Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Varicella [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN VARICELLA” Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Tropis II Dosen Pengampu : Ns. Risti Mariati S.Kep



Disusun oleh : Ni Kadek Yolanda Dewi (102081806)



UNIVERSITAS TRIATMA MULYA FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN JEMBRANA BALI 2020



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Varicella .Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan Tropis II dalam pembahasan materi Asuhan Keperawatan Varicella. Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kpenulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Jembrana,25 Februari 2020 Penulis,



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan Penulisan .................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori ........................................................................................ 1. Definisi ..................................................................................... 2. Epidemiologi ............................................................................ 3. Etiologi ..................................................................................... 4. Klasifikasi ................................................................................ 5. Manifestasi Klinik.................................................................... 6. Patofisiologi ............................................................................. 7. Penatalaksanaan........................................................................ 8. Pencegahan ............................................................................... 9. Komplikasi ............................................................................... B. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 1. Pengkajian ................................................................................ 2. Diagnosa................................................................................... 3. Intervensi .................................................................................. 4. Implementasi ............................................................................ 5. Evaluasi .................................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................



ii



i ii 1 3 3 4 4 5 6 6 8 9 10 11 11 13 13 14 14 16 17 18 18 19



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai jenis penyakit semakin banyak yang muncul salah satu penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, (2013: 64) menyebutkan bahwa secara umum ada dua jenis penyakit yaitu penyakit menular (Infectious Diseases) dan penyakit tidak menular (Non-Infectious-Diseases).



Penyebaran



penyakit



menular



menjadi



keprihatinan dan ancaman bagi masyarakat karena penyakit menular umumya bersifat mendadak dan bisa menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam waktu tertentu. Metode penularan penyakit pada manusia diklasifikasikan menjadi dua yaitu penularan secara vertikal dan penularan secara horizontal. Penularan secara vertikal yaitu penularan dari ibu ke bayi melalui plasenta saat bayi berada dalam kandungan atau menular ke bayi yang baru lahir pada saat proses kelahiran normal. Sedangkan penularan secara horizontal yaitu penularan yang terjadi karena individu sehat berkontak langsung dengan individu yang terinfeksi oleh suatu penyakit menular. Kontak langsung dapat melalui udara, batuk, bersin, makanan, minuman, dan bahkan kotoran individu yang mengandung virus penyakit menular. Menurut Zulkoni (2011: 223) salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak langsung adalah Varicella. Penyakit Varicella disebut juga dengan Chickenpox, di Indonesia penyakit ini biasa dikenal dengan cacar air. Cacar air merupakan salah satu penyakit yang umum ditemui pada anak-anak namun dapat juga menyerang orang dewasa. Di Indonesia, cacar air diduga sering terjadi pada saat pergantian musim hujan ke musim panas ataupun sebaliknya. Zulkoni (2011: 223) menyebutkan bahwa penyakit Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras ataupun jenis kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV).



