pada media yang sama tetapi mempunyai kadar salinitas yang berbeda. Kegunaan dari praktikum mengenai osmoregulasi yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses osmoregulasi ikan air tawar, ikan air payau dan ikan air laut jika diuji pada kadar salinitas yang berbeda-beda (0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan 30 ppt).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nila (Orechromis niloticus) Klasifikasi Ikan Nila (Orechromis niloticus)
Gambar 1. Ikan nila Oreochromis niloticus Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Berikut ini klasifikasi nila selengkapnya : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Osteichthyes
Order
: Perciformes
Family
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus (www.zipcodezoo.com)
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis memang berbeda dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh nila memanjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawahdibandingkan dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat
sisi 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dada berwarna hitam. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman dan Khairul 2003). Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar. Habibat hidup ikan ini cukup beragam, bisa di sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam atau tambak. Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-380C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-370C.
Untuk
pertumbuhan dan
perkembangbiakan, suhu optimum
bagi ikan ni adalah 25-300C. Pertumbuhan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 140C atau pada suhu di atas 380C (Khairuman dan Khairul 2003). Selain suhu, factor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau kadar garam. Nila bisa tumbuh dan berkembangan biak di perairan dengan salinitas 0-29‰ (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh, tetapi tidak bisa bereproduksi di perairan dengan salinitas 29-35‰ (Khairuman dan Khairul 2003).
Ikan Mas Koki(Carassius auratus )
KlasifikasiIkan Mas Koki(Carassius auratus)
Gambar 3. Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Osteichthyes
Order
: Cypriniformes
Family
: Cyprinidae
Genus
: Carassius
Spesies
: Carassius auratus (www.zipcodezoo.com)
Ikan mas koki merupakan salah satu jenis ikan pajangan yang sangat populer.Banyak penggemar jenis ikan mas koki karena melihat tubuhnya yang aneh dan sulit digambarkan sehingga banyak orang mengatakan sebagai fantastic Ikan mas koki ini termasuk ikan yang lamban geraknya sehingga di dalam
akuarium
sering
menjadi
korban
bulan-bulanan
ikan
lainnya
(Paridi, dkk, 2011). Sebenarnya jenis ikan mas koki yang asli tidaklah semenarik ikan mas koki yang kita kenal sehari hari. Ikan mas koki bentuk dasarnya tidak berbeda dengan ikan mas koki biasa. Daya tariknya hanya terletak pada warna merah menyala yang membentang dari pangkal ekor sampai leher (Paridi, dkk, 2011). Tetapi, secara keseluruhan bentuk dan warnanya tidak berbeda dengan ikanmas pada umumnya. Ikan mas ini disebut juga dengan nama goldfish. Dan, di dalam sebuah akuarium, ikan mas koki terlihat begitu elok sebagaimana namanya goldfish (ikan mas) (Paridi, dkk, 2011). Ikan maskoki dapat tumbuh hingga mencapai 23 inch (53 cm) dan maksimum mencapai berat 9.9 pounds (4.5 kg), namun hal ini sangat jarang terjadi; sebagian besar maskoki hanya mencapai separuh dari ukuran maksimal tadi dalam masa pertumbuhannya. Dalam kondisi yang optimal, maskoki mampu bertahan hidup hingga 40 tahun, tetapi sebagian besar maskoki umumnya hidup antara 6 – 8 tahun. Syarat hidup maskoki secara umum dapat dikatakan bahwa
maskoki termasuk ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai variasi kualitas air dan juga suhu (Paridi, dkk, 2011). Adanya
perubahan
kondisi
lingkungan
terutama
salinitas
akan
berpengaruh pada besaran energi yang dikonsumsi, yang dapat lebih besar atau lebih kecil dari pada energi yang dibelanjakan terutama untuk keperluan osmoregulasi.
Salinitas
merupakan
salah
satu
faktor
lingkungan
yang
berpengaruh pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme akuatik (Karim, 2007).
