4 0 161 KB
LEMBAR KERJA TUGAS PRAKTIKUM IKHTIOLOGI =========================================== NAMA / NIM
: Naila Dwi
Rahmasari/142011233090 KELAS /KELOMPOK
: E-
THP/Kelompok 7 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------Praktikum Ke-
VIII
Tanggal
: Kamis, 19 November 2020
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Praktikum
: Osmoregulasi Ikan
Tujuan Praktikum :
Untuk mempelajari osmoregulasi ikan
Untuk dapat mengetahui dan menghitung mortalitas ikan
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu
perikanan Alat dan Bahan Alat
:
Wadah
Pisau
Gunting
Bahan :
Ikan betook (Anabas testudineus) Ikan komet (Carassius auratus) Cara Kerja
:
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan praktikum
Mengidentifikasi osmoregulasi ikan
Mengamati proses osmoregulasi ikan setiap 3 menit
Mencatat hasil pengamatan
Membuat laporan praktikum
Hasil
:
Hitung mortalitas dari ikan komet dan ikan betook ambon
Ikan Komet 1
1
Ikan Betok Ambon 1
0
x 100% = 100%
x 100% = ~
Hitung kebutuhan oksigen ikan komet dan ikan betook ambon
Ikan Komet (Tawar-Laut)
DOo−DO t ∑𝐵𝑂𝑃 7,09−5,8 ∑𝐵𝑂𝑃
= = 648+423+285+162+20+0+0+0+0+ = 1538 = 0,00083875 7,09−5,8
1,29
Ikan Betok (Laut-Tawar)
DOo−DO t ∑𝐵𝑂𝑃 7,09−5,8
= 7,09−5,8
1,29
= 648+720+742+667+653+689+623+654+666+672 =6734 = 0,00019157 ∑𝐵𝑂𝑃
Buatlah grafik perpindahan pada ikan komet dan ikan betook ambon setiap 3 menit Tabel Jumlah BOP Ikan Komet (Tawar-Tawar) Ta bel Jumlah BOP Ikan Komet (Tawar-Laut)
Menit
Jumlah BOP
Tingkah Laku
Menit
Jumlah
Tingkah Laku
BOP
3
729
Normal, bergerak aktif
3
648
Bergerak aktif
6
620
Normal, bergerak aktif
6
423
Gerakan ikan tidak seimbang
9
635
Normal, bergerak aktif
9
285
Tubuh ikan berenang miring
12
640
Normal, bergerak aktif
12
162
15
630
Normal, bergerak aktif
15
20
Mati
18
552
Normal, bergerak aktif
18
0
Mati
21
635
Normal, bergerak aktif
21
0
Mati
24
714
Normal, bergerak aktif
24
0
Mati
27
718
Normal, bergerak aktif
27
0
Mati
30
738
Normal, bergerak aktif
30
0
Mati
Pola berenang tidak beraturan
JUmlah Bukaan Operculum
Grafik Perpindahan pada ikan Komet
Grafik Osmoregulasi Ikan Komet 800 700 600
729 648
620
635
640
714
718
738
0 24
0 27
0 30
635
630 552
500 400
423
300
285
200
162
100 0 3
6
9
12
20 15
0 18
0 21
Waktu (Tiap 3 Menit) Seri 1
Seri 2
Kolom2
Tabel Jumlah BOP Ikan betok ambon (Laut-Laut) Tawar)
Tabel Jumlah BOP Ikan betook ambon (Laut-
Jumlah BOP
Tingkah Laku
Menit
Jumlah BOP
3
710
Ikan berenang normal
3
648
6 9 12 15 18 21 24 27 30
654 671 582 623 654 635 714 718 738
Ikan berenang normal Ikan berenang normal Ikan berenang normal Ikan berenang normal Ikan berenang normal Ikan berenang normal Ikan berenang normal Ikan berenang normal Ikan berenang normal
6 9 12 15 18 21 24 27 30
720 742 667 653 689 623 654 666 672
Jumlah Bukaan Operculum
Menit
Tingkah Laku Ikan bergerak tidak seimbang Gerakan ikan pasif Tubuh ikan berenang miring Ikan terlihat diam ditempat Ikan terlihat diam ditempat Ikan tidak banyak gerak Gerakan ikan pasif Gerakan ikan pasif Gerakan ikan pasif Gerakan ikan pasif
Grafik Osmoregulasi Ikan Betok 800 700 600 500 400
Seri 1 Seri 2
300
Seri 3 200 100 0 3
6
9
12
15
18
21
Waktu (Tiap 3 Menit)
Pembahasan
:
24
27
30
Jelaskan hasil praktikum dan grafik yang diperoleh lengkap dengan alasannya serta hubungkan dengan soal-soal selanjutnya Pada tabel hasil pengamatan pada ikan komet yang berhabitat di air tawar diletakkan di air tawar didapatkan hasil pada menit pertama hingga terakhir ikan komet tetap bergerak aktif dan buka operculumnya berjalan normal, sedangkan setelah dilakukan perpindahan dari air tawar ke air laut didapatkan hasil bahwa di menit awal ikan masih bergerak aktif dan jumlah buka tutup operculumnya tidak jauh berbeda dengan ikan komet saat berada di air tawar. Akan tetapi, pada menitmenit berikutnya gerakan ikan komet tidak stabil dan buka tutip operculumnya semakin cepat. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kandungan oksigen (O2) dan kandungan garam pada air laut atau salinitas cukup tinggi. Maka dari itu pada menit ke 12 ikan komet mengalami morfalitas atau kematian. Pada pengamatan ikan betok ambon yang berhabitat di air laut yang diletakkan di air laut didapatkan hasil di menit pertama hingga menit terakhir selisih jumlah buka tutup operculum tidak jauh berbeda dan tingkah laku pada ikan betok ambon normal, lalu ikan betok ambon dipindahkan ke air tawar dan terjadi perubahan pada tingkah laku ikan. Saat pertama kali dimasukkan di air tawar gerakan ikan betok tidak seimbang dan ikan berenang sangat cepat serta pada menit ke 6 gerakan buka tutup operculum mengalami percepatan. Selain itu, menit selanjutnya ikan betok ambon kehilangan keseimbangannya sehingga posisinya terlihat tidur di dalam air atau diam ditempat. Hal tersebut karena ikan betok ambon bersifat hipotonik sehingga air masuk ke dalam tubuhnya dan ikan mengalami lisis serta penurunan berat badan. Setiap ikan memiliki cara yang berbeda untuk melakukan proses osmoregulasi dan ikan dapat bertahan hidup pada habitat yang berbeda, tetapi tidak berlangsung lama dan memiliki batas tolensi masing-masing terhadap tekanan osmosis pada lingkungannya.
Jelaskan mekanisme osmoregulasi pada masing-masing ikan
Pada umumnya ikan yang hidup di air tawar meregulasi cairan osmotik internal untuk
selalu
dipertahankan
lebih
tinggi
dari
pada
konsentrasi
osmotic
lingkungannya atau bersifat hiper-osmoregulator, sedangkan ikan laut, terutama ikan teleostei, umumnya bersifat hipo-osmoregulator yaitu meregulasi cairan internalnya lebih rendah dari pada lingkungannya (Takei & Hirose, 2001). Untuk mengatasi problem osmotiknya, pada umumnya ikan air tawar sedikit minum, menghasilkan urine encer dan aktif mengabsorpsi garam dari lingkungannya melalui insang (Randall, Burggren, & French , 2002). Sebaliknya ikan laut mengatasi problem osmotiknya dengan cara minum air laut, mengekskresikan ion lewat insang dan urine, serta menghasilkan sedikit urine (Susilo, Meilina , & Simanjuntak, 2012) Ikan air tawar : Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat permeabel terhadap lingkungan maupun larutan garam. Sifat fisik lingkungan yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar dengan ikan air laut. Pada ikan air tawar, air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang. Ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung seimbang. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya agar garam tidak melarut dan lolos ke dalam air. Garam-garam dari lingkungan akan diserap oleh ikan menggunakan energi metaboliknya. Ikan mempertahankan keseimbangannya dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat insang, produksi urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhnya tidak mudah bocor ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang. Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan yang lebih besar dari lingkungan sehingga garam-garam cenderung keluar dari tubuh. Sedangkan ikan
yang hidup di air laut memiliki tekanan osmotik lebih kecil dari lingkungan sehingga garam-garam cenderung masuk ke dalam tubuh dan air akan keluar. Agar proses fisiologis di dalam tubuh berjalan normal, maka diperlukan suatu tekanan osmotik yang konstan. Ikan air laut : Untuk ikan air laut, air lau tmengandung konsentrasi faram yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan garam yang ada di tubuh ikan. Sebagai hasilnya, garam cendenrung masuk ke tubuh ikan sehingga ikan harus menggunakan ginjalnya serta pompa ionnya untuk mengeluarkan kelebihan garam (Lantu, 2010).
