Laporan Pestisida Nabati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK “PESTISIDA NABATI DAUN PAITAN”



Oleh: Nama



: Ivan Nursyifa Hidayah



NIM



: 135040100111101



Kelas



:A



Kelompok



:1



UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2015



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanain organik merupakan pertanian yang mulai berkembang di indonesia mulai abad 20-an. Akhir-akhir ini banyak petani yang sudah mulai menerapkan sistem pertanian organik dalam budidaya pertaniannya. Meskipun biaya yang dikeluarkan relatif mahal dan keuntungan yang diterima saat awal masih dikatakan sedikit. Tetapi para petani mulai berlomba-lomba dalam menerapkan sistem pertanian organik. Hidup sehat yang mulai disadari masyarakat inilah yang menjadi salah satu faktor bahan-bahan organik khususnya untuk bahan pangan menjadi sesuatu yang dicari oleh masyarakat saat ini. Meskipun konsumen bahan pangan organik cenderung merupakan masyarakat kalangan menengah keatas. Dalam budidaya pertanian organik tentunya bahanbahan yang digunakan dalam semuanya harus berupa organik atau tanpa menggunakan bahan-bahan sintetis yang bersifat kimia baik dari pestisida, pupuk, bahkan sistem pengairannya. Dalam pertanian organik salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya adalah hama yang menyerang tanaman budidaya. Hama tersebut dapat merusak tanaman dan memberikan penurunan hasil produksi. Dalam pertanian organik biopestisida merupakan pestisida nabati yang digunakan untuk mengendalikan tanaman yang terserang hama. Biopestisida dapat dibuat dari bahan-bahan yang alami, seperti daun serai, daun papaya, daun sirsak, dan lain sebagainya. Bahan yang digunakanmerupakan bahan-bahan yang mempunyai rasa yang pahit sehingga hama tersebut tidak suka akan rasa dari pestisida tersebut. Penggunaan biopestisida tidak menyebabkan residu dan tidak menyebabkan resistensi terhadap populasi hama. Oleh karena itu, dalam penerapan sistem pertanian organik, biopestisida sangat diperlukan untuk penanggulangan hama yang menyerang tanaman budidaya. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kerugian yang dialami oleh petani dari hasil produksi yang di akibatkan oleh serangan hama dan penyakit. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai cara pembuatan biopestisida dengan



menggunakan bahan-bahan alami. Bahan-bahan tersebut seperti daun paitan yang menjadi bahan utama untuk biopestida. 1.2. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam laoran ini, yaitu mahasiswa dapat mengetahui dan memahami manfaat bahan-bahan alami untuk dijadikan pestisida nabati sebagai pengendali ham dan penyakit di sektor pertanian dan dapat mengaplikasikannya pada tanaman yang dibudidayakan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Biopestisida Pestisida nabati adalah bahan pestisida yang diperoleh dari tumbuhan, misalnya dari tanaman mimba (Azadirachta indica), srikaya (Annona squa-mosa) dan mindi (Melia azedarach) (Wiryadiputra, 2006). Sedangkan pestisida yang bahan aktifnya berupa mikroorganisme yang dapat membunuh OPT atau merupakan agens hayati OPT biasanya disebut pestisida mikroba. Sebagai contoh adalah yang berbahan aktif jamur Beauveria bassiana, bakteri Bacillus thuringiensis, jamur Paecilomyces fumosoroceus dan P. lilacinus. Pestisida nabati sebagai salah satu komponen dalam pengelolaan OPT pertanian memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pestisida nabati antara lain cepat terdegradasi sehingga tidak meninggalkan residu dalam waktu lama, cara kerjanya cepat, daya racun terhadap binatang mamalia rendah, dan daya racun terhadap tanaman juga rendah (kurang fitotoksik). Sementara itu kekurangannya antara lain karena cepat terdegradasi maka memerlukan frekuensi aplikasi lebih sering, kurangnya sumber bahan baku, sulit untuk melakukan pengendalian kualitas dan standarisasi, kurangnya data terhadap berbagai hama dan sulitnya melakukan regristrasi (Isman, 1997). Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i.



Merusak perkembangan telur, larva dan pupa. Menghambat pergantian kulit. Mengganggu komunikasi serangga. Menyebabkan serangga menolak makan. Menghambat reproduksi serangga betina. Mengurangi nafsu makan. Memblokir kemampuan makan serangga. Mengusir serangga. Menghambat perkembangan patogen penyakit. Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pestisida nabati adalah sebagi berikut:



a. b. c. d. e. f.



Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani. Relatif aman terhadap lingkungan. Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain. Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Sementara, kelemahannya adalah sebagai berikut:



a. b. c. d. e. f.



