Laporan Pengujian Bahan 1  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua, yaitu penyusun dapat menyelesaikan “LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN BAHAN 1 (BETON)” ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke dalam alam yang terang benderang seperti pada saat ini. Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada : Pertama, Ibu Susi Hariyanai ST, MT. Selaku dosen pengajar/instruktur yang senantiasa mengajarkan kami teori Pengujian Bahan 1 (Beton) dan praktek Pengujian Bahan 1 (Beton), baik dikelas maupun Laboratorium. Kedua, Ibu Novi Selaku teknisi yang senantiasa membantu kami, jika kami mengalami kesulitan pada saat praktek Pengujian Bahan 1 (Beton). Ketiga, teman-teman kelompok 1, atas kerjasama dan kekompakkannya saat pratikum. Laporan ini dibuat agar dapat melengkapi tugas praktek Pengujian Bahan 1 (beton) dan juga untuk memberikan informasi dan pengetahuan, terutama untuk para pembaca agar menjadi manfaat ketika akan melaksanakan kerja dilapangan. Demikianlah laporan yang penyusun buat, penyusun menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan dari dosen instruktur dan para pembaca,agar dikemudian hari saat akan menyusun laporan, penyusun dapat memperbaikinya. Akhir kata saya ucapkan banyak terimakasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.



Pontianak, 24 Oktober 2015



Penyusun



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang



Perkambangan rekayasa teknologi dalam bidang teknik sipil pada saat ini terasa begitu cepat, baik dalam bidang rekayasa struktur, manajemen, maupun teknologi baha. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting mengingat funsinya sebagai salah satu elemen pembentuk struktur yang paling banyak digunakan, hal ini di sebabkan karena sistem konstruksi beton mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan bahan lain. Misalnya mempunyai kuat tekan tinggi, dapat mengikuti bentuk bangunan secara bebas, tahan terhadap api dan biaya perawatan relatif murah. Beton bermutu tinggi dan berkinerja tinggi saat ini merupakan material bangunan yang sudah banyak digunakan dalam pelaksanaan struktur bangunan modern disebabkan oleh adanya kebutuhan kinerja structural yang tinggi pada bangunan tersebut baik pada keadaan layanan servis, keadaan batas (ultimate), maupun keawetannya (durability) secara jangka panjang. Hal ini pula yang menuntut mahasiswa teknik sipil untuk terus bersaing sehingga menghasilkan karya yang lebih kreatif dan inovatif. Bukan hanya teori, tetapi juga praktek dan penerapan dari ilmu tersebut. Untuk itu maka di adakanlah kegiatan pratikum agar dapat menyeimbangkan teori dan praktik. kegiatan pratikum pun menjadi tempat bagi mahasiswa untuk mampu menerapkan teori yang telah diberikan di dalam kuliah (tatap muka). Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mendalami materi perkuliahan yang ada. Laporan ini memuat mengenai hasil pratikum Pengujian Bahan 1 (Beton) yang telah dilaksanakan seseuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh dosen pengajar. Dimana praktikum ini berkaitan dengan penerapan dari teori mata kuliah Teknologi Bahan yang telah diberikan di dalam kuliah pada saat semester 1 yang terdahulu. selain merupakan penerpan teori yang telah dipelajari terdahulu, pelaksanaan praktikum ini juga didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan diatas, dengan begitu diharapkan kepada mahasiswa untuk lebih mengetahui serta memahami bagaimana proses perencanaan komposisi beton dan pembuatan beton, yang pada akhirnya dari hasil praktikum ini mahasiswa mendapatkan ilmu yg lebih bermanfaat untuk merencanakan beton dengan nilai ekonomis serta mutu yang lebih baik terkait dengan teori yang ada.



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



1.2



Tujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan pratikum Pengujian Bahan 1 (beton) adalah : 1. Sebagai penerapan teori yang telah diberikan dalam kuliah tatap muka oleh dosen pengajar. 2. Sebagai pedoman mahasiswa dalam merencanakan, membuat, dan menguji beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diberikan terkait dengan teori yang ada. 3. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memahami segala prosedur yang harus dilaksanakan dalam perencanaan dan pembuatan beton. 4. Agar mahasiswa mengetahui kadar air, berat isi, berat jenis pada agregat. 5. Agar mahasiswa mengetahui kegunaan alat-alat laboratorium yang digunakan. 6. agar mahasiswa ketika sudah selesai melaksanakan studi, dapat mengaplikasikannya dilapangan.



1.3



Waktu dan Pelaksanaan Praktikum Praktikum Pengujian Bahan 1 (Beton) ini dilaksanakan pada tanggal 12-24 oktober 2015 (sabtu dan minggu libur) pada pukul 07.00-14.00 WIB di Laboratorium Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Politeknik Negeri Pontianak.



