10 0 143 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA PROSTA
I.
PENGERTIAN
A. Definisi CA Prostat Carsinoma prostat atau kanker prostat adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan prostat yang tidak normal/abnormal yang merupakan kelainan atau suatu keganasan pada saluran perkemihan khususnya prostat pada bagian lobus perifer sehingga timbul nodul-nodul yang dapat diraba (Barbara C. Long, 2009). Kanker Prostat adalah pertumbuhan tumor ganas dari jaringan parenchym kelenjar prostat (M. Thompson & Mc Farland, 2012). Kanker prostat adalah tumor ganas yang tumbuh pada organ prostat pria, hasil dari pertumbuhan sel acinic prostat yang tidak normal dan tidak teratur. Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat, sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi laki-laki. Hal ini terjadi ketika sel prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat menyebar
secara metastasis dari
prostat
ke
bagian
tubuh
lainnya,
terutama tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat menimbulkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil, disfungsi erektil dan gejala lainnya. Kanker prostat merupakan kanker kedua yang paling umum didiagnosis pada laki-laki (setelah kanker kulit) dan baru-baru ini timbul menjadi penyebab utama kematian terkait kanker pada pria di Amerika. Pada tahun 2007, kira-kira 219.000 laki-laki di Amerika Serikat terdiagnosis kanker prostat dan sekitar 27.000 meninggal karena keganasan inti (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).
B. Etiologi Penyebab
kanker
prostat
belum
diketahui
dengan
pasti,
Ada
yang
menghubungkan dengan radang atau hormon. Hampir 75 % kanker prostat ditemukan pada bagian posterior dari pada lobus medius, dan hampir seluruhnya mulai dari bagian yang dekat. Ada pendapat tercatat bahwa terdapat 3 kali lebih besar kasusnya karena ada riwayat ayah atau kakek menderita kanker prostat. Karsinoma prostat ini merupakan tumor ganas yang sering ditemukan pada pria dewasa ( 50% dari seluruh tumor ganas pria ) usia diatas 50 tahun dan akan meningkat tajam pada usia di atas 80 tahun (Barbara C. Long, 2009). Tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat, diantaranya faktor usia dan riwayat keluarga. Faktor hormonal, diet tinggi lemak, dan toksin juga disebut-sebut sebagai faktor risiko kanker prostat walaupun kaitannya belum jelas (Notrou P, 2007). C. PATOFISIOLOGI Penyebab Ca Prostat hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa menyatakan bahwa Ca Prostat erat hubungannya dengan hipotesis yang disuga sebagai penyebab timbulnya Ca Mammae adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasidan proliferasi sel. Difsreniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain yaitu adanya faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup selsel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya perubahan materi genetik. Perubahan prolife sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat (Price, 1995) Kanker akan menyebakan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urin,. Keadaan ini menybabkan penekanan intraavesikal, untuk dapat mengeluarkan urinbuli-buli harus dapat berkontraksi kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi detrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sakula, dan divetikel buli-buli. Fase penebalan ototdetrusor ini disebut fase kompensasi (Purnomo,2000) Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejal-gejal prostatismus, dengan semakin meningkatnya retensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensaasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksisehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravsikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli ke ureter atau terjadi refluk vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,bahkan akhirnya akan dapat jatuh kedalam gagal ginjal (Price, 1995). Berkemgangnya tumor yang terus menerus dapat terjadi perluasan langsung ke uretra, leher kandung kemih dan vesika semmininalis. Ca Prostat dapat juga menyebar melalui jalur hematogen yaitu tulang –tulang pelvis vertebra lumbalis, femur dan kosta. Metastasis organ adalah pada hati dan paru (Purnomo,2000) Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin diantara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Selain tu terdapat degenerasi sel syaraf yang mempersarafi otot polos. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan residu urin yang menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas (Purnomo, 2000).
