Laporan PBL Skenario 3 (Kelompok V) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BLOK BIOMEDIK 2



LAPORAN PBL (Desember 2013) MENGAMUK



Disusun Oleh : KELOMPOK V TUTOR : Theresia Seimahuira, dr., MKMRepro Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura



KELOMPOK PENYUSUN : KELOMPOK V NAMA KETUA



: LEONARDO J. SIPAHELUT



NIM : 2013-83-017



SEKERTARIS I



: BRENDA F. KATIHARA



NIM : 2013-83-056



SEKERTARIS II : FRANDITA I. TANISIWA



NIM : 2013-83-037



ANGGOTA : YUDISTRA RACHMAT SHAFARLY



NIM : 2011-83-018



SELVANIA OHMAN



NIM : 2013-83-006



VEBRY YANTI JUTAN



NIM : 2013-83-026



WILLY MAUN



NIM : 2013-83-038



RAEHANA ZULKIFLY



NIM : 2013-83-046



ALI AKBAR R. KIBAS



NIM : 2013-83-047



HELSIE DAHOKLORY



NIM : 2013-83-057



Skenario III Mengamuk Seorang anak usia 12 tahun datang ke poliklinik anak, diantar oleh ibunya dengan keluhan anak sering mengamuk. Jika mengamuk, anak suka memecahkan barang dan membenturkan kepala ke tembok.Si ibu mengatakan perilaku anak tersebut sudah mulai terlihat sejak berusia 5 tahun.Anak tidak dapat mengontrol emosinya dan suka mengamuk jika keinginannya ditolak.Kemarin anak itu malah telah memukul anak tetangganya hingga berdarah. Step 1 Identifikasi kalimat kunci : 1. Anak, 12 tahun diantarkan ibunya 2. Mengamuk 3. Tidak dapat mengontrol emosi 4. Sejak usia 5 tahun 5. Suka memecahkan barang-barang dan membenturkan kepala ke tembok 6. Mengamuk jika keinginannya tidak dituruti 7. Memukul anak tetangganya Identifikasi kata/ kalimat sulit : 1. Mengamuk : kondisi atau keadaan dimana meningkatnya aktifitas mental dan motorik yang sulit untuk dikendalikan. 2. Kontrol emosi : Suatu tindakan yang dilakukan oleh sesorang terhadap respons aktifitas emosi 3. Membenturkan kepala : Suatu keadaan dimana seseorang dalam keadaan yang tidak stabil



Step 2 Identifikasi masalah dan pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud dengan mengamuk? 2. Jelaskan faktor pencetus yang menyebabkan pasien mengamuk? 3. Apakah usia anak berpengaruh pada kontrol emosi? 4. Mengapa pada saat mengamuk, anak suka membenturkan kepalanya ke tembok dan memecahkan barang? 5. Bagaimana hubungan Sistem Saraf Pusat dengan perilaku anak? 6. Apakah ada faktor perhatian orang tua terhadap anak? 7. Bagaimana cara penanganannya? 8. Apakah asupan gizi di masa kecil mempengaruhi kontrol emosi? 9. Sistem Saraf Pusat bagian sebelah manakah yang menyebabkan anak ini terganggu emosinya? 10. Selain Sistem Saraf Pusat apakah Sistem Saraf Tepi mempengaruhi kasus tersebut? 11. Mekanisme kerja dari Sistem Saraf Tepi? 12. Anatomi dari Cerebrum dan Cerebellum. 13. Apakah gangguan yang diderita anak merupakan cedera dari Sistem Saraf Tepi? 14. Mengapa kontrol emosi berdampak pada perilaku seseorang? 15. Apakah ada trauma atau kecelakaan yang terjadi pada anak sehingga dia berperilaku seperti itu? 16. Mekanisme perilaku mengamuk dari biokimia. 17. Bagaimana mekanisme mengamuk dari aspek fisiologi? 18. Kontrol emosi yang berperan otak kiri atau kanan? 19. Kondisi anak seperti ini, apakah otak kiri dan kanan seimbang? 20. Faktor-faktor apa yang menyebabkan anak tidak dapat mengontrol emosinya?



Identifikasi soal : 1. No. 1 dan No. 20 2. No. 18 dan No. 19 3. No. 5, No. 9, No. 10, No. 11 dan No. 13 4. No. 3, No. 6, No. 8, dan No. 14 Step 3 1. Mengamuk adalah kondisi atau keadaan dimana meningkatnya aktifitas mental dan motorik yang sulit untuk dikendalikan. 2. Faktor-faktornya terbagi atas 2 yaitu : Faktor internal



: pola asuhan dari orangtua dan gizi pada anak



Faktor eksternal



: lingkungan di sekitar anak



3. Menurut Ali, Vania dan Helsie bahwa faktor usia itu tidak berpengaruh pada kontrol emosi seseorang tetapi pada pola asuhan dari orangtua, perhatian atau tidak perhatian orangtua tersebut. Namun, menurut Frandita dan Leo bahwa usia itu berpengaruh karena pada masa-masa tersebut anak-anak baru mulai belajar untuk mengatur emosinya sehingga kadang-kadang emosinya bisa saja tidak bisa ditahan. Jadi emosinya masih labil. Pada pertanyaan ini ada dua pendapat yang berbeda. 4. Pada saat mengamuk anak suka membenturkan kepalanya ke tembok dan memecahkan barang, perilaku ini karena anak itu ingin melampiaskan emosinya agar emosinya berkurang dan anak tersebut merasa lebih tenang. 5. Hubungan system saraf pusat dengan perilaku anak adalah dalam system saraf pusat yaitu otak terdapat beberapa lobus seperti lobus frontalis, lobus temporalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis yang sama-sama melakukan fungsinya masing-masing secara spesifik. Dan apabila satu subsistem saja mengalami gangguan maka akan mempengaruhi system lainnya. Dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perilaku anak, karena bagian yang mengatur perilaku kebanyakan terdapat pada otak.



6. Ya, ada pengaruh dari perhatian orang tua terhadap perilaku anak. Perhatian orangtua yang berlebihan atau pun berkurang dapat mengganggu mental anak yang berpengaruh pada perilakunya. Perhatian orangtua yang kurang dapat membuat anak ingin mencuri perhatian orangtua dengan melakukan hal-hal yang jelek agar dapat diperhatikan. Sedangkan perhatian orangtua dapat membuat anak ingin menentang kemauan orangtuanya. 7. Cara penangannya itu harus tercipta kondisi keluarga yang baik kemudian lingkungan yang mendukung agar anak berperilaku baik dan dapat membawa anak pada psikolog sehingga mendapat saran atau anjuran yang tepat untuk kondisi psikis anak serta menjauhkan barang-barang pecah belah dari anak. 8. Ya, sangat berpengaruh. Karena pada umur 1-5 tahun sel-sel di otak pada anak itu berkembang dengan sangat cepat sehingga pada umur itu diperlukan asupan gizi yang mencukupi dan menunjang untuk pertumbuhan anak selanjutnya. Asupan gizi tersebut seperti AHA, DHA, kolestrum dari asi ekslusif ibu dan lain sebaginya. 9. System saraf pusat yang terkena gangguan adalah pada bagian lobus frontalis, karena apabila lobus frontal cedera, itu merupakan dampak langsung dari benturan bagian depan. Benturan ini akan merusak tulang tengkorak bagian depan dan akan mempercepat perusakan kedalam jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan fibrasi jaringan otak dan menyobek pembuluh darah. Cedera lobus frontal dapat menyebabkan perubahan kepribadian seseorang, seperti gangguan dalam pengamatan dan memory. 10. Ya. Karena SST mengirim impuls ke SSP. Pada SSP juga dapat terjadi gangguan yaitu pada ujung saraf. Gangguan ini ada dua jenis yaitu cedera tipe 1 dan cedera tipe 2. Cedera tipe 1 itu hanya dalam jangka beberapa hari sedangkan cedera tipe 2 dalam jangka yang panjang yaitu sampai bermingguminggu dan berbulan-bulan dan lebih parah daripada cedera tipe 1.



11. Sistem saraf tepi terbagi atas 2, yaitu sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar. Sistem saraf sadar Merupakan neuron yang meregulasi gerakan secara sadar atau di bawah koordinasi otak. Sistem saraf sadar disusun oleh saraf kranial atau saraf yang keluar dari otak dan medulla spinalis. Sedangkan Sistem saaraf tidak sadar Merupakan sistem saraf yang bekerja tanpa adanya perintah dari sistem saraf pusat dan terletak pada medulla spinalis atau dapat dikatakan sistem saraf otonom meregulasi aktivitas yang tidak diatur otak, misalnya jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan dan otot polos pembuluh darah. 12. Otak terbagi atas 2 yaitu otak besar atau yang disebut cerebrum dan otak kecil yaitu cerebellum. Cerebrum dibagi oleh sulcus centralis yang membagi antara pre centralis dan post centralis, cerebrum terdiri atas polus frontalis, polus parietalis, polus temporalis dan polus occipitalis. Pada polus frontalis terbagi atas 3 yaitu gyrus frontalis superior, gyrus frontalis medial dan gyrus frontalis inferior. Pada polus temporalis terdapat sulcus lateralis dan terdiri atas 2 gyrus yatu gyrus temporalis superior, gyrus temporalis medial dan gyrus temporalis inferior yang dibagi oleh sulcus temporalis superior dan sulcus temporalis inferior. Terdapat juga gyrus supramarginalis. 13. Jawabannya sama dengan nomor 10 14. Karena pada saat mereka dapat kontrol emosi mereka dengan optimal maka dapat perilaku mereka juga dapat menjadi baik, sebalinya apabila kontrol emosi mereka kurang baik maka emosi mereka dapat meledak kapan saja yang menimbulkan perilaku yang tidak baik. 15. Mungkin terjadi benturan di kepala sebelum umur 5 tahun. Benturan tersebut menggangu polus occipitalis yang berfungsi sebagai area visualis. Seperti yang kita ketahui manusia dengan melihat dapat mengingat sampai 30% sehingga apabila visual kita terganggu pembelajaran dan memori kita terganggu sehingga berdampak juga pada perilaku anak tersebut. 16. Tidak mendapat kejelasan sehingga dijadikan LO.



17. Tidak mendapat kejelasan sehingga dijadikan LO. 18. Otak kiri berfungsi untuk logika dan otak kanan lebih berfungsi untuk seni, imajinasi dan emosi. Sehingga pada kasus ini otak kiri yang lebih berperan karena pada otak kiri berperan untuk logika, untuk proses input angka, dan otak kanan berperan untuk imajinasi dan seni. Dan dalam kasus ini anak tersebut tidak dapat mengontrol emosinya sehingga melakukan tindakan yang merusak, tidak dapat mengontrol artinya otak kanannya tidak difungsikan dengan baik hanya otak kiri yaitu menerima input melalui penglihatan sehingga anak tersebut berperilaku sesuai pengalaman yang diterimanya secara visual. 19. Jawabannya sama dengan nomor 18 20. Jawabannya sama dengan nomor 2



Step 4 Mind Mapping



Riwayat Keluhan:



Anak Mengamuk



 



(12 tahun)



 



HOW 











Proses atau mekanisme yang terjadi dari aspek fisiologi Proses atau mekanisme yang terjadi dari aspek biokimia Proses cedera yang terjadi dari aspek histologi



Suka mengamuk Suka memecahkan barang dan membenturkan kepala Sudah terjadi sejak usia 5 tahun Memukul seorang anak hingga berdarah



WHERE 



Proses Berpikir Dampak Kelebihan atau Kekurangan Neurotransmitter



 



Letak SSP da SST (Anatomi) Letak jaringan yang terganggu (Histologi) Sintesis dan Degenerasi Neurotransmitter



Step 5 Learning Objective Bagaimana mekanisme mengamuk dari aspek fisiologi ? Bagaimana mekanisme mengamuk dari aspek biokimia? Jelaskan mekanisme proses berpikir. Jelaskanapa yang akan terjadi jika kelebihan dan kekurangan neurotransmitter. Step 6 Belajar Mandiri Step 7 Jawaban Learning Objectives



1. Fisiologi Mengamuk Gejala mengamuk diduga berhubungan dengan lesi pada korteks prefrontalis danstimuluasi nucleus amigdala dari sistem limbic. Lobus frontalis merupakan pusatmental dan emosi manusia, sehingga jika terjadi lesi dibagian tersebut akanmengakibatkan gangguan mental yang sukar / tidak dapat dikendalikan.



