Laporan Pendahuluan Hidronefrosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HIDRONEFROSIS



I.



Konsep Dasar Penyakit A. Definisi Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi hebal pada parenkim ginjal (Price, 1995: 818). Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003). Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik, sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan baik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak (Smeltzer & Brenda, 2001). B. Etiologi Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sumbatan pada sambungan (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) : - kelainan tructural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu -



tinggi lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah batu di dalam pelvic renalis penekanan pada ureter, oleh : 1. jaringan fibrosa 2. arteri atau vena yang letaknya abnormal 3. tumor



Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandungan kemih: a. Batu di dalam ureter



b. Tumor di dalam atau di dekat ureter c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan , cidera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid) f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih) g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya h. Sumbatan yang menghalangi air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cidera j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter. Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan akibat pembesaran rahim tertekan ureter. Perubahan hormonal akan memeperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilam berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. C. Patofisiologi Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik sehingga tekanan ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal yang rusak. Obstruksi parsial atau intermitten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat obses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku.



Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus. Apapun penyebabnya adanya akumulasi urine di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini, atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi komensatori) akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer, 2001:1442) Pathway



D. Manifestasi Klinis Menurut David Ovedoff (2002) tanda dan gejala hidernefrosis adalah: a. Nyeri dan pembengkakan di daerah pinggang b. Kolik menunjukan adanya batu



c. d. e.



Demam dan menggigil bila terjadi infeksi Mungkin terdapat hipertensi Beberapa penderita tidak menunjukan gejala Menurut smeltzer & Brenda, 2001 Pasien mungkin asimtomatik jika awitan



terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti: a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium). b. Gagal jantung kongestif. c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi). d. Pruritis (gatal kulit). e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit). f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan. g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang. h. Amenore, atrofi testikuler. E. Komplikasi Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut: a. Batu ginjal b. Sepsis c. Hipertensi renovaskuler d. Nefropati obstruktif e. Infeksi f. Pielonefritis g. Ileus paralitik F. Penatalaksanaan Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002). 1. Pada hidronefrosis akut:



a. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit). b. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu. 2. Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali. a. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. b. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda. c. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: a) Terapi hormonal untuk kanker prostat b) Pembedahan d. Melebarkan uretra dengan dilator. G. Pemeriksaan Penunjang Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis: 1) Urinalisis : a. Warna, kejernihan & bau urine b. Keasaman (Ph) & berat jenis urine c. Protein, glukosa, badan keton dalam urine d. Sedimen urine : Erytrosit, leukosit, silinder, kristal, pus & bakteri 2) Blood Study : a. Complete blood count : b. Leukosit : meningkat pada infeksi, peritonitis c. Erytrosit, HB, HMT : menurun pada CKD d. Protein serum : menurun pada nepritis e. Uric acid : meningkat pd kerusakan fungsi renal,kerusakan absorbsi tubuler. f. BUN (Blood Urea Nitrogen) : meningkat pada glomerulonefritis, obstruksi tubuler, obstruksi uropati, sindrome nefrotik g. Kreatinin serum : meningkat pada insufisiensi ren 3) Imaging Studies: a. CT scan renal & MRI (Magnetic Resonance Imaging) : tehnik non invasif untukmemberikan gambaran penampang ginjal & saluran kemih yang sangat jelas b. IVP (intravenous Pyelogram) : visualisasi ginjal,ureter& vesika urinaria dg memasukanmedia kontras radiopaquemelalui intra vena kmd dilakukan foto rontgent



c. Voiding Cystourethrogram : a) Memasukkan medium kontras ke dalambladder dengan tekanan syringe kemudian dilakukan pengambilan gambar dengan fluoroskopi. b) Dilakukan pada pasien infeksi saluran kemih, striktur uretra /katup, BPH, vesikoureteral refluk d. USG : Mengetahui akumulasi cairan,massa, malformasi, perubahan ukuran organ(renal hypertropi), urinary obstruksi, lesi renal (abces, kista, batuginjal) II.



Konsep Dasar Asuhan keperawatan A. pengkajian a. Identitas Klien b. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital. 2. Riwayat Kesehtan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain. c. Pola Kebutuhan Dasar Manusia 1. Aktivitas dan istirahat Kelelahan, kelemahan, malaise. 2. Integritas ego Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah. 3. Elimasi Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin. 4. Makanan/cairan Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah. 5. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan. 6. Interaksi sosial Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa. 7. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image. 8. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.



d. Pemeriksaan Fisik 1. Kulit: I: Warna kulit sawo matang P: turgor cukup 2. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut. 3. Mata: Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya (+/ +). 4. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal. 5. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah. 6. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering 7. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat. 8. Thorax : a. Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung b.



dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler



seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan. 9. Abdomen : I: Perut datar, tidak ada benjolan A: Bising usus biasanya dalam batas normal. P: Timpani seluruh lapang abdomen P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa. Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang teraba jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih. 10. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup. e. Pemeriksaan penunjang 1. Laboratorium a. Urinalisis. Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Volume: 100-200cc



Intoleransi aktivitas



aktifitas



b/d



balance cairan seimbang penurunan NIC alergiy conservation self care:ADL kriteria hasil: Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah nadi dan pernafasan



farmakologik NIC: Memenatau asupan Memntau tingkat kemih



dengan



perkusimeransang



kemih Masukan kateter k Menyediakan peng



Energy managemen Obserpasi



adan



dalam beraktivitas kaji adnya faktor y



menyebabbkan kele monitor nutrisi dan



yang adekuat monitor akan adan



mampu melakukan aktivitas sehari- dan emosi secara b hari



Activity terapy



bantu klien untuk m



aktivitas yang mam bantu untuk memil



konsisiten yang ses



kemamuan fisik da bantu untuk menda bantuan aktivitas kolaborasi dengan



medic dalam mere Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NIC kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual, Nutritional status: food and fluid muntah



intake



terapi yang tepat Nutrition managem



kaji adanya alergi m kaji kemampuan p



mendapatkan nutris KH: adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi adanya keinginan untuk makan yakinkan diet yang dimakan klien mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi



dibutuhkan yakinkan diet yang



mengandung tinggi monitor jumlah nu kandungan kalori



Nutrition monitring



berikan informasi t nutrisi kalaborosi dengan



menentukan jumlah



yang dibutuhkan pa BB pasien dalam b monitor adanya pe



badan onitor lingkungan monitor mual dan m monitor kalori dan



DAFTAR PUSTAKA



Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.



http://materikeilmuankeperawatan.blogspot.co.id/2015/09/asuhan-keperawatanhidronefrosis.html http://arsipguntur.blogspot.co.id/2013/04/lp-hidronefrosis.html http://diagnosa-keperawatan.kumpulan-askep.com/asuhan-keperawatan-hidronefrosisgangguan-sistem-perkemihan-34608/