Daya kerjanya relatif lambat. Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung. Tidak tahan terhadap sinar matahari. Kurang praktis. Tidak tahan disimpan. Harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang.



2.2. Deskripsi Tanaman Paitan (Tithonia diversifolia) ialah tanaman semak dari famili Asteraceae yang biasanya tumbuh liar sebagai tanaman pagar dan mempunyai biomassa tanaman mencapai 8,5 mg/ha (ICRAF, 1997). Jama et al., (1999) menyatakan bahwa tanaman ini berasal dari Meksiko dan tersebar luas didaerah humia dan subtropics seperti Amerika Tengah dan Selatan, Asia dan Afrika. Tithonia diversifolia merupakan jenis tanaman berbunga dengan warna kuning keemasan mempesona yang keluar pada akhir musim penghujan dengan penampilan mirip dengan bunga matahari. Sebagai anggota suku Asteraceae spesies ini juga dijuluki The Tree Marigold, Mexican Tournesol, Mexican Sunflower, Japanese Ssunflower ataupun Nitobe chrysanthemum. Memiliki berbagai julukan lokal semisal paitan di daerah Jawa (paitan dari asal kata pait atau pahit). Tanaman ini dapat bersifat semusim maupun tahunan dengan ketinggian, 2 – 3 m membentuk semak. Tanaman ini jarang dibudidayakan secara sengaja sehingga sering dikategorikan sebagai gulma paitan. T.diversifolia memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dengan kerapatan tajuk dan perakaran yang dalam, sehingga Tithonia diversifolia dapat dijadikan sebagai tanaman pengendali erosi dan sekaligus sebagai sumber bahan organik penyubur tanah pertanian. Batangnya berkayu dengan kandungan lignin yang cukup tinggi sering dipergunakan sebagai kayu bakar. Tajuknya mudah dipangkas dan rimbun kembali, hasil pangkasan untuk pakan maupun dikembalikan kelahan untuk proses daur ulang menjadi pupuk.



(Tithonia diversifolia) juga mempunyai laju dekomposisi yang cepat. Pelepasan N terjadi sekitar 1 minggu dan pelepasan P dari biomassa tanaman terjadi sekitar 2 minggu setelah dimasukkan kedalam tanah (Jama et al., 1999). (Tithonia diversifolia) khususnya pada bagian daun selain dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk tanaman juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan. Manfaat (Tithonia diversifolia) telah dikenal sebagai makanan ternak, kayu bakar, kompos, insektisida, dan tanaman penguat teras. Perkembangan tanaman ini berasal dari biji dan stek batang. Rata-rata produksi biomassa kering asal tajuk tanaman paitan pada umur 5 - 8 bulan adalah sekitar 2,6 mg/ha. (Tithonia diversifolia) mengandung bahan beracun yang disebut asam palminat. Senyawa asam palminat bersifat repellent (penolak serangga) serta berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme serangga. Cara masuk pestisida ini kedalam tubuh serangga bisa secara kontak maupun perut (oral) pada konsentrasi 50 – 60 gr/l sudah efektif dalam mengendalikan serangga hama. Tanaman (Tithonia diversifolia) mulai berbunga pada akhir musim hujan. Tinggi tanaman bervariasi antara 1 – 3 m. Tumbuhan ini banyak ditemukan pada lahan terbuka, pada lahan kosong yang tidak dipergunakan, tumbuh disekitar lahan pertanian, disekitar rumah dan disepanjang tepi jalan. Tanaman (Tithonia diversifolia) ialah tanaman semak dengan kandungan N (Nitrogen), P (Fosfor), dan K (Kalium) dalam biomassa daun hijau relatif tinggi (George et al., 2001). Biomassa daun tanaman (Tithonia diversifolia) mempunyai kandungan nutrisi dan dikenal sebagai sumber potensi nutrisi bagi tanaman budidaya (Rutangga et al., 1999). Biomassa tanaman (Tithonia diversifolia) telah lama dikenal sebagai unsur hara yang efektif untuk tanaman padi di Asia dan tanaman jagung serta tanaman sayuran di Afrika. Dalam 100 g biomassa segar (Tithonia diversifolia) mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, diantaranya 3,5% N, 0,37% P, dan 4,1% K. 2.3. Kandungan dari Daun Paitan Paitan termasuk golongan tanaman perdu dengan klasifikasi sebagai berikut: Kingdom



: Plantae – Plants



Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta



Divisio



: Magnoliophyta



Class



: Magnoliopsida



Subclass



: Asteridae



Order



: Asterales



Family



: Asteraceae



Genus



: Tithonia Desf.



Species



: Tithonia diversifolia



Paitan (Tithonia diversifolia) banyak tumbuh di daerah tropis, sebagai tanaman perdu sering dijumpai tumbuh liar dibeberapa tempat seperti di jalan, di galengan serta di lereng-lereng pegunungan. Paitan (Tithonia diversifolia) bahan bakunya melimpah di daerah Sumatera Barat. berbentuk semak dengan tinggi 2-3 M, bunga berwarna kuning mirip dengan bunga matahari. Paitan tumbuh tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis pada ketinggian 5-1500 MDPL. Tanaman ini membutuhkan suhu panas (± 30 °C) dengan sinar matahari yang cukup dan tanaman ini akan tumbuh baik jika ada cukup air. Tumbuhan ini mudah distek sehingga sering dipakai sebagai tanaman pagar atau teras yang digunakan untuk mencegah terjadinya erosi. Sifat pertumbuhan tanaman ini sangat cepat sehingga sering menjadi gangguan/gulma bagi tanaman pokok yang dibudidayakan. Tanaman Paitan berbentuk dengan batang tegak, bulat ramping, berambut pendek dan rapat dengan tinggi batang 2-3 M. Daun bulat telur bentuk ketupat dengan daun saling berhadap-hadapan sampai bulat telur lancip dengan panjang berangsur-angsur menyempit sepanjang tangkai daun ujungnya yang cukup runcing dan umumnya bergerigi kasar. Bunga berbentuk bongkol tersusun dalam kenanga, bentuk bunga malai rata, rapat terminal pembalut bentuk lonceng, tiap bongkol tersusun 9-16 bunga, sedikit menjulang keluar pembalut, sangat harum, mahkota taji 5, panjang 4 mm, tabung kepala sari kuning, dengan tangkai bercabang dua. Kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak etanol daun tumbuhan paitan (T.diversifolia) adalah senyawa flavonoid dan beberapa golongan sesquiterpen. Data yang didapat menyebutkan bahwa kandungan yang terbanyak pada daun adalah α-pinene sebesar 32,9%. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan analisis GC-MS. Daun paitan diketahui mengandung 38 komponen dengan komponen utama yaitu



asam palmitat; 9-pentadekadien-1-ol; benzyl benzoate; steraldehida; metilamina; 1,2,3,5- sikloheksantetrol serta dua senyawa yang tidak teridentifikasi, dimana benzyl benzoate bersifat repellent (penolak). Senyawa asam palmitat bersifat repellent (penolak serangga) serta berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme serangga. Senyawa yang terkandung dalam tanaman ini berfungsi sebagai penolak serangga untuk makan sehingga menyebabkan serangga akan mati kelaparan. Cara masuk ke dalam tubuh serangga dari pestisida ini dapat secara kontak maupun perut (oral). 2.4. Manfaat Daun Paitan Menurut Wardhana (2014), Tanaman Paitan (Thitonia diversivolia) dapat digunakan sebagai insektisida nabati karena tanaman ini mengandung senyawa bioaktif golongan alkaloid, seseskuiterpen lakton, monoterpen bisiklik (α-pinene dan β-pinene) dan golongan flavonoid yang bersifat toksik dan masuk melalui lapisan kutikula (racun kontak), saluran pernafasan dan saluran pencernaan (racun cerna) serta asam palmitat yang terkandung dalam daun Paitan bersifat antifeedant sehingga serangga kehilangan nafsu makannya. Hal ini dapat meningkatkan mortalitas pada serangga, sehingga menghambat perkembangan dan memutus siklus



hidup



serangga tersebut. Pestisida Paitan dapat digunakan untuk



mengendalikan hama belalang, dan kutu dengan hasil yang cukup efektif.



BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.1.1. Waktu Hari/Tanggal : Selasa, 16 Oktober 2015 Pukul



: 13:00 WIB – Selesai



3.1.2. Tempat Lokasi



: Kebun Percobaan Ngijo Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Karangploso, Malang



3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat     



Cobek Toples Saringan Corong Botol



: digunakan untuk menghaluskan daun paitan : digunakan sebagai wadah merendam daun paitan : digunakan menyaring ekstrak air daun paitan alat dan Siapkan alat dan bahan bahan : digunakan saat penyaringanSiapkan ke dalam botol : sebagai tempat ekstrak air daun paitan yang siap Haluskan 0,5 kg digunakan untuk pestisida Haluskan 0,5nabati kg daun daun paitan paitan menggunakan menggunakan cobek cobek



3.2.2 Bahan  0,5 kg daun paitan  500 ml air



Masukkan telah dihaluskan Masukkan daun paitan paitan yang telah nabati dihaluskan ke ke dalam dalam : sebagai daun bahan utamayang pestisida toples dan tambahkan air sebanyak 0,5 L toples dan tambahkan air sebanyak 0,5 L : sebagai air untuk merendam daun paitan



3.3. Cara Pembuatan Biopestisida Tutup Tutup toples toples dengan dengan rapat rapat dan dan diamkan diamkan selama selama 48 48 jam jam (2 (2 hari) hari) Siapkan Siapkan alat alat dan dan bahan bahan Saring ekstrak air yang Saring ekstrak air daun daun paitan paitan yang telah telah didiamkan didiamkan selama selama Haluskan paitan menggunakan cobek Haluskan 0,5 0,5 kg kg daun daun paitan menggunakan cobek 48 jam ke dalam botol yang telah disediakan 48 jam ke dalam botol yang telah disediakan Siapkan alat dan Masukkan dalam Siapkanke alat dan bahan bahan Masukkan daun daun paitan paitan yang yang telah telah dihaluskan dihaluskan ke dalam toples dan tambahkan air sebanyak 0,5 L toples dan tambahkan air sebanyak 0,5 L Haluskan Haluskan 0,5 0,5 kg kg daun daun paitan paitan menggunakan menggunakan cobek cobek Tutup toples dengan rapat dan diamkan selama 48 jam (2 Tutup toples dengan rapat dan diamkan selama 48 jam (2 hari) hari) Masukkan Masukkan daun daun paitan paitan yang yang telah telah dihaluskan dihaluskan ke ke dalam dalam toples toples dan dan tambahkan tambahkan air air sebanyak sebanyak 0,5 0,5 LL Saring Saring ekstrak ekstrak air air daun daun paitan paitan yang yang telah telah didiamkan didiamkan selama selama 48 48 jam jam ke ke dalam dalam botol botol yang yang telah telah disediakan disediakan Tutup Tutup toples toples dengan dengan rapat rapat dan dan diamkan diamkan selama selama 48 48 jam jam (2 (2 hari) hari) Saring Saring ekstrak ekstrak air air daun daun paitan paitan yang yang telah telah didiamkan didiamkan selama selama 48 jam ke dalam botol yang telah disediakan 48 jam ke dalam botol yang telah disediakan



BAB V PENUTUP 5.1.



Kesimpulan Pestisida nabati adalah pestisida yang kandungannya dapat diperoleh dari tumbuhan ataupun bahan-bahan alami. Banyak tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pestisida nabati, seperti pestisida nabati yang terbuat dari ekstrak air daun paitan. Tanaman paitan selain untuk menjadi tanaman penyubur tanah pertanian dan tanaman pagar juga dapat dimanfaatkan daunnya untuk dijadikan sebagai pestisida nabati. Kandungan senyawa asam palmitat pada daun paitan bersifat repellent (penolak seranggga). Selain itu Paitan bersifat antifeedant sehingga serangga kehilangan nafsu makannya. Hal ini dapat meningkatkan mortalitas pada serangga, sehingga dapat



menghambat



perkembangan dan memutus siklus hidup serangga tersebut. Pestisida Paitan dapat digunakan untuk mengendalikan hama ulat, belalang, dan kutu dengan hasil yang cukup efektif. 5.2. Saran Sebaiknya dalam pelaksanaannya lebih diperjelaskan, sehingga dalam pembuatan yang dilakukan tidak terjadi kebingungan. Hal ini dikarenakan beberapa sumber mengemukakan mengenai pemakaian deterjen dalam pembuatan pestisida nabati. Kegunaan deterjen inilah yang dipertanyakan terkait bagaimana kandungannya terhadap pestisida nabati. Selain itu, para mahasiswa diharapkan dapat lebih mengembangkan potensi tanaman ataupun bahan-bahan alami untuk digunakan sebagai pestisida nabati. Sehingga dalam prospek kedepannya ini dapat dijadikan sebagai pengembangan pertanian organik dan nilai tambah terhadap pestisida nabati.



DAFTAR PUSTAKA Isman, M.B. 1997. Neem and other botanical insecticides: Barriers to commercialization. Phytoparasitica, 25, 339—344. Jama, B., CA. Palm, R.J. Buresh, A. Niang, C. Gachengo, G. Nziguheba and B. Amadalo. 2000. Tithoniadiversifolia L. Green Manure. Wardhana, AH dan Diana N. 2014. Aktivitas Biolarvasidal Ekstrak Metanol Daun Kipahit (Thitonia diversifolia) Terhadap Larva Lalat Chrysomya bezziana. Jakarta. JITV 19(1) : 43-51. Wiryadiputra, Soekadar. 2006. Keefektifan Pestisida Nabati Daun Ramayana (Cassia spectabilis) dan Tembakau (Nicotiana tabacum)Terhadap Hama Utama Tanaman Kopi dan Pengaruhnya Terhadap Arthropoda Lainnya. Pelita Perkebunan. 22 (1), 25-39.



LAMPIRAN (Dokuemntasi)