4 0 499 KB
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
GAGAL JANTUNG
1. Konsep Penyakit 1.1
Definisi/deskripsi penyakit Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2012 cit Ardini 2011).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2012).
1.2
Etiologi a. Kelainan otot jantung Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung yang menyebabkan menurunnyakontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot meliputi : 1) Aterosklerosis koroner Hal ini mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia, asidosis, dan infark miokardium yang biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. 2) Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload ) Hal inimenyebabkan hipertrofi serabut otot jantung. Mekanisme kompensasi ini akan meningkatkan kontraktilitas jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan gagal jantung. 3) Peradangan dan penyakit miokardiu degeneratif Hal ini berhubungan dengan gaga jantung karena secara langsung merusak serabut jantung sehingga kontratilitas menurun.
b. Penyakit jantung lain Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat meliputi : 1) Gangguan aliran darah melalui jantung, misal : stenosis katup semiluner. 2) Ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah, misal : tamponade perikardium, perikarditis konstriktif, stenosis katup AV. 3) Pengosongan jantung abnormal, misal : insufisiensi katup AV. 4) Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik ( misal : hipertensi maligna ) walaupun tidak ada hipertrofi miokardial.
c. Faktor sistemik Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung, misalnya : 1. Meningkatnya laju metabolisme ( mis : demam, tirotoksikosis ) 2. Hipoksia dan anemia yang memerlukan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen 3. Asidosis ( respiratorik atau metabolik ) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
1.3
Tanda Gejala Menurut Mansjoer dan Triyanti (2012). Manifestasi klinis dari gagal jantung tergantung dari etiologinya, tetapi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Sesak nafas ( dyspneu) Peningkatan tekanan pengisian bilik kiri menyebabkan transudasi cairan ke jaringan paru. Penurunan compliance ( regangan ) paru menambah kerja nafas. Sensasi sesak nafas juga disebabkan penurunan aliran darah ke otot pernafasan. Awalnya , sesak nafas timbul saat betraktivitas ( dyspneu on effort ) dan jika gagal jantung makin berat sesak juga timbul saat beristirahat. 2) Ortopneu ( sesak saat berbaring ) Pada saat posisi berbaring, maka terdapat penurunan aliran darah di perifer dan peningkatan volume darah di sentral ( rongga dada ). Hal ini berakibat peningkatan tekanan bilik kiri dan udema paru. Kapasitas vital juga menurun saat posisi berbaring. 3) Paroxysmal Nocturnal Dyspneu ( PND ) yaitu sesak tiba-tiba pada malam hari disertai batuk- batuk. 4) Takikardi dan berdebar- debar yaitu peningkatan denyut jantung akibat peningkatan tonus simpatik.
5) Batuk- batuk Terjadi akibat udema pada bronchus dan penekanan bronchus oleh atrium kiri yang dilatasi.Batuk sering berupa batuk yang basah dan berbusa , kadang disertai bercak darah. 6) Mudah lelah Terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distres pernafasan dan batuk. 7) Sianosis Penurunan tekanan oksigen di jaringan perifer dan peningkatan ekstraksi oksigen mengakibatkan peningkatan methemoglobin kira-kira 5 g / 100 ml sehingga timbul sianosis. 8) Adanya suara jantung P2 , S3, S4 menunjukkan insufisiensi mitral akibat dilatasi bilik kiri atau disfungsi otot papilaris. 9) Edema ( biasanya pitting edema ) yang dimulai pada kaki dan tumit dan
secara bertahap bertambah ke atas disertai penambahan berat
badan. 10) Hepatomegali ( pembesaran hepar ) Terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang maka tekanan pada pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen yang disebut asites. 11) Anoreksia dan mual akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen
12) Nokturia ( rasa ingin kencing di malam hari ) Terjadi karena perfusi ginjal dan curah jantung akan membaik saat istirahat.
1.4
Patofisiologi Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output. Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume, vasokonstriksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendeka waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompa. (Junadi, Purnawan, 2013).