Ikan Giru (Amphiprion pelcuta)
Klasifikasi Ikan Giru (Amphiprion pelcuta)
Gambar 4. Ikan Mas giru (Amphiprion pelcuta) Kingdom
: animalia
Filum
: chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Famili
: Pomacentridae
Genus
: Amphiprion Premnas
Ikan
badut
merupakan
salah
satu
jenis
ikan
dari
subfamili
Amphiprioninae. Hampir semua jenis ikan dari sub famili tersebut hidup bersimbiosis dengan anemon laut. Anemone laut mempunyai peranan penting bagi siklus hidup ikan badut.Anemone laut memberikan perlindungan bagi ikan badut tersebut dari seranagn predator serta berperan penting dalam kesehatan ikan badut.Anemone laut dapat membersihkan kotoran atau bakteri yang menempel pada tubuh ikan badut. Oleh sebab itu, ikan badut yang hidup bersimbiosis dengan anemone laut akan lebih sehat dibandingkan dengan ikan badut yang tidak bersimbiosis dengan anemone laut. Parameter kesehatan ikan badut yang diamati adalah perubahan warna tubuh ikan, mata ikan, tingkah laku ikan (tingkat stress), serta bakteri yang menempel di tubuh ikan tersebut (Lubis, dkk, 2012). Amphiprion oscellarismerupakan salah satu spesies ikan yang berasal dari famili Pomacentridae.Secara umum ikan jenis ini berukuran kecil (panjang 4 -7 cm). Ikan ini memiliki warna tubuh merah-oranye kontras, tubuh lebar (tinggi), dan dilengkapi dengan mulut yang kecil. Sisiknya relatif besar dengan sirip dorsal yang unik.
Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar dalam proses
identifikasi mereka, disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk tubuh. Ciri fisik dari ikan ini adalah tubuh dihiasi dengan 3 garis warna putih dengan siluet hitam dan garis putih terletak dibagian pangkal kepala, badan/perut, dan pangkal ekor ((Lubis, dkk, 2012). Ikan jenis ini merupakan kelompok ikan hewan diurnal yaitu kelompok iakn yang sebagian besar aktivitasnya berlangsung siang hari, dan aktivitas terbesar
adalah
mencari
makan
dan
berenang
diantara
tentakel
anemon.Keinginan makan diperkirakan karena adanya rangsangan penglihatan terhadap onjek baik yang bergerak maupun tidak bergerak.Ikan ini memakan sisa makanan dari anemon, plankton, dan memakan tentakel anemone yang telah
mati Selain itu pula, ikan ini bersifat omnivorus. Akan tetapi walaupun ikan tersebut bersifat omnivorus, namun ikan ini cenderung memakan material yang bersifat hewani daripada alga.Oleh sebab itu, sebaiknya pakan ikan ini berupa potongan daging atau daging ikan ((Lubis, dkk, 2012). Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara difusi. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun karana kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi seperti halnya ikan potadrom dan oseanodrom tetap terjadi (kusrini, dkk, 2007). Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Dengan memberikan perlakuan salinitas diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam proses osmoregulasi (Yurisma, dkk, 2013). Salinitas atau kadar garam adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu kilogram air laut, dalam hal mana seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan yodium yang telah disetarakan dengan klor dan bahan organik yang telah dioksidasi. Secara langsung, salinitas media akan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Melalui praktikum ini, praktikan diajak untuk mengetahui kemampuan ikan dalam beradaptasi melalui proses osmoregulasi, terhadap perubahan lingkungan yang dimanipulasi dengan beberapa perlakuan salinitas (Sucipto, dkk. 2007).