Gambar 1. Pembagian area-area pada otak



Gambar 2. Pembagian area-area pada otak Selain



itu,



stimulasi



eksperimental



pada



amigdala



dalam



sistem



limbic



diketahuimenimbulkan aktivasi afektif. Reaksi emosional seperti kemarahan dan agresi munculdisertai oleh reaksi otonom seperti peningkatan tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernapasan, perubahan atensi, asupan nutrisi dan perubahan perilaku seksual terjadi, tergantung pada subdivisi nucleus amigdala yangterstimulasi. Pengaturan sifat oleh hipothalamus dan daerah asosisasi sistem limbik sebagai berikut:



1. Stimulasi pada lateral hipotalamus menimbulkan persepsi haus dan lapar sertamengarahkan pada sikap marah. 2. Stimulasi pada ventromedial nucleus memberikan sensasi kepuasan dan penurunan nafsu makan. 3. Stimulation pada thin zone of periventricular nuclei menimbulkan sensasitakut dan rasa bersalah. Perubahan perilaku seksual khususnya disebabkan karena stimulus padaanterior dan posterior hypothalamus



Gambar 4. Sistem limbik



Mengamuk merupakan suatu respontubuh yang terjadi karena dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan, dalam tubuh manusia ada yang disebut dengan sistem limbik, sistem limbik yaitu sistim yang terdapat pada susunan saraf pusat yang berfungsi untuk mengatur, mengelola serta merespon tentang perasaan atau afektif dari seseorang. Bagan diatas menjelaskan proses terjadinya mengamuk yang dapat disebabkan oleh perangsangan atau adanya stimulus pada bagian sistem limbik dan yang dapat disebabkan oleh lesi. Sistem limbik adalah sistem yang terdapat pada manusia dan hewan. Dalam proses prangsangan yang terjadi terdapat juga neurotransmitter-neurotransmiter yang berperan, dan akan dijelaskan lebih jelas pada pembahasan selanjutnya.



Gambar 5. Bagan Mekanisme Mengamuk



2. Biokimia dari Mengamuk Biolistrik neuronstransmiter Secara biolistrik, neurotransmitter memiliki hubungan dengan potensial aksi. Potensial aksi adalah peristiwa elektris (listrik) yang terkolalisir menggunakan ATP secara aktif untuk mengangkut Natrium keluar dan Kalium masuk kedalam yang diikuti dengan pelepasan neurotransmitter yang terbungkus dalam vesikel. Otak menggunakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk komunikasi berbagai beagian di otak dan sistem syaraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua fungsi otak. Sebagai pembawa pesan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-pesannya. Bila satu sel syaraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditangkap reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut. Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas badan sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam informasi yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut neurotransmiter. Terjadi potensial aksi dalam membran sel neuron yang memungkinkan dilepaskannya molekul neurotransmiter dari axon terminalnya (prasinaptik) ke celah sinaptik lalu ditangkap reseptor di membran sel dendrit dari neuron berikutnya. Terjadilah loncatan listrik dan komunikasi neurokimiawi antar dua neuron. Pada reseptor bisa terjadi “supersensitivitas” dan “subsensitivitas”. Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih tinggi dari biasanya, yang menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik lebih banyak jumlahnya yang berakibat naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik tersebut. Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh obat



tertentu maka kemampuannya menerima neurotransmiter akan hilang dan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik akan berkurang yang menyebabkan menurunnya kadar (jumlah) neurotransmiter tertentu di celah sinaptik. 3. Mekanisme Berpikir A. Definisi Berpikir Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bias dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir jugam melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut. Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan



yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu : 1. berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku. 2. berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam system kognitif. 3. berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi. Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Charles S. Pierce mengemukakan bahwa bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan (irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan (inquiry) kemudian diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru. Kegiatan berpikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan



dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan demikian, kegiatan berpikir manusia selalu tersituasikan dalam kondisi konkret subyek yang bersangkutan. Kegiatan berpikir juga dikondisikan oleh stuktur bahas yang dipakai serta konteks sosiobudaya dan historis tempat kegiatan berpikir dilakukan (Sudarminta, 2000). Sebagai contoh pertama, yaitu obyek yang ingin diketahui sudah tertentu. Yang harus disadari adalah obyek tersebut tidak pernah sederhana. Biasanya, obyek itu sangat rumit. Mungkin mempunyai beratus-ratus segi, aspek, karakteristik, dan sebagainya. Pikiran kita tidak mungkin untuk mencakup semuanya dalam suatu ketika. Dalam upaya untuk mengenal benar-benar obyek semacam itu, seseorang harus dengan rajin memperhatikan semua seginya, menganalisis obyek tersebut dari berbagai pendirian yang berbeda. Kesemuanya ini adalah berpikir (Bochenski, dalam Suriasumantri, 1999:52- 53). Perbedaan dalam cara berpikir dan memecahkan masalah merupakan hal nyata dan penting. Perbedaan itu mungkin sebagian disebabkan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berpikir seseorang di kemudian hari, disamping mempengaruhi pula mutu pemikirannya (Leavitt, 1978). Plato beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional (Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54). Pada pendapat ini dikemukakan dua kenyataan, yakni: 1. Berpikir adalah aktivitas; jadi subyek yang berpikir aktif. 2. Aktivitas bersifat ideasional; jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir menggunakan abstraksiabstraksi atau “ideas”.



Piaget menciptakan teori bahwa bahwa cara berpikir logis berkembang secara bertahap, kira-kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Menurut Piaget, cara berpikir anak-anak sama sekali tidak seperti cara berpikir orang dewasa. Pikiran anak-anak tampaknya diatur berlainan dengan orang yang lebih besar. Anakanak kelihatannya memecahkan persoalan pada tingkatan yang sama sekali berbeda. Perbedaan anak-anak yang lebih kecil dan lebih besar tidak terlalu berkaitan dengan persoalan bahwa anak yang lebih besar mempunyai pengetahuan yang lebih banyak, melainkan karena pengetahuan mereka berbeda jenis, dengan penemuan ini Piaget mulai



mengkaji



perkembangan



stuktur



mental.



Berikut



tahapan-tahapan



perkembangan menurut Piaget: 1. Tahap sensorimotor Berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik fisik, yang disebut dengan sensorimotor. Pada permulaan tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki sedikit lebih banyak daripada pola-pola refleks. 2. Tahap praoperasional Berlangsung kira-kira dari usia 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Pemikiran simbolis melampaui hubungan sederhana antara informasi sensor dan tindakan fisik. Akan tetapi, walaupun anak-anak prasekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, menurut Piaget, mereka masih belum mampu untuk melaksanakan apa yang disebut “operasi”-tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik.



3. Tahap operasional konkret Berlangsung kira-kira dari usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak-anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Misalnya, pemikiran operasional konkret tidak dapat membayangkan langkahlangkah yang diperlukan untuk menyelasaikan suatu permasalahan aljabar, yang terlalu abstrak untuk dipikirkan pada tahap perkembangan ini. 4. Tahap operasional formal Tampak dari usia 11-15 tahun. Pada tahap ini individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anakanak remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan standard ideal ini. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang dapat mereka lakukan. Dalam memecahkan masalah, pemikir operasional formal ini lebih sistematis, mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.



B. Karakteristik dan Proses Berpikir 1. Macam – macam Berpikir Berpikir banyak sekali macamnya. Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat mereka. Berikut ini akan dijelaskan macam - macam berpikir, yaitu : A. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan seharihari dari pengaruh alam sekelilingnya, misal; penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar jika dikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar. B. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat, misal; dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dala satu kesatuan. C. Berpikir autistik: contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau wishful thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis. D. Berpikir realistik: berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata, biasanya disebut dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch (1967) menyebutkan ada tiga macam berpikir realistik, antara lain : a. Berpikir Deduktif Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere (de berarti „dari‟, dan kata ducere berarti „mengantar‟, „memimpin‟). Dengan demikian, kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti „mengantar dari satu hal ke hal lain‟. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari



proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan (Keraf, 1994:57). b. Berpikir Induktif Induktif artinya bersifat induksi. Sinduksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir ilmiah. Namun, induksi tidak akan banyak manfaatnya jika tidak diikuti oleh proses berpikir deduksi. Berpikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Tingkatan berpikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan. Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif ini terutama bergantung pada representatif atau tidaknya sampel yang diambil, yang mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil, makin representatif dan makin besar taraf validitas dari kesimpulan itu, demikian juga sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki (Purwanto, 1998:47-48). c. Berpikir Evaluatif Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu (Rakhmat, 1994).



Perlu diingat bahwa jalannya berpikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam faktor. Suatu masalah yang sama mungkin menimbulkan pemecahan yang berbedabeda pula. Adapun faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain, yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu. Selain jenis-jenis berpikir yang telah disebutkan di atas, masih ada pendapat lain dari beberapa ahli. a. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu; ► Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. ►Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah. b. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu : ► Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu. ► Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya. ► Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu. ►Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar kemiripannya ► Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ► Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.



c. Menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut: ► Berpikir vertikal, (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.2. ► Berpikir pendek Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.



Proses Berpikir Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu: a.



Pembentukan Pengertian



Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut: ► Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya, manusia Indonesia, ciri - cirinya: makhluk hidup, berbudi, berkulit sawo matang, berambut hitam, dan untuk manusia Eropa, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau putih, bermata biru terbuka. ► Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki . ► Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.



b. Pembentukan Pendapat, yaitu menggabungkan atau memisah beberapa pengertian menjadi suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan menjadi tiga macam: 1. Pendapat Afirmatif (positif) yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan sesuatu, misalnya si Ani itu rajin, si Totok itu pandai, dsb. 2. Pendapat Negatif yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal, misalnya si Ani tidak marah, si Totok tidak bodoh, dsb. 3. Pendapat Modalitas (kebarangkalian) yaitu pendapat yang menerangkan kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal, misalnya hari ini mungkin hujan, si Ali mungkin tidak datang, dsb. c. Pembentukan



Keputusan,



yaitu



menggabung-gabungkan



pendapat



tersebut. Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu: 1. Keputusan dari pengalaman-pengalaman, misalnya: kemarin paman duduk dikursi yang panjang, masjid dikota kami disebelah alun-alun, dsb. 2. Keputusan dari tanggapan-tanggapan, misalnya: anjing kami menggigit seorang kusir, sepeda saya sudah tua, dsb.



3. Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya: berdusta adalah tidak baik, bunga itu indah, dsb. d. Pembentukan Kesimpulan, yaitu menarik keputusan dari keputusankeputusan yang lain.



C. Problem Solving Problem Solving atau Pemecahan Masalah adalah kemampuan berpikir yang utama karena hal itu meliputi cara berpikir yang lainnya: berpikir kreatif dan analitis untuk pembuatan keputusan. Berpikir Kreatif, adalah berpikir yang memberikan perspektif baru atau menangkap peluang baru sehingga memunculkan ide-ide baru yang belum pernah ada. Kreatif tidak hanya demikian tetapi kreatif juga sebuah kombinasi baru



yaitu



kumpulan



gagasan



baru



hasil



dari



gagasan-gagasan



lama.menggabungkan beberapa gagasan menjadi sebuah ide baru yang lebih baik. Berpikir Analitis, adalah berpikir yang menggunakan sebuah tahapan atau langkah-langkah logis. Langkah berpikir analitis ialah dengan menguji sebuah pernyataan atau bukti dengan standar objektif, melihat bawah permukaan sampai akar-akar permasalahan, menimbang atau memutuskan atas dasar logika.



Kedua cara ini tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi sesuai konteksnya. Sebagai contoh Anda perlu berpikir kreatif dalam memecahkan sebuah persoalan, namun anda juga perlu berpikir Analitis untuk memutuskan mana yang terbaik diantara kemungkinan kreatif anda.



4. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Neurotransmitter Jenis Neurotransmitter dan Perjalanannya Untuk membangkitkan EPSP atau IPSP, neurotransmitter (NT) harus lebih dahulu berikatan dengan reseptornya yang terletak pada membran pascasinaps. Pengikatan NT pada reseptor akan menimbulkan serangkai-an peristiwa yang berujung pada timbulnya EPSP atau IPSP. Mekanisme terjadinya EPSP atau IPSP tersebut bergantung pada jenis reseptornya. A. Jenis Reseptor I. Berdasarkan mekanisme kerjanya reseptor dapat digolong-kan menjadi : 1. Reseptor ionotropik (RI) Reseptor jenis ini disamping mengikat NT juga sekaligus berfungsi sebagai saluran ion. Secara singkat reseptor ini bekerja sebagai berikut: NT terikat pada RI → saluran ion terbuka → ion memasuki elemen pascasinaps → muatan ion mengubah potensial membran. Muatan ion yang masuk menentukan apakah akan terbentuk EPSP atau IPSP.Misalnya reseptor nikotinik asetilkolin adalah sauran Na+ sehingga masuknya Na+ akan menambah muatan positif bagian dalam elemen pasca sinaps, menimbulkan EPSP. Sementara itu reseptor GABAA merupakan saluran ion Cl- sehingga sitoplasma elemen pascasinaps menjadi makin negatif dan menimbulkan IPSP.



Gambar 6.



Reseptor Ionotropik



2. Reseptor metabotropik (RM) Reseptor jenis ini bukan berfungsi sebagai saluran ion tetapi pengikatan NT yang akan menimbulkan perubahan metabolisme pada elemen pasca sinaps yang dapat berakibat pada Terbukanya saluran ion pada bagian lain membran atau Efek metabolik lain melalui perantaraan second messengeryang pada akhirnya dapat menimbulkan EPSP atau IPSP. Efek pada elemen pascasinaps yang ditimbulkan RM terjadi lebih lambat daripada efek melalui RI karena harus menempuh rangkaian mekanisme yang lebih panjang.



Gambar 7. Reseptor Metabotropik



II. Berdasarkan efek yang ditimbulkan pada potensial membran



pascasinaps



reseptor dapat digolongkan menjadi : 1. Reseptor eksitatorik Reseptor jenis ini menyebabkan bagian dalam elemen pascasinaps bertambah positif sehingga menimbulkan EPSP. Penjumlahan beberapa EPSP selanjtnya dapat menimbulkan potensial aksi. Contohnya adalah reseptor nikotinik asetilkolin. 2. Reseptor inhibitorik Reseptor jenis ini menyebabkan makin bertambah negatifnya bagian dalam elemen pascasinaps sehingga terjadilah IPSP, yang akan mempersulit terjadinya potensial aksi. Contohnya adalah reseptor GABAA dan reseptor muskarinik asetilkolin. III.



Berdasarkan lokasi reseptor dan efek pengendaliannya terhadap kerja NT,



sebagian reseptor dikelompokkan sebagai autoreseptor. Autoreseptor adalah reseptor yang terdapat pada membran prasinaps (reseptor lain terdapat pada membran pascasinaps) yang bila berikatan dengan NT dapat menimbulkan umpan balik dalam bentuk peng-hambatan sintesis NT (autoreseptor penghambat sin-tesis) atau penghambatan pengeluaran NT ke celah sinaps (autoreseptor penghambat pengeluaran NT). Melalui reseptor jenis ini dapat dicegah efek berlebihan yang mungkin ditimbulkan oleh NT. Autoreseptor umumnya bersifat metabotropik.



B. Neurotransmitter Neurotransmitter adalah senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh elemen prasinaps dan disimpan di dalam vesiculae yang dapat mentransmisikan impuls syaraf antar neuron. Melalui neurotransmitter suatu sinyal listrik elemen prasinaps diubah menjadi sinyal kimia dan kemudian kembali dipulihkan menjadi sinyal listrik pada elemen pascasinaps. Neurotransmitter inilah yang meneruskan penjalaran impuls syaraf (potensial



aksi) dari suatu neuron ke neuron berikutnya.



Tanpa



neurotransmitter impuls syaraf tak dapat melintasi celah sinaps yang memisahkan kedua neuron, untuk menjalar ke neuron berikutnya.



Neurotransmitter digolongkan sebagai berikut : Sebagian besar neurotransmitter mengandung nitrogen (N), baik dalam bentuk amina, asam amino, maupun peptida. Ber-dasarkan rumus kimianya neurotransmitter tersebut lazim digolongkan menjadi: 1. Asetilkolin (Acetylcholine, Ach) 2. Asam amino GABA (gamma-amino butyric acid), glisin (glycine), glutamat, aspartat. 3. Amina biogenik (monoamina) a. Katekolamin: Norepinefrin (NE), Epinefrin (E) (adrenalin), Dopamin (DA). B. Indolamin Serotonin (5-HT, 5-hidroksitriptamin) 4.Peptida Senyawa P (Substance P) Growth hormone Somatostatin Prolactin Vasopressin Insulin Opioid: - Enkephalin – Endorphin 5.Purin Adenosin, ATP 6.Lain-lain NO, CO



Asetilkolin, asam amino, dan amina biogenik secara bersama dapat digolongkan pula sebagai neurotransmitter molekul kecil.



Berdasarkan



efek



yang



ditimbulkan



pada



potensial



elemen



pascasinaps



neurotransmitter dapat digolongkan menjadi : 1.Neurotransmitter eksitatorik – menimbulkan EPSP – Contoh: Glutamat, aspartat, NO 2.Neurotransmitter inhibitorik – menimbulkan IPSP – Contoh: GABA, glisin, serotonin, dopamin 3.Neurotransmitter eksitatorik dan inhibitorik – menimbulkan EPSP atau IPSP (bergantung pada reseptornya) – Contoh: asetilkolin, norepinefrin



Neurotransmitter seringkali memiliki lebih dari satu macam reseptor. Suatu neurotransmitter akan menghasilkan efek eksitatorik atau inhibitorik yang sebenarnya lebih ditentukan oleh reseptornya. Contoh: •Asetilkolin memiliki reseptor nikotinik (misalnya pada neuromuscular junction) dan reseptor muskarinik pada neuron parasimpatik yang mensyarafi jantung. •Reseptor nikotinik asetilkolin (suatu reseptor ionotropik yang juga merupakan saluran Na+) akan menyebabkan masuknya Na+ sehingga berifat eksitatorik dan menim-bulkan EPSP.



•Reseptor muskarinik asetilkolin merupakan suatu reseptor metabotropik yang menimbulkan perubahan metabolik yang berujung pada terjadinya IPSP dan karena itu bersifat inhibitorik. C. Perjalanan Neurotransmitter Neurotransmitter NT) umumnya disintesis dari zat-bakalnya (precursor) pada neuron prasinaps dan kemudian dikemas di dalam vesikula synaptic knob. Atas rangsangan Ca++ neurotransmitter dikeluarkan ke celah sinaps dan ke-mudian berikatan dengan reseptor pada membran pasca-sinaps, menimbulkan efek pascasinaps. Sebagian reseptor berikatan dengan autoreseptor prasinaps untuk meredam peningkatan berlebihan neurotransmitter di celah sinaps. Setelah bekerja, neurotransmitter harus dihilangkan secepatnya dari celah sinaps agar elemen pascasinaps dapat menerima impuls baru dan agar tak terjadi kerusakan pada elemen pascasinaps. Secara umum NT dapat dihilangkan dengan cara: - Dimetabolisme oleh enzim - Diambil kembali (reuptake) oleh elemen prasinaps - Diambil (uptake) sel glia - Berdifusi keluar dari celah sinaps Mekanisme apa yang dipakai bergantung pada masing-masing NT. Secara umum perjalanan yang ditempuh neurotransmitter, mulai dari sintesis, pengeluaran ke celah sinaps, interaksi dengan reseptor, efek pascasinaps, dan mekanisme penyingkirannta adalah sebangai berikut : Zat bakal (x) memasuki elemen prasinaps Secara bertahap disintesis menjadi neurotransmitter (z,zz)\ Neurotransmitter dimasukkan oleh transporter ke dalam vesikula untuk disimpan



Neurotransmitter dikeluarkan ke celah sinaps dan berikatan dengan reseptor pascasinaps, menimbulkan efek pada elemen pascasinaps Sebagian neurotransmitter berikatan dengan autoreseptor pada elemen prasinaps, mengakibatkan penurunan sintesis neurotransmitterdan atau penurunan pelepasan neurotransmitter. Ini adalah umpan balik untuk menurunkan jumlah neurotransmitter di celah sinaps. Efek neurotransmitter diakhiri dengan dihilangkan neurotransmitter melalui Reuptake (pengambilan) kedalam elemen prasinaps dengan bantuan transporter membran dan Sebagian lagi neurotransmitter berdifusi keluar dari celah sinaps dan atau Diambil melalui uptake oleh sel glia dan atau Katabolisme oleh enzim



Gambar 8. Perjalanan neurotransmitter



ASETILKOLIN (Ach) Ach merupakan NT yang mentransmisi impuls syaraf pada : Sistem syaraf pusat (CNS), antaralain penting untuk fungsi kognitif, terutama memory (mengingat) Semua ganglion sistem syaraf autonom (ANS) Neuromuscular junction Gangguan klinis terkait Ach adalah sebagai berikut : Penurunan kadar Ach pada CNS menimbulkan penyakit Alzheimer (suatu bentuk dementia progresif). Penurunan



jumlah



reseptornya



pada



neuromuscular



junction



menimbulkan



myasthenia gravis (suatu bentuk kelumpuhan otot). Racun laba-laba black widow memicu pengelaran Ach dari vesikula → kejang Toxin kuman Clostridium botulinum menghambat pelepasan Ach dari vesikula → paralisis (kelumpuhan) Curare, suatu toxin herbal yang mem-blok reseptor nikotinik Ach → paralisis (kelumpuhan) Insektisida organofosfat dan karbamat adalah inhbitor muskarinik AchE sehingga keracunan bahan ini dapat menyebabkan kadar Ach meningkat pada celah sinaps.



Gambar 8. Asetilkolin



Gambar 9. Asetilkolin Sintesis dan degradasi asetilkolin Asetilkolin disintesis dari asetil-KoA dan kolin di dalam synaptic knob oleh enzim choline acetyltransferase (ChAT) dan dikemas didalam vesikula.



Ach dengan cepat dlenyapkan dari celah sinaps dengan jalan didegradasi menggunakan enzim acetylcholine esterase (AChE) yang terdapat di dalam celah sinaps



Perjalanan asetilkolin Asetilkolin disintesis di dalam synaptic knob dari asetil-KoA dan kolin (choline) oleh enzim choline acetyltransferase (ChAT) dan dikemas di dalam vesikula. ChAT sendiri dibuat didalam ribosom atau retikulum endoplasma soma dan dimatangkan di dalam aparatus golgi untuk selanjutnya ditransport sepanjang akson ke synaptic knob. Asetil-KoA cepat dilenyapkan dari celah sinaps berkat adanya enzim acetylcholine esterase (AchE) di dalam celah sinaps yang menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat. Kolin kemudian mengalami reuptake ke dalam synaptic knob dan dipakai sebagai zat bakal untuk resintesis asetilkolin. Sebagian lagi kolin berdifusi keluar celah



Gambar 10. Perjalanan asetilkolin



GLUTAMAT Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatorik utama pada CNS. Berperan penting untuk terciptanya memory (ingatan) dan dalam proses belajar. Peningkatan kadar glutamat dapat menimbulkan kejang, tremor dan kecemasan. Glutamat berlebihan bahkan dapat menimbulkan kerusakan neuron (eksitotoksisitas) sampai apoptosis. Karena bahaya eksitotoksisitas ini kadar glutamat dalam cairan ekstraselular jaringan syaraf harus dikendalikan dengan ketat oleh blood-brain barrier / bloodcerebrospinal fluid barrier. Pada kenyataannya glutamat amat sult menembus hambatan ini. Glutamat pada CNS disintesis sendiri dari glukosa yang masuk ke dalam otak: Glukosa --glikolisis--> piruvat --daur Krebs--> a-ketoglutarat --> glutamate Glutamat kemudian dikemas di dalam vesikula. Glutamat yang dikeluarkan ke celah sinaps akan berikatan dengan reseptor pascasinaps. Reseptor glutamat pascasinaps tersebut berupa 3 reseptor ionotropik (reseptor NMDA, reseptor AMPA, dan reseptor Kainat) dan 1 reseptor metabotropik. Sebagian glutamat juga berikatan dengan autoreseptor pada elemen prasinaps untuk meredam peningkatan glutamat di dalam celah sinaps. Glutamat dilenyapkan dari celah sinaps melalui uptake oleh sel glia dan reuptake oleh synaptic knob. Glutamat yang kembali melalui reuptake akhrnya dikemas lagi di dalam vesikula. Glutamat yang diambil sel glia akan diubah oleh enzim glutamat sintase menjadi glutamin. Glutamin kemudian diambil oleh elemen prasinaps untuk disintesis kembali menjadi glutamat dan dikemas di dalam vesikula. Perjalanan Glutamat Glutamat disintesus di dalam synaptic knob dan dikemas di dalam vesikula setelah dikeluarkan ke dalam celah sinaps glutamal berikatan dengan reseptor ionotropik dan metabotropik untuk menghasilkan efek pada elemen pascasinpas. Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatorik utama pada CNS yang bila terkumpul dalam kadar tinggi dan waktu lama dapat menimbulkan efek buruk pada neuron CNS (efek eksitatorik) sehingga tidak boleh terkumpul dalamkadar tinggi dan dalam waktu yang



terlampau lama. Untuk itu sebagian glutamat berikatan dengan autoreseptorpada elemen prasinap untuk menghambat sintesisdan pegeluaran yang lebih banyak lagi. Glutamat segera dihilangkan dari celah sinaps melalui transport aktif melalui astrosit (sel glia). Di dalam sel glia glutamat diubah menjadi glutamin. Glutamin keluar dari astrosit untuk memasuki elemen prasinaps dan diubah kembali menjadi glutamat dan disimpan dalam vesikula. Sebagian glutamat juga dihilangkan dari celah sinaps melalui reuptake oleh elemen prasinaps oleh transporter



Gambar 11. Perjalanan glutamate



GABA GABA merupakan neurotransmitter inhibitorik utama pada CNS. Disintesis dari glutamate. Berfungsi untuk mencegah otak mengalami eksitasi berlebihan, memicu tidur, menghambat kecemasan, menimbulkan efek penenang (calming). Kekurangan GABA pada bagian-bagian tertentu otak dapat menimbulkan epilepsy. Sintesis GABA



GABA disintesis dari asam glutamat (glutamic acid) dengan cara dekarboksilasi (pelepasan CO2) oleh enzim glutamic acid decarboxyl-ase (GAD). Fenomena ini menarik karena “hanya” dengan melepas 1 gugus CO2 melalui reaksi 1 tahap suatu NT eksitatorik (glutamat) dapat berubah menjadi NT inhibitorik yang yang rumus molekulnya amat mirip namun bersifat inhibitorik (GABA).



