Laporan Penentuan Bilangan Iod Dan Bilangan Asam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Biokomia II



PENENTUAN BILANGAN IOD DAN BILANGAN ASAM disusun oleh Nama : Dara Hadisah Islami NPM



:1808103010044



Asisten : Podja Chintia Annisa



LABORATORIUM BIOKIMIA II FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM - BANDA ACEH 2020



Lembaran Pengesahan



PENENTUAN BILANGAN IOD DAN BILANGAN ASAM disusun oleh Nama : Dara Hadisah Islami NPM



:1808103010044



Asisten : Podja Chintia Annisa



Mengetahui



Darussalam, 10 Desember 2020



Asisten



Mengetahui praktikan



(Podja Chintia Annisa)



(Dara Hadisah Islami)



ABSTRAK



Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Penentuan Bilangan Iod dan Bilangan Asam” yang bertujuan untuk menentukan bilangan iod dari lemak atau minyak. Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah analisa kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah pada pembuatan bilangan iod diperoleh volume akhir titrasi pada blanko, sampel I, dan sampel II berturut-turut yaitu sebesar 7 mL, 3 mL, dan 2 mL dengan bilangan iod sebesar 12,691 sedangkan pada pembuatan bilangan asam diperoleh volume akhir titrasi yaitu sebesar 0,1 mL dengan kadar asam sebesar 0,205. Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah semakin tinggi bilangan iod dan semakin rendah bilangan asam maka kualitas minyak semakin baik untuk dikonsumsi.



BAB I PENDAHULUAN



1.1



LATAR BELAKANG Minyak atau lemak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Dalam



pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air. Minyak berperan penting bagi pengolahan bahan pangan, kerena minyak mempunyai titik didih yang tinggi (±200 oC). Oleh karena itu minyak dapat digunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng menjadi kehilangan kadar air dan menjadi kering. Selain itu minyak juga dapat memberikan rasa yang gurih dan aroma yang spesifik. Minyak merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh manusia. Minyak juga merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal. Minyak goreng nabati yang berasal dari minyak kelapa sawit merupakan minyak yang lebih sering digunakan masyarakat untuk mengolah makanan atau sebagai bahan makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh dan beberapa lemak essensial seperti asamolet, linolet, dan linolenat (Almatsier, 2009). Kerusakan minyak atau lemak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak. Pada minyak yang rusak terjadi proses oksidasi, polimerisasi dan hidrolisis. Proses tersebut menghasilkan peroksida yang bersifat toksis dan asam lemak bebas yang sukar dicerna oleh tubuh. ndikator kerusakan minyak antara lain adalah tingginya kadar asam lemak bebas. Asam lemak bebas menunjukan sejumlah asam lemak bebas yang dikandung oleh minyak yang rusak, terutama karena peristiwa oksidasi dan hidrolisis. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. (Winarno, 1997). Parameter mutu minyak yang didasarkan pada kemungkinan terjadinya oksidasi dapat ditentukan selain secara fisik, juga dapat ditentukan secara kimiawi,



diantaranya dengan menentukan bilangan asam dan bilangan. Bilangan iod adalah jumlah (gram) iod yang dapat diserap oleh 100 gram minyak. Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak. Semakin besar bilangan iod maka derajat ketidakjenuhan semakin tinggi. Besarnya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campur asam lemak. Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut. Adanya beberapa parameter untuk menentukan kualitas serta ketidakjenuhan dari minyak atau lemak, maka diperlukan pemahaman mengenai bagaimana menjaga kualitas serta ketidakjenuhan minyak atau lemak dengan memperhatikan parameter tersebut (Ketaren, 1986).



1.2



TUJUAN PERCOBAAN



Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan bilangan iod dari lemak atau minyak.



BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN



Minyak merupakan bahan cair dikarenakan rendahya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atomatom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah. Kandungan asam lemak bebas dalam minyak yang bermutu baik hanya terdapat dalam jumlah kecil, sebagian besar asam lemak terikat dalam bentuk ester atau bentuk trigliserida. Kerusakan minyak secara umum disebabkan oleh proses oksidasi dan hidrolisis. Dengan adanya air, minyak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat dipercepat dengan adanya basa, asam, dan enzimenzim. Hidrolisis dapat menurunkan mutu minyak. Kandungan air dalam minyak mampu mempecepat kerusakan minyak. Air yang ada dalam minyak dapat juga dijadikan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak (Suastuti, 2009). Minyak kelapa dan sawit mempunyai ikatan jenuh paling banyak dibandingkan dengan minyak yang lain. Minyak ini lebih stabil terhadap pengaruh pemanasan dan oksidasi karena mempunyai banyak ikatan rangkap. Omega 9 atau asam oleat adalah bagian dari minyak yang berbentuk cair yang disebut olein. Omega 9 memiliki ikatan rangkap dan mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan, tetapi akan menjadi tidak bermanfaat apabila dipanasi. Oleh karena itu, apabila ingin mendapatkan manfaat dari minyak goreng yang mengandung omega 9 sebaiknya langsung diminum bukan untuk menggoreng. Kandungan asam lemak bebas (free fatty acid, FFA) dalam minyak juga merupakan ukuran kualitas minyak. FFA dinyatakan dengan bilangan asam atau angka asam (Manurung, 2018). Reaksi oksidasi disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentkan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi, seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hiperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, Mn, dan logam porfirin. Proses ketengikan yaitu jika lemak bersentuhan dengan udara untuk jangka waktu lama yang menyebabkan terjadi perubahan. Proses ketengikan terjadi



jika oksigen terikat pada ikatan rangkap dan membentuk peroksida aktif, senyawa ini sangat reaktif dan dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek berupa asam-asam lemak, aldehida-aldehida dan keton yang bersifat volatill yang mudah menguap, menimbulkan bau tengik pada lemak dan potensial bersifat toksik. Reaksi ini terjadi perlahan pada suhu menggoreng normal dan di percepat oleh adanya besi dan tembaga yang biasa ada di dalam makanan (Suroso, 2013). Kualitas minyak goreng ditentukan dari komponen asam lemak penyusunnya, yakni golongan asam lemak jenuh atau tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh mengandung ikatan rangkap. Sebaliknya, asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap. 1,2 Asam lemak yang memiliki semakin banyak ikatan rangkap akan semakin reaktif terhadap oksigen sehingga cenderung mudah teroksidasi. 1,2,3 Sementara itu, asam lemak yang rantainya dominan mengandung ikatan tunggal cenderung lebih mudah terhidrolisis. Kedua proses kerusakan tersebut dapat menurunkan kualitas minyak. Reaksi penting lain adalah hidrogenasi, yaitu penjenuhan ikatan rangkap oleh hidrogen. Minyak yang mempunyai ikatan rangkap berbentuk cair dan apabila terhidrogenasi pada ikatan rangkapnya berubah wujud dari cair menjadi padat di suhu kamar. Oleh karena itu minyak menjadi susah untuk dituang bila dipakai lagi. Hal ini menurunkan kualitasnya (Manurung, 2018). Minyak dengan kualitas tinggi memiliki asam lemak bebas rendah atau bilangan asam rendah. Trigliserida, karena adanya air, terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Tingginya bilangan asam ini artinya setara dengan tinggi pula kadar asam lemak bebasnya. Trigliserida yang terkandung di dalam sudah banyak yang terurai menjadi asam lemak bebasnya akibat reaksi hidrolisa. Hal ini bisa terjadi pada proses pemanasan minyak pada suhu tinggi dan berulang-ulang (Asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa lemak. Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik. Pengaruh kadar asam lemak bebas yang tinggi terhadap mutu produksi minyak akan dapat menimbulkan ketengikan pada minyak dan meningkatnya kadar kolestrol dalam minyak (Suroso, 2013).



Parameter mutu minyak yang didasarkan pada kemungkinan terjadinya oksidasi dapat ditentukan selain secara fisik, juga dapat ditentukan secara kimiawi, diantaranya dengan menentukan bilangan asam dan bilangan iod. Nilai-nilai tersebut berhubungan langsung dengan proses oksidasi minyak, khususnya karena pengaruh suhu. Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam yang meningkat karena pengaruh lama waktu pemasanan terjadi disebabkan semakin banyak minyak yang mengalami hidrolisis, dapat dikatakan bahwa semakin lama pemanasan minyak dapat menyebabkan kualitas minyak semakin menurun. Bilangan iod adalah jumlah (gram) iod yang dapat diserap oleh 100 gram minyak. Bilangan iod merupakan parameter mutu untuk menentukan banyaknya ikatan rangkap pada susunan asam lemak dalam minyak atau lemak. Pemanasan yang diberikan selama 8 jam memberikan pengaruh terhadap bilangan iod minyak. Pemanasan pada minyak akan menyebabkan penurunan derajat ikatan rangkap dari asam lemak penyusun minyak. Semakin lama pemanasan, maka derajat ketidakjenuhan minyak akan berkurang yang menyebabkan bilangan iod akan menurun (Andina, 2014).



BAB III METODOLOGI PERCOBAAN



3.1



ALAT DAN BAHAN Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik,



erlenmeyer bertutup, labu ukur, hot plate, buret, penangas air dan batang pengaduk. Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak atau lemak, loroform, reagen Hanus, KI, Pati, natrium tiosulfat, etanol, indikator fenolftalein, KOH dan aquades.



3.2



KONSTANTA FISIK DAN TINJAUAN KEAMANAN



Tabel 3.1 Konstanta fisik dan tinjauan keamanan Berat Titik No. Bahan Molekul Didih (g/mol) (oC) 1. Aquadest 18 146 2. Reagen Hanus 65,87 180 3. Kloroform 119,38 61,2 4. KI 166 132,7 5. Natrium Tiosulfat 158,11 48,3 6. Minyak 92,09 351 7. KOH 56,10 1.327 8. Fenolftalein 318,32 1129



3.3



Titik Leleh (oC) 146 165 -63,5 72 48,3 62 406 263



Tinjauan Keamanan Aman Aman Korosif Korosif Korosif Aman Iritasi Iritasi



SKEMA KERJA



3.3.1 Penentuan Bilangan Iod Minyak ditimbang sampel minyak sebesar 0,5 gram dalam erlenmeyer bertutup ditambahkan 10 ml kloroform dan 25 ml reagen Hanus disimpan di tempat gelap selama 30 menit ditambahkan 10ml larutan KI 15% ditambahkan 100ml akuadest yang telah dididihkan



dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai larutan berwarna kuning pucat ditambahkan 2ml larutan pati 1% dan dititrasi sampai warna biru hilang dibuat larutan blangko dari reagen hanus 25 ml ditambahkan 10 ml larutan KI 15% diencerkan dengan 100 ml akuadest yang telah dididihkan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N Hasil 3.3.2 Penentuan Bilangan Asam Minyak ditimbang sampel minyak sebesar 1 gram ditambahkan 2,5ml etanol 95% dipanaskan sampai mendidih lebih kurang 10 menit dalam penangas air dititrasi dengan KOH 0,1 N menggunakan indikator fenolftlein dititrasi sampai terbentuk warna merah jambu Hasil



BAB IV DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1 DATA HASIL PENGAMATAN Tabel 4.1.1 Data Hasil Pengamatan Penentuan Bilangan Iod No. Sampel mL titrasi 1. Blanko 7 mL 2. Sampel I 3 mL 3. Sampel II 2 mL Tabel 4.1.2 Data Hasil Pengamatan Penentuan Bilangan Asam No. Sampel mL titrasi (KOH) 1. Sampel I 0,1



4.2



Bilangan Iod -



12,691



Kadar Asam 0,205



PEMBAHASAN Bilangan iod adalah ukuran derajat ketidakjenuhan asam lemak penyusun



minyak atau lemak. Bilangan iod dinyatakan sebagai banyaknya garam iod yang diikat oleh 100 gram minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Semakin banyak iodium yang digunakan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan. Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh dan demikian pula derajat ketidakjenuhan (bilangan iod) dari lemak bersangkutan. Asam lemak jenuh biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh adalah cair, karenanya semakin tinggi bilangan iod semakin tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut (Ketaren, 1986). Bilangan asam adalah jumlah milligram basa (KOH) yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur minyak atau elmak yang diuji. Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak dan lemak. Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Semakin tinggi bilangan asam, maka semakin rendah kualitas asam atau lemak tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa



penentuan bilangan asam perlu dilakukan untuk menentukan kualitas minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Percobaan pertama yaitu penentuan bilangan iod. Langkah pertama yang dilakukan yaitu pembakuan larutan natrium tiosulfat dilakukan dengan cara dimasukkan 0,5 gram minyak ke dalam erlenmeyer yang ditutup dengan aluminium foil. Fungsi erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil adalah agar tidak adanya oksigen dan mikroorganisme yang berada di udara masuk kedalam erlenmeyer. Lalu ditambahkan kloroform ssebanyak 10 mL dan ditambahkan reagen hanus sebanyak 25 mL menghasilkan warna larutan berwarna coklat gelap. Fungsi penambahan kloroform dan reagen hanus adalah untuk membasakan minyak, selain itu minyak yang dicampurkan dengan reagen hanus dan kloroform agar mudah untuk diukur titrasinya. Kemudian dikocok, dan disimpan di tempat yang gelap selama 30 menit. Fungsi disimpan pada tempat yang gelap selama 30 menit agar reaksi antar zat dalam larutan cepat berlangsung secara sempurna tanpa adanya kontaminasi oleh cahaya. Setelah itu, larutan sampel tersebut dikeluarkan kembali, dibuka tutup aluminium foil dari Erlenmeyer. Larutan sampel kemudian ditambahkan dengan 10 mL larutan KI 15%. Fungsi penambahan laarutan KI 15% adalah untuk mengoksidasi iod yang ada didalam sampel, yaitu yang awalnya I- menjadi I2. Kemudian, dimasukkan 100 mL akuades yang telah dididihkan sebelumnya, dan dikocok. Fungsi digunakan akuades yang telah dididihkan adalah untuk mempercepat reaksi serta untuk menghilangkan mikroba yang ada didalam air sehingga akuades yang digunakan steril. Larutan sampel kemudian dituangkan kedalam erlenmeyer dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N hingga menghasilkan larutan yang berwarna kuning pucat. Fungsi titrasi dengan menggunakan natrium tiosulfat 0,1 N yaitu sebagai agen pereduksi untuk mereduksi I2 menjadi I- (iodida). Hasil yang diperoleh pada volume akhir titrasi dari percobaan ini yaitu 3 mL. Selanjutnya, larutan sampel tadi ditambahkan pati 1% sebanyak 1 ml ke dalam erlenmeyer. Fungsi penambahan pati 1% yaitu sebagai indikator untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya iod dalam sampel yang digunakan yang menghasilkan warna biru. Apabila terdapat warna biru, menandakan bahwa adanya pati, namun sebaliknya apabila tidak terdapat warna biru maka sudah tidak ada lagi kandungan pati dalam sampel tersebut (reduksi). Selanjutnya dikocok, dan dititrasi kembali dengan larutan natrium tiosulfat. Ketika proses titrasi sedang dilakukan,



larutan akan menunjukkan warna biru muda selama beberapa detik yang menandakan adanya kandungan pati didalam sampel. Titrasi dihentikan saat warna biru muda pada larutan tepat hilang dan menjadi larutan bening. Hasil yang diperoleh pada volume akhir titrasi dari percobaan ini setelah penambahan pati yaitu 2 mL. Percobaan kedua yaitu pembuatan larutan blanko yang dilakukan dengan cara dimasukkan reagen hanus sebanyak 25 mL pada sebuah erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 10 mL KI 15% dan 100 mL air yang telah dididihkan. Fungsi penambahan larutan KI yaitu sebagai agen yang mereaksikan iod. Selanjutnya, larutan dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N hingga larutan berwarna bening. Hasil yang diperoleh pada volume akhir titrasi larutan blanko yaitu 7 mL. Percobaan ketiga yaitu penentuan bilangan asam (kadar asam lemak bebas) dilakukan dengan cara ditimbang minyak sebanyak 1 gram. Kemudian, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan etanol 95% sebanyak 1,5 mL. Fungsi penambahan etanol 95% adalah untuk melarutkan minyak dan KOH agar dapat larut selain itu juga dapat membantu proses hidrolisis. Selanjutnya, larutan dipanaskan sampai mendidih lebih kurang selama 10 menit diatas penangas air. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat laju reaksi antar zat yang dicampurkan, selain itu untuk melihat apakah ada pengaruh jika dilakukan pemanasan pada minyak serta untuk melihat hasil warna yang jelas pada saat dilakukan titrasi. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah jambu yang persisten. Hasil yang diperoleh dari volume akhir titrasi pada pernentuan kadar asam yaitu 0,1 mL. Fungsi ditambahkannya indikator fenolftalein (PP) adalah sebagai indikator yang akan mempermudah dalam menentukan telah dicapainya titik akhir titrasi dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan. Hasil yang diperoleh pada praktikum penentuan bilangan iod dan bilangan asam, maka diperoleh nilai minyak setelah menggunakan perhitungan bilangan iod yaitu sebesar 12,691 dan perhitungan bilangan asam yaitu sebesar 0,205. Berdasarkan hasil yang diperoleh, bilangan iod minyak kelapa yang diperoleh kurang dari standar bilangan iod yang dinyatakan pada literatur yaitu 48-55. Sehingga, dapat dikatakan bahwa minyak kelapa yang digunakan memenuhi standar dan layak untuk dikonsumsi.Sedangkan pada penentuan bilangan asam hasil yang diperoleh yaitu 0,205 dimana nilai yang diperoleh tidak melebihi standar bilangan asam dari minyak