1



Varicella Zoster Virus (VZV) bertanggung jawab atas dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu Varicella atau Chickenpox (cacar air) dan Herpes Zoster (cacar ular). Cacar air atau Varicella merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada individu yang berkontak dengan virus VaricellaZoster. Pada 3 sampai 5 individu dari 100 individu, virus Varicella-Zoster mengalami reaktivasi yang menyebabkan infeksi rekuren yang kemudian dikenal dengan Herpes Zoster atau Shingles. Varicella Zoster Virus (VZV) merupakan salah satu dari delapan virus herpes yang menyebabkan infeksi pada manusia (NCIRS, 2009). Penyakit cacar air sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan sangat menular, lebih menular dibandingkan dengan gondong (Parotits) tetapi kurang menular jika dibandingkan dengan campak (Measles) (Widoyono, 2011: 92). Gejala yang ditimbulkan dari penyakit cacar air yaitu sakit kepala, demam, kelelahan ringan kemudian diikuti dengan munculnya ruam pada kulit dan rasa gatal (Esson et al, 2014). Infeksi cacar air menyerang semua usia dengan puncak insidensi pada usia 5-9 tahun. 90% pasien Varicella berusia dibawah 10 tahun, sangat sedikit sekali terjadi pada orang dewasa (Widoyono, 2011: 91). Angka kematian akibat penyakit ini sangat kecil sekali kecuali adanya komplikasi. Widoyono (2011: 91) menyebutkan bahwa kasus Varicella di Amerika diperkirakan mencapai 3,1-3,5 juta per tahunnya. Di Amerika, Varicella sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun. Sedangkan di Jepang penyakit ini umum terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4%. Namun di Indonesia tidak banyak penelitian yang mencatat kasus Varicella atau cacar air. Mengingat kasus cacar air banyak menyerang anak-anak, sifat penularannya yang begitu cepat dan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara untuk mengendalikan penyebaran penyakit cacar air agar tidak menjadi wabah dalam suatu populasi. Salah satu caranya yaitu dengan program vaksinasi. Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh untuk memberikan kekebalan aktif pada suatu penyakit. Menurut Ranuh dkk, (2014) vaksinasi dapat diberikan



2



kepada anak-anak yang berumur 12-15 bulan dan kepada setiap orang yang belum mendapat vaksinasi atau bagi yang belum pernah menderita penyakit cacar air sebelumnya.



B. Rumusan Masalah Untuk mengetahui lebih lanjut definisi penyakit varicella dan asuhan keperawatan kepada pasien penderita penyakit varicella.



C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Agar dapat mengetahui dan menambah pengetahuan bagi pembaca maupun



penulis



tentang



penyakit



varicella



dan



keperawatannya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk lebih mengetahui konsep penyakit varicella b. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan varicella



3



asuhan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1.



Definisi Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya menyerang anak dan merupakan penyakit sangat menular. Meskipun gejala klinis varicella tidak berat namun pada remaja, orang dewasa dan anak dengan status imunitas menurun dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. (Sari Pediatri 2010;11 (6):440-47) Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94) Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000). Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang menyerang kulit dan mukosa. Klinik terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral (Ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas kedokteran VI). Varicella adalah penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel dikulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus Varicella (Ngasyiyah, 2000). Varicella adalah penyakit infeksi akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi bagian sentral tubuh (Mawarti Harap, 2000).



4



. 2.



Epidemiologi Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit. a. Frekuensi Di Amerika Serikat, frekuensi tergantung musim, biasanya bulan Maret dan April. Sebelum vaksin varicella disebarkan, dilaporkan terjadi 4 juta kasus varicella. Penyakit ini responsible pada 11.000 kasus di rumah sakit dalam setahun dan terjadi 50-100 kasus kematian. Saat ini kurang dari 10 kematian dalam setahun menimpa mereka yang belum diimunisasi. Sedangkan di internasional, secara universal varicella cenderung merata, diperkirakan terjadi 60 juta kasus dalam setahun. Varicella lebih berpengaruh pada individu yang tidak memperoleh kekebalan. Mungkin ada sekitar 80-90 juta kasus di seluruh dunia. b. Mortalitas 1) Banyak terjadi pada anak usia 1-4 tahun, diperkirakan 2 kematian tiap 100.000 kasus 2) Kebanyakan kematian di Amerika Serikat terjadi sebelum ada vaksinasi dan bersama dengan ensefalitis, pneumonia, infeksi bakteri sekunder, dan syndrome Reye 3) Mortalitas pada anak-anak dengan immunocompromised lebih tinggi 4) Penyakit ini lebih serius pada neonates, tergantung kapan infeksi terhadap ibunya 5) Ras Tidak ada predileksi ras tertentu 6) Seks Tidak ada predileksi jenis kelamin 7) Umur Insiden tertinggi varicella pada anak umur 1-6 tahun. Anak dengan umur lebih dari 14 tahun hanya sekitar 10% dari kasus varicella



5



3.



Etiologi Menurut Richar E Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus., varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus



varicella-zoster



(virus



V-Z).



Virus



tersebut



dapat



pula



menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.



4.



Klasifikasi Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 : a. Varisela congenital Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.



6



b. Varisela neonatal Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.



5.



Manifestasi Klinik a. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari. b. Didahului stadium prodromal yang ditandai : 1) Demam 2) Malaise 3) Sakit kepala 4) Anoreksia 5) Sakit punggung 6) Batuk kering 7) Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.



7



c. Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi. d. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 : 94 – 95 )



8



6.



Patofisiologi Riwayat kontak dengan



Imunitas tubuh



pasien varicella Virus varicella zoster Invasi virus melalui saluran pernafasan/kontak langsung Virus bereplikasi di kelenjar getah bening (2-4 hari)



Penyebaran virus melalui darah (4-6) Virus bereplikasi ke organ-organ



Virus mencapai kulit



VARICELLA



Reaksi Inflamasi



Pelepasan mediator



Replikasi di sel epidermal



kimia



Vakuolisasi sel dan lisis



(prostaglandin) Gangguan di Hipotalamus Suhu tubuh ↑



Terjadi macula(lesi kulit 14 hari) Terinfeksi



MK : HIPERTERMI



Timbul papula Vesikula



Mengenai saraf nyeri pada kulit (free nerve



MK : KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT 9



ending) MK : NYERI



7.



Penatalaksanaan Medik Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak



memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat. a. Umum : 1) Isolasi untuk mencegah penularan. 2) Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein). 3) Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat. 4) Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi. 5) Upayakan agar vesikel tidak pecah. a) Jangan menggaruk vesikel. b) Kuku jangan dibiarkan panjang. c) Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepaltepalkan handuk pda kulit, jangan digosok. b. Farmakoterapi 1) Asiklovir oral Biasanya diberikan pada penyakit - penyakit lain yang melemah kan daya tahan tubuh. 2) Antipiretik dan untuk menurunkan demam a) Parasetamol atau ib uprofen. b) Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye. c) Salep antibiotika : untuk mengobati ruam yang terinfeksi.



10



d) Antibiotika : bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit. e) Dapat diberikan bedak atau lotion pengurang gatal (misalnya losio kalamin).



8.



Pencegah a. Hindari kontak dengan penderita. b. Tingkatkan daya tahan tubuh. c. Imunoglobulin Varicella Zoster d. Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air). Bila diberikan dalamwaktu maksimal 96 jam sesudah terpapar. e. Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.



9.



Komplikasi Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah : a. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa. b. Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.



11



Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut : a.



Bayi dibawah usia 28 hari.



b.



Orang dengan kekebalan tubuh rendah



c.



Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia, karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).



d.



Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital pada neonatus.



12



B. Konsep Asuhan Keperawatan 1.



Pengkajian a. Aktivitas / Istirahat Tanda : penurunan kekuatan tahanan b. Integritas ego Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah. c. Makan/cairan Tanda : anorexia, mual/muntah d. Neuro sensori Gejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan e. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu. f. Keamanan Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit. g. Data subjektif Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala. h. Data Objektif : 1) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada kulit yang berisi cairan jernih. 2) Metabolik : peningkatan suhu tubuh. 3) Psikologis : menarik diri. 4) GI : anoreksia. 5) Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.



13



2.



Diagnosa Keperawatan a. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit. b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan. d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit. e. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.



3.



Intervensi Diagnosa 1 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit. Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.



Intervensi



Rasional



1. Tekankan pentingnya teknik cuci 1.



Mencegah



kontaminasi



silang,



tangan yang baik untuk semua individu menurunkan resiko infeksi. yang datang kontak dnegan pasien 2. Gunakan skort, sarung tangan, 2.