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum Osmotegulasi dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Maret 2014 pada pukul 13.20-15.30 WITA di Laboratorium Fisiologi Biota Air, jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Osmoregulasi dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Table 1. alat yang digunakan beserta fungsinya adalah sebagai berikut: No Alat Jumlah Fungsi 1 Refraktormeter 1 buah Sebagai alat Untuk mengukur kadar salinitas 2 Gelas ukur 1 buah Sebagai alat Untuk mengukur jumlah air 3 Toples kaca 12 buah Sebagai wadah sampel 4 Stopwatch 4 buah Sebagai alat Untuk menghitung waktu 5 Ember 1 buah Sebagai wadah saat pengenceran
Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsing adalah sebagai berikut: No Bahan Jumlah Fungsi 1 Ikan Mas Koki 12 ekor Sebagai sampel ikan air payau 2 Ikan Nila 12 ekor Sebagai sampel ikan air tawar 3 Ikan Giru 12 ekor Sebagai sampel ikan air laut 4 Air tawar 2000 ml Sebagai Media hidup ikan air tawar 5 Air laut 2000 ml Sebagai Media hidup air laut dan menin katkan Salinitas air 6 Air payau 6000 ml Sebagai Media hidup air laut dan menurunkan salinitas air 7 Tissue 1 bungkus Sebagai bahan Membersihkan alat
Prosedur Kerja Air tawar (0 ppt) Siapkan 3 buah toples, Kemudian masukkan air tawar sebanyak 2000 ml/toples ke dalam ketiga buah toples tersebut. Selanjutnya sampel dimasukkan
secara bersamaan.Tiga toples air tawar masing-masing diisi tiga ekor ikan air tawar. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit. Air payau (10 ppt) Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 10 ppt dengan volume air laut sebanyak 6.000 ml dengan penambahan air tawar sebanyak 4.000 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit. Air payau (20 ppt) Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml/toples yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 30 ppt sampai 20 ppt dengan volume air laut sebanyak 3.500 ml dengan penambahan air tawar sebanyak 2.500 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit. Air laut (30 ppt) Siapkan 3 buah toples. Kemudian masukkan air laut dengan salinitas 30 ppt sebanyak 2000 ml/toples ke dalam ketiga buah toples tersebut. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan.Tiga toples air tawar masing-masing diisi tiga ekor ikan air tawar. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3 kali 15 menit.
Analisis Data
Dalam analisis data, untuk pengenceran (molaritas) digunakan rumus :
M1 . V1 = M2 . V1
Keterangan : M1 = Konsentrasi garam terlarut awal (ppt) M2 = Konsentrasi garam terlarut yang diiginkan V1 = Volume pengenceran awal V2 = Volume pengenceran akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama praktikum, maka data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5. Tabel 3. Hasil Pengamatan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) No Salinitas Waktu Tingkah laku ikan Berenang aktif dan mengeluarkan 15 menit feses 0 ppt 1 30 menit Berenang aktif diatas permukaan Air tawar Berenang aktif diatas permukaan dan 45 menit membutuhkan oksigen Berenang aktif dan mengeluarkan 15 menit feses 10 ppt Masih berang aktif dan mengeluarkan 2 30 menit Air payau lebih banyak feses Pergerakan mulai pasif dan menguap45 menit guap 15 menit Berenang aktif dan naik kepermukaan Pergerakan mulai pasif dan tetap 20 ppt 30 menit 3 berada di permukaan Air payau Masih berada dipermukaan sambil 45 menit menguap-guap 15 menit Pergerakan pasif berada didasar air Masih berenang pasif berada didasar 30 ppt 30 menit 4 air Air laut Mulai melemah dan pergerakan tidak 45 menit normal
Ikan Mas Koki ( Carassius auratus) Tabel 4. Hasil Pengamatan Ikan Mas Koki ( Carassius auratus) No Salinitas Waktu Tingkah Laku 15 menit 1
0 ppt Air tawar
30 menit 45 menit 15 menit
2
10 ppt Air payau
30 menit 45 menit 15 menit
3
20 ppt Air payau
30 menit 45 menit 15 menit
4
30 ppt Air laut
30 menit 45 menit
Aktif berenag didasar air Aktif didasar air dan mengeluarkan feses Pergerakan masih aktif didasar dan stabil Berenag aktif di prmukaan Berenag mulai pasif dan mengeluarkan feses Pergerakan mulai lambat dipermukaan dan mengalami stress Pergerakan sangat cepat dan gesit Masih berenang cepat dan mengeluarkan feses. Pergerakannya mulai pasif dan tidak tenang Berenang sangat lambat dipermukaan 2 ekor mengapung di atas permukaan dan tidak stabil, 1 ekor ikan mati Ketiga ikan ekor mati. Warna air semakin menjadi keruh
Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) Tabel 5. Hasil Pengamatan Ikan Giru (Amphprion ocellaris) No Salinitas Waktu Tingkah Laku 15 menit Bereang aktif di permukaan 0 ppt 30 menit Pergerakan lambat dan lemas di dasar 1 Air tawar air 45 menit Pergerakan sangat pasif didasar air 15 menit Berenang aktif didasar Berenang aktif dsn mulai naik ke 10 ppt 30 menit 2 permukaan Air payau Berenang sedikit lambat dan mulai 45 menit stres 15 menit Pergerakannya cepat dan gesit 20 ppt 3 30 menit Berenang aktif didasar Air payau 45 menit Tetap berenang aktif didasar dan stabil Bergerak aktif di dasar air dan 15 menit pergerakan stabil 30 ppt 30 menit Bergerak aktif dan stabil 4 Air laut Masih bergerak aktif didasar air dan 45 menit tetap stabil
Pembahasan
Ikan Nila(Oreochromis niloticus) Air Tawar (0 ppt) Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang dimasukkan kedalam air tawar 0 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan mengeluarkan feses, pada 15 menit kedua berenang aktif diatas permukaan dan pada 15 menit ketiga berenang aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen. Hal ini dikarenakan ikan
nila mampu beradaptasi dengan lingkungan
yang salinitas 0 ppt dan terhadap perubahan air, ia dapat hidup di air tawar dan di air payau karena ikan nila habitatnya ada yang disungai, danau, dan danau. Air Payau (10 ppt) Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang dimasukkan kedalam air tawar 10 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan mengeluarkan feses, pada 15 menit kedua masih berang aktif dan mengeluarkan lebih banyak feses dan pada 15 mneit ketiga Pergerakan mulai pasif dan menguap-guap. Hal ini menunjukkan bahwa organisme ini dapat hidup dan bertahan pada air dan salinitas 10 ppt, sehingga ikan air payau bila memasuki daerah estuaria yang memiliki kadar garam sama dengan plasma darah ikan, maka semua organ-organ akan menurun aktifitasnya sehingga ikan ini mampu beradaptasi dengan lingkungan baru (Fujaya, 2008) Air Payau (20 ppt) Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang dimasukkan kedalam air tawar 20 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan naik kepermukaan,
pada 15 menit kedua Pergerakan mulai pasif dan tetap berada di permukaan dan pada 15 menit ketiga Masih berada dipermukaan sambil menguap-guap `
Hal ini menunjukkan bahwa, ikan nila masih tidak mengalami hambatan
