Laporan Pendahuluan KDM Lansia BP Fahrin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR LANSIA



1.



Kebutuhan Dasar Manusia 1.1 Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Dwiyani dan Kartika, 2012). Menurut Abraham Maslow, individu dapat sehat optimal apabila kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi yang mencakup kebutuhan fisik, keamanan dan kenyamanan, cinta dan kasih sayang, harga diri serta aktualisasi diri. Lansia mengalami peningkatan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dan aktifitas sehari –hari. Peran keluarga disini sangat penting karena keluarga merupakan sumber dukungan terbesar yang berguna untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia pada lansia (Dwiyani dan Kartika, 2012).



1.2 Karakteristik Kebutuhan Dasar Manusia



2



Karakteristik kebutuhan dasar manusia adalah sebagai berikut : 1.2.1 Manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama, walaupun setiap orang memiliki perbedaan dalam bidang sosial, budaya, persepsi, dan pengetahuan. 1.2.2 Secara umum pemenuhan kebutuhan dasar setiap manusia sesuai dengan tingkat prioritasnya. Jadi, kebutuhan dasar yang harus segera dipenuhi adalah merupakan kebutuhan dasar dengan prioritas utama. 1.2.3 Sebagian pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditunda walaupun umumnya harus dipenuhi. 1.2.4 Kebutuhan dasar yang gagal dipenuhi akan mengakibatkan kondisi yang tidak seimbang (disekulilibrium) sehingga menyebabkan sakit. 1.2.5 Munculnya keinginan pemenuhan kebutuhan dasar dipengaruhi oleh stimulus internal maupun eksternal. Contoh, kebutuhan untuk minum. Seseorang yang merasa haus, maka ia ingin segera minum. Hal itu disebabkan karena dalam tubuhnya kekurangan cairan (stimulus internal) atau karena melihat minuman yang segar saat terik matahari (stimulus eksternal). 1.2.6 Berbagai kebutuhan dasar akan saling berhubungan dan berpengaruh pada manusia. Misalnya, kebutuhan makan akan diikuti dengan kebutuhan minum. 1.2.7 Saat timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka individu akan berusaha memenuhinya (Sutanto dkk, 2002 dalam Niluh Putu Widyantari, 2018).



1.3 Kebutuhan Fisiologis ( Physiological Needs) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostasis biologis dan kelangsungan kehidupan setiap manusia (Asmadi, 2008). Kebutuhan fisiologis bersifat lebih mendesak untuk didahulukan dibanding kebutuhan



3



yang lainnya. Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat, tidur, terbebas dari rasa nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual dan lain sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis ini terpenuhi, maka seseorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi dan begitu seterusnya. 1.3.1 Kebutuhan Oksigen 1.3.2 Kebutuhan Cairan 1.3.3 Kebutuhan Nutrisi 1.3.4 Kebutuhan Eliminasi 1.3.5 Kebutuhan Istirahat dan Tidur 1.3.6 Kebutuhan Terbebas dari Rasa Nyeri 1.3.7 Pengaturan Suhu Tubuh 1.3.8 Kebutuhan Seksual Menurut (Dwiyani dan Fitria, 2012) Gizi pada lansia perlu diperhatikan karena biasanya lansia itu sendiri lupa untuk makan sehingga asupan nutrisi dari lansia tersebut akan berkurang. Lansia yang mengalami kekurangan protein maka dapat berakibat rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi (DepKes RI, 2000). Pemenuhan kebutuhan cairan juga penting, karena cairan dapat membantu kinerja ginjal dalam menetralisir zat-zat sisa. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga ringan dapat membantu melenturkan otot dan melancarkan sirkulasi darah. Kebutuhan Fisiologis meliputi makanan dan tempat tinggal. Dari pekerjaan membantu, merawat lansia, dan memenuhi kebutuhan seharihari lansia seperti makan, pakaian, dan kesehatan semua terpenuhi, kita berikan gizi yang cukup mulai dari makanan pokok, dan buah-buahan. Selain berupa makanan ada pula beberapa diantara mereka yang pemenuhan kebutuhan fisiologis berupa tempat tinggal, fasilitas yang diberikan pakaian, tempat tinggal yang nyaman dan bersih (Agustian Hari, 2019). 1.4 Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Self Security Needs)