Mencegah masuknya organisme



masker dan teknik aseptic, selama infeksius perawatan kulit. 3. Awasi atau batasi pengunjung bila 3. Mencegah kontaminasi silang dari perlu



pengunjung



4. Cukur atau ikat rambut di sekitar 4. Rambut merupakan media yang baik daerah yang terdapat erupsi.



untuk pertumbuhan bakteri.



5. Bersihkan jaringan nekrotik / yang 5. Meningkatkan penyembuhan. lepas (termasuk pecahnya lepuh) 6. Awasi tanda vital



6. Indikator terjadinya infeksi.



14



Diagnosa 2 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit. Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan. Intervensi



Rasional



1. Pertahankan jaringan nekrotik dan 1. mengetahui keadaan integritas kulit. kondisi sekitar luka. 2. Berikan perawatan kulit



2. menghindari gangguan integritas kulit



Diagnosa 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan. Intervensi



Rasional



1. Berikan makanan sedikit tapi sering



1. Membantu mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan



dan



meningkatkan



pemasukan 2. Pastikan makanan yang disukai/tidak 2.



Meningkatkan



disukai. Dorong orang terdekat untuk perawatan



dan



partisipasi dapat



dalam



memperbaiki



membawa makanan dari rumah yang pemasukan. tepat.



Diagnosa 4 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit. Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya. Intervensi



Rasional



1. Bantu memaksimalkan kemampuan 1. memanfaatkan kemampuan dapat yang dimiliki pasien saat ini



menutupi kekurangan.



2. Eksplorasi



2. memfasilitasi dengan memanfaatkan



aktivitas baru yang dapat dilakukan.



keletihan.



15



Diagnosa 5 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan. Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan. Intervensi



Rasional



1. Diskusikan perawatan erupsi pada 1. kulit.



Meningkatkan



perawatan



diri



dan



kemampuan menngkatkan



kemandirian.



4. Implementasi



Diagnosa 1 1. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien. 2.



Menggunakan skort masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka.



3. Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu. 4. Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi. 5. Membersihkan jaringan mefrotik yang lepas (termasuk pecahnya lepuh). 6. Mengawasi tanda vital.



 Diagnosa 2 a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. b. Memberikan perawatan kulit



DiDiagnosa 3 a. Memberikan makanan sedikit tapi sering. b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat. 16



Diagnosa 4 a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini. b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.



Diagnosa 5 a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.



5. Evaluasi Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi dan masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila : a. Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal b. Krusta berkurang c. Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran mukosa normal alami, tidak terjadi kelainan neurogik. d. Tidak terjadi kelainan respiratorik



17



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Berbagai jenis penyakit banyak yang muncul salah satu penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk, (2013: 64) menyebutkan bahwa secara umum ada dua jenis penyakit yaitu penyakit menular (Infectious Diseases) dan penyakit tidak menular (Non-InfectiousDiseases). Penyebaran penyakit menular menjadi keprihatinan dan ancaman bagi masyarakat karena penyakit menular umumya bersifat mendadak dan bisa menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam waktu tertentu. Penyakit Varicella disebut juga dengan Chickenpox, di Indonesia penyakit ini biasa dikenal dengan cacar air. Cacar air merupakan salah satu penyakit yang umum ditemui pada anak-anak namun dapat juga menyerang orang dewasa. Di Indonesia, cacar air diduga sering terjadi pada saat pergantian musim hujan ke musim panas ataupun sebaliknya Zulkoni (2011: 223).



B. Saran Demikian materi yang penulis paparkan, penulis harap bagi pembaca dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit varicella harus mampu menjaga kebersihan lingkingan dan menerapkan pola hidup sehat. Masyarakat hendaknya lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada selagi penyakit dapat diketahui sendiri dan ditanggulangi secepat mungkin guna mencapai kesehatan yang optimal.



18



DAFTAR PUSTAKA



Kapita Selekta, (2000), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta: Salemba Medika



Behrman, Richar E. 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: EGC



Nanda, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi, Jakarta: EGC.



Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.



Wilkonson, Judith M, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC



Zulkoni (2011: 223),.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.



19