1.4



Materi Praktikum Adapun materi-materi praktikum yang diberikan adalah : 1. Kadar air yang terdapat pada agregat kasar dan halus. 2. Berat jenis penyerapan agregat kasar. 3. Berat jenis penyerapan agregat halus. 4. Berat isi agregat kasar dan halus. 5. Analisa ayak agregat. 6. Perencanaan isi pembuatan beton. 7. Slump test. 8. Uji kuat tekan beton. 9. Hummer test. 10. Abrasi.



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



BAB II DASAR TEORI 2.1



Sejarah dan Pengertian Beton



2.1.1 Sejarah Perkembangan Beton Penggunaan Beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum itu. Akan tetapi, penggunaan bahan beton baru dapat berkembang pada awal abad ke 19. Beberapa tokoh yang mempelopori perkembangan beton ini, antara lain disebutkan sebagai berikut : 1). F. Coignet, pada tahun 1801: menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip konstruksi beton dengan meninjau kelemahan bahan tersebut terhadap tarik. 2). J.L. Lambot, pada tahun 1850: pertama kali membuat kapal kecil dari semen, dan dipamerkan pada pameran Dunia tahun 1854 di Paris. Dia mendapat hak paten pada tahun 1855. 3). W.B. Wilkinson (inggris), pada tahun 1854: mendapat satu hak paten untuk pelat beton bertulang. 4). Joseph monier, pada tahun 1867: seorang ahli taman dari perancis, orang pertama yan mendapat hak paten dalam pemakaian beton bertulang untuk wadah tanamannya dan untuk tube beton bertulang. Kemudian diikuti oleh banyak patennya yang lain, seperti pipa dan tangki pada tahun 1868, pelat datar pada tahun 1869, jembatan pada tahun 1873, dan tangga pada tahun1875. Hak paten dari Jerman diperolehnya pada tahun 1880-1881 untuk bantalan kereta api, jambangan bunga bulat, pelat datar, dan saluran pengairan. 5). Koenen, Pada tahun 1886: menerbitkan tulisannya tentang teori dan perancangan struktur beton. 6). C.A.P. Turner, pada tahun 1906: pertama kali mengembangkan flat slab tanpa balok. Dengan kemajuan yang telah terjadi pada bidang ini, terbentuklah German Commite For Reinforced Concrete, Australian Concrete Commite, America Concrete Institute, British Concrete Institute. Banyak bangunan gedung, bendungan, jembatan, dan tempat menampung air dari beton bertulang yang dibangun sebelum tahun 1920. Di samping itu, teori tentang prategang linier dan non linier telah pula dimulai.



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



2.1.2 Pengertian Beton Dalam Konstruksi, beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan



pencampurannya. Umtuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. Kelebihan dan kekurangan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai berikut. Kelebihan Beton : 1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal. 2. Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan. 3. Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai dengan keinginan. 4. Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang berat. 5. Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat yang posisinya sulit. 6. Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran. Kekurangan Beton : 1. Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan kasa (meshes). 2. Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilitasi (expansion joint) untuk struktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton. 3. Beton Keras (Beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehinggan perlu dibuat dilitasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu. 4. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton. 5. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga arus dihitung dan di detail secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail. terutama pada struktur tahan gempa.



2.2



Isi Campuran Beton



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



2.2.1 Semen Semen ialah suatu jenis bahan yang berfungsi sebagai bahan perekat atau pengikat agregat kasar, agregat halus dan air menjadi satu kesatuan. Semen yang biasa digunakan adalah semen portland (ordinary portland cemen), yaitu semen hidrolis yang mengeras apabila dicampur dengan air. Semen portland merupakan bubuk halus yang dibuat dari bahan baku berupa campuran (CaO), silika (SiO2), alumina (AL2O3) yang digiling bersama bahan tambahan yang lainnya (nawy, E, 1998). Klasifikasi semen menurut ASTM dibagi menjadi 5 (lima) tipe yaitu: 1. Semen Type I, semen yang dalam penggunaanya tidak secara khusus (pemakaian secara umum). Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus 2. Semen Type II, mengandung kadar C3A< 8 %. Semen yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini digunakan untuk bangunan dan konstruksi beton yang selalu berhubungan dengan air kotor, air tanah atau untuk pondasi yang tertanam di dalam tanah yang garam sulfat dan saluran air limbah atau bangunan yang berhubungan langsung dengan air rawa. 3. Semen Type III, memiliki kadar C3S dan C3A yang tinggi dan butirannya digiling sangat halus sehingga cepat mengalami proses hidrasi. Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase setelah pengikatan terjadi. Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan di daerah yang bertemprature rendah (musim dingin). 4. Semen Type IV, kadar C3S maksimum 35 % dan C3A maksimum 5 %. Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan panas hidrai rendah. Digunakan pada pekerjaan beton dalam Volume besar (Beton massa) dan masif, misalnya bendungan, Pondasi berukuran besar dll. 5. Semen Type 5, semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang selalu berhubungan dengan air laut, saluran limbah industri, bangunan yang terpengaruh dengan uap kimia dan gas agresif serta untuk pondasi yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat tinggi.



