6 0 602 KB
LAPORAN PENDAHULUAN BSK (BATU SALURAN KEMIH) PADA TN. K DI RUANG IGD RUMAH SAKIT BHAKTI ASIH BREBES
Disusun Oleh : DEDE RISPRIYANTO (C1013046)
Dosen Pembimbing
: Ari Hartanto, S.Kep
Dosen Pembimbing
: Arif Rakhman MAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAMADA SLAWI Jln. Cut Nyak Dhien No. 16, Desa Kalisapu, Kec. Slawi – Kab. Tegal 52416 Telp. (0283) 6197570, 6197571 Fax. (0283) 6198450 2016
LAPORAN PENDAHULUAN BSK ( BATU SALURAN KEMIH ) 1. Pengertian Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002). Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan Sorensen). Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra. 2. Etiologi Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu: a.
Infeksi Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b.
Stasis dan Obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
c.
Ras Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
d.
Keturunan
e.
Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
f.
Pekerjaan Pekerja
keras
yang
banyak
bergerak
mengurangi
kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk. g.
Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
h.
Makanan Masyarakat
yang
banyak
mengkonsumsi
protein
hewani
angka
morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. a.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal.
1)
Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
2) Nyeri hebat dan ketidaknyamanan. b.
Batu di ginjal
1) Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral. 2) Hematuri. 3)
Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
4) Mual dan muntah. 5) Diare. c.
Batu di ureter
1)
Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
2)
Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
3)
Hematuri akibat abrasi batu.
4)
Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
d.
Batu di kandung kemih
1)
Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.
2)
Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.
5. Komplikasi a.
Obstruksi
b.
Hidronephrosis.
c.
Gagal ginjal
d.
Perdarahan.
e.
Pada laki-laki dapat terjadi impoten.
6. Pemeriksaan diagnostik a.
Urinalisa ; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b.
Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c.
Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d.
Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
e.
IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f.
Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
g.
USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
7. Penatalaksanaan a.
Tujuan:
1)
Menghilangkan obstruksi
2)
Mengobati infeksi.
3)
Mencegah terjadinya gagal ginjal.
4)
Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
b.
Operasi dilakukan jika:
1)
Sudah terjadi stasis/bendungan.
2)
Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif harus dilakukan operasi.
c.
Therapi
1)
Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2)
Allopurinol untuk batu asam urat.
3)
Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d.
Diet Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1)
Batu kalsium oksalat Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2)
Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
3)
Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.
4)
Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara teratur.
Asuhan Keperawatan secar teori 1. Pengkajian a.
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1)
Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
2)
Riwayat infeksi saluran kemih.
3)
Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
4)
Keturunan.
5)
Alkoholik, merokok.
6)
Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan kontrasepsi).
b.
Pola nutrisi metabolik
1)
Mual, muntah.
2)
Demam.
3)
Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
4)
Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
5)
Distensi abdominal, penurunan bising usus.
6)
Alkoholik
c.
Pola eliminasi
1)
Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
2)
Hematuri.
3)
Rasa terbakar, dorongan berkemih.
4)
Riwayat obstruksi.
5)
Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
d.
Pola aktivitas dan latihan
1)
Pekerjaan (banyak duduk).
2)
Keterbatasan aktivitas.
3)
Gaya hidup (olah raga).
e.
Pola tidur dan istirahat
1)
Demam, menggigil.
2)
Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
f.
Pola persepsi kognitif
1)
Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
2. Diagnosa Keperawatan a.
Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b.
Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c.
Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d.
Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi
3. Rencana Keperawatan (Intervensi, Implementasi, Rasional) No Diagnosa
Tujuan/KH
1.
Nyeri
Hasil yang
berhubungan
diharapkan:
dengan
Pasien bebas dari rasa nyeri ( lokasi, 2. nyeri hebat ditandai dengan
-
adanya iritasi nyeri
Intervensi 1.
Kaji karakteristik
lama,
Rasional 1. membantu mengevaluasi perkembangan dari obstruksi.
peningkatan tekanan darah
pada saluran -
Pasien tampak rileks,
intensitas dan
kemih
bisa tidur dan
radiasi)
istirahat.
2.
dan nadi. 3. mengurangi kecemasan
Observasi
pasien.
tanda-tanda 4. meningkatkan relaksasi, vital, tensi,
menurunkan tegangan otot.
nadi, cemas 5. meningkatkan relaksasi dan 3.
Jelaskan
mengurangi nyeri.
penyebab rasa6. mengurangi ketegangan otot. nyeri 4.
7. analgetik menghilangkan rasa
Ciptakan lingkungan yang nyaman
5.
Bantu untuk mengalihkan rasa nyeri: teknik napas dalam.
6.
Beri kompres hangat pada punggung
7.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
nyeri.
2.
Perubahan
Hasil yang
1.
Monitor intake 1. menginformasikan fungsi
pola elminasi: diharapkan:
dan output.
urine
Pola eliminasi urine 2.
Anjurkan
berhubungan
dan output dalam
untuk
batu, mencegah terjadinya
dengan
batas normal.
meningkatkan
pengendapan.
inflamasi, -
Tidak menunjukkan
cairan per oral3. adanya darah merupakan
obstruksi
tanda-tanda obstruksi
3 – 4 liter per
indikasi meningkatnya
karena batu.
(tidak ada rasa sakit
hari.
obstruksi/iritasi ureter.
Kaji
4. batu dapat menyebabkan
-
saat berkemih,
3.
ginjal. 2. mempermudah pengeluaran
pengeluaran urin
karakteristik
rangsangan mervus yang
lancar).
urine
menyebabkan sensasi untuk
Kaji pola Bak
buang air kecil
4.
normal pasien, catat kelainnya. 3.
Risiko tinggi Hasil yang kekurangan
1.
Monitor intake 1. membandingkan secara
diharapkan:
dan output
aktual dan mengantisipasi
Keseimbangan cairan2.
Berikan intake
output yang dapat dijadikan
cairan
adekuat
cairan 3 – 4
tanda adanya renal stasis
berhubungan-
Turgor kulit baik
liter per hari. 2. menjaga keseimbangan
volume
-
dengan mual
3.
dan muntah.
Monitor tanda- cairan untuk homeostasis. tanda vital,
3.
turgor kulit, membran
4.
tanda dehidrasi. 4. menjaga keseimbangan
mukosa.
cairan bila intake per oral
Berikan cairan
kurang.
intra vena
5. mengurangi mual dan
sesuai intruksi dokter. 5.
dapat menunjukkan tanda-
Kalau perlu berikan obat
muntah.
anti enemik.
4.
Ketidakefekti
Hasil yang
fan
diharapkan:
pengetahuan
pengetahuan pasien dan
management-
Pasien
pasien/tanyaka
memimih cara untuk
regiment
mengungkapkan
n proses sakit
komunikasi yang tepat.
terapeutik
proses penyakit,
dan harapan 2. dapat mengurangi stasis urine
tentang
faktor-faktor
pasien.
dan mencagah terjadinya
perawatan
penyebab.
Jelaskan
batu.
post
Pasien dapat
pentingnya
dan
berpartisipasi dalam
peningkatan
mempengaruhi terjadinya
pencegahan
perawatan.
cairan per oral
batu.
operasi -
1.
2.
Kaji
1. mengetahui tingkat
3. kurang aktivitas
berhubungan
3 – 4 liter per 4. mendeteksi secara dini,
dengan
hari.
komplikasi yang serius dan
Jelaskan dan
berulangnya penyakit.
kurangnya
3.
pengetahuan/i
anjurkan
5. membantu pasien merasakan,
nformasi
pasien untuk
mengontrol melalui apa yang
melakukan
terjadi dengan dirinya.
aktivitas secara teratur. 4.
Identifikasi tanda-tanda nyeri, hematuri, oliguri.
5.
Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Razak B., 1992. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan Batu Saluran Kemih di Ujung Pandang dan di Tana Toraja. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2002 Purnomo, B.B., 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke 3, CV. Sagung Seto, Jakarta. Pilasri C., 2007. Epidemiology Study of Urolithiasis in South of Northteast Thailand. http://cmp.ubu.ac.th. Di akses pada 26 Juni 2011. DepKes RI, 2002. Statistik Rumah Sakit di Indonesia. Seri 3, Morbiditas dan Mortalitas Direktorat Jendral Pelayanan Medik. http://yanmedikdepkes.net/statistik_rs_2002. Di akses pada 19 Juni 2011. Depkes RI., 2005. Distribusi Penyakit-Penyakit Sistem Kemih Kelamin Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia Hardjoeno., dkk, 2006. Profil Analisis Batu Saluran Kemih di Laboraturium Patologi Klinik. Indonesia journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, vol 12, No 3, Makasar. Lina N., 2008. Faktor-Faktor Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki- Laki. Tesis Mahasiswa Pasca Sarjana Epidemiologi UNDIP.