Jelaskan factor yang berpengaruh pada proses osmoregulasi Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion melewati insang dan beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang selektif terhadap garam-garam. Kemampuan osmoregulasi bergantung suhu, musim, umur, kondisi fisiologis, jenis kelamin, dan perbedaan genotip. Pada udang, penurunan suhu menghasilkan penurunan kapasitas osmoregulasi (didefinisikan sebagai perbedaan antara osmolalitas haemolymph dan osmolalitas air laut) pada salinitas rendah atau hyper-capacity osmotic (hyperCO) dan pada salinitas tinggi atau Hypo-capacity osmotic (hypo-CO), secara berurutan, di bawah dan di atas titik isoomotik (26,2 ppt). Pada udang dewasa, hyper-CO terpengaruh ketika suhu turun dari 26°C menjadi 22°C. Hypo-CO dipengaruhi oleh suhu hanya ketika suhu turun sampai 15°C. Selanjutnya, sensitivitas osmoregulasi terhadap perubahan suhu tergantung pada umur atau tingkat perkembangan udang di mana udang dewasa lebih sensitif dibandingkan yuwana. Nilai isoosmotik, yang tidak tergantung pada tingkat perkembangan larva, meningkat ketika suhu turun sampai 17°C atau 15°C (Lemaire et al., 2002). Toleransi suhu dan pertumbuhan optimal ikan dipengaruhi oleh salinitas karena interaksi keduanya berpengaruh terhadap osmoregulasi (Pamungkas, 2012).
Kesimpulan
:
Setelah melakukan praktikum tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Proses osmoregulasi merupakan salah satu proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh ikan untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh agar seimbang dengan lingkungannya. Ketidakmampuan ikan dalam mengontrol keseimbangan osmotik dalam tubuhnya akan menyebabkan ikan stres dan dapat berakibat pada kematian ikan. Pada tabel hasil pengamatan pada ikan komet yang berhabitat di air tawar diletakkan di air tawar didapatkan hasil pada menit pertama hingga terakhir ikan komet tetap bergerak aktif dan buka operculumnya berjalan normal, sedangkan setelah dilakukan perpindahan dari air tawar ke air laut didapatkan hasil bahwa di menit awal ikan masih bergerak aktif dan jumlah buka tutup operculumnya tidak jauh berbeda dengan ikan komet saat berada di air tawar. Akan tetapi, pada menit-menit berikutnya gerakan ikan komet tidak stabil dan buka tutip operculumnya semakin cepat. Maka dari itu pada menit ke selanjutnya ikan komet mengalami morfalitas atau kematian. Sedangkan untuk ikan betook yang berhabitat di air laut yang diletakkan di air laut didapatkan hasil di menit pertama hingga menit terakhir selisih jumlah buka tutup operculum tidak jauh berbeda dan tingkah laku pada ikan betok ambon normal, lalu ikan betok ambon dipindahkan ke air tawar dan terjadi perubahan pada tingkah laku ikan. Kemampuan osmoregulasi ikan bergantung suhu, musim, umur, kondisi fisiologis, jenis kelamin, dan perbedaan genotip dan juga toleransi suhu dan pertumbuhan optimal ikan dipengaruhi oleh salinitas karena interaksi keduanya berpengaruh terhadap osmoregulasi. Daftar Pustaka :
Lemairea, P., Bernarda, E., Mrtinez-Pabz, J., & Chima, L. (2002). Aquaculture. JUN, 209(14), 307-317.
Pamungkas, W. (2012). AKTIVITAS OSMOREGULASI, RESPIN PERTUMBUHAN, DAN ENERGETIC COST PADA IKAN YANG DIPELIHARA DALAM LINGKUNGAN BERSALINITAS. Media Akuakultur, 7(1). Randall, D., Burggren, W., & French , K. (2002). Eckert, Animal Physicology Mechanism and Adaption. WH Freeman and Company New York, 588-621. Takei, Y., & Hirose, S. (2001). The natiuretic peptide system in eel; a key endocrine system for euryhalinity. Am. J Physiol. Regulatory Integrative Comp. Physiol. Susilo, U., Meilina , W., & Simanjuntak, S. I. (2012). Regulasi Osmotik dan Nilai Hematokrit Ikan Nila (Orechromis sp.) pada Medium Dengan Salinitas dan Temperatur Air Berbeda. Berk. Penel. Hayati, 18, 51-55. Lantu, S. (2010). Osmoregulasi pada hewan akuatik. Jurnal Perikanan dan Kelautan, vi(1), 46-50.