mengenai perubahan salinitas karena ikan nila termasuk eurihaline yiatu sifat organisme yang mampu mentolerir perubahan salinitas. Air Laut 30 (ppt) Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang dimasukkan kedalam air tawar 30 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama Pergerakan pasif berada didasar air, pada 15 menit kedua Masih berenang pasif berada didasar air dan pada 15 menit ketiga Mulai melemah dan pergerakan tidak normal hal ini menyebab kan bahwa ikan nila pada salinitas 30 ppt tidak mampu beradapatasi karena habitat asli ikan nila itu di air payau. Teleostei potadrom (ikan air tawar) yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan ion-ion keluar kelingkungan dengan cara difusi. Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat mengurangi dengan cara membuangnya dalam bentuk urin (Fujaya, 2008). Ikan Mas Koki(Carrasius auratus). Air tawar (0 ppt) Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan mas koki carrsius auratus yang dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan ikan aktif didasar air, pada 15 menit kadua ikan mas koki masih bergerak dengan aktif dan
mengeluarkan feses, dan pada 15 menit ketiga tingkah laku ikan masih normal dan pergerakan aktif dan stabil di dasar. Poses osmoregulasi pada ikan mas koki berjalan dengan normal dan terjadi keseimbangan antara subtansi tnubuh dan lingkungannya serta habitat asli ikan mas koki memang diair tawar dan dapat disimpulkan bahwa salinitas 0 ppt itu cocok untuk habitat ikan mas koki. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (2008) yang menyatakan bahwa teleostei air tawar bersifat hiprosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Air Payau (10 ppt) Berdasarkan hasil pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 10 ppt, pada 15 menit pertama ikan mas koki berenang aktif di permukaan, 15 menit kedua pergerakan mulai pasif dan mengeluarkan feses, dan 15 menit ketiga Pergerakan mulai lambat dipermukaan dan mengalami stress. Pada keadaan ini, ikan mas koki tidak dapat mentolerir perubahan salinitas.
Sehingga
ikan
mas
koki
termasuk
stenohaline
yaitu
sifat
organisme yang kemampuannya terbatas dalam mentolerir perubahan salinitas. Hal ini sesuai bahwa ikan air tawar bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Untuk mengimbangi kekurangan ion-ion dalam tubuh, maka ikan membutuhkan oksigen dengan cara mengambil di udara agar pergerakan darah yang membawa ion-ion dalam tubuh dapat berjalan lancar (palallo, 2010). Air Payau (20 ppt) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada salinitas 20 ppt, pada 15 menit pertama Pergerakan sangat cepat dan gesit, 15 menit kedua Masih
berenang cepat dan mengeluarkan feses., dan pada 15 menit ketiga Pergerakannya mulai pasif dan tidak tenang. Hal ini terjadi karena tidak ikan mas koki tidak dapat mentolerir perubahan salinitas yang semakin meningkat . Unntuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali dan akan memproduksi sejumlah urine sehingga dapat menyebabkan dehidrasi (Fujaya, 2008). Air Laut (30 ppt) Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 30 ppt, pada 15 menit pertama berenang sangat lambat dipermukaan, 15 menit kedua 2 ekor mengapung di atas permukaan dan tidak stabil, 1 ekor ikan mati, dan pada 15 menit ketiga Ketiga ikan ekor mati. Warna air semakin menjadi keruh. Hal ini menyebabkan Hal ini disebab kan ikan-ikan potadrom (ikan air tawar) yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat mengurangi dengan cara membuangnya dalam bentuk urin (Fujaya, 2008). Ikan Giru(Amphiprion lamprichii) Air Tawar (0 ppt) Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 0 ppt, pada 15 menit pertama bereang aktif di permukaan, pada 15 menit kedua Pergerakan lambat dan lemas di dasar air dan pada 15 menit ketiga Pergerakan sangat pasif didasar air.
