Laporan Pendahuluan Oksigenasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI



Oleh:



ADOLOF EDUARD NIFMASKOSSU 18200000053



PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA 2021



A. Definisi Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O₂ dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh. B. Anatomi Fisiologi 1) Anatomi a. Sistem pernapasan Atas 1. Hidung Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan, humidifikasi dan penghangatan. 2. Faring Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogenyang masuk bersama udara. 3. Laring Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring berfungsi



mempertahankan



kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas



bawah dari air dan makanan yang masuk. b. Sistem Pernapasan Bawah 1. Trakea Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon brokus. 2. Paru-paru Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napsa yang bercababg-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah friksi selama gerakan bernapas. 2) Fisiologi a. Pernapasan Eksternal Pernapasan



ekstrenal



(pernapasan



pulmoner)



mengacu



pada



keseluruhan pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam



langkah, yakni ventilasi



pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida. 1. Ventilasi pulmoner Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh,



rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru yang adekuat. 2. Pertukaran gas alveolar Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas. 3. Transport oksigen dan karbondioksida Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru. 1) Transport O₂ Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru. Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan Hb dan diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen yang masuk dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O₂ dalam plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan oksigenasi dengan hemoglobin. 2) Transport CO₂ Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara: i.



Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat



ii.



Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb membentuk karbaminohemoglobin



iii.



Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam bentuki asam karbonat.



b. Pernapasan Sistemik Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung



dalam



mitokondria,



yang



menggunakan



oksigen



dan



menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. C. Proses Kebutuhan Manusia Sesuai Kasus Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh bernafas. Sistem pernafasan sangat penting dimana terjadi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Salah satu organ yang sangat mebutuhkan oksigen dan peka terhadap kekurangannya adalah otak. Tidak adanya oksigen dalam 3 menit akan mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran. 5 menit tidak mendapatkan oksigen sel otak akan rusak secara irreversibel (tidak bisa kembali ataudiperbaiki). Oksigen dalam udara dibawamasuk ke dalam paru-paru dan berdifusi dalam darah. Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi dari darah dan kemudian dikeluarkan bersama udara. Oksigen dibutuhkan oleh semua sel dalam tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan karbondioksida merupakan sisa hasil metabolisme yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Perjalanan oksigen dan karbondioksida. Dari atmosfer (udara) oksigen masuk melalui mulut/hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai dengan alveoli. Dari alveoli oksigen berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit (sel darah merah). Dalam darah oksigen dibawa ke jantung kemudian dipompakan oleh jantung diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke dalam sel dan di dalam mitokondria digunakan untuk proses-proses metabolisme yang penting untuk kelangsunganhidup. Sedangkan karbondioksida berjalan arah sebaliknya dengan oksigen. Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran



gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas. D. Pathway



E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi 1. Faktor Fisiologis a. Penurunan kapasitas angkut O₂ Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂. b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂ inspirasi. c. Hipovolemik Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.



d. Peningkatan Laju Metabolik Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot. e. Kondisi Lainnya Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis. 2. Faktor perkembangan a. Bayi prematur Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir. b. Bayi dan anak-anak Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen dan lain-lain). c. Anak usia sekolah dan remaja Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok. d. Dewasa muda dan paruh baya Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini. e. Lansia Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂. 3. Faktor Perilaku a. Nutrisi



Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan. b. Olahraga Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen. c. Ketergantungan zat adiktif Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena : 1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. 2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan. d. Emosi Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan. e. Gaya hidup Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner. 4. Faktor Lingkungan a. Suhu Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang. b. Ketinggian



Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. c. Polusi Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya. F. Manifestasi Klinis 1. Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya) 2. Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas) 3. Dispnea pada usahan napas 4. Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas 5. Peningkatan laju metabolik 6. Batuk efektif atau tidak ada batuk 7. Ortopnea 8. Takipnea, Hiperpnea, Hiperventilasi 9. Pernafasan sukar / berhati-hati 10. Bunyi nafas abnormal 11. Frekuensi, irama, kedalaman. Pernafasan abnormal 12. Bernafas dengan bibir dimonyongkan dengan fase ekspirasi yang lama 13. penurunan isi oksigen 14. Peningkatan kegelisahan 15. Ketakutan 16. Penurunan volume tidal 17. Peningkatan frekuensi jantung



G. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan 2. Hambatan pertukaran gas 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 H. Intervensi Keperawatan No



Diagnosa Keperawatan



Intervensi Keperawatan



1



Ketidakefektifan Manajemen Jalan Nafas : bersihan jalan naafas 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan berhubungan dengan ventilasi. sekresi yang tertahan 2. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya. 3. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir. 4. Motivasi pasien untuk bernapas dalam, pelan, dan batuk. 5. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif. 6. Posisikan untuk meringankan sesak napas. 7. Monitor status pernapasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya. 8. Kolaborasi pemberian terapi nebulizer dengan dokter.



2



Hambatan pertukaran gas



3



Monitor Pernafasan : 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas 2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu nafas dan retraksi pada otot spraclaviculas 3. Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan aukultasi suara ronki di paru Terapi Oksigen : 4. Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat 5. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan 6. Monitor aliran oksigen 7. Atur dan ajarkan pasien mengenai penggunaan perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas Intoleransi aktivitas Terapi aktivitas : berhubungan dengan 1. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian ketidakseimbangan tujuan melalui aktivitas yang sesuai dengan antara suplai dan kemampuan fisik, fisiologis dan sosial kebutuhan O2 2. Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala sesuai



dengan indikasi Manajemen energi : 3. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan 4. Batasi lingkungan yang mengganggu untuk memfasilitasi relaksasi 5. Monitor respon oksigen pasien



DAFTAR PUSTAKA



Aifudin, M. (2016). Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia (Cairan dan Elektrolit). Unggaran: Pendidikan Profesi Ners, STIKES Ngudi Wiloyo, Unggaran. Ariningrum, D., & Subandono, D. (2017). Buku Pedoman Ketrampila Klinis Pemsangan Infus Untuk Mahasiswa Semester VII.  Surakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Bulechek, G. M., & Butcher, H. K. (2016). Nursing Intervention Clasification (NIC) 6th Edition. In I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Edisi Keensm Nursing Intervensioan (NIC) Edisi Bahasa Indonesia (pp. 570-571). Singapore: CV. Mocomedia. Heather, H., & Kamitshuru, S. (2018). Nanda I Diagnosis Keperawatan Denisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.  Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015).  Aplikasi Ahuna Keprewatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid Ke 3. Jogjakarta: Medication. Saputra, L. (2013). Panduan Praktik Keperawatan Klinis. Tanggerang: Binarupa Aksara. Sloane, E. (2010). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EBC.