1.5
Pemeriksaan Penunjang a. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
b. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah, terutama GJK akut memperbutuk PPOM atau GJK kronis. c. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain d. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik metabolik maupun respiratorik. Gagal ventrikel kiri di tandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir) e. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan f. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal g. Kecepatan sedimentasi (ESR) : mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi akut. h. Tes fungsi ginjal : menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hepar atau ginjal. Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal i. Tes fungsi hati : Albumin/transferin serum : mungkin menurun sebagai akibat penurunan pemasukan protein atau penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti. j. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid k. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung, hipertropi ventrikel l. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan kemampuan kontraksi. m. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru. Bayangan mencerminkan dilatasi/hipertorfi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal.
n. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel. o. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram doople) : dapat menunjukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontratilitas ventrikuler. p. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia (Sumber: Wajan Juni Udjianti, 2010)
1.6
Komplikasi Menurut Barbara C. long (2010), komplikasi gagal jantung kongestif adalah sebagai berikut : a. Efusi pleura: di hasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya terjadi pada lobus bawah darah. b. Aritmia: pasien dengan gagal jntung kongestif mempunyai risiko untuk mengalami
aritmia,
biasanya
disebabkan
karena
tachiaritmias
ventrikuler yang akhirnya menyebabkan kematian mendadak. c. Trombus ventrikuler kiri: pada gagal jntung kongestif akut dan kronik, pembesaran ventrikel kiri dan penurunan kardiac output beradaptasi terhadap adanya pembentukan thrombus pada ventrikel kiri. Ketika thrombus terbentuk, maka mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri, penurunan
suplai
oksigen
dan
lebih
jauh
gangguan
perfusi.
Pembentukan emboli dari thrombus dapat terjadi dan dapat disebabkan dari Cerebrivaskular accident (CVA) d. Hepatomegali: karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena sehingga menyebabkan perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi fibrosis dan akhirnya sirosis
1.7
Penatalaksaan Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah: a) Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen dengan pembatasan aktivitas. b) Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi. c) Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator. 1.7.1
Penatalaksanaan Medis a. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia. Digitalisasi a) dosis digitalis Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari. Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam. Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam. b) Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan. c) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg. d) Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat: Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan. Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan. (Sumber: Mansjoer dan Triyanti, 2012)
1.7.2
Terapi lain a) Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium
diinduksi
alkohol,
pirau
intrakrdial,
dan
keadaan output tinggi. b) Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan. c) Posisi setengah duduk. d) Oksigenasi (2-3 liter/menit). e) Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan. f) Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang. g) Hentikan rokok dan alkohol h) Revaskularisasi koroner i) Transplantasi jantung j) Kardiomioplasti (Sumber: Mansjoer dan Triyanti, 2012)
2. Rencana Asuhan Keperawatan 2.1
Pengkajian 2.1.1 Riwayat keperawatan 2.1.1.1
Pengkajian Primer a. Airways 1) Sumbatan atau penumpukan sekret 2) Wheezing atau krekles b. Breathing 1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat 2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal 3) Ronchi, krekles 4) Ekspansi dada tidak penuh 5) Penggunaan otot bantu nafas c.
Circulation 1) Nadi lemah , tidak teratur 2) Takikardi 3) TD meningkat / menurun 4) Edema 5) Gelisah 6) Akral dingin 7) Kulit pucat, sianosis 8) Output urine menurun
2.1.1.2
Pengkajian Sekunder 1. Keluhan a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat). b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal
Nocturnal
Dyspnea
(PND)
atau
orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah. d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah. e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan f. Insomnia g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah h. Jumlah urine menurun i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh. 2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia. 3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol. 4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu. 5. Pola eliminasi urine: oliguria, nokturia. 6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu 7. Postur, kegelisahan, kecemasan 8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
2.1.2 Pemeriksaan fisik 1) Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur. 2) Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing) 3) Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks 4) Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis 5) Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites 6) Konjungtiva pucat, sklera ikterik 7) Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit pucat, dan pitting edema.
2.2
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1 : penurunan curah jantung 2.2.1
Definisi Ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh (NANDA, NIC – NOC 2012 : 105)
2.2.2
Batasan Karakteristik Gangguan frekuensi dan irama jantung Aritmia (bradikardia, takikardia) Palpitasi Gangguan preload Edema Fatigue (keletihan)
Kenaikan berat badan Distensi vena jugularis Gangguan afterload Dispnea Oliguria Variasi pada hasil pemeriksaan tekanan darah Gangguan kontraktilitus Bunyi crackle Ortopnea atau dispnea nocturnal paroksimal Penurunan curah jantung Bunyi jantung S3 atau S4 Perilaku/Emosi Ansietas Gelisah
2.2.3
Faktor yang berhubungan Gangguan frekuensi atau irama jantung Gangguan volume sekuncup Kelainan jantung (hipertrofi)
Diagnosa 2 : gangguan pertukaran gas 2.2.4
Definisi Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi karbondioksida di membrane kapiler – alveolar ( NANDA, NIC – NOC, 2012: 323)
2.2.5
Batasan Karakteritik Subjektif Sakit kepala pada saat bangun tidur Dispnea
Objektif Gas darah arteri tidak normal Napas cuping hidung PH arteri tidak normal Ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan Hiperkapnia Hipoksia Hiperkarbia Takikardia Somnolen Gelisah Hipoksemia 2.2.6
Faktor yang berhubungan Perubahan membrane kapiler – alveolar Ketidakseimbangan perfusi – ventilasi
2.3
Perencanaan No
Diagnosa Keperawatan
1
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Penurunan
NOC :
Cardiac Care
curah jantung
1. Cardiac Pump
1. Evaluasi
b/d Gangguan
effectiveness
nyeri
Rasional
adanya 1. Mengetahui lokasi, dada
frekuensi atau
2. Circulation Status
(intensitas,lokasi,
irama jantung
3. Vital Sign Status
durasi)
Gangguan
Kriteria Hasil:
volume
1. Tanda Vital dalam
sekuncup
rentang normal
Kelainan
(Tekanan darah, Nadi,
jantung
respirasi)
(hipertrofi)
2. Dapat mentoleransi
2. Catat
intensitas serta durasi nyeri 2. Mengetahui
adanya
disritmia jantung
kelainan irama jantung yang terjadi 3. Antisipasi terhadap
3. Catat adanya tanda dan penurunan
gejala
penurunan cardiac output
cardiac 4. Mengetahui
aktivitas, tidak ada kelelahan 3. Tidak ada edema paru,
output 4. Monitor status kardiovaskuler
perifer, dan tidak ada asites 4. Tidak ada penurunan kesadaran
perkembangan status kardiovaskuler pasien
5. Monitor status
5. Tanda dan gejala
pernafasan yang
yang nampak dar
menandakan gagal
gagal jantung
jantung 6. Monitor abdomen
6. Otot bantu nafas
sebagai indicator
sebagai indicator
penurunan perfusi
kurangnya suplai oksigen
7. Monitor balance cairan
7. Mengetahui keseimbangan intake dan output 8. Perubahan tekanan
8. Monitor adanya
darah menunjukan
perubahan tekanan
terjadi proses
darah yang tiba –
kompensasi dan
tiba
elektofisiologi jantung terganggu 9. Mengetahui efek samping dari obat –
9. Monitor respon pasien terhadap efek
obatan atau medikasi
pengobatan
10. Manajemen energy
antiaritmia
terhadap pasien
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan 11. Monitor toleransi
11. Mengetahui toleransi pasien terhadap ADL
aktivitas pasien
12. Untuk mengetahui
12. Monitor adanya
tindakan apa yang
dyspneu, fatigue,
dilakukan terhadap
tekipneu dan
pasien berdasarkan
ortopneu
manajemen energy yang akan diberikan 13. Meningkatnya stress pada pasien
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
dapat mengakibatkan peningkatan kerja jantung.
Vital Sign Monitoring 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 4. Monitor TD, nadi,
1. Mengetahui TTV pasien 2. Mengetahui perubahan TD pasien 3. Mengetahui perbedaan kekuatan TD di antara kedua lengan 4. Mengetahui perubahan TTV
RR, sebelum,
pasien sebelum dan
selama, dan setelah
sesudah melakukan
aktivitas
aktivitas 5. Mengetahui,
5. Monitor kualitas dari nadi 6. Monitor jumlah dan
kekuatan serta irama pada nadi 6. Mengetahui
irama jantung dan
perubahan irama
monitor bunyi
dan jantung, serta
jantung
mengetahui apakah ada bunyi jantung tambahan atau tidak
7. Mengetahui 7. Monitor frekuensi
perubahan frekuensi
dan irama
dan irama
pernapasan
pernafasasn 8. Ada tidaknya bunyi
8. Monitor suara paru, pola
yang abnormal di paru
pernapasan abnormal 9. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
9. Mengetahui perubahan suhu pada tubuh 10. Salah satu indikasi bahwa tubuh
10. Monitor sianosis perifer
kekurangan O2 11. Tanda terjadinya penyempitan
11. Monitor adanya
lumen di ventrikel
cushing triad
sehingga
(tekanan nadi yang
kontraktilitas
melebar,
jantung menurun
bradikardi,
12. Mengetahui
peningkatan
penyebab utama
sistolik)
TTV berubah
12. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
No
2.
Diagnosa
Tujuan & Kriteria
Keperawatan
Hasil
Intervensi
Gangguan
NOC :
NIC :
pertukaran gas
1. Respiratory Status : Gas
Airway Management
b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan
exchange 2. Respiratory Status : ventilation 3. Vital Sign Status
perifer yang
1. Buka jalan nafas,
Rasional
1. Agar jalan nafas
guanakan teknik
pasien maksimal
chin lift atau jaw
dalam melakukan
thrust bila perlu
ventilasi
posisikan pasien
mengakibatkan
Kriteria Hasil :
untuk
asidosis laktat
1. Mendemonstrasikan
memaksimalkan
dan penurunan
peningkatan ventilasi
curah jantung.
dan oksigenasi yang adekuat
ventilasi 2. Identifikasi pasien
2. Salah satu cara
perlunya
mempatenkan jalan
2. Memelihara kebersihan
pemasangan alat
nafas
paru paru dan bebas
jalan nafas buatan
dari tanda tanda distress pernafasan 3. Mendemonstrasikan
3. Pasang mayo bila perlu 4. Lakukan fisioterapi
batuk efektif dan suara
dada jika perlu &
nafas yang bersih, tidak
keluarkan sekret
ada sianosis dan
dengan batuk atau
dyspneu (mampu
suction
mengeluarkan sputum,
5. Auskultasi suara
3. Agar lidah tak menutup jalan nafas 4. Menjaga kebersihan jalan nafas
5. Identifikasi apakah
mampu bernafas
nafas, catat adanya
ada suara nafa
dengan mudah, tidak
suara tambahan
tambahan atau tidak
ada pursed lips) 4. Tanda tanda vital dalam rentang normal
6. Lakukan suction pada mayo 7. Berikan
6. Memudahkan dalam melakukan suction 7. Tindakan kolaborasi
bronkodilator bia
untuk melebarkan
perlu
bronkus yang menyempit
8. Barikan pelembab udara
8. Agar membran mukosa tidak kering
9. Atur intake untuk
9. Menjaga
cairan
keseimbangan cairan
mengoptimalkan
dalam tubuh
keseimbangan. 10. Monitor respirasi dan status O2
10. Mengetahui tingkat saturasi O2
Respiratory Monitoring 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama
1. Mengetahui pola frekuensi pernafasan
dan usaha respirasi 2. Catat pergerakan
2. Mengetahui
dada,amati
penggunaan otot
kesimetrisan,
nafas tambahan
penggunaan otot
dalam bernafas
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal 3. Monitor suara nafas, 3. Suara nafas seperti seperti dengkur
dengkur (snoring) mengindikasikan bahwa terjatuh kebelakang dan menutupi jalan nafas
4. Monitor pola nafas : 4. Mengetahui bradipena,
perubahan pola
takipenia, kussmaul,
frekuensi pernafasan
hiperventilasi, cheyne stokes, biot 5. Catat lokasi trakea
5. Menegtahui abnormalitas lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
6. Semakin lelahnya
otot diagfragma (
otot diafragma, maka
gerakan paradoksis )
akan tubuh akan semakin kekurangan suplai O2
7. Auskultasi suara
7. Mengetahui ada
nafas, catat area
tidaknya suara
penurunan / tidak
tambahan
adanya ventilasi dan suara tambahan 8. Tentukan kebutuhan 8. Suatu tindakan untuk suction dengan
mengurangi sekret
mengauskultasi
yang menutupi jalan
crakles dan ronkhi
nafas
pada jalan napas utama 9. Auskultasi suara
9. Mengetahui
paru setelah
perkembangan suara
tindakan untuk
paru setelah
mengetahui hasilnya
dilakukan tindakan
AcidBase Management 1. Monitro IV line
1. Mengetahui jumlah cairan yang diberikan
2. Pertahankan jalan nafas paten 3. Monitor AGD, tingkat elektrolit 4. Monitor status
2. Memaksimalkan ventilasi 3. Mengetahui kadar HB dalam darah 4. Mengetahui
hemodinamik(CVP
keabnormaloitas
, MAP, PAP)
hemodinamik di dalam tubuh (baik cairan ataupun
elektrolit) 5. Monitor adanya
5. Antisipasi sebelum
tanda tanda gagal
terjadi gagal nafas
nafas
dan tindakan yang akan dilakukan jika terjadi gagal nafas
6. Monitor pola
6. Mengetahui
respirasi
perubahan pola frekuensi pernafasan
7. Lakukan terapi
7. Salah satu cara untuk
oksigen
memaksimalkan kebutuhan pasien akan O2
8. Monitor status
8. Penurunan kadar O2
neurologi
dalam darah dapat menyebabkan penurunan fungsi neurologi
3. Daftar pustaka Ardini, Desta N. 2011. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari Desember 2010. Semarang: UNDIP Barbara C long. (2010). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung Judith. M. Wilkinson, Nancy R. Ahern : Buku saku diagnosa keperawatan : diagnosa NANDA. Intervensi NIC, kriteria hasil NOC.: Ed. 9, Jakarta : EGC, 2012 Junadi, Purnawan. 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta. Mansjoer, A dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
Banjarmasin,
Desember 2016
Preseptor Akademik
Preseptor Klinik
(…………….…………)
(……………………)