2.2.2 Agregat Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Cara membedakan jenis-jenis agregat yang paling banyak dilakukan didasarkan pada ukuran butirnya. Agregat yang mempunyai ukuran butir besar disebut agregat kasar, sedangkan yang berbutir kecil disebut agregat halus. Agregat yang butir-butirnya lebih besar dari 4.80 mm disebuat agregat kasar dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 4.80 mm disebut agregat halus. Berdasarkan penggolongan agregat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



1. Agreagat Halus (pasir) Pasir adalah bahan batuan halus yang terdiri dari butiran dengan ukuran 0,14-5 mm, yang didapat pelapukan batuan secara alami atau dengan cara memecahnya. 2. Agregat Kasar (Kerikil / batu pecah) Agregat kasar dibedakan atas 2 macam, yaitu kerikil (dari batuan alam) dan kricak (dari batuan alam yang dipecah). Menurut asalnya kerikil dapat dibedakan atas : kerikil galian, kerikil sungai dan kerikil pantai. Kerikil galian biasanya mengandung zat-zat seperti tanah liat, debu, pasir, dan zat-zat organik. kerikil sungai dan kerikil pantai biasanya bebas dari zat-zat yang tercampur, permukaannya licin dan bentuknya lebih bulat. Hal ini disebabkan karena pengaruh air. Butir-butir krikil alam yang kasar akan menjamin pengikatan adukan lebih baik. Batu pecah (kricak) adalah agregat kasar yang diperoleh dari batu alam yang dipecah, berukuran 5-70 mm. Panggilingan/pemecahan biasanya dilakukan dengan mesin pemecah batu (Jaw breaker/ crusher). Agregat berdasarkan asalnya : 1. Agregat Alam Agregat alam umumnya menggunakan bahan baku batu alam atau hasil penghancurannya. Batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok : Kerikil dan pasir alam merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan induknya, terdapat dekat atau jauh dari asalnya, karena terbawa oleh arus air atau angin dan mengendap di suatu tempat. a) Agregat batu pecah Agregat batu pecah dibuat dari batuan alam yang dipecah. b) Agregat batu apung Batu apung merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu vulkanis halus dan bahan-bahan yang bukan vilkanis, misalnya lempung. 2. Agregat Buatan Agregat buatan adalah agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan tertentu atau karena kekurangan agregat batuan alam. Agregat buatan dibuat adalah agregat ringan. Berikut adalah beberapa contoh agregat buatan : a) Klinker dan breeze Agregat ini banyak dipergunakan selama bertahun-tahun untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi atau penyekat dalam dan tembok interior lainnya.Sumber utama agregat jenis ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat.



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



b) Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang Agregat ini dibuat dari tanah liat biru jenis khusus, diproses, kemudian mengembang jika dipanaskan. Bahan yang dihasilkan terdiri atas butiran bulat, keras, kulit padat tetapi bagian dalam keropos. Bahan yang bersisi tajam dapat diperoleh dengan memecah butiran-butiran yang terlalu besar. c) Coke breeze Coke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang sempurna pembakarannya, dan biasanya terdapat ada dapur-dapur rumah tangga di negara Eropa. d) Hydite Agregat ini terbuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar, pada suhu tinggi. Sehingga bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan tanah yang mengembang dan hampir leleh, lalu dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan. e) Lelite Lelite dibuat dari batu metamorf atau shale yang mengandung senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dibakar dalam dapur vertikal pada suhu (± 1550°C). Pada suhu ini butiran mengembang,terkumpul didasar dapur berupa lempeng-lempeng, kemudian lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayak untuk mendapatkan butiran agregat yang diinginkan. Agregat berdasarkan berat jenisnya : 1. Agregat Berat agregat yang mempunyai berat jenis lenih dari 2,8. Biasanya digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi X. Contoh agregat berat : magnetit, butiran besi. 2. Agregat Normal Agregat yang mempunyai berat jenis 2,50-2,70. Beton dengan agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan). 3. Agregat Ringan Agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0. Biasanya digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung, asbes, berbagai serat alam, terak dapur tinggi dengan gelembung udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll (buatan). Agregat Berdasarkan Ukuran Butirannya :  Batu : agregat yang mempunyai besar butiran > 40 mm.  Kerikil : agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 – 40 mm.  Pasir : agregat yang mempunyai besar butiran 0,15 – 4,8 mm  Debu (slit) : agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm Funsi agregat didalam beton adalah :  Menghemat penggunaan semen portland  Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton  Mengurangi penyusutan pada beton  Menghasilkan beton yang padat bila gradasinya baik