menurut teori yaitu sebesar 0,6. Bilangan asam yang diperoleh pada percobaan ini masih sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.



BAB V KESIMPULAN



Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Campuran minyak yang ditambahkan kloroform, reagen Hanus, KI 15% dan H2O kemudian di titrasi dengan Na2S2O3 menghasilkan larutan yang berwarna kuning pucat dengan volume akhir titrasi yaitu 3 mL. 2. Campuran minyak dengan kloroform, reagen Hanus, KI 15%, H2O yang ditambahkan pati 1%, lalu di titrasi dengan Na2S2O3 menghasilkan perubahan warna larutan dari biru muda menjadi bening dengan volume akhir titrasi yaitu 2 mL. 3. Reagen Hanus yang ditambahkan KI 15% dan H2O, lalu di titrasi dengan Na2S2O3 menghasilkan larutan berwarna bening dengan volume akhir titrasi larutan blanko yaitu 7 mL. 4. Campuran minyak dengan etanol lalu ditambahkan indikator PP dan di titrasi dengan KOH menghasilkan larutan berwarna merah jambu yang persisten dengan volume akhir titrasi 0,1 mL. 5. Bilangan iod minyak yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebesar 12,691. 6. Kadar asam yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebesar 0,205.



DAFTAR PUSTAKA



Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Andina, L. 2014. Studi Penggunaan Spektrofotometri Infra Merah dan Kemometrika pada Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Iod Minyak Goreng Curah. Jurnal Farmasi. Vol 11(2): 108-119. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Manurung, M dkk. 2018. Perubahan Kualitas Minyak Goreng Akibat Lamanya Pemanasan. Jurnal Kimia. Vol 12(1): 59-64. Suastuti, D. A. 2009. Kadar Air dan Bilangan Asam dari Minyak Kelapa yang Dibuat dengan Cara Tradisional dan Fermentasi. Jurnal Kimia. Vol 3(2): 69-74. Suroso, A. S. 2013. Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau dari Bilangan Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar Air. Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol 3(2): 77-88. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.



LAMPIRAN



1. Penentuan Bilangan Iod Diketahui: Volume titran blanko



= 7 mL



Volume titran sampel



= 2 mL



Massa lemak



= 0,5 gram



Konsentrasi Natrium Tiosulfat = 0,1 N Ditanya: Bilangan Iod =…. ? Penyelesaian: Bilangan Iod =



=



Volume titrasi (blanko−sampel) massa lemak (7mL − 2mL) 0,5 gram



× 0,1 × 12,691



= 12,691



2. Penentuan Kadar Asam Diketahui: Volume KOH



= 0,1 mL



Konsentrasi KOH = 0,1 N Berat sampel (G) = 1 gram Berat molekul (M) = 205 g/mol Ditanya: Kadar Asam = … ? Kadar Asam = =



mL KOH x N KOH x M 10 G 0,1 mL x 0,1 mL x 205 g/mol



= 0,205



10 x 1 gram



× N Natrium Tiosulfat ×12,691