4



Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam, baik terhadap fisik maupun psikososial (Asmadi, 2008). Jatuh merupakan penyebab utama kematian akibat kecelakaan pada klien yang berusia 75 tahun atau lebih. Lebih dari 40% orang yang berusia 65 tahun mengalami jatuh sedikitnya 1 kali dalam setahun, dengan 1% hingga 6% diantaranya menyebabkan cedera yang serius (Potter, 2005 dalam Dwiyani dan Fitri, 2012). Berkurangnya mobilitas sendi, waktu reaksi melambat, penurunan penglihatan, penurunan pendengaran, penurunan kekuatan dan daya tahan otot juga dapat mengakibatkan cedera pada orang lanjut usia akibat proses penuaan. Permukaan lantai yang tidak rata dan licin merupakan daerah yang berbahaya karena potensial menyebabkan jatuh, sehingga perlu bantuan orang lain terutama keluarga untuk membantu lansia agar tidak terjatuh (Tamher, 2009). Menurut penelitian (Lee&Yeo, 2009) cedera merupakan masalah yang signifikan yang dialami oleh lansia. Sebagian besar cedera pada lansia terjadi akibat terjatuh dirumah. Diperlukan beberapa strategi untuk mencegah terjadinya cedera pada lansia. Seiring dengan berjalannya waktu akibat penuaan, maka seseorang juga pasti akan mengalami gangguan atau penurunan fungsi tubuh yang akan menyebabkan keterbatasan fungsi fisik, psikologis, maupun sosial. Oleh sebab itu, lansia sangat membutuhkan dukungan, perhatian serta motivasi dari keluarga maupun kerabat dekatnya. Dibutuhkan peran keluarga sebagai support system dalam menjaga serta membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia pada lansia. Bagi keluarga sebaiknya membantu serta memberikan dukungan kepada lansia agar masing –masing kebutuhan dapat terpenuhi, misal untuk pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan, dapat dilakukan dengan cara keluarga lebih memperhatikan kondisi lingkungan yang aman untuk lansia (Dwiyanti dan Fitri, 2012).



5



Kebutuhan



rasa aman memliputi terlaksanakanya tugas seperti



memberikan bimbingan keagamaan, seperti di ajarkan mengaji, tauziah, di berikan tempat tinggal yang nyaman, bersih dan kesehatanpun terjamin, sebagai Masing-masing pekerja memang berbeda dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman untuk lansia , tergantung kondisi lansia dan apa yang masing-masing lansia butuhkan (Agustian Hari, 2019).



1.5 Kebutuhan Mencintai dan Dicintai (Love and Belongingness Needs) Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, 2005 dalam Dwiyanti dan Fitri, 2012) didapatkan bahwa kebutuhan mencintai dan memiliki pada lansia yang mengikuti Posyandu lansia di Desa Jatirejoyoso Kepanjen adalah terpenuhi karena para lansia beranggapan bahwa mereka mendapatkan kebutuhan tersebut dari keluarga dan anak-anak mereka sehingga tidak merasa dikucilkan oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya. Kebutuhan kasih sayang meliputi perhatian kepada lansia maupun kegiatan sehari-hari merawat lansia dengan sepenuh hati, sikap yang baik dari keluarga dan wujud tanggung jawab. Antara keluarga yang satu dengan yang lainya memang hampir berbeda-beda dalam pemenuhan kebutuhan kasih sayang, tergantung dari kondisi lansia serta apa yang mereka masing-masing rasakan. Tetapi pada umumnya pemenuhan kebutuhan kasih sayang yang mereka rasakan adalah menyangkut perhatian (Agustian Hari, 2019).



1.6 Kebutuhan Harga Diri Harga diri adalah evaluasi terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri, dan diakui atau tidaknya kemampuan serta keberhasilan yang diperolehnya. Dalam masyarakat tradisional, biasanya lansia cenderung lebih dihargai dan dihormati, sehingga mereka masih dapat berperan dan



6



berguna bagi masyarakat, lansia tersebut juga merasa masih mampu bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya (Dwiyanti dan Fitri, 2012). Kebutuhan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk Lansia, mengikuti kegiatan dan berkumpul bersama, mengajarkan hal yang positif agar lansia merasa di anggap keberadaanya dipanti dengan cara mengisi waktu luangnya dengan mengobrol dan memberikan kegiatan yang positif dan pengakuan dilingkungan pekerjaan, pengertian dan pemahaman kondisi seorang lansia, bekerja sama dalam pengurusan lansia. Perbedaan kebutuhan penghargaan masing-masing pekerja didasarkan pada kondisi lansia, dan hubungan antar petugas dan lansia (Agustian Hari, 2019).



1.7 Kebutuhan Aktualisasi Diri Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik berasal dalam diri maupun di luar diri. Menurut (Suhartini, 2012), lansia Indonesia pada umumnya masih merasa nyaman karena anak atau saudara –saudara yang lainnya masih merupakan jaminan yang baik bagi orangtuanya. Anak berkewajiban menyantuni orangtua yang sudah tidak dapat mengurus pribadinya sendiri. Nilai tersebut masih berlaku karena anak wajib memberikan kasih sayangnya kepada orangtuanya. Para usia lanjut memiliki peranan yang tinggi yaitu sebagai orang yang dituakan, bijak dan lebih berpengalaman dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih muda, meskipun dari segi pendidikan banyak diantara para lansia tersebut yang tidak menjalaninya. Kemudian untuk kebutuhan aktualisasi diri keluarga dapat memantau perkembangan aktualisasi diri lansia yaitu dengan cara mengajak lansia untuk berdiskusi, memberikan kebebasan pada lansia dalam mengambil keputusan, dan sebagainya. Bagi perawat terutama perawat komunitas diharapkan dapat membantu dalam memberikan intervensi kepada lansia, serta memberikan informasi atau pendidikan kesehatan baik kepada



7



keluarga maupun komunitas mengenai pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada lansia (Dwiyanti dan Fitri, 2012). Kebutuhan aktualisasi diri meliputi kemandirian dan kemampuan dalam mencari nafkah untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang mana posisinya, serta memberikan manfaat untuk orang lain, memberikan maanfaat untuk orang lain juga memberikan dirinya pengalaman baru sehingga hal tersebut sebagai aktualisasi diri (Agustian Hari, 2019).



2.



Lansia 2.1 Definisi Lansia Pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri dari serangkaian proses perubahan yang rumit dan panjang sejak pembuahan ovum oleh sperma dan berlanjut sampai berakhirnya kehidupan. Secara garis besar, perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap, yaitu kehidupan sebelum lahir, saat bayi, masa kanak – kanak, remaja, dewasa, dan lanjut usia (lansia). Lansia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, dimana manusia tersebut pastinya akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun mental. Proses penuaan merupakan proses alami yang dapat menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi, kemampuan badan dan jiwa (Setiati dkk, 2000 dalam Dwiyanti dan Fitri, 2012). Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan – lahan dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki



kerusakan



yang



diderita.



Menurut



WHO,



dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu : 2.1.1 Usia Pertengahan (middle age)



: usia 45 – 59 tahun.



2.1.2 Lansia (elderly)



: usia 60 – 74 tahun.



2.1.3 Lansia tua (old)



: usia 75 – 90 tahun.



2.1.4 Usia sangat tua (very old)



: usia di atas 90 tahun.



lansia



8



Departemen Kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut : 2.1.5 Virilitas (prasenium)



: Masa persiapan usia lanjut yang



menampakkan kematangan jiwa (usia 55 – 59 tahun). 2.1.6 Usia lanjut dini (senescen) : Kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60 – 64). 2.1.7 Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : Usia di atas 65 tahun. Pengertian lansia dibedakan atas 2 macam, yaitu lansia kronologis (kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya (Fatimah, 2010). 2.2 Teori – teori Penuaan Menua merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara progresif seiring waktu sehingga menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu. Terdapat tiga dasar fundamental yang dipakai untuk menyusun berbagai berbagai teori menua, yaitu : - Pola penuaan pada hampir semua spesies mamalia diketahui adalah sama. - Laju penuaan ditentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap spesies. - Laju atau kecepatan penuaan dapat diperlambat, namun tidak dapat dihindari atau dicegah. Beberapa teori penuaan yang diketahui dijelaskan berikut ini : 2.2.1 Teori Berdasarkan Sistem Organ Teori berdasarkan sistem organ (organ sistem – based theory) ini berdasarkan atas dugaan adanya hambatan dari organ tertentu dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya proses penuaan.



9



Organ tersebut adalah sistem endokrin dan sistem imun. Pada proses penuaan, kelenjar timus mengecil yang menurunkan fungsi imun. Penurunan fungsi imun menimbulkan peningkatan insidensi penyakit infeksi pada lansia. Dapat dikatakan bahwa peningkatan usia berhubungan dengan peningkatan insidensi penyakit. 2.2.2 Teori Kekebalan Tubuh Teori kekebalan tubuh (breakdown theory) ini memandang proses penuaan terjadi akibat adanya penurunan sistem kekebalan secara bertahap, sehingga tubuh tidak dapat lagi mempertahankan diri terhadap luka, penyakit, sel mutan, ataupun sel asing. Hal ini terjadi karena hormon – hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar timus yang mengontrol sistem kekebalan tubuh telah menghilang seiring dengan bertambahnya usia. 2.2.3 Teori Kekebalan Teori kekebalan (autoimmunity) ini menekankan bahwa tubuh lansia yang mengalami penuaan sudah tidak dapat lagi membedakan antara sel normal dan sel tidak normal, dan muncul antibodi yang menyerang keduanya yang pada akhirnya menyerang jaringan itu sendiri. Mutasi yang berulang atau perubahan



protein



pascatranslasi



dapat



menyebabkan



berkurangnya kemampuan kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sel imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Salah satu bukti yang menguatkan teori ini adalah bertambahnya kasus penyakit degenerative pada orang berusia lanjut.



10



2.2.4 Teori Fisiologik Sebagai contoh, teori adaptasi stres (stress adaptation theory) menjelaskan proses menua sebagai akibat adaptasi terhadap stres. Stres dapat berasal dari dalam maupun dari luar, juga dapat bersifat fisik, psikologik, maupun sosial. 2.2.5 Teori Psikososial Semakin lanjut usia seseorang, maka ia semakin lebih memperhatikan dirinya maupun arti hidupnya, dan kurang memperhatikan peristiwa atau isu – isu yang sedang terjadi. 2.2.6 Teori Kontinuitas Gabungan antara teori pelepasan ikatan dan teori aktivitas. Perubahan diri lansia dipengaruhi oleh tipe kepribadiannya. Seseorang yang sebelumnya sukses, pada usia lanjut akan tetap berinteraksi dengan lingkungannya serta tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya karena memiliki tipe kepribadian yang aktif dalam kegiatan sosial. 2.2.7 Teori Sosiologik Teori perubahan sosial yang menerangkan menurunnya sumber daya dan meningkatnya ketergantungan, mengakibatkan keadaan sosial yang tidak merata dan menurunnya sistem penunjang sosial. Teori pelepasan ikatan (disengagement theory) menjelaskan bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara pelan – pelan dari kehidupan sosialnya. Pensiun merupakan contoh ilustrasi proses pelepasan ikatan memungkinkan seseorang untuk lepas dari tanggung jawab pekerjaan dan tidak perlu mengejar peran lain untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Teori mendapat banyak kritikan dari berbagai ilmuwan sosial. 2.2.8 Teori Aktivitas Berlawanan dengan teori pelepasan ikatan, teori aktivitas ini menjelaskan bahwa lansia yang sukses merupakan lansia yang aktif



11



dan ikut dalam banyak kegiatan sosial. Jika sebelumnya seseorang sangat aktif, maka pada saat usia lanjut ia akan tetap memelihara keaktifannya seperti peran dalam keluarga dan masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, karena ia tetap merasa dirinya berarti dan puas di hari tuanya. Bila lansia kehilangn peran dan tanggung jawab di masyarakat atau keluarga, maka ia harus segera terlibat dalam kegiatan lain seperti klub atau organisasi yang sesuai dengan bidang atau minatnya. 2.2.9 Teori Penuaan Ditinjau dari Sudut Biologis 2.2.9.1 Teori error catastrophe Kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh mempengaruhi sifat khusus enzim untuk sintesis protein, sehingga terjadi kerusakan sel dan mempercepat kematian sel. 2.2.9.2 Teori pesan yang berlebih – lebihan (redundant message) Manusia memiliki DNA yang berisi pesan yang berulang – ulang atau berlebih – lebihan yang menimbulkan proses penuaan. 2.2.9.3 Teori imunologi Teori



ini



menekankan



bahwa



lansia



mengalami



pengurangan kemampuan mengenali diri sendiri dan sel – sel asing atau pengganggu, sehingga tubuh tidak dapat membedakan sel – sel normal dan tidak normal, dan akibatnya antibodi menyerang kedua jenis sel tersebut sehingga muncul penyakit – penyakit degeneratif (Fatimah, 2010).



2.3 Perubahan Fisiologis pada Lansia Secara alami, fungsi fisiologis dalam tubuh lansia menurun seiring pertambahan usianya. Penurunan fungsi ini tentunya akan menurunkan kemampuan lansia tersebut untuk menanggapi datangnya rangsangan baik



12



di luar tubuh maupun dari dalam tubuh lansia itu sendiri. Perubahan fungsi fisiologis yang terjadi pada lansia pada dasarnya meliputi meliputi penurunan kemampuan sistem saraf, yaitu pada indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Selanjutnya, perubahan ini juga mengakibatkan penurunan sistem pendengaran, sistem syaraf, sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem kardiovaskular, hingga penurunan kemampuan muskuloskeletal (Fatimah, 2010).



3.



Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pada Lansia Menua atau menjadi tua merupakan proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari. Pada akhir abad yang lalu, disinyalir usia lansia semakin banyak. Ada negara – negara yang mempunyai jumlah lansia di atas 10% dan disebut dengan negara – negara berpopulasi lansia (aging populated countries). Di Indonesia, kini populasi lansia rata – rata adalah 7,5% dari jumlah total penduduk dan dalam waktu 20 tahun lagi jumlah lansia di Indonesia akan melebihi balita (Menkokesra, 2008). Dalam dua dekade terakhir ini, terjadi peningkatan populasi penduduk lansia di Indonesia dari 4, 48% pada tahun 1971 (5,3 juta jiwa) menjadi 9,77% pada tahun 2010 (23,9 juta jiwa). Bahkan pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi ledakan jumlah penduduk lansia sebesar 11, 34% atau sekitar 28,8 juta jiwa (Makmur Sanusi, 2006). Peningkatan jumlah lansia tersebut akan membawa dampak yang lebih besar, lebih serius, dan lebih kompleks apabila tidak diikuti dengan pemenuhan kebutuhan dasar bagi lansia – lansia tersebut. Oleh karena itu diperlukan ilmu dan pengetahuan mengenai kebutuhan – kebutuhan dasar lansia agar orang – orang tua dapat terhindar dari segala masalah – masalah fisik, psikologis, maupun sosial.



13



DAFTAR PUSTAKA Agustian Hari. 2019. Pelayanan Pemenuhan Kebutuhan Lansia Di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPSLU) Sudagaran Banyumas. Skripsi. Institusi Agama Islam Negeri Purwokerto. Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Darmojo Boedi & H. Hadi Martono. (2006). Geriarti (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) (Edisi 5) . Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Deputi I [Menkokesra] Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat . Lansia Masa Kini dan Mendatang. http://www.menkokesra.go.id. Diakses pada : 9 September 2017. Dwiyanti dan Fitri. 2012. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada lansia dimensia oleh keluarga. Jurnal Nursing Studies. Volume 1 : Halaman 175182. Fatimah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Penerbit Erlangga. Lee&Yeo. (2009). A Review of Elderly Injuries Seen in A Singapore Emergency Department. Singapore: Singapore Med J. Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi 4). Jakarta: EGC. Suhartini, R. (2012).Diperoleh dari http://www.damandiri.or.id. Sunusi M. (2006). Kebijakan Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Jakarta. Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan PendekatanAsuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika