Laporan Pendahuluan Rasa Aman Dan Nyaman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI AKUT)



Disusun Oleh : Agnes Ayu Agra Eni E.0105.20.001 Alysha Okta Safa E.0105.20.002 Annika Seadra Eugenia Haryanto E.0105.20.005 Andika Aji Maulana E.0105.20.004 Asri Febriyanti E.0105.20.006 Azhar Nurul Istiqomah E.0105.20.007 Wulan Purnamasari E. 0105.19.054 Jl. Kerkof No.243, Leuwigajah, Kec. Cimahi Sel. STIKes Budi Luhur Cimahi Prodi D3 Keperawatan Tahun 2020-2021



BAB I PENDAHULUAN



1



A. Latar Belakang Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya. Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia khususnya masalah gangguan rasa nyaman (nyeri). 2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui defenisi nyeri 2. Mengetahui etiologi nyeri 3. Mengetahui manifestai klinik dari nyeri 4. Mengetahui patofisioligi nyeri 5. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien nyeri 6. Mengetahui komplikasi nyeri 7. Mengathui penatalaksanaan nyeri, 8. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien nyeri



2



BAB II TINJAUAN TEORI



3



LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman 1. DEFINISI Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan suatu kebutuhan individe en merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang distama ndividu Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan



salah



satu



kebutuhan



dasar



yang



merupakan



tujuan



diberikannya taruhan keperawatan pada seorang peien di nimah sakit. (Perry & Potter, 2010) Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu bergantung pada persepsinya Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi-nyeri. Secara sederhana nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan alanya suara kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain. (Perry & Potter, 2010) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Menurut PPNI (2016) Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedali, dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat denyut jjantung dan tekanan darah meningkat serta pallor (Mubarak et al, 2015)



4



2. ETIOLOGI Menurut Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011) 1. Faktor Resiko a. Nyeri Akut Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal Menunjukkan kerusakan Pusisi untuk mengurangi nyeri Maka dengan ekspresi nyeri Gangguan tidur Respon otonoun (penurunan tekanan darah, suhu, nadi) Tingkah laku ekspresif tgelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh) b. Nyeri Kronis Perubahan berat badan Melaporkan secara verbal dan non verbal Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri Kelelahan Perubahan pola tidur Takut cidera Interaksi dengan orang lain menurun 2. Faktor Predisposisi a. Trauma b. Peradangan c. Trauma psikologis 3. Faktor Presipitasi a. Lingkungan b. Suha ekstrim c. Emosi 3. TANDA DAN GEJALA Menurut Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016). A. Vakolasi 1. Mengaduh



5



2. Menangis 3. Sesak nafas 4. Mendengkur B. Ekspresi Wajah 1. Meringis 2. Mengeletuk gigi 3. Mengernyit dahi 4. Menutup mata, mulut dengan rapat 5. Menggigit bibir C. Gerakan Tubuh 1. Gelisah 2. Imobilisasi 3. Ketegangan otot 4. Peningkatan gerakan jari dan tangan 5. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok 6. Gerakan melindungi bagian tubuh D. Interaksi Sosial 1. Menghindari percakapan 2. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri 3. Menghindar kontak social 4. Penurunan rentang perhatian 4. FISIOLOGI Terdapat tiga komponen Fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi presepsi dan relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saral perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus yeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke koneks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang



6



pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta zosini kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri (Wahyudi & Abd Wahid, 2016) 5. KLASIFIKASI Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang macam-macam tipe nyeri. Dengan mengetahui macam-macam tipe nyeri diharapkan dapat menambah pengetahuan dan membantu perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri. Ada banyak jalan untuk memulai mendiskusikan tentang tipe-tipe nyeri, antara lain melihat nyen dari segi durasi nyeri, tingkat keparahan dan intensitas, model transmisi, lokasi nyeri, dan kausatif dari penyebab nyeri itu sendiri (Perry & Potter, 2010). Nyeri Akut Dibagi Menjadi 2 bagian : a. Nyeri Somatik jika organ yang terkena adalah organ soma seperti kulit, otot, sendi, tulang, atau ligament karena di sini mengandung kaya akan nosiseptor. Terminologi nyeri muskuloskeletal diartikan sebaga nyeri somatik. Niseptor disini menjadi sentif terhadap inflamasi, yang akan terjadi jika teeluka atau keseleo. Selain itu, nyeri juga bias terjadi akibat kemik, seperti pada kram otot. Hal inipan termasuk nyeri nosiseptif. Gejala nyeri stanatik umurnya tajam dan lokalisasinya jelas, sehingga dapat ditunjuk dengan telunjuk. Jika kita menyentuh atau menggerakan bagian yang cedera, nyerinya akan bertambah berat b. Nyeri viseral, jika yang terkena adalah organ-organ viseral atau organ dalam yang meliputi ringga toraks tparu dan jantung), serta rongga abdomen (usus, limpo, hari dan ginjal, rongga pelvis (ovaruim, kantung kemih dan kandungan). Berbeda dengan organ tomatik, yang nyeri kalau dititi, digunting mau dibakar, organ somatik justru tidak. Orgn viseral akan terasa sakit kalau mengalami inflamasi, likemik atau teregang Selain itu nyeri viueral umumnya terasa tumpul, lokalisasinya tidak jelas disertai dengan rasa merah bahkan sering terjah nyeri refer yang dirasakan pada kulit. 6. KONDISI TERKAIT (Buku SDKI) 7. PATHWAY



7



8. TEORI NYERI 9. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI Menurut (Wahyudi & Abd Wahid, 2016). 1. Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami situasi yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif. 2. Jenis kelamin Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri. 3. Kebudayaan Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang alamiah Kebudayaan lain cenderung untuk thelatih perilaku yang tertutup (introvert) Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologi seseorang Dengan demikian hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah presepsi nyeri. 4. Perhatian Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun. 5. Makna nyeri Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan



8



tantangan Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. 6. Ansietas Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas Apabila rasa cemas tidak mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanam nyeri yang serius. 7. Gaya koping Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan. mereka dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa. 8. Keletihan Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan prespsi nyeri. 9. Pengalaman sebelumnya Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang. 10. Dukungan keluarga dan sosial Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka. terhadap klien dapat memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap



dirasakan



namun



kehadiran



orang



yang dicintai



akan



meminimalkan kesepian dan ketakutan 10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Menurut (Wahyudi & Abd Wahid, 2016). Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan timbulnya rasa aman dan nyaman seperti :



9



a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi 1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen. 2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal. 3. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya. 4. CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh darah yang pecah di otak. b. Menggunakan skala nyeri 1. Ringan



= Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih



dapat berkomunikasi dengan baik 2. Sedang



= Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat



menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan 3. Berat



= Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa



merespon, namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan. 4. Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul. 11. PENATALAKSANAAN KLINIS Menurut (Wahyudi & Abd Wahid, 2016). a. Penatalaksanaan Medis 1. Analgesik narkotik Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan di medulla batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan analgesik jenis ini. 2.



Analgesik non narkotik



10



Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari jaringan yang mengalami atau inflamasi Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster. b. Penatalaksanaan Keperawatan 1.



Distraksi Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri. Dengan demikian, diharapkan pasien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.



2. Relaksasi Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi ("hirup dua tiga dan ekhalasi hembuskan, dua tiga") Pada saat perawat mengajarkan ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan keras-bersama pasien pada awalnya Napas yang lambat, berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi Hampir semua orang dengan myeli mendapatkan manfaat dari metode-metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan meri akut dan yang meningkatkan nyeri. 3. Imajinasi terbimbing



11



Imajinasi terbimbing adalah mer unakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini Kegaduhan, kebisingan ban. menyengat, atau cahaya yang sangal Terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu klien untuk berkonsentrasi Beberapa klien lebih rileks dengan cara menutup matanya. 12. KOMPLIKASI Menurut Anonim. (2016) a. Oedema Pulmonal b. Kejang c. Masalah Mobilisasi d. Hipertensi e. Hipertermi f. Gangguan pola istirahat dan tidur 13. PENGKAJIAN A. Pengkajian Pengkajian nyeri yang faktual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, menegakkan diagnosis keperawatan yang tepat. menyeleksi terapi yang cocok, dan mengevaluasi respons klien terhadap terapi. Keuntungan pengkajun nyeri bagi klien adalah nyeri dapat diidentifikasi, dikenali sebagai suatu yang nyata, dapat diukur, dan dapat dijelaskan serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan. (Andarmoyo 2017). 1. Identitas klien Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan agama suku bangsa langgal dan jam masuk rumah sakit, nomor register diagnosis medis. 2. Alasan masuk rumah sakit



12



Yaitu keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan saat dikaji Pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang, dan kesehatan sebelum. 3. Keluhan utama Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung dan seberapa jauh dampak trauma kepala disertal penurunan tingkat kesadaran, salah satunya nyeri. 4. Riwayat kesehatan sekarang Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan trauma longiung ke kepala Pengkajian yang didapat meliputi tingkat kesalaran menurun (GCS