D. Manifestasi Klinis Timbulnya tanda dan gejala biasanya setelah stadium lanjut yaitu adanya pembesaran prostat, karena pada permulaan sulit diraba dalam pemeriksaan rektal touche. Masalah kelenjar prostat,baik karena membesar atau karena mengalami peradangan, boleh dikatakan menimbulkan gejala yang serupa, yaitu : (Barbara C. Long, 2009). 1. Gangguan saluran kencing :
a) Retensi urine b) Nokturia c) Hematuri d) Disuria e) Kencing menetes 2. Gangguan sistem lain : a) Nyeri di daerah rektum ( metastasi ke rektum / perineum ). b) Anemia. c) Penurunan berat badan. d) Perasaan nyeri pada daerah bawah pinggang. e) Mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan ereksi penis. f) Keluhan nyeri pada pangkal paha dan daerah tulang pinggul. g) Air seni berdarah. E. Pathway Adapun pathway dari Ca Prostat adalah sebagai berikut:
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kanker prostat adalah : (Barbara C. Long, 2009). 1.
Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis.
2.
Gagal ginjal, proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu
3.
miksi.
Hernia / hemoroid, karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu, Hematuriaf, Sistitis dan Pielonefritis.
G. Pemeriksaan Diagnostik 1.
Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik (buli-buli penuh / kosong )
2.
Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan “Ballottement”.
3.
Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup.
4.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba . Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan : –
Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram.
–
Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram.
–
Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram.
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien kanker prostat adalah sebagai berikut : (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks, 2014). 1. Pemeriksaan laboratorium Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita . Gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen). Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Analisis urine
diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan. 2. Flowmetri Flowmetri adalah alat khusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi. Penilaian: Fmak 15 ml/detik——-ànonobstruktif 3. Radiologi a) Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. b) Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu. Dengan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik. c) Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenai besar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat kedalam uretra.
4. Kateterisasi
Mengukur “rest urine“ yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada kanker prostat. 5. CT Scan Scan diperiksa jika dicurigai adanya metastasis pada limfonudi (N), yaitu pada pasien yang menunjukan skor Gleason tinggi (>3) atau kadar PSA tinggi. H. Penatalaksaan Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupakan reseksi bedah bagian prostat
yang
memotong
uretra
untuk
memperbaiki
aliran
urin
dan
menghilangkan retensi urinaria akut, ada beberapa alternatif pembedahan meliputi : (Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks, 2014). 1.
Transsurethral resection of prostate (TURP)
Dimana jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengana sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra. 2.
Suprapubic /open prostatektomi
Dengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih, pendekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. Pedekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. 3.
Retropubic prostatektomi
Massa jaringan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih. 4.
Perineal prosteatektomi.Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat
melalui insisi diantara skrotum dan rektum, prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi. 5.
Terapi hormonal
Tumor stadium D diterapi dengan pemberian hormone untuk memperlambat penyebaran penyakit dan tindakan-tindakan paliatif untuk mengurangi nyeri. Terapi hormone antara lain adalah obat-obat anti androgen, terapi estrogen dan
obat-obat ayng menghambat pelepasaan Gonadotropin-releasing hormone hipotalamus (leuprolide) dapat dilakukan orkitektomi (pengangkatan testis) bersamaan dengan terapi hormon. II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2008: 77). Pengkajian pada klien dengan kanker prostat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi prostektomi dan pengkajian post operasi prostektomi 1. Pengkajian pre operasi prostatektomi a. Identitas klien Perawat menanyakan identitas klien meliputi nama, umur, suku/bangsa, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan, alamat, pekerjaan, nomor register (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008: 100). b. Keluhan utama Pada keluhan utama ini yang ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan klien berobat atau keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama kali (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008: 100). Klien dengan kanker prostat biasanya bervariasi seperti keluhan BAK tidak lancar dan terasa nyeri, disertai darah merah sejak 1 minggu.
c. Riwayat penyakit saat ini Pada klien kanker prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine. d. Riwayat penyakit sebelumnya Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis
yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi . e. Riwayat penyakit keluarga Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit kanker prostat. Anggota keluarga yang menderita DM, asma, atau hipertensi. f. Riwayat psikososial 1)
Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya. 2) Inter personal Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat. g. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat. 2) Pola nutrisi dan metabolisme Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah. 3) Pola eliminasi Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes – netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum. 4) Pola tidur dan istirahat .