Perjalanan GABA GABA adalah neurotransmitter inhibitorik utama pada CNS. GABA disintesis dari glutamat di dalam synaptic knob menggunakan enzim glutamic acid decarboxylase (GAD) dan dikemas di dalam vesikula oleh enzim vesicular inhibitory amino acid transporter (VIAAT) GABA dikeluarkan ke celah sinaps akan berikatan dengan reseptor ionotropik (reseptor GABAA) untuk menghasilkan efek inhibitoriknya pada elemen pascasinaps. Sebagian GABA berikatan dengan reseptor GABA B pada elemen prasinaps yang merupakan autoreseptor metabotropik dan menimbulkan efek hiperpolarisasi sehingga meniadakan potensial aksi pada elemen prasinaps dan menghentikan rangkaian peristiwa masuknya Ca2+ dan pengeluaran neurotransmitter ke dalam celah sinaps. Seperti glutamat GABA dihilangkan dari celah sinaps dengan reuptake oleh sel glia dan elemen prasinaps. Di dalam sel glia GABA diubah oleh enzim GABA transminase (GABA-T) dan diubah menjadi glutamat yang kemudian diubah oleh enzim glutamat sintase menjadi glutamin. Glutamin masuk kembali kedalam elemen prasinaps oleh enzim glutaminase menjadi glutamat, terkhir oleh enzim GAD glutamat diubah menjadi GABA dan dikemas dalam vesikula



Gambar 12. Perjalanan GABA



KATELKOAMIN



Katekolamin dikatabolisme menggunakan beberapa enzim. Dua diantaranya adalah monoamine oxidase (MAO) dan catecholamine-O-methytransferase (COMT) membentuk



3-O-nethyldopa,



asam



homovanilat



dan



3-methoxy-4-hydroxy-



phenylglycol (MHPG). Kadar yang tak normal dari ketiganya memberi petunjuk tentang adanya gangguan metabolisme neurotransmitter katekolamin. Perjalanan Katekolamin Neurotransmitter katekolamin (dopamin, norepinefrin, epinefrin) disintesis dari asam amino tirosin oleh enzim tirosin hidroksilase (TH) melalui jalur metabolisme bersama. Pada neuron dopaminergik tirosin secara berturut-turut menjadi L-DOPA dan dopamin (DA) yang segera dikemas didalam vesikula. Pada neuron nonadregenik DA diubah lebih lanjut di dalam vesikula oleh enzim dopamin betahidroksilase (DBH) menjadi norepinefrin (NE) dan pada medulla adrenalis NR akan diubah menjadi epinefrin. Setelah dilepaskan akan berkaitan dengan reseptor metabotropik pascasinaps dan menghasilkan efek pascasinaps. NE juga berikatan dengan autoreseptor yang akan menghambat pengeluaran NE dari vesikula. NE dihilangkan dengan reuptakeke dalam synaptic knob. Sebagian NE akan mengalami



degradasi . degradasi terjadi di dalam synaptic knob. (pada asetilkolin degradasi terjadi di dalam celah sinaps)



Gambar 13. Perjalanan Katekolamin



SEROTONIN Serotonin merupakan neurotransmitter inhibitorik yang mengendalikan kemampuan untuk memusatkan perhatian (atensi), irama tidur, mood, nafsu makan. Kekurangan serotonin memicu timbulnya depresi. Serotonin disintesis dari asam amino triptofan melalui 2 tahap reaksi, masing-masing dikatalsis oleh enzim hidroksilase dan dekarboksilase



Gambar 14.Pembentukan Serotonin



Beberapa Neurotransmitter, Rumus Kimia, Mekanisme dan Lokasi Kerjanya



Neurotransmitter, Enzim untuk metabolismenya dan Gangguan Klinis Terkait



5. Sistem Limbik Sistem limbik merupakan bagian otak yang berkaitan dengan emosi dan instink. Dalam struktur hirarki otak sistem limbik berada di tengah, antara diensefalon (batang otak) dengan cerebrum. Sistem limbik mempunyai fungsi pengendali emosi, perilaku instinktif, drives, motivasi, dan perasaan. Baik korteks cerebri maupun sistem limbik , keduanya mempunyai akses ke area motorik batang otak, sehingga memungkinkan manusia belajar beradaptasi dan mengontrol perilaku instinktif mereka. Menurut Dictionary of Psychology, Drever (Adam & Victor, 1993), Emotion is a complex state of the organism involving certain types of bodily changes (mainly visceral and under control of the autonomic nervous system) in association with a mental state of excitement or perturbation and leading usually to an impulse to action or to certain types of behavior. Dari pengertian tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa emosi merupakan perasaan kompleks (menyenangkan atau tidak menyenangkan) pada organisme, melibatkan perubahan aktivitas organ tubuh terutama organ visceral, berada di bawah kontrol sistem saraf otonom, yang mendorong munculnya respon atau perilaku tertentu. Komponen-komponen emosi diantaranya : 1. Stimulus (real atau khayalan) 2. Afek atau perasaan (feeling) 3. Perubahan aktivitas otonom organ visceral 4. Dorongan aktivitas atau perilaku tertentu



Emosi dasar seperti rasa senang, marah, takut, dan kasih sayang, memiliki fungsi untuk mempertahankan hidup dan jenis suatu organisme (manusia dan hewan). Sebagai contoh, bila seseorang melihat harimau yang akan menyerang, maka akan timbul rasa takut sehingga orang tersebut berlari atau mencari perlindungan untukmenyelamatkan diri. Bangunan utama sistem limbik : 1. amigdala 2. septum (dinding) 3. hipokampus 4. girus singulatus 5. thalamus anterior dan hipotalamus



Gambar 15. Sistem Limbik Bagian-bagian sistem limbik saling berhubungan secara kompleks dan beberapa membentuk lingkaran, contoh yang terkenal adalah lingkaran Papez. Menurut Papez, 1958 (dalam Mardiati, 1996), bagian otak yang mengurus fungsi emosi adalah : hipokampus, amigdala, corpus mamillare, nuclei anterior thalamus dan girus singulatus.



Fungsi spesifik bagian-bagian sistem limbik : 1. Hipotalamus merupakan pusat rasa ganjaran dan rasa hukuman. Perangsangan kuat di nuclei anterior dan nuclei ventromedial hipotalamus dan area di



sekelilingnya



menimbulkan rasa kenyang, menurunnya nafsu makan,rasa senang, rasa puas, ketenangan (placidity), dan kejinakan (tameness) pada binatang. Sementara perangsangan di zona periventrikuler hipotalamus menimbulkan rasa tidak senang, takut, panik, dan rasa terhukum. Pada hewan kucing rangsangan listrik di area tersebut membangkitkan pola perilaku ketakutan dan agresifitas. Adanya perangsangan pada hipotalamus lateral timbul rasa haus, nafsu makan, kadang timbul rasa marah, keinginan berkelahi. Dorongan seksual dapat timbul pada rangsangan beberapa area hipotalamus sebagian besar bagian anterior dan posterior hipotalamus. A. Fungsi Vegetatif  dan Sekresi Hipotalamus meskipun mempunyai ukuran sangat kecil hanya beberapa sentimeter kubik, mempunyai jaras komunikasi dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat system limbic. Sebaliknya, hipotalamus dan strukturstruktur yang berkaitan dengannya mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah : a) Kebelakang dan kebawah menuju batang otak terutama ke area reticular mesensefalon, pons dan medulla, dan dari area tersebut ke saraf perifer system saraf otonom. b) Keatas menuju sebagian besar area yang lebih tinggi didiensefalon dan serebrum, khususnya bagian anterior thalamus dan bagian limbic korteks serebri. c) Ke infundibulum hipotalamus untuk mengatur sebagian dari fungsi sekretorik pada bagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.



Hipotalamus mengatur sebagian besar fungsi vegetative dan fungsi  endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek per  ilaku emosional. Pengaturan fungsi vegetative dan fungsi endokrin hipotalamusarea lateral yang ditunjukkan diatas berguna untuk pengatunran rasa haus, rasa lapar dan sebagian besar hasrat emosiaonnal. Gambaran umum  fungsi  vegetative dan fungsi pengaturan hipootalamus : 1. Pengaturan kardiovaskular Perangsangan berbagai area dalam hipotalamus dapat menimbulkan efek neurogenik pada system kardiovaskuler yang telah dikenal, meliputi teknan arteri, peningkatan frekuensi denyut jantung. Pada umumnya perangsangan hipotalamus bagian posteeri rior dan lateral meningkatkan tekanan arteri dan frekuensi denyut jantung, sedangkan perangsangan pada area preoptik sering menimbulkan efek yang berlawanan, sehingga menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung dan tekanan arteri. Efek ini terutama dijalarkan melalui pusat pengatur kardiovaskular tertentu di regio reticular dari pons dan medulla. 2. Pengaturan suhu tubuh Bagian anterior hipotalamus, khususnya area preoptik berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh. Peningkatan suhu darah yang mengalir melewati area ini meningkatkan aktivitas neuron-neuron peka suhu, sementara penurunan suhu akan menurunkan aktivitasnya. Sebaliknya, neuron-neuron ini mengatur mekanisme yang dipakai untuk meningkatkan atau menurunkan suhu tubuh.



3. Pengaturan cairan tubuh Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara : A. Dengan mencetuskan sensasi haus. Dibagian lateral terdapat area yang disebut pusat rasa haus . bila elektrolit cairan yang terdapat dipusat atau didaerah yang berkaitan dengan hipotalamus menjadi sangat pekat, pada hewan akan berkembang hasrat untuk minim air. B. Mengatur ekskresi air ke dalam urin. Penagturan eksresi air oleh ginjal terutama dilakukan oleh nuclei supraoptikus. Bila cairan tubuh menjadi sangat pekat, neuron-neuron dalam area ini menjadi terangsang. Serabutserabut saraf yang berasal dari neuron-neuron ini diproyeksikan kebawah melalui infundibulum hipotalamus kekelenjar hipofisis posterior, tempat ujung-ujung saraf menyekresikan hormone antidiuretik (vasopresin). Selanjutnya diabsorbsi kedalam darah dan diangkut keginjal tempat hormone tersebut bekerja pada akuaduktus koligentes ginjal guna menimbulkan peningkatan reabsorpsi air. 4. Pengaturan kontraktilitas uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara Perangsangan nucleus paraventrikular menyebabkna sel-sel neuronnya menyekresi hormone oksitosin. Selanjutnya hormone ini menyebabkan peningkatan



kontraktilitas



uterus



serta



kontraksi



sek-sel



mioepitel



mengelilingi alveoli payudara. Yang menyebabkan alveoli mengosongkan air susu melallui putting susu. Pada akhir masa kehamilan akan dis sekresikan banyak sekali oksitosin, dan sekresi persalinan untuk mengeluarkan bayi.



ini



membantu



memulai



kontraksi



5. Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan Satu area yang berhubungna dengan rasa lapar adalah area hipotalamus lateral. Bila area ini rusak pada kedua sisi hipotalamus akan menyebabkan hewan kehilangan nafsu makan, yang kadangkala menyebabkan kematian karena kelaparan. Pusat yang berlawanan dengan hasrat makan disebut ayang sedang makan tiba-tiba menghentikan makan dan benar-benar mengabaikan makanan tersebut. Namun, bila area ini dirusak bilateral, hewan tersebut tidak dapat terpuaskan. Area hipotalus lainnya yang termasuk dalam pengatur seluruh aktivitas gastrointestinal adalah badan mamilari, yang sedikitnya turut mengatur sebagian pola dari sekian banyak reflex makan, seperti menjilat-jilat bibir dan makan. 6. Pengaturan hipotalamik terhadap sekresi hormone endokrin oleh kelenjar hipofisis anterior Perangsangan area tertentu hipotalamus juga menyebabkan kelenjar hipofisis bagian anterior. menyekresikan hormone-hormonnya. Kelenjar hipofisis anterior menerima suplai darahnya terutama dari darah yang mula-mula mengalir melalui hipotalamus bagian bawah dan selanjutnya melalui sinussinus vascular hipofisis anterior. Sebelum mencapai hipofisis anterior, berbagai nuclei hipotalamik menyekresikan hormone-hormon  pelepas dan hormone-hormon penghambat spesifik ke dalam darah. Selanjutnya hormonehormon ini diangkut lewat darah menuju kelenjar hipofisis anterior, tempat hormone tersebut mempengaruhi sel-sel glandular untuk mengatur pelepasan hormone-hormon hipofisis anterior spesifik.



