LP Hidronefrosis [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rima
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Definisi Hidronefrosis Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibatadanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2012). Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).



2.2



Klasifikasi Hidronefrosis Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis, diantaranya (Beetz dkk, 2001) :



a.



Hidronefrosis Derajat 1 Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk Blunting alias tumpul



b. Hidronefrosis Derajat 2 Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias mendatar c.



Hidronefrosis derajat 3



Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul) d. Hidronefrosis derajat 4



Dilatasi



pelvis



renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias menggembung.



Gambar.Grade Hidronefrosis 2.3



Etiologi Hidronefrosis Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan hidronefrosis adalah sebagai berikut:



a.



Hidronefrosis Unilateral Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:



1) Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan pelvis renalis)



a) Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi b) Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah c) Batu di dalam pelvis renalis d) Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal, dan tumor 2) Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik a) Batu di dalam ureter b) Tumor di dalam atau di dekat ureter c)



Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan



d) Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter e)



Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)



f)



Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)



g) Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya h)



Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker



i)



Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera



j)



Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter



3) Penyakit ureter kongenital 4) Penyakit ureter yang didapat didapat b. Hidronefrosis Bilateral 1) Hyperplasia prostat pada usia lanjut 2) Adanya katup uretra posterior congenital 3) Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik 4) Fibrosis retroperitoneum dan keganasan 5) Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan



Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut: 1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH) 2) Striktur uretra



3) Batu ginjal 4) Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih 5) Abnormalitas kongenital 6) Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis 7) Bekuan darah 8) Kandung kemih neurogenik 9) Ureterokel 10) Tuberkulosis 11) Infeksi gram negatif 2.4



Patofisiologis Hidronefrosis Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi. Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi. Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih



atau pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011). Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi ireversibel.



2.5



Manifestasi Klinis Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:



1) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium). 2) Gagal jantung kongestif. 3) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi). 4) Pruritis (gatal kulit). 5) Butiran uremik (kristal urea pada kulit). 6) Anoreksia, mual, muntah, cegukan. 7) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang



Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya (smeltzer dan Bare,2002): 1) Aliran urin berkurang 2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta pyuria 3)



Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena



4) Mual, muntah, abdomen terasa penuh 5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang 6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis 7) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah



2.6



WOC Hidronefrosis



2.7



Pemeriksaan Diagnostik



1) Pemeriksaan Laboratorium Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan. 2) Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis. 3) Pyelography Intravena (IVP) Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP 4) CT Scan CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.



2.8



Penatalaksanaan Medis



a.



Hidronefrosis akut



1)



Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).



2)



Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu



b. Hidronefrosis kronik



Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali. 1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari jaringan fibrosa. 2)



Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.



3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: a) Terapi hormonal untuk kanker prostat b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik. c) Pelebaran uretra dengan dilator Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi, diantaranya : 1) Nefrotomi Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya obstruksi saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang (panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi yang menghalangi keluarnya urin. 2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser. 3) Nefrolitotomi



Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang tinggi. 4) Stent Ureter Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi ureter, memulihakan fungsi ginjal yang terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan lentur.



2.9



Komplikasi Hidronefrosis Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut:



1) Batu ginjal 2) Sepsis 3) Hipertensi renovaskuler 4) Nefropati obstruktif 5) Infeksi 6) Pielonefritis 7) Ileus paralitik



2.10 Prognosis Hidronefrosis Prognosis hidronefrosis sangat bervariasi dan tergantung pada kondisi yang berkaitan dengan hidronefrosis itu sendiri, apakah satu ginjal (unilateral) atau keduanya (bilateral)



yang



terkena,



fungsi



ginjal



yang



sudah



ada



sebelumnya,



dan



lamanya hidronefrosis (akut atau kronis). Pada kebanyakan bayi, hidronefrosis ringan sampai sedang membaik sejalan dengan waktu dan mungkin tidak memerlukan pengobatan, terutama bila kaliks tidak berdilatasi. Namun, riwayat alamiah hidronefrosis yang didiagnosis saat prenatal tidak sepenuhnya dimengerti dan pemantauan jangka panjang dapat dianjurkan. (Nelson, 2000).



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Asuhan Keperawatan Umum 3.1.1



Pengkajian



A. Anamnesa 1.



Identitas Klien



a.



Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)



b.



Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi pada orang dewasa)



c.



Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus)



d. Agama e.



Pendidikan



f.



Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine)



g. Status Perkawinan 2.



Keluhan Utama



Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus pinggang 3. 1.