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur. 5) Pola aktifitas . Klien ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari sendiri. 6) Pola hubungan dan peran Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana seharusnya. 7) Pola persepsi dan konsep diri Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya. 8) Pola sensori dan kognitif Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini. 9) Pola reproduksi seksual Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual. 10) Pola penanggulangan stress Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan terhadap stress yang dialami.
Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau negatif. 11) Pola tata nilai dan kepercayaan Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah. h. Pemeriksaan fisik 1) Status kesehatan umum Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi.atus kesehatan umum 2) Kulit Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien. 3) Kepala Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala. 4) Wajah Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya. 5) Mata Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak. 6) Telinga Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan pendengaran. 7) Hidung Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung. 8) Mulut dan faring Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil. 9) Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe. 10) Thorak Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti 11) Paru Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni. 12) Jantung Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya. 13) Abdomen Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat. 14) Genetalia dan anus Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid. 15) Ekstrimitas dan tulang belakang Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana. 2. Pengkajian post operasi meliputi a. Keluhan utama Keluhan pada klien berbeda – beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi prostektomi adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme
kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri. b. Keadaan umum Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara/bicara c. Sistem respirasi Bagaimana pernapasan klien, apa ada sumbatan jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2, frekuensi nafas, irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda-tanda cyanosis ada atau tidak. d. Sistem sirkulasi Yang dikaji: nadi ( irama, takikardi/bradikardi), tekanan darah, suhu tubuh, monitor jantung (EKG).
e. Sistem gastrointestinal Yang dikaji: frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi/obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah. f. Sistem neurologi Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala g. System musculoskeletal Bagaimana aktifitas sehari-hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah apakah terpasang infus dan bagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstremitas. h. Sistem eliminasi Apakah ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh. Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda-tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih.
Warna urine dan jumlah produksi urine setiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter. i. Terapi yang diberikan setelah operasi Infus yang terpasang, obat-obatan seperti antibiotika, analgetik, cairan irigasi kandung kemih. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Tujuan diagnosis keperawatan yaitu untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, fakto-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah, serta kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah (Nursalam, 2008).
1. Diagnose sebelum operasi a. Perubahan
eliminasi
urine:
frekuensi,
urgensi,
hesistancy,
inkontinensi, retensi, nocturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan dengan obstuksi mekanik: pembesaran prostat. b. Nyeri berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap pelebaran. c. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap kerusakan eliminasi: retensi diuria, frekuensi, nokturia. 2. Diagnose setelah operasi a. Nyeri berhubungan denga spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada prostatektomi b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari prostatektomi bekuan darah odema. c. Potensial infeksi berhubungan dengan prosedur invasive: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
d. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi sehubungan dengan kurang informasi e. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri.
C. Intervensi Keperawatan Intervensi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang dipikirkan ditetapkan dan intervensi atau perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Nursalam, 2008).
Intervensi pre operasi
N
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
O 1.
