LP Hidronefrosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIDRONEFROSIS DI RUANG 19 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG



OLEH: Ana Septianadi Fahulpa, S.Kep. NIM 192311101037



PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2020



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Hidronefrosis di Ruang 19 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah disetujui dan di sahkan pada : Hari, Tanggal : Tempat



: Ruang 19 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang



Malang,



Januari 2020



Mahasiswa



Ana Septianadi Fahulpa, S.Kep. NIM 192311101037



Pembimbing Akademik Stase Keperawatan Bedah FKep Universitas Jember



Ns. Siswo, S.Kep., M.Kep. NIP. 19800412 200604 1 002



Pembimbing Klinik Ruang 19 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang



LAPORAN PENDAHULUAN



1. Konsep Teori tentang Penyakit A. Anatomi sistem perkemihan B. Definisi Hidronefrosis Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibatadanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2012). Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003). C. Klasifikasi Hidronefrosis Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis, diantaranya (Beetz dkk, 2001) : a.



Hidronefrosis Derajat 1 Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk Blunting alias tumpul



b. Hidronefrosis Derajat 2 Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias mendatar



c.



Hidronefrosis derajat 3 Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)



d. Hidronefrosis derajat 4 Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias menggembung.



Gambar 1. Grade Hidronefrosis (Beetz dkk, 2001)



D. Etiologi Hidronefrosis Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan hidronefrosis adalah sebagai berikut : 1. Hidronefrosis Unilateral Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah: a. Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan pelvis renalis)  Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi.  Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah  Batu di dalam pelvis renalis  Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal, dan tumor. b. Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik  Batu di dalam ureter  Tumor di dalam atau di dekat ureter  Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan.  Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter  Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)  Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)  Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya.  Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker.  Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera .



 Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter c. Penyakit ureter kongenital d. Penyakit ureter yang didapat didapat 2. Hidronefrosis Bilateral a. Hyperplasia prostat pada usia lanjut. b. Adanya katup uretra posterior congenital c. Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik d. Fibrosis retroperitoneum dan keganasan. e. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut: 1. Hiperplasia Prostat Benigna (BPH) 2. Striktur uretra 3. Batu ginjal 4. Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih 5. Abnormalitas kongenital 6. Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis 7. Bekuan darah 8. Kandung kemih neurogenik 9. Ureterokel 10. Tuberkulosis 11. Infeksi gram negatif E. Patofisiologis Hidronefrosis Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi.



Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi. Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011). Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala



yang secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi ireversibel. F. Manifestasi Klinis Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuriamungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti: 1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium). 2. Gagal jantung kongestif. 3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi). 4. Pruritis (gatal kulit). 5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit). 6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan. 7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya (smeltzer dan Bare,2002): 1. Aliran urin berkurang 2. Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta pyuria. 3. Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena 4. Mual, muntah, abdomen terasa penuh 5. Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang 6. Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis. 7. Air kemih dari 10% penderita mengandung darah G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium Urinalisis Pyura menunjukkan



adanya



infeksi.



Hematuria



mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia



serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan. 2. Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis. 3. Pyelography Intravena (IVP) Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP 4. CT Scan CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan. H. Penatalaksanaan Medis 1. Hidronefrosis akut Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit). Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu 2. Hidronefrosis kronik Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat,



maka



dilakukan



pembedahan



untuk



melepaskan



ureter



dan



menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: a. Terapi hormonal untuk kanker prostat b. Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka



dilakukan



pembedahan



untuk



melepaskan



ureter



dan



menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik. c. Pelebaran uretra dengan dilator Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi, diantaranya yaitu : 1. Nefrotomi Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya obstruksi saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang (panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi yang menghalangi keluarnya urin. 2. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser.



3. Nefrolitotomi Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang tinggi. 4. Stent Ureter Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi



ureter,



memulihakan



fungsi



ginjal



yang



terganggu,



dan



memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan lentur. I. Komplikasi Hidronefrosis Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut: a. Batu ginjal b. Sepsis c. Hipertensi renovaskuler d. Nefropati obstruktif e. Infeksi f. Pielonefritis g. Ileus paralitik J. Prognosis Hidronefrosis Prognosis hidronefrosis sangat bervariasi dan tergantung pada kondisi yang berkaitan dengan hidronefrosis itu sendiri, apakah satu ginjal (unilateral) atau keduanya (bilateral) yang terkena, fungsi ginjal yang sudah ada sebelumnya, dan lamanya hidronefrosis (akut atau kronis). Pada kebanyakan bayi, hidronefrosis ringan sampai sedang membaik sejalan dengan waktu dan mungkin tidak memerlukan pengobatan, terutama bila kaliks tidak berdilatasi. Namun, riwayat alamiah hidronefrosis yang didiagnosis saat prenatal tidak sepenuhnya dimengerti dan pemantauan jangka panjang dapat dianjurkan. (Nelson, 2000).



2. Asuhan Keperawatan Umum Pengkajian a. Identitas Klien Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien), Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis



yang



terjadi pada orang dewasa). Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus). Agama dan Pendidikan. Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine). Status Perkawinan b. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus pinggang c. Riwayat kesehatan Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.. d. Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul. e. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain. f. Pengkajian Keperawatan 1. Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise) 2. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah



3. Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin) 4. Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah). 5. Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan). 6. Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa) 7. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image. 8. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat. g. Pemeriksaan Fisik. 1. Kulit



: pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi



turgor cukup. 2. Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut. 3. Mata



:Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor,



reflek cahaya(+/+). 4. Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal. 5. Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah. 6. Mulut



: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering .



7. Leher



: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar



tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat. 8. Thorax :  Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.  Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan. 9. Abdomen : I: Perut datar, tidak ada benjolan A: Bising usus biasanya dalam batas normal.



P: Timpani seluruh lapang abdomen. P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa. Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang teraba jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih. 10. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup. h. Pemeriksaan penunjang 1. Laboratorium 2. Urinalisis



:



mikroskopik



Pyura dapat



menunjukkan menunjukkan



adanya



infeksi.



adanya



batu



Hematuria



atau



tumor,



Volumenya