Riwayat kesehatan



Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.



2. Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain. 4. Pengkajian Keperawatan a.



Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)



b. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah) c.



Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)



d. Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah) e.



Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan)



f.



Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa)



g. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image. h. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat. B. Pemeriksaan Fisik 1) Kulit



: pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi turgor cukup



2) Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut. 3) Mata



:Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya(+/+).



4) Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal. 5) Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah. 6) Mulut 7)



Leher



: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak



membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat. 8) Thorax : a.



Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.



b. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan. c.



Abdomen : I: Perut datar, tidak ada benjolan A: Bising usus biasanya dalam batas normal. P: Timpani seluruh lapang abdomen P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa. Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang teraba jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.



d.



Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup.



C. Pemeriksaan penunjang a. 1)



Laboratorium Urinalisis : Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor, Volumenya 28jam



setelah ginjal



100-200cc



-



dan



balance



(d)



Menyediakan



cairan penghapusan privasi



seimbang Intoleransi



aktifitas



penurunan aktivitas



b/d NOC



NIC



a. alergiy conservation b. self care:ADL Kriteria hasil: -



Energy management (a)



Obserpasi batasan



klien



adanya dalam



Berpartisipasi dalam beraktivitas aktivitas



fisik



tanpa (b) kaji adnya faktor yang



disertai



peningkatan menyebabbkan kelelahan



tekanan darah nadi dan (c) monitor nutrisi dan pernafasan -



sumber energi yang



mampu melakukan adekuat aktivitas sehari-hari (d) monitor akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebih Activity terapy (a) bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan (b) bantu untuk memilih aktivitas konsisiten yang sesuai dengan kemamuan fisik dan psikologis (c) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas (d) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan



program



terapi yang tepat Ketidakseimbangan nutrisi NIC kurang



dari



kebutuhan a)



Nutritional



NIC status: Nutrition management



tubuh b/d anoreksia, mual, food and fluid intake (a) kaji adanya alergi muntah



makanan KH: -



adanya peningkatan



untuk mendapatkan



berat badan sesuai



nutrisi yang dibutuhkan



dengan tujuan -



(b) kaji kemampuan pasien



(c) yakinkan diet yang



mampu



dimakan mengandung



mengidentifikasi



tinggi serat



kebutuhan nutrisi



(d) monitor jumlah nutrisi



-



adanya keinginan



dan kandungan kalori



untuk makan -



Nutrition monitring



yakinkan diet yang (a) berikan informasi tentang dimakan klien



kebutuhan nutrisi



mengandung tinggi



(b) kalaborosi dengan ahli



serat untuk mencegah



gizi untuk menentukan



konstipasi



jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien (c) BB pasien dalam batas normal (d) monitor adanya penurunan berat badan (e) onitor lingkungan selama makan (f) monitor mual dan muntah (g) Monitor kalori dan intake nutrisi



Resiko



infeksi NOC



berhubungan



dengan a.



depresi



NIC Risk



control Infection Control



pertahanan Knowledge



imunologi terhadap uremia



(a)



Identifikasi



risiko (b)



infeksi -



Cuxi



tangan



sebelum



dan



setiap sesudah



Menjaga kebersihan tindakan keperawatan lingkungan



-



(c)



Gunakan baju, sarung



Menggunakan tangan universal



precaution perlindung



dalam



melakukan (d)



tindakan keperawatan -



teknik



aseptik’



sekunder Kriteria Hasil : -



Pertahankan



sebagai



Gunakan intermiten



Melakukan strategi menurunkan control infeksi



alat



kateter untuk infeksi



kandung kemih (e) Tingkatkan intake nutrisi



(f)



Kolaborasi : Berikan terapi antibiotik



3.2 Asuhan Keperawatan Kasus Hidronefrosis 3.2.1



Kasus Pada tanggal 3 Maret Tn.X yang berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan BAK bercampur darah disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri bertambah berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya sedikit dan jarang. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data TB: 169 cm, BB: 49 Kg, Nadi 110 x/menit, TD 130/90 mmHg, suhu 38,1oC, RR 24 x/menit. Klien terlihat lemah dan kesakitan. Hasil palpasi kandung kemih terasa penuh. Pemeriksaan urinalisis: pH urin 9 dan adanya darah dalam urin. Hasil pemeriksaan USG abdomen, nampak adanya striktur pada uretra. Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6 mEq/L. Tn. C didiagnosis Hidronefrosis. Keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti klien.



3.2.2



Pengkajian



A. Anamnesa a.



Identitas Klien Nama Klien



: Tn.X



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Umur



: 50 tahun



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: Tukang Ojek



Suku/Bangsa



: Jawa/Indonesia



b. Keluhan Utama Keluhan utama yang dirasakan klien yaitu BAK bercampur darah c.



Riwayat Penyakit Sekarang Klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 3 maret dengan keluhan BAK bercampur darah disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri bertambah berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya sedikit dan jarang.



Skala Nyeri dari pengkajian menurut PQRST : a) P (palliative/provocative): Nyeri kolik akibat adanya obstruksi saluran ginjal b) Q (quality/quantity ): Klien merasa nyeri pada abdomen bagian bawah yang dirasakan bersifat tumpul dan hilang timbul. c) R (region): Abdomen kanan bawah d) S (scale): Skala nyeri 6 (1-10) e) T (time): Nyeri dirasakan hilang timbul sewaktu-waktu d. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan jika klien tidak pernah menderita penyakit seperti yang diderita sekarang dan klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit. e.



Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan jika tidak ada keluarga yang memiliki penyakit seperti klien dan tidak ada penyakit keturunan.



B. Pemeriksaan Fisik a. Sistem pernafasan (B1) RR: 24x/menit, vesikuler b. Sistem kardiovaskuler (B2) TD: 130/90 mmHg, N: 110x/menit, T : 38,1 oC c. Sistem Persarafan (B3) GCS 456, klien terlihat lemah dan kesakitan d. Sistem Perkemihan (B4) Oliguri, Hematuri (BAK bercampur darah), pH 9. Mengeluh BAK bercampur darah disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. BAK sedikit dan jarang. e. Sistem Pencernaan (B5) BB sekarang: 49 kg, TB 169 cm, BB SMRS 2 bulan yang lalu: 59 kg. Tidak nafsu makan. Porsi makan tidak habis, hanya habis 1/3 porsi. Belum BAB selama 5 hari. Mual +, muntah +. IMT = BB / (TB)2 IMT = 49 / (1,69)2 IMT = 49/2,86 = 17,13  kurus f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6 ) Sistem Muskuloskeletal dan integumen tidak ditemukan masalah.



C. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan urinalis : pH urin 9 dan adanya darah dalam urin 2) Hasil pemeriksaan USG Abdomen :nampak adanya striktur pada uretra 3) Pemeriksaan darah a.



BUN: 25 mg/dl (N pada laki-laki : 6-24 mg/dL)



b. Creatinin: 2 mg/dl ( N : 0,6-1,3 mg/dL) c.



Kalium: 6 mEq/L (N : 3,8-5,1 mEq)



3.2.3



Analisis Data Data



Etiologi



MK



Obstruksi Ureter



Nyeri akut



Pasien merasakan adanya nyeri pada







(00132)



daerah perut dan punggung yang



Penyempitan saluran kemih



dirasakan hilang timbul sejak 10 hari







DS: -



yang lalu. -



Klien



Penumpukan urin mengatakan



jika



nyeri



semakin bertambah ketika duduk



DO:



Obstruksi aliran urin



Pasien terlihat meringis menahan nyeri Klien terlihat lemah



-



Hasil PQRST



↓ Nyeri



P: Nyeri kolik akibat adanya obstruksi saluran ginjal Q: Tumpul dan hilang timbul R: Abdomen kanan bawah S: Skala nyeri 6 (skala 1-10) T: Nyeri dirasakan hilang timbul Tanda tanda Vital Nadi



↓ Kolik renalis



-



-



Penekanan ureter ↓



saat mengendarai motor



-







110



x/menit,



mmHg, suhu 38,1 x/menit.



TD o



130/90



C, RR 24



-



Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6 mEq/L.



DS: a.



Hidronefrosis



Gangguan nutrisi







kurang dari



Kegagalan membuang



kebutuhan



Pasien mengatakan tidak nafsu makan.



b.



Pasien mengatakan selalu ingin



limbah metabolik ↓



muntah ketika makan DO :



Ureum dalam darah ↓



a. BB awal 59 kg, BB sekarang 49 kg.



Racun dalam darah ↓



b. Porsi makan tidak habis c. IMT : 17,13 d.



Tampak



Mual, muntah lemas,



nafsu







makan



menurun, mual, muntah



Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan



DS : -



Pasien mengeluh sulit untuk BAK



DO:



a.