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



Agregat Berdasrakan Bentuk Butiran dan Permukaannya : Bentuk butiran agregat biasanya berbentuk bulat ( agregat yang berasal dari sungai/pantai), tidak beraturan, bersudut tajam dengan permukaan kasar, ada yang berbentuk pipih dan lonjong. Bentuk butiran berpengaruh pada :     



Luas permukaan agregat Jumlah air pengaduk pada beton Kestabilan/ketahanan (durabilitas) pada beton kelecekan (workability Kekuatan beton



Keadaan permukaan agregat berpengaruh pada daya ikat antara agregat dengan semen. Permukaan kasar



ikatannya kuat



Permukaan licin



ikatannya lemah



2.2.3 AIR Fungsi air di dalam adukan beton adalah untuk memicu proses kimiawi semen sebagai bahan perekat dan melumasi agregat agar mudah dikerjakan. Kualitas air yang digunakan untuk mencampur beton sangat berpengaruh terhadap kualitas beton itu sendiri. Air mengandung zat-zat kimia berbahaya, mengandung garam, minyak, dll, akan menyebabkan kekuatan beton turun. Pada umumnya air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai campuran beton. Semen dapat berfungsi sebagai perekat apabila ada reaksi dengan air. Oleh karena itu jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi semen harus cukup. Apabila terlalu banyak air yang ditambahkan pada beton maka akibat adanya pengeringan maka air bebas yang terdapat di dalam gel akan cepat menguap sehingga gel menjadi porous, gel menyusut banyak terjadi retakan. Selain itu kekuatan gel juga rapuh yang mengakibatkan daya rekat semen rendah. Sebaliknya apabila jumlah air pencampur pada beton kurang maka proses hidrasi semen tidak dapat terjadi seluruhnya yang mengakibatkan kekuatan beton akan turun. Jenis-Jenis Air Untuk Campuran Beton : Pada umumnya air yang dapat diminum dapat digunakan untuk air pengaduk pada beton. Adapun jenis-jenis air yang dapat digunakan untuk air pengaduk beton adalah :



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



a. Air hujan, air hujan menyerap gas dan udara pada saat jatuh ke bumi. Biasanya air hujan mengandung unsur oksigen, nitrogen, dan karbondioksida. b. Air Tanah, air taah biasanya mengandung unsur kation dan anion. Selain itu juga kadang-kadang terdapat unsur CO2, H2S dan NH3. c. Air permukaan, terdiri dari air sungai, air danau, air genangan, dan air reservoir. Air sungai atau danau dapat digunakan sebagai air pencampur beton, asal tidak tercemar limbah industri. Sedangkan air rawa atau air genangan yang mengandung zat-zat alkali tidak dapat digunakan. d. Air laut, air laut mengandung 30.000 – 36.000 mg/liter garam ( 3 % - 3,6 % ) dapat digunakan sebagai pencampur beton tidak bertulang. Air laut yang mengandung garam di atas 3 % tidak boleh digunakan untuk campuran beton. Untuk beton pra tekan, air laut tidak diperbolehkan karena memepercepat korosi pada tulangannya. Syarat-syarat air untuk adukan beton menurut ACI 318-83 : a. Air untuk beton harus bebas dari minyak, alkali, garam, dan bahan-bahan organik, b. Air beton pratekan atau yang dilekati alumunium, termasuk agregat tidak boleh mengandung ion clorida. Untuk mencegah korosi, kadar klorida setelah beton berumur 28 hari dibatasi sebagai berikut : Bentuk Konstruksi



Max. Clorida Ion terhadap berat semen



1. Beton praktekan 2. Beton bertulang yang berhubungan dengan cl dalam pemakaiannya



0,06 % 0,15 %



3. Beton bertulang di tempat yang 1,0 % selalu kering 4. Beton bertulang secara umum 0,3 %



BAB III PEMBAHASAN 3.1



Pengujian kadar air agregat kasar dan halus (Pasir dan Batu)



3.1.1 Maksud dan Tujuan



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



Untuk menentukan kadar air yang dikandung oleh agregat kasar dan agregat halus sehingga dapat diperhitungkan dalam perancangan campuran beton. 3.1.2



Bahan yang digunakan :



 Agregat Halus (pasir)  Agregat Kasar (batu pecah) 3.1.3



Peralatan yang digunakan :



 Timbangan  Tungku pengering (oven)  Cawan / Talam 3.1.4



Langkah Kerja :



1. Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, 2. Timbang 2 buah cawan/talam dan catatlah berat masing-masing talam di form sebagai hasil dari W1. 3. Cawan/talam di isikan pasir dan batu, lalu ditimbang untuk masing-masing benda uji tersebut dan beratnya catat di form sebagai hasil dari W2, 4. Lalu menghitung berat benda uji W3 dengan cara W3=W2-W1, 5. keringkan pasir dan batu yang telah ditimbang di dalam cawan/talam tadi dan masukkan ke dalam tungku pengering (oven) dengan tempratur suhu 110-115° selama 1 x 24 jam sampai beratnya tetap, 6. Setelah 24 jam Cawan/talam dengan agregat pasir dan batu masing-masing didalamnya, dikeluarkan dari tungku pengering (oven) dan ditimbang berat pasir dan batu catat di form sebagai hasil dari W4, 7. Menghitung benda uji kering W5 dengan cara W5=W4-W1. 3.1.5



Pengolahan Data :



3.2



Pengujian Berat Jenis Penyerapan Agregat Kasar



3.2.1



Maksud dan Tujuan



Untuk menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh kering permukaan (SSD), berat jenis semu (appearent), dan menentukan besarnya penyerapan dari agregat kasar. 3.2.2



Bahan yang digunakan :



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



 Agregat Kasar (batu pecah)  Air 3.2.3       3.2.4



Peralatan yang digunakan : Majun (kain lap) Cawan/talam Loyang Ember dan Gayung Timbangan Gelas Bejana/gelas pyrex 1000 ml Langkah kerja :



1. Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, 2. Benda uji dicuci untuk membersihkan kotoran atau debu yang menempel pada agregat, 3. Sesudah dibersihkan benda uji direndam didalam air dengan suhu ruangan selama 1624 jam, 4. Benda uji dikeluarkan dari perendaman, dan di lap menggunakan kain lap (Majun) sampai air hilang pada permukaan agregat (kondisi ini dinyatakan dalam kondisi SSD), 5. Siapkan 2 loyang, 6. Masukkan agregat/benda uji ke dalam gelas bejana/pyrex, tambahkan air sampai agregat sepenuhnya terendam dan sampai tanda batas, kemudian di timbang berantnya. 7. Benda uji dikeluarkan dan dikeringkan menggunakan cawan/talam dari dalam oven dengan suhu 110°-115° C, tunggu sampai dingin, dan timbang beratnya. 8. Gelas bejana/gelas pyrex diisi air sampai pada tanda batas, dan timbang beratnya. 3.2.5



Pengolahan Data :



3.3



Pengujian Berat Jenis Penyerapan Agregat Halus



3.3.1



Maksud dan Tujuan :



Untuk menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh kering permukaan (SSD), berat jenis semu (appearent), dan menentukan besarnya penyerapan dari agregat halus. 3.3.2



Bahan yang digunakan :



 Agregat halus (pasir)  Air



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



3.3.3



Peralatan yang digunakan :



 Loyang  Timbangan  Piknometer dengan kapasitas 500 ml  Cawan  Gelas ukur  Kerucut dan stik penumbuk 3.3.4



Langkah kerja :



1. Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, 2. Siapkan satu 2 buah loyang pasir, satu loyong diisi pasir/benda uji,dan yg satunya lagi biarkan kosong, 3. Beri air secukupnya pada loyang yang diisi pasir tadi, 4. Letakkan kerucut di atas loyang, 5. Masukkan pasir/benda uji tadi ke dalam kerucut yang telah diletakkan di atas loyang kosong, masukkan secara perlahan sebanyak 3 kali/3lapis setiap lapis ditumbuk sebanyak 25 kali sampai bagian akhir ditambah satu kali tumbukkan, 6. Kerucut diangkat dengan perlahan-lahan, jika sebagiannya masih utuh dan yg sebagiannya lagi jatuh kepermukaan loyang berarti kondisi ini sudah memenuhi SSD, 7. Ambil piknometer lalu isi dengan air sampai batas 500 ml lalu ditimbang, 8. buang sebagian air pada piknometer, lalu masukkan pasir SSD ke dalam piknometer, 9. Tutup mulut piknometer dengan telapak tangan, kemudian piknometer dibolak-balik agar udara yang terperangkap diantara butiran pasir dapat keluar, sehingga permukaan air turun, tambahkan air lagi sampai permukaannya mencapai tanda batas 500 ml, kemudian timbang berat piknometer yang berisi pasir dan air tersebut, 10. Keringkan benda uji selama 16-24 jam dengan suhu 110°-115° C, 11. Selesai dikeringkan keluarkan benda uji lalu ditimbang. 3.3.5



Pengolahan Data :



3.4



Pengujian Berat isi Agregat kasar dan Halus



3.4.1



Maksud dan tujuan :



Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat kasar, dan agregat halus. Berat isi adalah perbandingan berat agregat terhadap isi. 3.4.2



Bahan yang digunakan :



 Agregat Halus (pasir)  Agregat Kasar (batu pecah) 3.4.3



Peralatan yang digunakan :