Hal ini menandakan bahwa ikan nemo pada dasarnya itu memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi karena ikan nemo lebih banyak mengeluarkan air dari kulitnya dan mampu menyerap garam-garam masuk kedalam tubuhnya melalui proses difusi (Fujaya, 2008). Air Payau (10 ppt) Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 10 ppt, pada 15 menit pertama berenang aktif didasar, pada 15 menit kedua berenang aktif dsn mulai naik ke permukaan dan pada 15 menit ketiga Berenang sedikit lambat dan mulai stres. Hal ini terjadi karena cairan tubuh secara alami akan mengalir dari dalam tubuh ikan air laut sehingga ikan air laut mengeluarkan garam garam dari kulit dan masuk melalui mulutnya. Air Payau (20 ppt) Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 20 ppt, pada 15 menit pertama pergerakannya cepat dan gesit, pada 15 menit kedua berenang aktif didasar dan pada 15 menit ketiga Tetap berenang aktif didasar dan stabil.Hal ini terjadi karena ikan nemo dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan yang baru dan salinitas 20 ppt sudah cukup[ baik untuk ikan nemo. Air Laut (30 ppt) Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas 20 ppt, pada 15 menit bergerak aktif di dasar air dan pergerakan stabil, pada 15 menit kedua Bergerak aktif dan stabil dan pada 15 menit ketiga Masih bergerak aktif didasar air dan tetap stabil. Hal ini terjadi karena ikan nemo pada habitatnya diair laut, sehingga ikan nemo mampu bertahan di air laut dan memliki daya tahan tubuh yang baik untuk beradaptasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikun yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Ikan mas koki (Carrsius auratus) merupakan ikan air tawar yang membutuhkan energi yang besar untuk dapat mentolerir kondisi salinitas yang berbeda dari habitat biasanya, Ikan nila (Oreocromis niloticus) merupakan ikan yang hidup pada estuaria sehingga ia termasuk dalam euryhaline karena kemampuan tubuhnya untuk beradaptasi dengan salinitas yang berbeda. Ikan giru (Amphipron lamprchii) merupakan ikan yang mampu beradaptasi dengan habitat yang salinitasnya di bawah 30 ppt.
Saran Laboratorium Laboratorium sebaiknya memberikan bahan dan peralatan yang lebih lengkap untuk memperlancar percobaan yang akan dilakukan. Asisten 1) Zulfiana Sebaiknya kakak ada pada saat praktikum dilaksanakan agar kaki lebih bisa mengenal kakak.
2) Asnawia Sebaiknya kakak lebih banyak menjelakan dan memeberi arahan pada saat praktikum dilaksanakan. 3) Gustina Sebaiknya kakak senyum-senyum sedikit pada saat asistensi
Lampiran
a. Untuk air payau (10 ppt) Dik:
M1
= 30 ppt
V1
= 2.000 ml
M2
=10 ppt
V2
=....?
Penyelesaian M1 . v1
= M2 . V2
30 . 2000
= 10 . V2
V2
= 60.000/10
V2
= 6.000n ml
Untuk penambahan air tawar V2 – V1 = 6.000 – 2.000 = 4.000 ml b. Untuk air payau (20 ppt) Dik:
M1
= 30 ppt
V1
= 2.000 ml
M2
= 20 ppt
V2
=....?
Penyelesaian M1 . v1
= M2 . V2
30 . 2000
= 20 . V2
V2
= 60.000/20
V2
= 3.000n ml
Untuk penambahan air tawar V2 – V1 = 3.000 – 2.000 = 1.000 ml
DAFTAR PUSTAKA
Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Tehnik Perikanan. Penerbit Rineka cipta: Jakarta. Khairuman dan Khairul. 2003. Sumber Daya 15 Ikan Air Tawar Ekonomis. Penerbit agromedia,jagakarsa. Jakarta selatan. Nurul C, A. 2011. Sistem Osmoregulasi Pada Ikan. Universitas Diponegoro. Semarang. Palallo, A. 2010. Osmoregulasi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Paridi, dkk. 2011. Ikan Mas Koki. Fakultas Pertanian. Universitas Mataram. Mataram. Sucipto, dkk. 2007. Fisiologi Hewan Air. Insitut Pertanian. Bogor. Susilowati, D. 2012. Osmoregulasi Hewan Air. Yurisma, 2013. Pengaruh Salinitas yang berbeda terhadap Laju Komsumsi oksigen ikan gurame skala laboratorium. Surabaya. Yusri, K. 2007. Kajian Osmoregulasi Kepiting Bakau (scylla serrata. Forsskal) Pada Salinitas Berbeda. Universitas Hasanuddin. Makassar.