Gangguan eliminasi







urin



Refluks urin ke ginjal



-



Terjadi penurunan jumlah urin.



-



Pasien nampak tidak dapat mengatur



↓ Retensi urin



jadwal pengeluaran urinnya.







BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl,



Gangguan pola eliminasi



kalium: 6 mEq/L



3.2.4



Hidronefrosis



urin



Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal



b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan c. 3.2.5



Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter Intervensi Keperawatan Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal NOC



NIC



Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Pain Management (1400) keperawatan diharapkan nyeri pasien a. berkurang dengan Kriteria Hasil NOC: a.



Mampu



mengontrol



Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif



termasuk



lokasi,



nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas



(mengetahui penyebab nyeri, dapat dan factor presipitasi menggunakan teknik nonfarmakologi b. untuk mengurangi nyeri) b.



Melaporkan bahwa nyeri berkurang c.



dari



untuk mengetahui pengalaman nyeri



Mampu memngenali nyeri (skala, pasien Control



lingkungan



Menyatakan rasa nyaman setelah mempengaruhi nyeri berkurang



e.



nonverbal



Gunakan teknik komunikasi terapeutik



intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. d.



reaksi



ketidaknyamanan



dnegan manajemen nyeri c.



Observasi



nyeri



yang



dapat



seperti



suhu



ruangan, pencahayaan dan kebisingan



Tanda vital dalam rentang normal



e.



Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)



f.



Ajarkan tentang teknik non farmakologi (napas dalam, kompres hangat atau dingin)



g.



Memposisiskan



klien



untuk



memberikan rasaa nyaman h. Tingkatkan istirahat i.



Kolaborasi : Pemberian Analgesik sesuai indikasi



j.



Monitoring vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali



Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan NOC Tujuan



:



Setelah



dilakukan



NIC asuhan 1.



Managemen Nutrisi (1100)



Keperawatan diharapkan nutrisi klien a. adekuat dengan Kriteria Hasil NOC : 1.



pada



klien.



b. Beri instruksi kepada pasien tentang Klien akan mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori atau nutrisi yang kebutuhan nutrisi klien. 2. Terapi Nutrisi (1120)



di programkan.



Monitor



2. Berat badan klien akan meningkat. 3.



Identifikasi alergi makanan



makanan/



cairan



yang



masukan kalori dan Klien memiliki energy yang cukup dicerna, dikalkulasi setiap hari dengan tepat. sehingga tidak merasa lemas. 3. Managemen Mual (1450) a.



Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai klien



b.



Beri supplement nutrisi sesuai kebutuhan



4. Manajemen Energi (0180) a.



Monitor



intake



nutrisi



untuk



memastikan sumber nutrisi yang adekuat. b.



Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebiasaan



untuk



meningkatkan



intake makanan yang tinggi energi



Diagnosa : Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter NOC Tujuan



:



keperawatan



Setelah



NIC



dilakukan



diharapkan



asuhan Manajemen eliminasi urin



klien



dapat a.



Monitor eliminasi urin mengenai



berkemih dengan jumlah normal dengan frekuensi, Kriteria Hasil NOC : -



Frekuensi urin dalam batas normal



-



Tidak terjadi retensi urin



-



Warna urin kuning jernih



-



Tidak menunjukkan adanya obstruksi



konsistensi,



volume,



warna b.



Monitor tanda dan gejala adanya retensi urin



c.



Mengkaji pemasukan cairan dan



tanda pengeluaran karakteristik urin d. Amati keluhan kandung kemih,



palpasi untuk distensi suprapubik, pertahanan penurunan keluaran urin e.



Kolaborasi : pemasangan nefrotomy tube



3.2.6



Evaluasi



1. Klien mengatakan jika nyeri berkurang dalam skala 1-2 2. Intake makanan meningkat dan nutrisi klien dapat terpenuhi 3. Klien mengatakan dapat berkemih dengan jumlah nomal sekitar 1000-1500/hari DAFTAR PUSTAKA



De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC Doenges,Marilyn



E,dkk.2010.Nursing



Care



Plans.Ed.8.USA



:



Davis



Plus



Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono.Jakarta:EGC Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC. Manski,Dr.med.Dirk.2015. Obstruction.Available



Hydronephrosis from



:



and URL



Upper :



Urinary



Tract



http://www.urology-



textbook.com/hydronephrosis.html [Diakses tanggal 15 Maret 2015] Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from : URL : http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-operasi.html [Diakses tanggal 15 Maret 2016] Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC