Laporan Pendahuluan Menopause M1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS KLIMAKTERIUM



Oleh : APIPIN 2108015



PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2021



1. Konsep Dasar 1. Definisi Menopause adalah haid terakhir pada wanita, yang juga sering diartikan sebagai berakhirnya fungsi reproduksi seorang wanita. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif. Klimakterium biasa terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003) 2. Etiologi Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen. Perkembangan



dan



fungsi



seksual



wanita



secara



normal



dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan terjadi kehamilan



tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun. Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks. Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertama-pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik. Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi,



estrogen



yang dihasilkan



300-800 ng,



pada



masa



pramenopause menurun menjadi 150-200 ng, dan pada pascamenopause menjadi 20-150 ng. Menurunnya kadar estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik dan gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut pada setiap wanita berbeda-beda bergantung pada: 1. Penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks ovarium. Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut akibat perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ sasaran (osteoporosis).



2. Sosio-budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda dari keluhan klimakterik. 3. Psikologik yang mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan membe-rikan penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik. 3. Manifestasi Klinis Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik mempunyai keluhan. Gejala yang tetap dan tersering adalah gejolak panas dan keringat banyak. Gejolak panas merupakan sensasi seperti gelombang panas yang meliputi bagian atas dada, leher, dan muka. Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik berupa rasa takut, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang kurang mantap. Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur, berdebardebar, rasa kesemutan di tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot. Keringat malam hari merupakan keluhan yang sangat mengganggu, sehingga menimbulkan lelah dan kesukaran bangun pagi. Semua keluhan ini kurang menggembirakan bagi seorang wanita, dan mendorong penderita mencari pengobatan. Atrofi epitel genital dapat mengakibatkan vaginitis senilis. Gejalagejalanya



mencakup:



iritasi,



rasa



terbakar,



pruritus,



leukorea,



dispareunia, perdarahan vaginal, penurunan sekresi vaginal, penipisan epitel dan mudah kena trauma, pemendekan dan pengurangan kelenturan vagina.



Kebanyakan



masalah



seksual



dialami



oleh



wanita



pascamenopause adalah karena status fisis dari mukosa vagina, yang harus memelihara kelembaban protektif yang cukup dan memberikan pelumas selama sanggama. Setelah menopause, perubahan atrofik dapat menyebabkan dispareunia, vaginitis, vaginismus, taknyaman fisis, dan hilang minat seksual. Kulit



wanita



banyak



dipengaruhi



oleh



estrogen



sehingga



menimbulkan kulit kehilangan elastisitasnya, berkerut, kering dan



menjadi lebih tipis. Hal tersebut mengurangi kecantikan seorang wanita, sehingga wanita merasa kurang percaya diri lagi (dan dapat menambah ketidakseimbangan emosi wanita tersebut). Gangguan psikogenik, ini mencakup : peningkatan rasa gelisah, depresi, mudah cemas, insomnia, dan sakit kepala. Keadaan lain yang dapat



diperberat



oleh



gejala



menopause



mencakup



:



masalah



psikosomatik yang telah ada yang diperkuat oleh gejolak panas, pola tidur yang diganggu oleh keringat malam, penurunan libido karena vaginitis atrofikans yang mengakibatkan dispareunia. Osteoporosis adalah gangguan tulang yang terutama menyerang tulang trabekular, menyebabkan pengurangan kuantitas tulang sehingga mengakibatkan



tulang



keropos. Meskipun



kedua jenis



kelamin



mengalami kehilangan massa tulang dengan proses menua, jarang bagi pria mengalami gejala osteoporosis sebelum usia 70. 4. Patofisiologi Seiring dengan pertambahan usia, sistem neurohormonal tidak mampu untuk berstimulasi periodik pada sistem endokrin yang menyebabkan ovarium tidak memproduksi progesterone dalam jumlah yang bermakna. Estrogen hanya dibentuk dalam jumlah kecil melalui aromatisasi androsteredion dalam sirkulasi. penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium mengecil dan akhirnya folikel juga menghilang. Tidak adanya estrogen ovarium merupakan penyebab timbulnya perubahan-perubahan pasca menopause, misalnya: kekeringan vagina, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sewaktu berhubungan seks, dan atrofi gradual organ-organ genetalia, serta perubahan fisik lainnya. Namun wanita pasca menopause tetap memiliki dorongan seks karena androgen adrenal mereka. Masih tidak jelas apakah gejala-gejala emosional yang berkaitan dengan fungsi ovarium, misalnya depresi dan iritabilitas, disebabkan oleh penurunan estrogen akan merupakan reaksi psikologis terhadap dampak menopause.



5. Pathway



6. Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan menopause bisa berupa terapi hormonal dan nonhormonal. Terapi hormonal dapat dilakukan menggunakan preparat estrogen atau kombinasi estrogen dan progesteron. Terapi nonhormonal dapat berupa obat-obatan seperti antidepresan, antikonvulsan, clonidine, dan preparat herbal seperti fitoestrogen. a. Tata Laksana Hormonal Tata laksana hormonal diberikan mulai tahap perimenopause. Tata laksana dapat berupa estrogen atau kombinasi estrogen dan progesteron. 1) Estrogen diberikan secara tunggal untuk wanita yang sudah menjalani operasi histerektomi. Wanita yang masih memiliki uterus harus diberikan kombinasi progesteron untuk melindungi endometrium dari efek estrogen yang mencetuskan hiperplasia dan kanker endometrium. Indikasi tata laksana hormonal adalah: a) Tata laksana gejala vasomotor sedang dan berat yang berhubungan dengan menopause b) Tata laksana gejala urogenital sedang dan berat seperti rasa kering pada vagina, pruritus, dan disuria yang berhubungan dengan menopause. Untuk gejala ini preparat topikal vagina lebih direkomendasikan c) Pencegahan osteoporosis pasca menopause Kontraindikasi tata laksana hormonal adalah: a) Riwayat kanker payudara b) Riwayat keganasan yang dicetuskan oleh estrogen c) Perdarahan genital yang belum terdiagnosis d) Hiperplasia endometrium yang belum diobati e) Riwayat penyakit tromboemboli vena f) Riwayat penyakit tromboemboli arteri g) Hipertensi yang tidak terkontrol h) Penyakit hepar aktif



i) Riwayat hipersensitivitas dengan terapi hormonal j) Porfiria kutaneus tarda Estrogen Terapi estrogen dimulai dengan dosis terendah yang dapat mengatasi gejala menopause dan memberi efek proteksi tulang. Beberapa preparat yang sering digunakan adalah sebagai berikut: a) Conjugated equine estrogens 0,3-0,625 mg b) Micronized 17β-estradiol 0,5-1 mg c) Transdermal estradiol 14-100 mcg d) Ethinyl estradiol 0,01-0,02 mg e) Preparat estrogen vagina seperti cincin estradiol, Penggunaan preparat transdermal lebih dipilih untuk wanita dengan hipertensi, hipertrigliseridemia, dan risiko kolelitiasis karena preparat



estrogen



oral



memiliki



efek



sistemik



yang



meningkatkan sintesis trigliserida dan angiotensinogen. 2) Progesteron Pemberian progesteron ditujukan untuk efek proteksi endometrial. Beberapa preparat yang umum digunakan adalah: a) Medroxyprogesterone acetate (MPA) 2,5 mg setiap hari atau 5 mg untuk 10-12 hari/bulan b) Micronized progesterone 100 mg setiap hari atau 200 mg untuk 10-12 hari/bulan c) Norethindrone 0,35 mg setiap hari atau 5 mg untuk 10-12 hari/bulan d) Levonorgestrel 0,075 mg setiap hari Beberapa efek samping dari penggunaan progesteron adalah sindrom premenstrual, perubahan mood, rasa kembung, retensi cairan, dan gangguan tidur.[4]



b. Tata Laksana Nonhormonal Tata



laksana



nonhormonal



berupa



obat-obatan



seperti



antidepresan, antikonvulsan, clonidine, dan preparat herbal seperti fitoestrogen dapat menjadi alternatif untuk mengatasi gejala vasomotor. Antidepresan beberapa obat antidepresan dapat digunakan untuk meredakan gejala hot flushes. Antidepresan yang paling sering digunakan adalah venlafaxine, paroxetine, dan fluoxetine. Efek samping dari antidepresan dapat berupa mual, mulut kering, insomnia,



rasa



lelah,



disfungsi



seksual,



dan



gangguan



gastrointestinal. a) Fluoxetine 20 mg per hari b) Paroxetine 12,5-25 mg per hari c) Venlafaxine 75 mg per hari Clonidine adalah agonis alfa-2-adrenergik sentral yang diduga dapat mengurangi gejala hot flushes dengan menurunkan aktivitas vaskular perifer. Clonidine dapat digunakan dalam dosis 0,1 mg per hari. Efek samping dapat berupa hipotensi postural, konstipasi, dan rasa lelah.



Penggunaan gabapentin



ditemukan



dapat



mengurangi frekuensi dan keparahan hot flushes sebanyak kurang lebih 2 episode per hari. Dosis yang dianjurkan adalah 900 mg/hari dalam dosis terbagi. Fitoestrogen adalah molekul sterol yang diproduksi oleh tumbuhan dengan aktivitas estrogenik lemah, memiliki struktur yang mirip dengan estrogen pada manusia, dan dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen. Konsumsi isoflavone, salah satu jenis fitoestrogen, sebanyak 40-80 mg per hari selama 6 bulan dilaporkan dapat mengurangi gejala vasomotor. Wanita



lebih



direkomendasikan



mengkonsumsi



sumber



isoflavone dari makanan daripada suplemen. Makanan yang banyak mengandung isoflavone adalah produk kacang-kacangan dan soya.



7. Komplikasi Komplikasi menopause yang dapat terjadi adalah obesitas, sindrom metabolik, diabetes, penyakit kardiovaskular, osteoarthritis, penurunan fungsi kognitif, dementia, dan depresi. a. Penyakit Kardiovaskular Saat proses menopause terjadi, penurunan estrogen dapat mempengaruhi profil lipid. Oleh karenanya, wanita yang sudah mengalami menopause memiliki peningkatan risiko mengalami penyakit kardiovaskular seperti stroke dan penyakit jantung koroner hingga 2-3 kali lipat. b. Osteoporosis Osteoporosis pada wanita pasca menopause disebabkan oleh penurunan densitas tulang akibat defisiensi estrogen, sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur tulang vertebra, pelvis, pergelangan, sakrum, iga, sternum, dan humerus yang pada akhirnya akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. c. Obesitas Penurunan kadar estrogen yang mendadak saat menopause menyebabkan peningkatan lemak subkutan abdominal dan viseral. Selain itu juga terjadi penurunan lipolisis yang memudahkan terjadinya obesitas. Pasien menopause juga mengalami perubahan pola distribusi lemak dari tipe ginoid menjadi android dan peningkatan total lemak tubuh. Hal ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya resistensi insulin yang akan menimbulkan diabetes mellitus tipe 2. d. Kulit, Kartilago, dan Jaringan Ikat Penurunan kadar estrogen saat menopause menyebabkan hilangnya jaringan ikat penyokong dermis di kulit, diskus intervertebra, dan kartilago artikular. Prevalensi osteoarthritis ditemukan lebih banyak pada wanita setelah menopauseDementia, Depresi, dan Penurunan



Fungsi Kognitif Pada tahap transisi dan pasca menopause awal, sebagian wanita memiliki keluhan sering lupa, sulit berkonsentrasi, dan berkurangnya daya kognitif secara perlahan. Hal ini dapat berujung pada dementia dan depresi.[28] 8. Penatalaksaan Penatalaksanaan umum Merupakan pendapat umum yang salah bahwa semua masalah klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya pemberian estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen bukanlah memperlambat terjadinya menopause, melainkan memudahkan wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium. Hubungan pribadi yang baik, saling percaya antara suami-istri, maupun antara dokter-penderita akan memberikan harapan yang besar akan kesembuhan. Pemberian obat-obat penenang bukanlah cara pengobatan yang terbaik. Psikoterapi superfisial oleh dokter keluarga sering sekali menolong. Pengobatan hormonal Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis dari keadaan defisiensi estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya terjadi akibat kekurangan estrogen, sehingga dengan sendirinya pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen, meski bukan tanpa risiko. Pada masa lalu, estrogen diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian berangsur-angsur dikurangi sehingga gejolak panas sirna. Konsep ini tidak berlaku lagi. Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala menopause telah mengidap defisiensi estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya. Defisiensi estrogen jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya osteoporosis, penyakit jantung aterosklerotik, dan mungkin perwujudan psikogenik. Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-pengganti yang dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan terbaik, karena tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya untuk meredakan gejala-gejala vasomotor melainkan juga untuk mencegah akibat metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis.



B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian Biodata a. Identitas klien (Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat)        b. Riwayat Kesehatan Saat Ini (Keluhan Utama) c. Riwayat Penyakit d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu e.  Klien pertama kali haid (menarche) f. Riwayat Obstetrik dan abortus g.  Riwayat Kesehatan Keluarga h. Riwayat Psikospritual (kecemasan, harapan, hubungan dengan keluarga, keagamaaan, hubungan dengan masyarakat) i.



Kebutuhan dasar



j. Pola sehari hari (pola makan, tidur, eliminasi) k. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum : TTV      2) Kulit: mulai keriput, tidak ada lesi, kemerahan. 3)   Kepala: simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, kulit kepala bersih, rambut mulai beruban. 4) Muka: tampak cemas, kemerahan, hangat, tumbuh bercak-bercak kecoklatan. 5) Mata: ikterus (-), pupil isokhor kiri dan kanan, anemis (-), palpebra hitam 6) Telinga: bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu. 7) Hidung: bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (-) tidak ditemukan darah/cairan keluar dari hidung.



8) Mulut: bibir agak kering, sianosis (-), lidah dapat dijulurkan dengan maksimal dan dapat bergerak bebas. 9) Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dapat digerakkan dengan bebas. 10) Dada: bentuk dan gerakan simetris, tidak ada nyeri tekan. 11) Abdomen: tidak ada pembesaran hati, limpa 12) Tungkai/ekstremitas: simetris kiri dan kanan, dapat melakukan aktivitas dengan baik 13) Kuku: pendek, bersih l. Pemeriksaan penunjang 2. Diagnosa a. Disfungsi seksual  b. Gangguan pola tidur  c. Ansietas d. Defisit pengetahuan 3. Intervensi a. Disfungsi seksual Edukasi Seksualitas Observasi: -



Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi



Terapeutik: -



Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan



-



Jadwal pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan



-



Baerikan kesempatan untuk bertanya



-



Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta pengaruh media



Edukasi -



Jelaskan anatomi dan fisiologi system reproduksi laki-laki dan perempuan



-



Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan



b. Gangguan Pola Tidur



Dukungan Tidur Observasi: -



Identifikasi pola aktivitas dan tidur



-



Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)



-



Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh, alkohol, makanan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)



-



Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi



Terapeutik: -



Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)



-



Batasi waktu tidur siang, jika perlu



-



Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur



-



Tetapkan jadwal tidur rutin



-



Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)



-



Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga



Edukasi -



Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit



-



Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur



-



Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur



-



Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM



-



Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. psikologis:gaya hidup, sering berubah shift bekerja)



-



Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya



c. Ansietas Reduksi Ansietas Observasi:



-



Identifikasi saat tingkat ansietas berubah



-



Identifikasi kemampuan mengambil keputusan



-



Monitor tanda-tanda ansietas



Terapeutik: -



Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan



-



Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan



-



Pahami situasi yang membuat ansietas



-



Dengarkan dengan penuh perhatian



-



Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan



-



Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan



Edukasi -



Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami



-



Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis



-



Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien



-



Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan



-



Latih teknik relaksasi



d. Defisit Pengetahuan Edukasi Kesehatan Observasi: -



Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi



-



Identifikasi



faktor-faktor



yang



dapat



meningkatkan



menurunkan motivasi perilaku perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik: -



Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan



-



Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan



-



Berikan kesempatan untuk bertanya



Edukasi -



Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan



-



Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat



dan



-



Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat



DAFTAR PUSTAKA https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan ginekologi/menopause/prognosis diakses pada tanggal 10 Februari 2021 pukul 11:45 WIB https://www.google.com/search? q=pathway+klimakterium&oq=pathway+&aqs=chrome.1.69i57j35i39l2j0l 5.4015j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 diakses pada tanggal 10 Februari 2021 pukul 10:15 WIB Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI