Laporan Pendahuluan Dengan Candiloma Accuminatte Pada Ny [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN CANDILOMA ACCUMINATTE PADA NY. SD DIRUANG VK RUMAH SAKIT TNI AD CIREMAI



Nama : Faula Ayuningrum NIM : JNR



Program Profesi Ners Regular Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan ( 2020/2021 )



LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM PADA NY. I DIRUANG PONEK RUMAH SAKIT TNI AD CIREMAI



A. Konsep Penyakit I. Definisi Penyakit Kondiloma akuminata atau genital warts atau lebih dikenal oleh masyarakat awam dengan istilah penyakit kutil kelamin ataupun penyakit jengger ayam digolongkan dalam penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus ( HPV ) ( Diana Tri Ratnasari, 2018 ). II. Etiologi Virus penyebabnya adalah Virus papilloma Humans ( HPV ), merupakan virus DNA yang tergolong dalam keluarga virus papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe VPH, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30,31, 33, 35, 39, 40, 41, 41, 44, 51, 52, 56. Beberapa tipe VPH tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminata dan neoplasia intrasepithelial serviks derajat ringan. III. Manifestasi klinis Masa ingkubasi KA berkisar antara 2 minggu hingga 9 bulan. Secara umum kelainan fisik mulai 2-3 bulan setelah kontak. Umumnya tidak menimbulkan keluhan umum bentuknya dapat menyebabkan stress psikologik. Selama masa infeksi aktif, HPV akan bereplikasi tanpa bergantung pada pembelahan sel penjamu dan akan memicu berproliferasi membentuk banyak lesi berupa kutil datar hingga papilar. Lesi dapat bertangkai atau melekat didasar ( sessile ) dan kadang-kadang berpigmen. Terdapat 3 bentuk klinis KA, yaitu akuminata, keratotik, dan papul. Bentuk akuminata, lunak karena tidak berkeratin, berbentuk seperti kembang kol, terutama didaerah mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut sebagaimana. Bentuk keratotik, menyerupai kutil biasa, didaerah kering, kulit anogenital. Bentuk papul, didaerah dengan keratinisasi sempurna yaitu dibatang penis, bagian lateral vulva, perineum, perianus, permukaan halus, licin dan tersebar diskrit. Infeksi subklinis dapat terlihat seperti bercak putih ( positif acetowhite ) setelah dilakukan tes asam asetat 5%. Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara atau transient dan tidak terdeteksi lagi dalam waktu 2 tahun. Meskipun demikian, sekitar 30% KA akan mengalami regresi dalam 4 bulan pertama infeksi. Periode laten bisa berlangsung beberapa bulan hingga tahun IV. Penatalaksanaan Infeksi HPV bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi spesifik terhadap virus ini. Perawatan diarahkan pada pembersihan kutil –



kutil yang tampak dan bukan pemusnahan virus. Perhatian pada kebersihan arena genital sangat penting karena kelembaban mendukung pertumbuhan kutil. Beberapa modalitas terapi yang dapat dilakukan(2,12): 1. Tinktura podofilin 10-25% Podofilin resin bekerja sebagai anti mitotik yang menginduksi nekrosis jaringan. Pada satu sesi terapi hanya diperbolehkan meliputi area seluas 10cm2 atau jumlah podofilin kurang dari 0,5ml. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil. 2. Larutan trichloroacetic acid (TCA) 80-95% Bahan ini bersifat korosif dan dengan cepat menjadi inaktif setelah kontak dengan kulit/lesi. Aman digunakan untuk ibu hamil dan menggunakan konsentrasi 50% ternyata juga memberikan hasil yang memuaskan. Komplikasi yang mungkin terjadi adala erosi dan ulkus dangkal. 3. Imiquimod 5%. Imidazoquilinamine tidak memiliki anti virus in vitro namun dapat memodifikasi respon imun pejamu melalui peningkatan produksi sitokin interferon-α, tumor necrosis factor (TNF), dan interleukin sehingga sel natural killer (NK cell), sel PMN, makrofag, dan sel T yang bersifat anti tumor mampu mengeradikasi virus. Obat ini tidak dapat digunakan pada membran mukosa dalam (uretra, vagina dan serviks) dan tidak boleh untuk ibu hamil. Sayangnya obat ini belum tersedia di Indonesia. 4. Bedah eksisi. Terutama untuk KA besar dan menimbulkan obstruksi. Lesi dapat diambil secara keseluruhan dalam 1 sesi terapi. Efek samping berupa nyeri, perdarahan, sampai timbul jaringan parut. 5. Bedah listrik. Dapat digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Keuntungan dan komplikasi sama dengan bedah eksisi. 6. Bedah beku. Menggunakan N2 cair, CO2 padat, cryoprobe untuk membekukan kandungan air jaringan sehingga terjadi lisis sel. V. Komplikasi 1. Fisik dan psikoseksual implikasi Kondiloma akuminata sering dianggap sebagai dampak dari gaya hidup seksual yang buruk. Dapat menimbulkan perasaan cemas/rasa bersalah, kemarahan, dan kehilangan harga diri, dan membuat kekhawatiran tentang kesuburan masa depan dan risiko kanker 2. Pra kanker dan kanker Pra kanker ( vulva, dubur, dan penis intra-epitel neoplasia ) yaitu VIN ( vulva, intraepithelial neoplasia ), AIN ( anal intraepithelial neoplasia ), dan PIN ( Penis Intraepithelial neoplasia ) atau lesi invasif ( vulva, dubur, dan kanker penis ) dapat muncul bersamaan dengan kondiloma akuminata, dan salah didiagnosa sebagai kondiloma akuminata. Bowenoid papulois ( BP ) adalah lesi cokelat kemerahan terkait dengan onkogenik jenis HPV dan merupakan bagian dari spektrum klinis neoplasia intraepithelial anogenital. Kecurigaan klinis perubahan neoplastic harus dipertimbangkan oleh banyaknya perdarahan banyak. Melakukan biopsy atau rujukan spesialis yang tepat harus dipertimbangkan. Varian lain yang jarang HPV 6/11 adalah kondiloma raksasa atau Buschke- Lowenstein



tumor. Bentuk ini merupakan suatu karsinoma verukosa, yang ditandai dengan infiltrasi lokal yang agresif hingga ke bagian dasar. Keadaan ini diperlukan penanganan lebih lanjut ( spesialis bedah onkologi ). Suatu laporan menunjukkan hasil yang baik dengan kemo-radioterapi VI. Diagnosa Banding Kondiloma akuminata harus dibedakan dari semua bentuk kelainan yang berbentuk



papul didaerah genital. Beberapa lesi kulit yang menyerupai KA yaitu: 1. Pearly penile papules, secara klinis tampak papul berawarna sama dengan kulit, terkadang lebih putih, berukuran 1-2mm, tersebar diskrit, mengelilingi sulkus coronaries. Ini adalah varian normal dan tidak perlu diobati. 2. Kondiloma lata, merupakan salah satu bentuk sifilis stadium sekunder. Lesi berupa papul-papul dengan permukaan lebih halus dan bentuk lebih bulat dari KA. 3. Karsinoma sel skuamosa, merupakan keganasan dan kadang sulit dibedakan dengan KA. Perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi. B. Pengkajian I. Wawancara a. Identitas pasien : Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat, tanggal masuk rs, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan nomer rekam medis. b. Identitas penanggung jawab : Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat dan hubungan dengan klien. c. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada daerah genetalia d. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang : terdapat nodul-nodul kemerahan seperti bunga kol, konsistensi lunak tampak lesi, keputihan berbau dan berwarna hijau 2. Riwayat kesehatan dahulu : sebelumnya tidak ada keluhan 3. Riwayat kesehatan keluarga : yang dapat dikaji melalui genogram dan wawancara tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan oenyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 4. Riwayat perkawinan : kaji riwayat status perkawinan klien dengan suami e. Riwayat kehamilan dan persalinan : kaji status kehamilan dan persalinan pada klien apakah ada masalah tidak selama kehamilan f. Riwayat menstruasi : mengkaji menstruasi klien dari siklus, lama, volume, dan lancar apa tidak, dan hpht II. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari suatu penyakit. (Dermawan,2012). Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada lesi atau benjolan, dan kesan wajah, biasanya terdapat chloasma gravidarum pada ibu post partum. Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan mata,kelompok mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada ibu post sectio caesarea biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh kondisi anemia atau dikarenakan proses persalinan yang mengalami perdarahan. Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi, pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret, sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada polip dan purulent.



Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran. Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran kelenjar tiroid yang disebabkan proses meneran yang salah. Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil. Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi (bentuk dada, penggunaan otot bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian voval fremitus), perkusi (melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula kebawah pada setiap spasiem intercostalis), auskultasi (bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan). Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi ( bentuk abdomen simetris, pola nafas efektif ), palpasi ( terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak ada kelemahan ). Pada genitalia meliputi inspeksi ( terdapat benjolan kecil seperti bunga kol, dan tampak kemerahan ). III. Pemeriksaan Diagnostik Pada kasus yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, antara lain : 1. Tes asam asetat Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi yang dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih (acetowhite). 2. Kolposkopi Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat serviks dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang dilakukan bersamaan dengan tes asam asetat. 3. Pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA. Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi spontan. Secara mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi perinuklear). Pada epidermis terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete redges yang memanjang. 4. Pemeriksaan dermoskopi Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan dengan lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada lesi KA menunjukkan gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa pola mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola menyerupai tombol (knoblike), serat menyerupai jari pada lesi papilomatosa. 5. Identifikasi genom HPV. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV anogenital secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe



HPV. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA HPV dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi.



IV. Analisa Data No Data Fokus 1.



2.



3.



DS : klien mengatakan mengeluh alat kelamin gatal dan terasa terbakar DO : pada alat kelamin terdapat nodul- nodul kemerahan seperti bunga kol dan tampak DS : pasien nengatakan ia tidak mengetahui tentang metode pencegahan dan pengobatan yang tepat DO : pasien tampak bingung dan pasieng sering bertanya pada perawat tentang penyakit DS : DO: terdapat nodul-nodul kemerahan seperti bunga kol, konsistensi lunak tampak lesi, keputihan berbau dan berwarna hijau



Masalah



Penyebab



Gangguan rasa Gejala penyakit nyaman : gatal ( Kode : D.0074 )



Defisit pengetahuan ( Kurang Kode : D. 0111 ) terpaparnya informasi



Gangguan integritas Kelembapan kulit/ jaringan ( Kode : D. 0129 )



C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit kista ovarium yang ditandai dengan mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh lelah, tampak merintih/meringis, pola eliminasi berubah, penyakit kronis. 2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi mengenai penyakitnya yang ditandai dengan menanyakan masalah tentang penyakit yang dihadapinya, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, penyakit akut. 3. Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d kelembapan yang ditandai dengan kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma.



D. Rencana Asuhan Keperawatan No



Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ( SDKI )



Standar Luaran Keperawatan Indonesia ( SLKI )



Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI )



Evaluasi



1.



Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit kista ovarium yang ditandai dengan mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh lelah, tampak merintih/meringis, pola eliminasi berubah, penyakit kronis.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 diharapkan status kenyamanan meningkat Kriteria Hasil : Status Kenyamanan ( kode : L. 08064 ) 1. Perawatan sesuai kebutuhan meningkat 2. Keluhan tidak nyaman menurun 3. Gelisah menurun 4. Keluhan kesulitan tidur menurun 5. Kebisingan menurun 6. Lelah, merintih, meringis menurun 7. Pola eliminasi membaik



Manajemen nyeri ( kode : I. 08238 ) Tindakan Observasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 2. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgetik Terapi relaksasi ( kode : I. 09326) Tindakan Observasi



S : klien mengatakan mengeluh alat kelamin gatal dan terasa terbakar O : pada alat kelamin terdapat nodulnodul kemerahan seperti bunga kol dan tampak A : gangguan rasa nyaman akibat gatal P : lanjutkan intervensi dan kolaborasi dalam pemberian terapi farmakologi dengan dokter.



1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan 4. Monitor respon terhadap terapi relaksasi Terapeutik 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu yang nyaman 2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi Edukasi 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia 2. Anjurkan mengambil posisi nyaman 3. Anjurkan rileks dan merasakan



2.



Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi mengenai penyakitnya yang ditandai dengan menanyakan masalah tentang penyakit yang dihadapinya, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, penyakit akut.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 diharapkan tingkat pengetahuan meningkat Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan ( kode : L. 12111 ) 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat 3. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun 4. Perilaku membaik Proses informasi ( kode :L. 10100 ) 1. Proses fikir teratur meningkat Proses pikir logis meningkat



sensasi relaksasi 4. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih 5. Demonstrasikan dan letih teknik relaksasi Edukasi kesehatan ( kode : I.12383 ) Tindakan Observasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi faktor- faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2. Ajarkan perilaku hidup sehat dan bersih



S : pasien nengatakan ia tidak mengetahui tentang metode pencegahan dan pengobatan yang tepat O : pasien tampak bingung dan pasieng sering bertanya pada perawat tentang penyakit A : defisit pengetahuan P : lanjutkan intervensi dan berikan pendidikan kesehatan tentang cara pencegahan dan pengobatan condiloma accuminata



1. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat Edukasi proses penyakit ( kode : I. 12444 ) Tindakan Observasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Terapeutik 1. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1. Jelaskan penyebab dan faktor resiko penyakit 2. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit 3. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan 4. Ajarkan cara meminimalkan efek samping dari intervensi atau pengobatan



5. Informasikan saat ini 3.



Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d kelembapan yang ditandai dengan kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 diharapkan integritas kulit dan jaringan meningkat Kriteria Hasil : Integritas kulit dan jaringan ( Kode : L. 14125 ) 1. Elastisitas meningkat 2. Kerusakan jaringan menurun 3. Kerusakan lapisan kulit menurun 4. Kemerahan menurun 5. Perdarahan dan hematoma menurun 6. Tekstur kulit membaik



kondisi



pasien



Perawatan Integritas Kulit (I. 11353) Tindakan Observasi Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit Terapeutik 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 2. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare 3. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering 4. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sesintif 5. Hindari produk berbahan alcohol pada kulit kering Edukasi 1. Anjurkan menggunakan pelembab 2. Anjurkan minum air hangat yang cukup



S:O: terdapat nodul-nodul kemerahan seperti bunga kol, konsistensi lunak tampak lesi, keputihan berbau dan berwarna hijau A : gangguan integritas kulit/jaringan P : lanjutkan intervensi kolabor asi dengan dokter dalam pemberian terapi



3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi Manajemen Nyeri ( Kode : I.08238 ) Tindakan Observasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 2. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgetik Pemberian obat topical (Kode : 14533) Tindakan Observasi 1. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan



kontraindikasi obat 2. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi 3. Periksa tanggal kedaluwarsa obat 4. Monitor efek terapeutik obat 5. Monitor efek lokal, efek sistemik dan efek samping Terapeutik 1. Lakukan prinsip enam benar ( pasien, obat, dosis, waktu, rute, dokumentasi ) 2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan 3. Berikan privasi 4. Bersihkan kulit 5. Oleskan obat topical pada kulit atau selaput lender yang utuh ( kecuali penggunaan obat untuk mengobati lesi ). Edukasi 1. Jelaskan jenis obat, alas an pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian 2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian obat secara mandiri.



DAFTAR PUSTAKA



DT Ratnasari ( 2018 ). Kondiloma Akuminata dalam jurnal journal.uwks.ac.id ( diakses apda tanggal 12 maret 2021 ). Chimotona (2016 ). LP Askep Abortus dalam id.scribd.com ( diakses pada tanggal2021 ). King Caesar ( 2017 ). Referat Kulit Kondiloma akuminata dalam id. scribd.com ( diakses pada tanggal 13 maret 2021 ) PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikiator Diagnostik, Edisi : 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi : 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi : 1. Jakarta : DPP PPNI