Perubahan
Tujuan: eliminasi -. Jelaskan pada -.Meningkatkan
eliminasi urine: normal
klien
frekuensi,
Kreteria hasil:
perubahan
urgensi,
-Klien
dapat pola eliminasi
dalam
hesistancy,
berkemih
dalam
keperawatan.
inkontinensi,
jumlah
retensi,
tidak
nokturia
dari sehingga kooperatif
teraba untuk
berkemih retensi
atau distensi kandung tiap 2-4 jam dan distensi setelah -
klien
tindakan
normal, -. Dorong klien -Meminimalkan
perasaan tidak kemih. puas
tentang pengetahuan
Residu
bila dirasakan pasca
urine, yang
berlebihan
pada
kandung kemih.
miksi
berkemih kurang -.Anjurkan klien -.Peningkatan aliran
berhubungan
dari 50 ml.
dengan
-
obstruksi
berkemih volunter dalam
Klien
minum dapat 3000ml
sampai cairan, sehari, mempertahankan toleransi perfusi ginjal dan
mekanik:
- Urinalisa dan jantung
bila membersihkan
pembessaran
kultur
prostat
negatif
kemih
- Hasil lab fungsi
pertumbuhan
hasilnya diindikasikan.
ginjal normal
ginjal dan kandung dari
-Perkusi/palpasi
bakteri.
area supra pubik
-.Distensi
kandung
kemih
dapat
dirasakan
diarea
-.Observasi aliran supra pubik. dan
kekuatan -.Observasi
aliran
urine, ukur residu dan kekuatan urine urine 2.
pasca untuk mengevaluasi
berkemih. adanya obstruksi klien -. Kaji nyeri, -.Memberi informasi
Nyeri
Tujuan:
berhubungan
menunjukan
dengan
bebas
penyumbatan
ketidaknyamanan
perhatikan lokasi, untuk
membantu
dari intensitas (skala dalam
menentukan
1-10),
dan pilihan intervensi.
saluran kencing Kreteria hasil:
lamanya nyeri.
sekunder
-Klien
-. Beri tindakan relaksasi,
terhadap
melaporkan nyeri kenyamanan,
memfokuskan
pelebaran
hilang/terkontrol.
kembali
-Ekspresi
contoh:
dapat
melakukan posisi meningkatkan
-Klien
mampu yang
untuk
istirahat mendorong klien
dengan cukup
nyaman, kemampuan koping.
relaksasi/ latihan
tanda nafas dalam.
vital dalam batas -. mormal
perhatian
wajah membantu klien dan
rileks
-Tanda-
-.Meningkatkan
Beri
-.
Retensi
urine
kateter menyebabkan
jika
infeksi
saluran
diinttruksikan
kemih,
hidroureter
untuk
retensi dan hidronefrosis.
urine yang akut: mengeluh kencing
ingin tapi -Mengetahui
tidak bisa.
perkembangan lebih
-.Observasi
lanjut.
tanda-tanda vital.
-untuk menghilangkan
-
Kolaborasi nyeri
dengan
hebat/berat,
dokter memberi
dalam
relaksasi
mental dan fisik
memberikan obat sesuai indikasi 3.
Gangguan tidur Tujuan dan
: -. Jelaskan pada -.Meningkatkan
istirahat kebutuhan
berhubungan dengan
dan
tdur klien
dan pengetahuan
istirahat keluarga
sering terpenuhi.
sehingga klien mau
penyebab
koopertif
gangguan
tindakan
terhadap
terbangun
Kreteria hasil:
sekunder
-. Klien mampu tidur/istirahat dan keperawatan.
terhadap
istirahat/tidur
kerusakan
dengan
eliminasi:
yang cukup.
retensi
kemungkinan
waktu cara
diuria, -.Klien
klien
untuk
menghindarinya.
-.
-.Ciptakan
ttenang
frekuensi,
mengungkapkan
suassana
nokturia.
sudah bisa tidur.
mendukung
Suasana
yang akan
yang mendukung istirahat klien.
-. Klien mampu dengan menjelaskan
mengurangi
factor
kebisingan.
penghambat tidur
-.Batasi masukan rencana minuman mengandung kafein.
Intervensi post operasi
-.Menentukan yang mengatasi gangguan.
untuk
N
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
O 1.