B. Fungsi perilaku dari hipotalamus dan system limbic yang berkaitan : 1. Efek yang disebabkan oleh perangsangan. Selain fungsi vegetative dan fungsi endokrin hipotalamus, perangsangan atau adanya lesi pada hipotalamus seringkali member efek yang menyeluruh pada  perilaku emosional seekor heweh perangsangan dan manusia. Pada hewan, beberapa efek perilaku akibat perangsangan adalah: a) Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu makan b) Perangsangan pada nucleus ventromedial dan area di sekelilingnya terutama mengakibatkan efek yang berlawanan dengan efek  disebabkan  oleh perangsangan pada hipotalamus lateral yakni, menimbulkan rasa kenyang, menurunnya nafsu makan, dan hewan menjadi tenang. c) Perangsangan pada zona tipis dari nuclei paraventrikular, yang terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ketiga, biasanya menimbulkan rasa takut dan reaksi terhukum. d) Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa area hipotalamus besar bagian anterior dan posterior hipotalamus. 2. Efek yang disebebkan oleh lesi hipotalamik Pada umumnya, lesi pada hipotalamus akan menimbulkan efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh perangsangan. Contoh: a) Lesi bilateral pada hipotalamus lateral akan mengurangi hasrat minum dan nafsu makan ha hampir sampai hilang sama sekali, sehingga sering menimbulkan mati kelaparan. Lesi ini menimbulkan sikap pasif yang ekstrem pada hewan, disertai dengan hilangnya sebagian besar dorongan bertindak. b) Lesi bilateral pada area ventromedial hipotalamus menimbulkan efek yang terutama berlawanan dengan yang disebabkan oleh lesi hipotalamus lateral, menimbulkan hasrat minum dan nafsu makan yang berlebihan, disertai



keadaan hiperaktif dan seringkali menjadi sangat buas disertai keinginan menyerang walaupun hanya mendapat provokasi ringan. C. .Fungsi Perilaku oleh Hipotalamus Perangsangan pada bagian : a) Hipotalamus Lateral              : menimbulkan rasa haus, lapar dan marah b) Nukleus Ventromedial           : menimbulkan rasa kenyak dan tenang c) Nukleus Paraventrikular         : menimbulkan rasa takut dan terhukum d) Bagian anterior dan posterior  : menimbulkan dorongan seksual Pusat  Ganjaran Terletak di nuklei lateral dan ventromedial hipotalamus. Selain itu bagian sistem limbik lainnya juga berperan yaitu bagian septum, amigdala, serta area tertentu dalam talamus dan ganglia basalis, tegmentun basal dari mesensefal, tapi bersifat kurang peka. Memberikan rasa senang dan keinginan untuk terus melakukan sesuatu hal. Pusat Hukuman Terletak di area kelabu sentral di sekeliling akuaduktus sylvius dalam mesensefalon, menyebar ke atas zona periventrikular hipotalamus dan  talamus. Amigdala dan hipokampus juga berperan dalam  rasa terhukum ini tapi sifatnya kurang kuat. Rasa marah juga timbul dari rangsangan di zona periventrikular dan lateral hipotalamus, tapi dapat ditekan oleh sinyal inhibisi dan nuklei ventromedial, hipokampus, serta korteks limbik anterior yaitu girus cingulata dan girus subkalosal. Rasa terhukum dan takut dapat mendahului rasa senang dan rasa ganjaran. Makna Rasa Ganjaran dan Rasa terhukum Mengatur aktivitas tubuh, hasrat, rasa enggan, dan motivasi kit karena adanya rasa senang (makna ganjaran) dan rasa benci (makan terhukum) akan sesuatu. Rasa ganjaran dan terhukum akan menimbulkan jejak ingatan (memory trace).



Setiap sinyal sensorik akan merangsang setiap area di korteks serebri dan jika tidak menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum maka sinyal tersebut akan terhabituasi (hilang dengan sendirinya). Pola marah merupakan suatu pola emosi yang melibatkan pusat rasa terhukum pada hipotalamus dan struktur limbik lain. Perangsangan yang kuat pada pusat rasa terhukum di otak, khususnya pada zona periventrikuler hipotalamus dan pada hipotalamus lateral menyebabkan rasa marah. Perangsangan pada area yang lebih rostral



(posterior)



preoptikmenyebabkan



dari



area



timbulnya



rasa rasa



terhukum takut



dan



yakni



pada



cemas



garis



tengah



berkaitan



dengan



kecendrungan binatang untuk melarikan diri. Fenomena rasa marah ini terutama dicegah oleh adanya keseimbangan aktivitas dari nuclei ventromedial hipotalamus. Hipokampus, amigdala, bagian anterior korteks limbik (terutama girus singulata anterior dan girus subkalosal) membantu menekan fenomena rasa marah ini. Pemberian



tranquilizer



(obat



penenang)



misalnya



klorpromazin



biasanya



menghambat pusat-pusat rasa ganjaran dan rasa terhukum. Kerja obat pada keadaan psikotik ialah dengan cara menekan sebagian besar area perilaku yang penting dalam hipotalamus dan region otak limbik yang berkaitan dengan area tersebut. 2. Amigdala bagian sistem limbik yang apabila mendapat rangsangan dapat menimbulkan respon agresifitas atau mengamuk, sementara pengangkatan amigdala dapat menyebabkan respon pasif dan pemalu. Amigdala merupakan kompleks nuclei yang terletak di bawah korteks dari tiang medial anterior setiap lobus temporalis. Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipotalamus. Salah satu bagian utama dari traktus olfaktorius berakhir di bagian amigdala yang disebut nuclei kortikomedial terletak tepat di bawah korteks di dalam area piriformis olfaktorius lobus temporalis. Ada juga nuclei basolateral yang penting dalam hubungannya dengan perilaku. Amigdala menerima sinyal neuronal dari semua bagian korteks .imbik seperti juga neokorteks lobus temporalis, parietal,



dan oksipital, terutama dari area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual. Amigdala menjalarkan sinyalnya kembali ke area kortikal yang sama, ke hipokampus, ke septum, ke talamus, dan khususnya ke hipotalamus. Efek perangsangan amigdala yang dijalarkan melalui hipotalamus : 1. Peningkatan atau penurunan tekanan arteri 2. Peningkatan atau penurunan frekuensi denyut jantung 3. Peningkatan atau penurunan motiltas dan sekresi gastrointestinal 4. Defekasi dan mikturisi 5. Dilatasi pupil atau kadangkala konstriksi 6. Piloereksi 7. Sekresi berbagai hormon hipofisis anterior, terutama hormon gonadotropin dan adrenokrtikotropik Perangsangan lain oleh amigdala : 1. Berbagai pergerakan involunter (tonik, klonik atau ritmik, penciuman dan makan) 2.



Kadangkala menimbulkan pola marah, melarikan diri, rasa terhukum, dan rasa takut



3. Menimbulkan aktivitas seksual seperti ereksi, pergerakan persetubuhan, ejakulasi, ovulasi, aktivitas uterus, dan persalinan premature 4. Membantu



menentukan



pola



respon



menyesuaikan diri dengan setiap keadaan



perilaku



seseorang



sehingga



3. Hipokampus merupakan struktur sistem limbik yang menonjol dan berperan penting dalam proses belajar dan memori, mencatat informasi, melakukan penyimpanan awal memori jangka panjang dan menguatkan kembali informasi yang baru dipelajari. Kerusakan hipokampus bilateral dapat menyebabkan amnesia anterograd. Bagian dari medial korteks temporalis yang memanjang, melipat ke atas dan ke dalam untuk membentuk permukaan ventral dari radiks inferior ventrikel lateralis. Salah satu ujung hipokampus berbatasan dengan nuclei amigdaloid serta pada salah satu tepinya juga bersatu dengan girus parahipokampal. Hipokampus beserta struktur lobus temporalis yang berdeatan dengannya disebut formasio hipokampal. Hipokampus merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik yang masuk, yang dapat menimbulkan reaksi perilaku yang sesuai tetapi dengan tujuan berbeda. Hipokampus pada mulanya merupakan bagian dari korteks olfaktorius. Perangsangan pada berbagai area dalam hipokampus dapat menyebabkan rasa marah, ketidakpedulian, dorongan seks yang berlebihan. Hipokamus juga memiliki peranan dalam pembelajaran. Jika hipokampus mengatakan bahwa sinyal neuronal tertentu bersifat penting, maka sepertinya disimpan menjadi ingatan. Hipokampus juga diduga menyebabkan timbulnya dorongan untuk mengubah ingatan jangka pendek menjadi jangka panjang, karena hipokampus berperan dalam konsolidasi ingatan jangka panjang. Girus singulatus : merupakan bagian sistem limbik yang berperan dalam pengaturan perlaku sosial, seperti pengasuhan anak.



Gambar 16. Amigdala dan Hipocampus Beberapa stimuli (seperti bau-bauan, suara asing, senyum bayi) akan membangkitkan emosi dan respon tubuh (misal perasaan senang, respon motorik instinktual seperti senyum, dan efek visceral sepeti debar jantung). Respon ini diintegrasikan oleh sistem limbik, termasuk hipotalamus sebagai pintu tempat keluaran utama. Jadi sinyal untuk reaksi motorik senyum dikirim ke pusat motorik batang otak, untuk efek motorik visceral debar jantung ke pusat saraf otonom, dan untuk efek neurohormonal ke sistem endokrin (kelenjar hipofisis). Perasaan diintegrasikan ke fungsi otak luhur (korteks cerebri), sementara hipokampus terlibat dalam proses belajar dan memori tentang stimulus-stimulus di atas.



Hypothalamus merupakan bagian Diencephalon paling ventral, sebagai pusat otonom, dan terdiri dari : 1. Chiasma Opticum 2. Tuber Cinereum 3. Infundibulum 4. Hypophyse Lobus Posterior 5. Corpora Mammilaria



6. Hubungan Lapar dan Haus dengan Emosi Hipotalamus Secara spesifik fungsi hipotalamus adalah mengontrol suhu tubuh, mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin, mengontrol asupan makanan, mengontrol sekresi hormon hipofisis posterior mengontrol kontraksi uterus dan ejeksi air susu, berperan dalam pola emosi dan perilaku, serta dalam siklus tidur-terjaga. Hipotalamus lateral adalah pusat lapar atau pusat makan Lapar dan haus Saat merasa lapar dan haus, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup sehingga hipotalamus tidak dapat bekerja dengan sempurna sebab kadar serotonin menurun saat lapar dan haus. Sesuai fungsinya, serotonin yang rendah sendiri dapat mengakibatkan emosi Naik turunnya serotonin mempengaruhi daerah diotak yang memudahkan orang mengatur kemarahan dan memicu sikap agresif saat marah. Makanan yang mempengaruhi kadar serotonin membuat serotonin yang dibutuhkan tidak terjadi gangguan. Saat tidak adanya asupan makanan yang mempengaruhi kadar serotonin, orang tersebut akan berkomunkasi dengan amygdala yang mengontrol sistem emosi pada otak sehingga terjadilah marah atau emosi.



Hubungan puasa dengan emosi Puasa menjadi ajang pengendalian diri dan kesabaran yang dapat melatih otak dibagian pengendali emosi atau amygdala. Saat emosi membaik, steroid dan adrenalin yang disekresi di dalam tubuh pun cukup dan dalam keadaan normal, membuat serotonin dalam keaadaan normal juga. Sedangkan jika tubuh dalam keadaan emosi tak terkendali, adrenalin akan melonjak sehingga mengakibatkan tekanan darah tinggi. Steroid yang dikendalikkan bagian otak cortisol akan disekresi oleh ginjal. Sehingga steroid dapat menurunkan jumlah serotonin di otak yang mencetuskan depresi. Saat kita membiasakan diri untuk berpuasa, hormon-hormon dan neurotransmitter yang berfungsi dalam pengendali emosi ini akan dalam keadaan stabil.



7. Aktifitas Sadar dan Tidak Sadar Ketika Mengamuk Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan



suatu



bangsa



untuk  berhadapan



dengan



kenyataan



dan



mempertahankan citra-diri. Orang yang seha tbiasamenggunakan berbagai mekanisme



pertahanan



selama



hidupnya.



Mekanisme



tersebut



menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatanfisik  dan/atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme  pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk  menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi. Mekanisme pertahanan dilakukan oleh ego sebagai salah satu bagian dalam struktur  kepribadian  menurut psikoanalisis Freud selain id, dan super ego. Mekanisme tersebut diperlukan saatimpuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam super ego, atau bila ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.



Faktor



penyebab



perlunya



dilakukan



mekanisme



pertahanan



adalahkecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif terhadap apa yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut. Sekarang ego menghadapi hal yang menuntut untuk memuaskan baik id dan super ego. Ego memiliki beberapa alat itu dapat digunakan dalam pekerjaan sebagaimediator, alat-alat yang membantu mempertahankan ego ini disebut mekanisme pertahanan ego.



Ketika ego memiliki waktu yang sulit membuat kedua id dansuperego bahagia, itu akan mempekerjakan satu atau lebih dari pertahanan: 1. Penyangkalan.



penyangkalan



dilakukan



ego



untuk



melawan



kecemasan atau ketidaknyamanan, dengan menyatakan atau menganggap bahwa objek sumber kecemasan tersebut dianggap, atau diyakini tidak ada. 2. Pemindahan/displacement



yaitu



memindahkan



ketidaknyamanan



emosi dengan melakukan sesuatu, seperti misalnya membanting pintu. Mekanisme Kerja Saraf Sadar dan  Saraf Tidak Sadar Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). 1. Sistem Saraf Sadar Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang



kerjanya



diatur oleh



otak.



Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.



Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut: a) Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma. b) Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan. c) Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki. Sebagai bukti adanya penghantaran impuls oleh saraf adalah timbulnya gerak pada anggota tubuh. Gerakan tersebut terjadi karena proses yang disadari yang disebut juga gerak sadar atau gerakan biasa.  Gerakan biasa atau gerak sadar yaitu gerak yang terjadi melalui serangkaian alur impuls. Alur impuls tersebut dimulai dari reseptor sebagai penerima rangsangan, lalu ke saraf sensorik sebagai penghantar impuls, kemudian dibawa ke saraf pusat yaitu otak untuk diolah. Akhirnya muncul tanggapan yang akan disampaikan ke saraf motorik menuju ke efektor dalam bentuk gerak yang disadari. Skema terjadinya gerak sadar: Rangsang -reseptor – sel saraf sensorik – otak-sel saraf motorik-efektor- tanggapan Contoh gerakan sadar antara lain: berjalan, olah raga, makan, minum dan sebagainya.



2. Sistem Saraf Tidak Sadar (Saraf Otonom) Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom yaitu sistem saraf yang bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak. Sistem saraf otonom terdiri dari neuron-neuron motorik yang mengatur kegiatan organ- organ dalam, misalnya jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan, otot polos pembuluh darah. Berdasarkan sifat kerjanya, sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion yaitu serabut saraf yang yang menuju ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Sebelum sampai pada organ serabut saraf akan mempunyai sinaps pada sebuah ganglion. Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang dan serabut post-ganglion pendek. Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi pengaruh kerjanya berlawanan sehingga keduanya bersifat antagonis. Contoh fungsi saraf simpatik dan saraf parasimpatik antara lain, saraf simpatik mempercepat denyut jantung, memperlambat proses pencernaan, merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh arteri, memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan mengembangkan kantung kemih. Sedangkan saraf parasimpatik dapat memperlambat denyut jantung, mempercepat proses pencernaan, menghambat ereksi, memperbesar diameter pembuluh arteri, memperkecil pupil, memperbesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih. Sistem saraf tak sadar menyebabkan gerakan yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak refleks merupakan suatu reaksi yang bersifat otomatis atau tanpa disadari. Impuls saraf pada gerak refleks melalui alur impuls pendek. Alur impuls dimulai dari reseptor sebagai penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron ke



sumsum tulang belakang, tanpa diolah oleh pusat saraf. Kemudian tanggapan dikirim oleh saraf motorik menuju ke efektor. Alur impuls pada gerak refleks disebut lengkung refleks.                    Ada dua macam gerak refleks yaitu : a) Refleks otak, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara yang terletak di otak, misalnya berkedipnya mata, refleks pupil mata karena rangsangan cahaya. b) Refleks sumsum tulang belakang, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara yang terletak di sumsum tulang belakang, misalnya sentakan lutut karena kaki menginjak batu yang runcing.                                                                                                        Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak. Contoh gerak refleks seperti mengangkat tangan ketika terkena api, mengangkat kaki ketika tertusuk duri, berkedip ketika ada benda asing yang masuk ke mata, bersin dan batuk. Skema terjadinya gerak refleks : Stimulus pada organ reseptor – sel saraf sensorik – sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang – sel saraf motorik – respon pada organ efektor.



Ciri gerak refleks yaitu : 1. Dapat diramalkan jika rangsangannya sama 2.



Memiliki tujuan tertentu bagi organisme tersebut



3. Memiliki reseptor tertentu dan terjadi pada efektor tertentu 4. Berlangsung cepat, tergantung pada jumlah sinapsis yang dilalui impuls 5. Spontan, tidak dipelajari dulu 6. Fungsi sebagai pelindung dan pengatur tingkah laku hewan 7. Respon terus menerus dapat menyebabkan kelelahan. Macam refleks: refleks spinal (pada sumsum tulang belakang), refleks medulla (pada sumsum lanjutan), refleks cerebellar (melibatkan otak kecil), refleks superfisial (melibatkan kulit dan lain-lain), refleks miotatik (pada otot lurik), serta refleks visceral (berhubungan dengan dilatasi pupil dan denyut jantung). Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Serabut saraf simpatis “ mengaktifkan” tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh. Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen, medilatasi pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil membuat konstriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna menyokong jantung, otot, dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respons simpatis (Videbeck, 2008). Ansietas menyebabkan respons kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktivitas motorik, agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital. Untuk mengurangi perasaan tidak nyaman, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyaman tersebut dengan melakukan



perilaku adaptif yang baru atau mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif dapat menjadi hal yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar, misalnya : menggunakan teknik imajinasi untuk memfokuskan kembali perhatian pada pemandangan yang indah, relaksasi tubuh secara berurutan dari kepala sampai jari kaki, dan pernafasan yang lambat dan teratur untuk mengurangi ketegangan otot dan tanda-tanda vital. Respons negatif terhadap ansietas dapat menimbulkan perilaku maladaptif, seperti sakit kepala akibat ketegangan, sindrom nyeri, dan respons terkait stress yang menimbulkan efisiensi imun (Videbeck, 2008). Ansietas dapat disampaikan dari satu individu kepada individu lain melalui kata-kata, misalnya mendengar seorang berteriak “kebakaran” di ruang yang penuh sesak atau mendengar suara bergetar dari ibu yang tidak dapat menemukan anaknya di mal yang padat. Ansietas dapat disampaikan secara nonverbal melalui empati, suatu kesadaran menepatkan diri pada posisi orang lain untuk beberapa waktu (Sullivan, dalam Videbeck, 2008). Ketika individu menjadi cemas, mereka menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengurangi rasa cemas. Mekanisme pertahanan merupakan distorsi kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi yang menimbulkan stress. Proses ini mencakup muslihat diri, kesadaran yang terbatas terhadap situasi, atau komitmen emosional yang kurang. Kebanyakan mekanisme pertahanan timbul dari alam bawah sadar sehingga individu tidak sadar menggunakannya. Ketika pasien tidak dapat menjelaskan kecelakaan yang baru saja dialaminya, pikirannya sedang menggunakan mekanisme represi (melupakan peristiwa yang menakutkan secara tidak sadar). Beberapa individu menggunakan mekanisme pertahanan secara berlebihan dan hal ini menghentikan mereka mempelajari berbagai metode yang tepat untuk mengatasi situasi yang menimbulkan ansietas. Ketergantungan pada satu atau dua mekanisme pertahanan juga dapat menghambat



pertumbuhan



emosional,



menyebabkan



buruknya



menyelesaikan masalah, dan menimbulkan kesulitan menjalin hubungan.



keterampilan



TINGKAT KECEMASAN Ada empat tingkat kecemasan (Peplau, dalam Videbeck, 2008), yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. Pada masing-masing tahap, individu memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif, dan respons emosional ketika berupaya menghadapi kecemasan. KECEMASAN RINGAN Respons fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian dan rajin. Respons kognitif : lapang emosional luas, terlihat tenang dan percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memerhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. Respons emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, ativitas menyendiri, terstimulasi dan tenang. KECEMASAN SEDANG Respons fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara berubah : bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung. Respons kognitif : lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, focus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan. Respons emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar dan gembira. Pada kecemasan ringan dan sedang, individu dapat memproses informasi, belajar, dan menyelesaikan masalah. Pada kenyataannya, tingkat kecemasan memotivasi pembelajaran dan perubahan perilaku. Keterampilan kognitif mendominasi.



KECEMASAN BERAT Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakkan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan dan gemetar. Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangan informasi, hanya memerhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri, dan egosentris. Respons emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan dan ingin bebas. PANIK Respons fisik : flight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormone stress dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga. Respons kognitif : persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, focus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi. Respons emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk, kangen, takut dan lelah.



Ketika individu mengalami kecemasan berat dan panik, keterampilan bertahaan yang lebih sederhana mengambil alih, respons defensif terjadi, dan keterampilan kognitif menurun signifikan. Individu yang mengalami kecemasan berat sulit berpikir dan melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat, dan mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan, iritabilitas, dan kemarahan, atau menggunakan cara psikomotor-emosional yang sama lainnya untuk melepas ketegangan. Dalam keadaan panic, alam psikomotor-emosional individu tersebut mendominasi, disertai respons fight, flight, atau freeze. Lonjakan adrenalin menyebabkan



tanda-tanda



vital



sangat



meningkat,



pupil membesar



untuk



memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk, dan satu-satunya proses kognitif berfokus pada pertahanan individu tersebut.



8. Anatomi Otak ENCEPHALON



Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena menjadi pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga



tengkorak (cranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Secara garis besar, otak dibagi atas 3 bagian, yaitu : Prosencephalon Telencephalon à Cerebrum Diencephalon à Diencephalon Mesencephalon



à Mesencephalon



Rhombencephalon Metencephalon



à Cerebellum + Pons



Myelencephalon



à Medulla Oblongata



TELENCEPHALON à CEREBRUM Cerebrum atau otak besar terletak dalam Cavum Cranii dan terbaring pada Basis Cranii (fossa cranii anterior + media) yang diantarai oleh suatu cairan bening tanpa sel yang disebut Liquor Cerebrospinalis yang berfungsi sebagai sebagai bantal cairan untuk



memproteksi



trauma



mekanis



terhadap



Sistem



Saraf



Pusat.



Di inferior Lobus Occipitalis Cerebri terdapat Tentorium Cerebelli yang merupakan pembatas antara cerebrum dan cerebellum. Cerebrum terbagi atas dua simetris yaitu Hemispherium Cerebri Sinistra dan Hemispherium Cerebri Dextra yang dibagi oleh Fissura Longitudinalis Cerebri atau Falx Cerebri. Walaupun terbagi atas dua simetris, tetapi Hemispherium Cerebri Sinistra dan Hemispherium Cerebri Dextra tetap berhubungan pada bagian profunda oleh suatu pita serabut lebar yang disebut Corpus Callosum. Tiap Hemispherium Cerebri terbagi atas : Lobus Frontalis



: untuk kegiatan berpikir, perencanaan, penyusunan konsep dan



perilaku sosial Lobus Parietalis



: bertanggung jawab untuk kegiatan berpikir, terutama



pengaturan memori Lobus Occipitalis : bertanggung jawab mengatur fungsi penglihatan Lobus Temporalis : bertanggung jwwab terhadap persepsi suara dan bunyi Lobus Centralis/Insulae



Bongkah otak besar, Lobi Cerebri; tampak atas (Sumber : Sobotta : Atlas Anatomi Manusia. 23th )



Bongkah otak besar, Lobi Cerebri; tampak lateral (Sumber : Sobotta : Atlas Anatomi Manusia. 23th ) Struktur Cerebrum terdiri dari :



CORTEX CEREBRI (paling superficial) Cortex Cerebri dibentuk oleh Substantia Grisea. Pada permukaan cortex cerebri terdapat banyak Sulcus (lekukan) + Fissura (celah) dan Gyrus (lipatan permukaan hemisfer otak) sehingga permukaannya terlihat tidak rata. Beberapa Sulcus/Fissura yang besar pada cortex cerebri : Fissura Cerebri Lateralis Sylvii Sulcus Centralis Rolandi Fissura Calcarina Fissura Parietooccipitalis Sulcus Cinguli Sulcus Collateralis Sulcus Circularis Reyli



Cortex Cerebri tertata menjadi 2 kelompok fungsional : Area Receptif, berupa → Area Sensoris Primer & Sekunder Area Ekspresif → Area motoris Area Assosiasi



Bagian yang terluas pada Cortex Cerebri adalah Area Assosiasi. Seluruh permukaan Cortex Cerebri dari aspek fungsional diberi nomor 1 – 47 (BROADMANN)



CENTRUM SEMIOVALE SUBSTANTIA GRISEA CENTRALIS (paling profunda) HIPPOCAMPUS (paling profunda)



2. CENTRUM SEMIOVALE Centrum semiovale dibentuk oleh Substantia Alba dan didalamnya terdapat axon dan dendrite. Centrum semiovale terletak pada profunda Cortex Cerebri. Pada centrum semiovale terdapat 3 kelompok serabut yang saling menyilang dalamnya. 3 kelompok serabut tersebut yaitu : Serabut Assosiasi Serabut assosiasi menghubungkan gyrus pada Hemispherium Cerebri yang sama dan bisa gyrus berdekatan atau jauh. Macam-macam serabut Assosiasi : Pendek → FIBRA ARCUATA (= Fibra “U”) Panjang Fasciculus Uncinatus Cingulum Fasciculus Longitudinalis Superior Fasciculus Longitudinalis Inferior Fasciculus Occipitofrontalis Superior Fasciculus Occipitofrontalis Inferior Fasciculus Perpendicularis Fornix



Serabut Commisura Corpus Callosum Corpus callosum merupakan serabut commissura terbesar yang menghubungkan semua area cortical secara homotopik (Hem. Cerebri Sinistra dengan Dextra) kecuali area visualis serta area tangan dan kaki (pada area somato sensoris) Corpus callosum pada Lobus Frontalis → FORCEPS MINOR, sedangkan pada Lobus



Occipitalis







FORCEPS



MAJOR.



Corpus Callosum yang melengkung di atas Ventriculus Lateralis membentuk (dari anterior ke posterior) : Rostrum Corporis Callosi Genu Corporis Callosi Corpus Corporis Callosi Splenium Corporis Callosi Serabut commissural dikelompokan menjadi : Commissura Anterior → antara bagian Rhinencephalon kiri dgn kanan Commissura Posterior → antara Nucleus Pretectalis kiri dgn kanan di dekat Epithalamus Commissura Hippocampi → antara Hippocampus kiri dengan kanan Commissura Fornicis → antara Crus Fornicis kiri dengan kanan Serabut proyeksi Serabut proyeksi terbagi menjadi serabut-serabut Ascendens DAN Descendens. Serabut Ascendens dari struktur di bawah Hemispherium Cerebri → Thalamus → Radiatio Thalami (= Tractus Thalamocorticalis) yang membentuk CORONA RADIATA Serabut Descendens dari cortex Cerebri ke struktur di bawah Hemispherium Cerebri : Thalamus



→ Tractus Corticothalamicus



Ganglion Basalis → Fibra Corticostriatalis Substantia Nigra → Fibra Corticonigralis Truncus Cerebri → Tractus Corticopontines Tractus Corticonuclearis Tractus Corticorubralis Medulla Spinalis → Tractus Corticospinalis



SUBSTANTIA GRISEA CENTRALIS Massa substantia grisea di antara centrum semiovale terhadap thalamus. Substantia grisea centralis terdiri dari : Nucleus Caudatus Nucleus caudatus berbentuk “C” → ikut lengkungan Ventriculus Lateralis Nucleus caudatus terdiri dari : Caput → sesuai Cornu ant Ventr. Lat. (Lobus Frontalis) Corpus → melengkung di dorsolateral Thalamus Cauda → dalam Lobus Temporalis Nucleus Lentiformis Nucleus lentiformis terdiri dari Putamen (lateral) + Globus Pallidus (medial). Pada bagian profunda → Lobus Centralis sedangkan pada bagian medialnya → Claustrum Claustrum



Claustrum merupakan substantia grisea yang tipis. Corpus Amygdalae Corpus amygdalae terdapat di dalam Uncus (ujung Lobus Temporalis) yang berhubungan dengan Cauda Nucleus Caudatus Nucleus Caudatus + Putamen = Corpus Striatum Substantia grisea centralis = Ganglia Basalis



HIPPOCAMPUS Hippocampus merupakan suatu substantia grisea dalam lobus temporalis. Dari Uncus → Splenium Corporis Callosi Pada dasar Cornu Inferior Ventr. Lateral Dari Hippocampus → melalui Alveus → Fimbria Hippocampi → Crus Fornicis Hippocampus + Gyrus Dentatus + Gyrus Parahippocampi → HIPPOCAMPI



FORMATIO



DIENCEPHALON Diencephalon terbagi atas : Thalamus Thalamus merupakan bagian diencephalon yang paling besar dan paling atas yang terdiri dari 7 kelompok Nuclei Thalami. Thalamus sebagai penyalur informasi yang masuk otak ke bagian-bagian lain di otak yang fungsinya untuk menganalisis sensoris (tempat persimpangan saraf-saraf sensoris yangg menuju otak).



Hypothlamus Hypothalamus merupakan bagian diencephalon yang paling ventral (depan) dan sebagai pusat otonom yang mengatur pusat rasa lapar, kenyang, perilaku seksual serta mengatur keseimbangan tubuh berupa suhu, denyut jantung. Hypothalamus terdiri dari : Chiasma Opticum Tuber Cinereum Infundibulum Hypophyse Lobus Posterior Corpora Mammilaria



MESENCEPHALON Mesencephalon atau otak tengah berfungsi untuk pendengaran, penglihatan, gerakan mata, dan gerakan tubuh (movement) Struktur luar dari mesencephalon : Aspectus Ventralis Pedunculus Cerebri (= Crus Cerebri) à tractus Corticospinalis + C. Bulbaris + tractus Fronto / temporoparieto occipito pontines Fossa Interpeduncularis à N. III dan Substantia Perforata Anterior



Aspectus Dorsales Lamina Quadrigemina Colliculus Superior à nucleus coll. sup Colliculus Inferior à nucleus coll. inf N. IV Brachium Conjunctivum Brachium Colliculi / Quadrigeminum Laterale Brachium Colliculi / Quadrigeminum Mediale



METENCEPHALON à CEREBELLUM + PONS CEREBELLUM Cerebellum terletak pada Fossa Cranii Posterior atau di inferior Lobus Occipitalis Cerebri yang dipisahkan oleh Tentorium Cerebelli. Namun, cerebellum dihubungkan dengan



cerebrum



melalui



Pedunculus



Cerebri.



Cerebellum berfungsi untuk mengatur keseimbangan (balance), gerakan (movement) dan postur (posture). Struktur luar cerebellum yaitu Lobulus Cerebellum yang dapat dikelompokkan menjadi : Lobus Anterior Lobus Posterior Lobus Flocculonodularis Lobus Anterior terhadap Posterior diantarai FISSURA PRIMA



Lobus



Posterior



terhadap



Flocculonodularis



POSTEROLATERALIS Lobus Anterior + Posterior → CORPUS CEREBELLI



diantarai



FISSURA



Struktur Dalam Cerebellum : Substantia Grisea (=Cortex Cerebelli) Substantia Alba (=Corpus Medullare) Dalam Corpus Medullare terdapat percabangan Substantia Alba → ARBOR VITAE Terdapat juga Nuclei Cerebelli (dari medial ke lateral) Nucleus Fastigii Nucleus Globosus Nucleus Emboliformis Nucleus Dentatus



PONS Struktur luar pons : Aspectus Ventralis Sulcus Basilaris à a. basilaris Foramen Caecum à batas Pons-MO N. V à pada pangkal Brachium Pontis N. VI, N. Intermedius, N. VII, N. VIII à batas Pons – Medulla Oblongata Aspectus Dorsalis (= fossa rhomboidea pars superior) Locus Caeruleus Colliculus Facialis à nucleus motoris N. VI + genu internum N. VII Sulcus Limitans



Sulcus Medianus Brachium Pontis Pembatas Pons dan Medulla Oblongata pada bagian dorsal à Stria Medullaris



MYELENCEPHALON à MEDULLA OBLONGATA Struktur luar medulla oblongata : Aspectus Ventralis Pyramis



à tractus corticospinalis



Decussatio Pyramidum



à batas Medulla Oblongata – Pons



Oliva



à nucleus olivarius inferior



Sulcus Lateral – Anterior à N. XII Fissura Mediana Anterior Aspectus Lateralis Tuber Cinereum Corpus Restiforme Aspectus Dorsalis Medulla Oblongata Pars Caudalis (closed part) Tuberculum Cuneatum à nucleus cuneatum Tuberculum Gracilis (= Clava) à nucleus gracilis Sulcus Lateral - Posterior à N. IX, N. X, N. XI Fissura Mediana Posterior Sulcus Intermedius Posterior Medulla Oblongata Pars Cranialis (open part) (= fossa rhomboidea pars inferior) Ala Cinerea (= Trigonum N. Vagi) à nucleus dorsalis N. X Trigonum N. Hypoglossi à nucleus motoris N. XII Sulcus Medianus Sulcus Limitans Area Vestibularis/Acustica à nuclei vestibulares + nucleus cochlearis



9. Pengaruh Serotonin dan Dopamin pada Orang Depresi hingga Membunuh Otak manusia, adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya prosesberfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian, secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu neokortek atau kortex serebri, system limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Bila neokortex berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa, maka sistek limbik berfugsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan batang otak mengarur fungsi vegetasi tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja bersama saling mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja secara terpisah. Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh, homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Otak terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin. Fungsi masing masing neurotransmiter dapat dilihat dibawah ini:



Table Neurotransmitter Pada Sistem Saraf Pusat (Sumber: Mary C Towsend, 1996) Neurotransmiter



Lokasi/Fungsi



Implikasinya pada penyakit Jiwa



Kolinergik



Sistem saraf otonom simpatis dan



parasimpatis,



saraf



terminal



presinapsis



parasimpatik,



terminal



postsinapsis Asetil kolin



Lokasi:Sistem saraf pusat : Meningkatkan



derajat



korteks serebral hipokampus, depresi struktur limbik, basal ganglia Menurunkan Fungsi:



Monoamin



tidur,



bangun penyakitalzeimer,



persepsi nyeri ,



hutington,



pergerakan memori



parkinson



Sistem



derajat



syaraf



korea penyakit



otonom



terminal saraf post sinapsis simpatis Norepinefrin



Lokasi: Sistem saraf pusat: Menurunkan talamus,



sistem



hipokampus,



derajat



limbik, depresi serebelum, Meningkatkan



korteks serebri



derajat



mania, Fungsi:pernafasan,



pikiran, Keadaan kecemasan,



persepsi, daya penggerak,



skizofrenia. fungsi



kardiovaskuler, tidur dan bangun Dopamin



Lokasi:



Frontal



korteks, Menurunkan



derajat



sistem limbik, basal ganglia,



penyakit



talamus, hipofisis posterior, parkinson dan depresi medula spinalis



Meningkatkan



derajat



mania dan skizofrenia Fungsi:



pergerakan



dan



koordinasi, emosional, penilaian, pelepasan prolaktin Serotonin



Lokasi:



Hipotalamus, Menurunkan



talamus,



sistem



derajat



limbik, depresi



korteks serebral, serebelum, Meningkatkan



medula spinalis



derajat



kecemasan Fungsi



:



tidur,



libido,



nafsu



perasaan,



agresi



bangun, makan, persepsi



nyeri, koordinasi dan penilaian Histamin



Hipotalamus



Menurunkan



derajat



depresi Menurunkan derajat Asam amino GABA



Lokasi:



Hipotalamus, Menurunkan derajat korea



hipocampus, serebelum,



korteks, huntington,gangguan basal



ganglia, ansietas, skizofrenia, dan



medula spinalis, retina



berbagai jenis epilepsi



Fungsi: kemunduran aktivitas tubuh Glisin



Lokasi:



Medula



spinalis, Derajat toksik/keracunan



batang otak.



“glycine encephalopaty”



Fungsi: menghambat motor neuron berulang Glutamat dan Aspartat



Lokasi:



Sel-sel Menurunkan



tingkat



piramid/kerucut dari korteks, derajat yang berhubungan serebelum dan sistem sensori dengan



gerakan



motor



aferen primer, hipocampus, spastik talamus, hipotalamus, medula spinalis Fungsi:



menilai



informasi



sensori, mengatur berbagai motor dan reflek spinal Neuropeptida Endorfin dan enkefalin



Hipotalamus



,



talamus, Modulasi aktivitas



struktur limbik dan batang dopamin oleh opiod otak,



enkedalin



juga peptida



dapat



ditemukan pada



menumpukkan



traktus gastrointestinal



berbagai ikatan terhadap



Fungsi: modulasi (mengatur) gejala skizofrenia nyeri



dan



mengurangi



peristaltik (enkefalin) Substansi P



Lokasi: Hipotalamus struktur Menurunkan derajat korea limbik otak tengah, batang hutington otak, talamus, basal ganglia, dan medulla spinalis, juga ditemukan



pada



traktus



gastrointestinal dan kelenjar saliva Fungsi: pengaturan nyeri Somatostatin



Lokasi:



Korteks



hipokampus, basalganglia,



serebral, Menurunkan talamus, penyakit



batang



otak, alzeimer



medula spinalis



Meningkatkan koreahutington



Fungsi:



menghambat



pelepasan



norepinefrin,



merangsang



pelepasan



serotonin, dopamin dan asetil kolin



Dopamin



derajat



derajat



Fungsi



Dopamin



sebagai



neururotransmiter



kerja



cepat



disekresikan



oleh



neuronneuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada region striata ganglia basalis.Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi. Dopamin



bersifat



inhibisi



pada



beberapa



area



tapi



juga



eksitasi



pada



beberapaarea.Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline). Serotonin Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe medial batang otak dan berproyeksi disebahagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus.Serotonin bekerja sebagai bahan penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya di daerah sistem syaraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu pengaturan kehendak seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur. Serotonin berasal dari dekarboksilasi triptofan, merupakan vasokontriksi kuat dan perangsang kontraksi otak polos.Produksi serotonin sangat meningkat pada karsinoid ganas penyakit yang ditandai sel-sel tumor penghasil serotonin yang tersebar luas didalam jaringan argentafin rongga abdomen. Depresi A. Definisi depresi Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri Depresi sendiri ada hubungannya dengan mood dari seseorang.Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu. Kedua definisi di atas dikemukakan oleh Kaplan pada tahun 2010.



B. Ciri-ciri Umum Depresi Menurut Nevid dkk, (2003) ciri-ciri umum dari depresi adalah : Perubahan pada kondisi emosional Perubahan pada kondisi mood (periode terus menerus dariperasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram).Penuh dengan airmata atau menangis serta meningkatnya iritabilitas (mudahtersinggung), kegelisahan atau kehilangan kesadaran. Perubahan dalam motivasi Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untukmemulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun daritempat tidur.Menurunya tingkat partisipasi sosial atau



minat



padaaktivitas



sosial.Kehilangan



kenikmatan



atau



minat



dalam



aktivitasyang menyenangkan.Menurunya minat pada seks serta gagal untukberespon pada pujian atau reward. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motoric Gejala-gejala motorik yang dominan dan penting dalamdepresi adalah retardasi motor yakni tingkah laku motorik yangberkurang atau lambat, bergerak atau berbicara dengan lebihperlahan dari biasanya. Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidurterlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanyadan merasa kesulitan untuk tidur kembali).Perubahan dalam seleramakan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit).Perubahan dalamberat badan (bertambah atau kehilangan berat badan).Beraktivitaskurang efektif atau energik dari pada biasanya, orang-orang yangmenderita depresi sering duduk dengan sikap yang terkulai dantatapan yang kosong tanpa ekspresi. Perubahan kognitif Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih. Berpikir negative mengenai diri sendiri dan masa depan. Perasaan bersalah ataumenyesal mengenai kesalahan dimasa lalu.Kurangnya self-esteematau merasa tidak adekuat.Berpikir kematian atau bunuh diri.



Dari depresi atau stress ini maka akan dapat memicu frustasi Frustasi digunakan psikolog untuk mengetahui keadaan yang timbul apabila adahalangan dalam usaha untuk memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan, harapan atau tindakan tertentu. Frustasi sendiri adalah keadaan dimana satu kebutuhan tidak bisa dipenuhi, tujuan tidak bisa tercapai.Frustasi ini juga bisa menimbulkan situasi positif atau yang destruktif(negatif).Reaksi frustasi dengan demikian sifatnya bisa negatif bisa positif. Reaksi-reaksi Frustasi yang Sifatnya Positif: Mobilitas dan peningkatan aktifitas, karena adanya rangsangan akibatrintangan, individu memperbesar keuletannya, kerja kerasnya, keberaniannya,tekatnya untuk menyelesaikan masalahnya. Berfikir mendalam dengan kejernihanFrustasi memberikan masalah, membuka wawasan realitas, dengan berfikir lebihobyektif, mencari alternatif jalan keluar yang lebih baik. Regignation ( kapasrahan kepada Allah). Menerima situasi yang ada dengan nalar dan rasional. Dengan tawakal kepadaAllah, dan iktiar, tapi tetap berpegang pada kekuasaan Allah dalam menyikapirintangan Dapat fleksibel sesuai kebutuhan. Bila satu ide sudah tidak dapat dipertahankan lagi, tidak sesuai dengan kebutuhan, kita dapat mengikuti perkembangan yang ada yang lebih sesuai dengan tatakehidupan yang baru dan lebih dinamis. Kompensasi dari tujuan. Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalamsatu bidang tapi sukses dalam bidang yang lain, sebagai jalan menghidupkanstimulus dalam diri dan pantang menyerah Sublimasi. Yaitu usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistik,dorongan biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuktingkah laku terpuji yang bisa diterima masyarakat, misalnya disalurkan hasratsexual ke bidang olah raga, seni dan lain-lain. Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Negatif.Reaksi-reaksi ini sangat merugikan individu, ada beberapa reaksi negativesebagai berikut:



Agresi: yaitu bentuk reaksi kemarahan yang luar biasa, sehingga sampaimelakukan penyerangan terhadap orang lain, bisa dengan senjata tajam,pembunuhan. Regresi:



yaitu



reaksi



kekanakkanakan,seperti



kembalinya mengompol,



seseorang mengisap



pada tangan,



pola



tingkah



membanting



laku barang,



menangissambil meraung-raung, histeris. Tingkah laku diatas ekspresi dari putus asa,mental yang lemah, ekspersi rasa menyerah kalah. Fixatie:



adalah



reaksi



frustasi



dengan



melakukan



suatu



tingkah



laku



stereotipimemakai pola yang sama, misalnya menyelesaikan kesulitan dengan membenturbentukankepala, berlari-lari histeris, menggedor-gedor pintu. Dilakukan sebagaialat pencapaian tujuan, menyalurkan balas dendam. Pendesakan dan komplek terdesak. Usaha menekan kebutuhan, pikiran yang jahat, nafsu, perasaan negatif, karenaditekan sehingga secara tidak sadar muncul mimpimimpi yang menakutkan,halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dan lain-lain Rasionalisme yaitu usaha pembenaran diri secara tidak wajar. Proyeksi adalah usaha memproyeksikan sikap dirinya yang negatif pada oranglain. Identifikasi adalah usaha menyamakan diri dengan orang lain, tujuannya untukmemberikan keputusan yang semu pada dirinya sendiri. Narsisme adalah perasaan cinta diri sendiri yang patologis dan berlebihan,cenderung egoistis dan tidak perduli dengan dunia luar, merasa paling superior,paling penting. Autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunia diluar dirinya yangnyata, tidak mau berkomunikasi dengan dunia lain, merasa dunia luar itu kotor,penuh kepalsuan, sehingga lama-lama konflik batin yang menumpulmengdesintegrasi kepribadian individu tersebut. Tehnik jeruk manis yaitu memberi alasan yang baik terhadap kegagalan,kelemahan dirinya. Misalnya seorang panglima perang mengatakan mundur darimedan perang bukan sebagai kekalahan tapi sebagai taktik international. Tehnik Anggur Asam, Usaha memberikan alasan yang negatif padakegagalannya, seperti gagal ujian karena tidak sesuai dengan bahan yangdiberikan.



Jadi dapat disimpulkan bahwa pada orang yang membunuh, neurontransmitter yang berperan adalah serotonin, dopamin dan epinephrine. Dimana jika seseorang kekurangan neurontransmitter tersebut, maka orangtersebutakan meningkat derajat kecemasannya yang mana akan membuatnya frustasi. Ketika frustasi, tubuh akanmelakukan berbagai respon. Yaitu berupa respon positif dan negative.Pada orang yang melakukan pembunuhan, tubuh melakukan respon nagatif berupa Agresi yaitu bentuk reaksi kemarahan yang luar biasa, sehingga sampai melakukan penyerangan terhadap orang lain, bisa dengan senjata tajam (pembunuhan). Alasan mengapa setelah membunuh baru orang tersebut dapat sadar dari frustasinya adalah tubuhakan berusaha mengimbangi proses fisiologi dari apa yang telah dijelaskan diatas hingga sedapatmungkin bisa kembali normal atau biasa kita sebut juga sebagai homeostatis. Bila proses fisiologis ini telah teratasi maka gejala frustasi akan turun, sehingga orang tersebut akan kembali sadar atau normal.



10. Neurutransmiter Asetilkholin (ACh) Dibentuk dari beberapa neuron pada sebagian besar encephalon dan ganglia basalis, neuron eferen yang menginnervasi otot lurik, neuron preganglion sistem saraf otonom, neuron postganglion saraf parasimpatis dan sebagian divisi simpatis. Asetilkolin pada dasarnya merupakan neurotransmitter eksitatorik, namun pada sebagian kecil kasus dapat menyebabkan inhibisi pada beberapa reseptor parasimpatik perifer (mis. otot jantung). Pembentukan ACh oleh neuron eferen pada otot lurik mengakibatkan kontraksi (gerakan dari otot), namun otot dapat mengalami kelumpuhan akibat terhambatnya



pengeluaran



asetilkolin



dari



terminal



pada



telodendron.



Terhambatnya aliran ACh sebagai akibat dari mengonsumsi obat-obatan seperti Botulinum toxin dan curare. Pada encephalon, asetilkolin berhubungan dengan memori dan proses belajar sehingga jika terjadi penurunan kadar ACh pada sistem saraf pusat dapat mengakibatkan Alzheimer (penyakit menurunnya fungsi otak yang terus mengalami perkembangan sehingga dapat menjadi lebih parah dan tentunya berhubungan dengan memori seseorang). dorland Selain itu, kekurangan jumlah reseptor ACh di neuromuscular junction dapat menyebabkan Myasthenia gravis (lemahnya fungsi otot).



Norepinefrin (NE) Sebagian besar neurotransmitter ini dibentuk oleh neuron pada truncus encephali dan hipothalamus yang meregulasi suara hati dari pikiran atau kehendak manusia. Norepinefrin digolongkan sebagai neurotransmitter eksitatorik. Selain dibentuk pada neuron kedua daerah di atas, norepinefrin juga disekresi oleh neuron postganglion sistem saraf simpatis. Norepinefrin dapat berfungsi untuk merekam informasi dalam jangka waktu yang lama serta membantu membentuk sinaps baru yang berkaitan dengan memori. Karena adanya rangsangan simpatetis, neurotransmitter ini dilepaskan seperti pada gejala “fight or flight”. Inilah yang terkadang menyebabkan seseorang dapat mengingat informasi dengan jelas ketika sedang terkejut, takut, dan marah. Dopamin Dibentuk dari neuron-neuron pada substantia nigra melalui dekarboksilasi dopa dan merupakan



produk



intermediet



dalam



sintesis



norepinefrin



(noradrenalin).



Neurotransmitter ini berperan penting pada kesehatan mental (kejiwaan) dan fisik. Kadar dopamine yang meningkat di encephalon khususnya pada lobus frontalis dan sistem limbik dapat menimbulkan gejala schizophrenia. Sebaliknya, menurunnya kadar dopamine dapat menyebabkan Parkinson. Untuk membantu meringankan gejala Parkinson, pemberian L-dopa sebagai obat yang dapat dikonversi di otak oleh dopamine sangat diperlukan. Banyak neurotransmitter yang memiliki kaitan dengan dopamine. Misalnya saja, peningkatan kadar dopamine disertai penurunan kadar neurotransmitter serotonin dapat menimbulkan depresi dengan agresifitas yang berujung pada kekerasan. Sebaliknya, penurunan kadar dopamine disertai peningkatan kadar neurotransmitter serotonin dapat menyebabkan orang bunuh diri (suicide) atau perilaku yang tidak agresif.



Selain berkaitan dengan serotonin, dopamine juga memiliki kaitan dengan neurotransmitter epinefrin (adrenalin). Dopamine berpengaruh terhadap kerja otak yang mengontrol gerakan, respon emosional, dan kemampuan untuk merasakan kenikmatan dan rasa sakit. Dopamine memiliki garam hidroklorida yang digunakan untuk memperbaiki keseimbangan hemodinamik (pergerakan dari darah dan berbagai gaya yang mempengaruhinya). Keseimbangan hemodinamik sangat berguna dalam pengobatan syok. Garam hidroklorida juga digunakan sebagai stimulan jantung. Serotonin Dibentuk oleh nukleus yang terdapat pada Truncus encephali dan bekerja pada sebagian besar regio encephalon. Neurotransmitter ini bekerja sebagai inhibitor untuk jaras rasa sakit dalam medulla spinalis dan dapat meregulasi proses pengambilan keputusan seseorang. Kekurangan serotonin dapat mengakibatkan depresi. Hal ini biasa dijumpai pada orang yang agresif dan melakukan bunuh diri. Sebaliknya, peningkatan serotonin pada encephalon kemungkinan dapat menyebabkan tidur dan relaksasi.



Enkefalin Enkefalin mungkin dibentuk oleh ujung saraf pada medulla spinalis, truncus encephali, thalamus, dan hipothalamus. Rasa nyeri yang dihambat oleh beberapa sistem dalam tubuh dirangsang oleh enkefalin karena termasuk golongan neurotransmitter eksitatorik.



GABA (γ-aminobutyric acid) Dibentuk oleh ujung saraf dalam medulla spinalis, cerebellum, ganglia basalis, dan korteks. Berbeda dengan enkefalin yang menyebabkan eksitasi, GABA merupakan golongan neurotransmitter inhibitorik yang menyebabkan adanya hambatan. Kekurangan GABA yang disertai menurunnya serotonin dapat menimbulkan perilaku agresif



yang



berujung



pada



kekerasan.



Sebaliknya,



peningkatan



jumlah



neurotransmitter ini kemungkinan menimbulkan perilaku pasif. Endorfin Merupakan zat sejenis morfin yang terdapat di encephalon, sehingga sering dikatakan sebagai opiat endogen atau semacam obat sekresi opium yang karena sering digunakan sebagai narkotika dan sangat adiktif, pembudidayaannya dilarang di berbagai negara. Endorphin juga sering digunakan sebagai obat analgesik (pereda rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran). Pengeluaran zat ini disebabkan munculnya rasa nyeri dan exercise. dorland



REFERENCES 1. S, Daryanto S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Apollo ; 1997 2. Guyton. Arthur C, Hall. John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 th ed. Jakarta: EGC; 2012. 3. Corwin. Elisabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 3th ed. Jakarta: EGC; 2009. 4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012. 5. Psikologi Umum. Berpikir . Publish on November 2009 [cited on December 23th 2013]. Available from: http://psikologi.or.id 6. Kuswana WS. Taksonomi Berpikir. Bandung: REMAJA ROSDAKARYA; 2011. 7. Heryati, E. Diktat Kuliah. Jurnal Pendidikan Luar Biasa. [cited on December 18th



2013].



Available



from:



http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197710132005 012-EUIS_HERYATI/DIKTAT_KULIAHx.pdf 8. Videbeck. Sheila, L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 3th ed Jakarta: EGC ;2008 9. Paulsen F. Waschke J. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum dan Sistem Muskuloskeletal. 23th ed. Jakarta: EGC; 2013. 10. http://www.repository.ac.id 11. http://www.nazzariyat.staimata.ac.id 12. Dorland, WAN. Kamus Saku kedokteran Dorland. 28th ed. Jakarta: EGC; 2011 13. University Of Texas. [Cited on January 4th 2014]. Available from : http://www.utexax.edu/research/asrec/dopamine.html