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



       3.4.4



Timbangan Mould (Wadah baja berbentuk silinder) Mistar perata Tongkat pemadat Talam/loyang Kain lap/majun Sendok besi/sekop Langkah Kerja : Berta Isi Lepas :



1. Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, 2. Siapkan 2 buah talam/ loyang dan dibersih menggunakan kain lap/majun, dan beri tanda pada kedua loyang tersebut menggunakan kertas dan pulpen/spidol dengan nama benda uji 1 dan benda uji 2, dan letakkan benda uji baik itu agregat kasar dan agregat halus diatas 2 loyang, 3. Timbang berat mould dalam keadaan kosong, catat hasilnya (W1) 4. Setelah mould ditimbang, masukkan benda uji 1 baik itu agregat kasar atau agregat halus ke dalam mould hingga penuh, dan ratakan bagian atasnya menggunakan mistar perata, timbang mould + benda uji 1, catat hasilnya (W2) 5. lakukan hal yang sama pada benda uji 2. 6. Kemudian mould dikosongkan lalu isi air ke dalam mould hingga penuh dan rata, timbang mould yang telah berisi air dan catat hasilnya (W4) 1.



2. 3.



4. 5. 3.4.5



Berat Isi Padat : Siapkan 2 buah talam/ loyang dan dibersih menggunakan kain lap/majun, dan beri tanda pada kedua loyang tersebut menggunakan kertas dan pulpen/spidol dengan nama benda uji 1 dan benda uji 2, dan letakkan benda uji baik itu agregat kasar dan agregat halus diatas 2 loyang, Timbang berat mould dalam keadaan kosong, catat hasilnya(W1) Isi mould dengan benda uji 1 baik itu agregat kasar atau agregat halus dalam 3 lapis kurang lebih sama tebal, dan tumbuk benda uji 1 sebanyak 25 kali untuk setiap 3 lapisan menggunakan tongkat pemadat, dan tumbukannya harus secara merata, ratakan benda uji pada tumbukan 3 sehingga rata dengan mulut mould, timbang berat mould + benda uji 1, catat hasilnya (W2) lakukan hal yang sama pada benda uji 2. Kemudian mould dikosongkan lalu isi air ke dalam mould hingga penuh dan rata, timbang mould yang telah berisi air dan catat hasilnya (W4) Pengolahan Data :



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



3.5



Pengujian Analisia Ayak



3.5.1



Maksud dan tujuan :



Percobaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring tertentu. 3.5.2



Bahan yang digunakan :



 Agregat Halus (pasir)



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



 Agregat Kasar (batu pecah) 3.5.3



Peralatan yang digunakan :



 Timbangan  Talam/loyang  Satu set saringan agregat kasar : (PAN, 4.75mm, 9.5 mm, 12.7 mm, 16.0 mm, 19.1 mm, 25.4 mm, 31.5 mm,)  Satu set saringan agregat halus : (PAN 0.075 mm, 0.15 mm, 0.3 mm, 0.6 mm, 1.18 mm, 2.23 mm, 4.75 mm,)  Alat pemisah contoh  Kuas, sikat kuningan, sendok 3.5.4



Langkah Kerja : Agregat Halus :



1. Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, 2. Timbang berat talam dalam keadaan kosong, 3. Kemudian masukkan benda uji 1&2 sebanyak 500 gram ke dalam saringan dengan susunan satu set ayakan 4.75 mm ke bawah sampai saringan yang ke 0.075mm, 4. Getarkan saringan menggunkan alat penggetar selama ± 15 menit, jika alat penggetar mengalami masalah, bisa dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan tangan, 5. Timbang masing-masing saringan beserta benda uji yang ada tersisa didalamnya dan dicatat berat dan hasilnya. Agregat Kasar : 1. Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, 2. Timbang berat talam dalam keadaan kosong, 3. Masukkan benda uji 1&2 sebanyak 500 gram ke dalam saringan dengan susunan satu set ayakan 31.5 mm kebawah sampai 9.5 mm, 4. Getarkan saringan menggunkan alat penggetar selama ± 15 menit, jika alat penggetar mengalami masalah, bisa dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan tangan, 5. Timbang masing-masing saringan beserta benda uji yang ada tersisa didalamnya dan dicatat berat dan hasilnya 3.5.5



Pengolahan Data :



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



3.6



Perencanaan Isi Campuran Beton



3.6.1



Maksud dan tujuan : Untuk menentukan komposisi unsur beton basah dengan ketentuan tekan karakteristik



beton. 3.6.2     3.6.3



Bahan yang digunakan : Air Semen Pasir Batu Pecah Peralatan yang digunakan :



 Sekop  Timbangan



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



      3.6.4



Talam/ loyang Ember Sendok semen Penumbuk Kuas 5 buah Cetakan Silinder dengan ukuran Tinggi 30 cm, dan diameter 15 cm Langkah Kerja :



1. Membuat Perencanaan campuran beton, dan membuat formulanya sesuai dengan data yang telah diambil, 2. Menghitung kebutuhan material perkerasan jalan (pavements) 3. Siapkan 5 buah cetakan silinder, sekop, timbangan, 2 buah loyang besar, dan siapkan bahan-bahannya sepeti air, semen, pasir, dan batu 4. Timbanglah terlebih dahulu semua bahannya, dengan cara, pertama letakkan loyang besar diatas timbangan dan baca hasilnya, kemudian masukkan semen secara perlahan-lahan kedalam loyang menggunakan sekop/sendok semen, banyaknya semen berdasarkan perhitungan yang telah direncanakan, dan timbang semen sesuai kebuttuhan yang telah direncanakan. Lakukan hal yang sama pada pasir, dan batu, 5. Setelah semua bahan telah ditimbang bawa ketempat pengadukan, 6. Kemudian menyiapkan 5 buah cetakan silinder, lumuri bagian dalam cetakan silinder dengan minyak dan ratakan dengan kuas, kemudian kencangkan setiap baut yang ada pada cetakannya, 7. Masukkan pasir ke dalam loyang besar, dan masukkan juga semennya, aduklah pasir dan semen sampai rata, sesudah rata, buat lingkaran ditengahnya kemudian masukkan air ke dalam adukan semen dan pasir tersebut, aduklah sampai merata dan semuanya benar-benar telah menyatu, 8. Masukkan batu kedalam adukan yang telah siap tadi, aduklah semuanya hingga rata, maka beton segar pun telah siap, 9. Masukkan beton segar/adonan tadi ke dalam 5 buah cetakan yang telah disiapkan, masukkan dengan rata, dengan cara ditumbuk dan di palu pada setiap sisi cetakan silinder agar adonan dapat merata dan padat, 10. Jika sudah beri tanda dengan nama benda uji A1, A2, A3, A4, dan A5 menggunakan spidol dan kertas, atau pun dengan cara langsung memberi tanda pada betonnya 11. Susun beton pada tempat yg aman dan biarkan mengering selama 18-24 jam, 12. Jika sudah mengering buka cetakan dengan cara mengendorkan bautnya, dan keluarkan beton dari dalam cetakan 13. Rendamlah beton tadi kedalam bak berisi air untuk beberapa saat sebelum dilakukan pengujian kuat tekan. 3.6.5



Pengolahan Data :



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



3.7



Pengujian Slump Test



3.7.1



Maksud dan tujuan :



Test slump dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang digunakan apakah sesuai dengan perencanaan 3.7.2



Bahan yang digunakan :



 Beton segar yang diambil dari adukan 3.7.3      3.7.4



Peralatan yang digunakan : Cetakan Slump Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air Tongkat pemadat yang ujungnya bulat dan dari bahan baja penggaris pengukur sendok spesi Langkah Kerja :



1. Cetakan slump dan pelat dibasahi dengan kain,



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



2. letakkan cetakan diatas pelat, 3. Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga lapis, tiap kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali tumbukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai lapisan bagian bawah atau lapisan pertama, tumbuk bagian tepi dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan, 4. Ratakan permukaan benda uji dengan tongkat, tunggu selama 1 menit, dan semua lapisan yang kelebihan beton segar di sekitar cetakan harus dibersihkan, 5. Sudah 1 menit angkat cetakan secara perlahan-lahan dengan tegak lurus keatas, 6. Balikkan cetakan dan diletakkan disamping benda uji, 7. ukur Slump yang terjadi dengan menggunakan penggaris pengukur, dan lihat perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata dari tiga sisi beda uji. 3.7.5



Pengolahan Data :



3.8



Pengujian kuat tekan beton



3.8.1



Maksud dan tujuan :



Sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk menentukan kuat tekan (compressive streght) beton dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan (curring) di laboratorium maupun dilapangan 3.8.2



Bahan yang digunakan :



 5 buah beton silinder dengan tinggi 30 cm dan diameter 15 cm 3.8.3



Peralatan yang digunakan :



 Mesin Uji Kuat Tekan  Timbangan 3.8.4 1. 2. 3. 4.



Langkah Kerja : Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, Ambil beton silinder yang telah dilakukan perawatan, Beri tanda/nomor pada setiap beton silinder yg diambil Kemudian timbang semua beton, dan catat hasilnya



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



5. Setelah ditimbang masukkan beton silinder satu per stu ke dalam mesin uji kuat tekan, 6. Menyalakan mesinnya buatlah beton/benda uji sampai hancur dan catatlah hasil kuat tekannya yang tertera pada mesin uji kuat tekan. 3.8.5



Pengolahan Data :



3.9



Hummer Test



3.9.1



Maksud dan tujuan :



Dapat mengetahui besarnya kuat tekan betom kolom, lantai, tangga, dan balok pada suatu bangunan yang telah berdiri kokoh dilapangan 3.9.2     3.9.3



Bahan yang digunakan : Kolom (Bangunan yg sudah ada) lantai (Bangunan yg sudah ada) tangga (Bangunan yg sudah ada) balok (Bangunan yg sudah ada) Peralatan yang digunakan :



 Alat hummer test 3.9.4



Langkah Kerja :



1. Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, 2. Menyiapkan alat hummer tes 3. mebuat persegi kotak yang berukuran 15x15 cm pada permukaan kolom yg ingin diuji dan buatlah 9 titk pada bagian tersebut. Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



4. Bersihkan permukaan kolom yang akan kita uji 5. Posisikan bagian ujung dari alat tes hummer pada permukaan kolom yg akan di uji, lakukan gerakan menekan alat tes hummer pada permukaan kolom, tahan untuk beberapa saat, tekan tombol untuk mengukur kuat tekan beton, dan catat angka yang tertera pada hummer tes, 6. Lakukan hal yang sama untuk lantai, tangga, dan balok 3.9.5



Pengolahan Data :



3.10 Abrasi 3.10.1 Maksud dan tujuan : Dapat menentukan nilai abrasi dari agregat kasar sesuai dengan prosedur standar pengujian. 3.10.2 Bahan yang digunakan :  Agregat Kasar (batu pecah) 5000 gr 3.10.3 Peralatan yang digunakan :      



Mesin Los Angeles Timbangan Saringan 12,7 mm, dan 9,5 Bola besi/baja 11 buah Talam Kuas



3.10.4 Langkah Kerja :



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



1. 2. 3. 4. 5.



Siapkan Peralatan dan bahan yang akan dipakai untuk pengujian, Timbang benda uji sebanyak 5000 gr, Setelah ditimbang masukkan benda uji (batu pecah) ke dalam ayakan, Ayaklah benda uji tadi, Setelah di ayak, ambil benda uji yang tertahan pada masing-masing ayakan dengan hasil masing-masing ayakan beratnya 2500 gram, 6. Masukkan benda uji ke dalam mesin los angeles beserta bola besi/baja sebanyak 11 buah, 7. Menyalakan mesin los angeles dan atur putarannya sebanyak 500 putaran, 8. Setelah di putar sebanyak 500 putaran, bukalah mesin untuk mengeluarkan benda uji, hadapkan mulut mesin kebawah, agar mudah untuk mengeluarkan benda uji, dan masukkan benda uji ke talam, 9. Kemudian Saring lagi benda uji yang telah keluar dari mesin menggunakan ayakan 12,7 mm 10. Setelah di saring, timbanglah agregat yang lolos. 3.10.5 Pengolahan Data :



3.11 Dokumentasi Foto pada saat pratikum



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari pratikum yang dilakukan dapat kami simpulkan bahwa : 1. Hanya degan mengetahui teori saja belum cukup, harus diimbangi dengan praktek. Dengan praktek ini teori-teori yang didapat dari tatap muka dapat diterapkan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur. 2. Dalam pembuatan beton selalu harus ada perencanaan terlebih dahulu baik itu menentukan kekuatan yang ingin dicapai dan kriteria bahan yang akan digunakan, dan pada pencampuran harus sesuai dengan prosedur sehingga didapat hasil yang sesuai dengan yang direncanakan. 3. Perancangan campuran beton dapat digunakan sebagai pedoman untuk pencampuran beton agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana



4.2 Saran 1. Dalam melakukan pemeriksaan bahan – bahan yang digunakan sebagai campuran beton, sebaiknya dilakukan pengulangan agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan teliti. 2. Penambahan air harus diperhatikan, karena meskipun mendapatkan kemudahan dalam pengerjaan (workability) tetapi berpengaruh terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. 3. Terhadap pelaksanaan pengecoran beton di lapangan agar diperhatikan pemadatan beton secara baik dan sempurna. 4. Untuk memperoleh kualitas beton yang lebih baik hendaknya diperhatikan juga faktor perawatan. Penambahan fasilitas perendaman beton setelah dicetak juga sangat diperlukan. 5. Agar dilakukan pengawasan terhadap mutu material, terutama mengenai kebersihan, terhadap bahan-bahan organis dan kandungan lumpur serta sifat-sifat maupun jenisnya. 6. Kondisi pasir yang digunakan harus SSD (kering permukaan).



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



DAFTAR PUSTAKA



Asroni, Ali 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang,edisi pertama Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. .....................2005. Teknologi Bahan 1.Penerbit Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta, Jakarta.



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )



LAMPIRAN



Politeknik Negeri Pontianak 2015



Pengujian Bahan 1 ( Beton )