Nyeri
Tujuan: nyeri
- Jelaskan pada
- Klien dapat
berhubungan
berkurang / hilang klien tentang
mendeteksi gejala
dengan spasme
Kreteria hasil:
gejala dini
dini spasmus
kandung kemih
-. Klien
spasmus
kandung kemih.
dan insisi
mengatakan nyeri
kandung kemih.
sekunder pada
berkurang atau
- Pemantauan
prostatektomi
hilang
klien pada
-Sehingga obat-
-. Ekspresi wajah
interval yang
obatan bisa
klien tenang.
teratur selama 48 diberikan.
-. Klien akan
jam, untuk
menunjukan
mengenal gejala-
ketrampilan
gejala dini dari
relaksasi.
spasmus
- Klien akan
kandung kemih.
tidur/istirahat
- Jelaskan pada
dengan tepat.
klien bahwa
-Ketidaknyamanan
- Tanda-tanda
intensitas dan
hanya temporer.
vital dalm batas
frekuensi akan
normal
berkurang dalam 24-48jam. - Beri penyuluhan pada
-Mengurangi
klien untuk tidak
kemungkinan
berkemih
spasmus
keseputar kateter. - Anjurkan pada klien untuk tidak
-Mengurangi
duduk dalam
tekanan pada luka
waktu lama
insisi.
sesudah tindakan TURP.
- Ajarkan tehnik relaksasi,
-Menurunkan
termasuk latihan
tegangan otot,
nafas dalam,
memfokuskan
visualisai.
kembali perhatian dan dapat
- Jagalah selang
meningkatkan
drainase urine
kemampuan koping.
tetap aman
-Sumbatan pada
dipaha untuk
selang kateter oleh
mencegah
bekuan darah dapat
peningkatan
menyebabkan
tekanan pada
distensi kandung
kandung kemih.
kemih denga
Irigasi kateter
peningkatan spasme.
jika terdapat bekuan pada selang. - Observasi tanda-tanda vital. -Mengetahui - kolaborasi
perkembangan lebih
dengan dokter
lanjut.
untuk pemberian
-untuk mengurangi
obat-obatan
nyeri dan mencegah
(analgesic atau
spasmus kandung
anti spasmodic)
kemih.
2.
Perubahan
Tujuan : eliminasi -Pertahankan
- Mencegah retensi
eliminasi urine
urine normal dan
irigasi kandung
saat dini.
berhubungan
tidak terjadi
kemih yang
denga obsrtuksi
retensi urine.
konstan selama
sekunder dari
Kreteria hasil:
24jam pertama.
prostatektmi
-Klien berkemih
- Pertahankan
-Dapat menghambat
bekuan darah
dalam jumlah
posisi dawer
aliran urine
odema.
normal tanpa
kateter dan
retensi.
irigasi kateter.
-Klien akan
- Ajurkan intake
-Mencegah bekuan
menunjukan
cairan 2500-
darah menyumbat
perilaku yang
3000ml sesuai
aliran urine.
meningkatkan
toleransi.
control kandung
- setelah kateter
-Melancarkan aliran
kemih.
diangkat, pantau
urine.
-Tidak terdapat
waktu, jumlah
bekuan darah
urine dan ukuran
sehingga urine
aliran.
lancer lewat
Perhatikan
kateter
keluhan rasa penuh pada kandung kemih, ketidak mampuan berkemih, urgensi atau gejala gejala retensi.
3.
Potensial
Tujuan: klien
-Pertahankan
-Mencegah
infeksi
tidak menunjukan
system kateter
masuknya bakteri
berhubungan
tanda-tandda
steril, berikan
dan infeksi.
dengan
infeksi.
perawatan
prosedur
Kreteria hasil:
kateter dengan
invasive: alat
-Klien tidak
steril.
selama
mengalami
- Anjurkan
-Meningkatkan
pembedahan,
infeksi.
intake cairan
output urine
kateter, irigasi
- Dapat mencapai
yang cukup
sehingga resiko
kandung kemih
waktu
(2500-3000ml)
terjadi ISK
sering.
penyembuhan.
ehingga dapat
dikurangi dan
- Tanda-tanda
menurunkan
mempertahankan
vital dalam batas
potensial infeksi.
fungsi ginjal.
normal dan tidak
- Pertahankan
-Menghindari reflek
ada tanda-tanda
posisi urobag
balik urine yang
shock.
dibawah.
dapat memasukan bakteri kekandung kemih.
- Observasi
- Mencegah sebelum
tanda-tanda vital
terjadi shock
dan laporkan tanda-tanda shock dan demam. - Observasi
-Mengidentifikasi
urine: warna,
adanya infeksi.
jumlah, bau.
4.
- Kolaborasi
-Untuk mencegah
dengan dokter
infeksi dan
dalm pemberian
membantu proses penymbuhan -Dapat menimbulkan perdarahan.
Kurang
Tujuan: klien
antibiotic. -.Beri penjelasan
pengetahuan
dapat
untuk mencegah
tentang
menguraikan
aktivitas berat
prostatektomi
pantangan
selama 3-4
sehubungan
kegiatan serta
minngu.
dengan kurang
kebutuhan
- Pemasukan
-Mengedan bisa
informasi
berobat lanjutan.
cairan sekurang
menimbulkan
Kreteria hasil:
kurangnya 2500-
perdarahan, pelunak
-Klien akan
3000ml/hari.
tinja bisa
melakukan
mengurangi
perubaha
kebutuhan
perilaku.
mengedan saat BAB
- Klien
- Kosongkan
-Mengurangi
berpartisipasi
kandung kemih
potensial infeksi dan
dalam program
apabila kandung
gumpalan darah.
pengobatan.
kemih sudah
- Klien akan
penuh
mengatakan pemahaman pada pantanga kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan 5.
Gangguan tidur
Tujuan:
-Jelaskan pada
-Meningkatkan
dan istirahat
kebutuhan tidur
klien dan
pengetahuan klien
berhubungan
dan istirahat
keluarga
sehingga mau
dengan nyeri.
terpenuhi.
penyebab
kooperatif dalam
Krreteria hasil:
gangguan tidur
tindakan
-klien mampu
dan
keperawatan.
beristirahat/tidur
kemungkinan
dalam waktu yang cara untu cukup.
menghindarinya.
-KLien
- Ciptakan
-Suasana tenang
mengungkapkan
suasana yang
akan mendukung
sudah bisa tidur.
mendukung
istirahat klien.
-KLien mampu
suasana tenang
menjelaskan
dengan
faktor
mengurangi
penghambat tidur
kebisingan. - Beri
-Menentukan
kesempatan klien rencana untuk
untuk
mengatasi gangguan.
mengungkapkan penyebab gangguan tidur. -Kolaborasi
-Mengurangi nyeri
dengan dokter
sehingga klien bisa
untuk pemberian
beristirahat dengan
obat (analgesik)
cukup.
D. Implementasi Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008). E. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan (Nursalam, 2008). Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini biasa dilaksanakan dengan menggandakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan (Nursalam, 2008). F. Dokumentasi Salah satu tugas dan tanggung jawab perawat adalah melakukan pendokumentasian mengenai intervensi yang telah dilakukan tetapi Akhirakhir ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah berubah. Akibatnya, isi dari fokus dokumentasi telah dimodifikasi. Oleh karena perubahan tersebut, maka perawat perlu menyusun suatu model dokumentasi yang baru, lebih efisien dan lebih bermakna dalam pencatatan dan menyimpanannya. Komponen yang digunakan mencakup tiga aspek komunikasi (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Carpenito, Lynda Juall. 1998. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, edisi 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,volume 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan proses keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Lap / UPF Ilmu Bedah. 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Airlangga. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Price, S. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar – dasar urologi. Malang: CV Infomedika. Sjamsuhidayat, R (et.al). 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC. Smelzer, C Susanne. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi VIII, Volume 3, Jakarta: EGC, 2002.