25 0 265 KB
LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG JL TALANG PETAI DI RT 31 KEL TEGAL BINANGUN PLAJU DARAT PALEMBANG TAHUN 2021
OLEH : KELOMPOK 6 NAMA
NIM
1.
LESTIANA AMELIA ANDAYANI
(154011810027)
2.
LINDA ASTUTI
(154011810028)
3.
SINTA AFRILIA
(154011810042)
4.
SINTIA OKTAVIA
(154011810043)
5.
VINNY YOLANDA
(154011810046)
6.
VONNY AYU MEILITA
(154011810047)
7.
WINDA SAFITRI
(154011810048)
8.
YOSI ANGGERI YANI
(154012018055P)
9.
YULIS MEY SARI
(154011810049)
PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN AKADEMIK 2021
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS JUDUL
:
LAPORAN
PRAKTIK
KELURAHAN
PLAJU
KEBIDANAN
KOMUNITAS
DARAT KECAMATAN
DI
PLAJU
KOTA PALEMBANG Telah disetujui untuk diseminarkan Pada tanggal 10 maret 2021
Pembimbing
Pembimbing
( Nelly Maryam. SST., M. Kes) NIK
(Mardelia Astriani. SST., M. Tr. Keb) NIK
Pembimbing
(Tiara Pratiwi. M. Keb) NIK
Ketua STIK Siti Khadijah
Ka. Prodi D-III Kebidanan
(Prof.Dr.dr.M.T Kamaluddin,M.Sc, SP.FK) NIK
ii
(Meta Rosdiana, SST., M. Kes) NIK
LAPORAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELURAHAN PLAJU DARAT KECAMATAN PLAJU KOTA PALEMBANG DIAJUKAN OLEH : KELOMPOK 6
NAMA
NIM
1.
LESTIANA AMELIA ANDAYANI
(154011810027)
2.
LINDA ASTUTI
(154011810028)
3.
SINTA AFRILIA
(154011810042)
4.
SINTIA OKTAVIA
(154011810043)
5.
VINNY YOLANDA
(154011810046)
6.
VONNY AYU MEILITA
(154011810047)
7.
WINDA SAFITRI
(154011810048)
8.
YOSI ANGGERI YANI
(154012018055P)
9.
YULIS MEY SARI
(154011810049)
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing
Pembimbing
(Nelly Maryam, SST,. M. Kes)
(Mardelia Astriani, SST,. M. Tr.Keb) Pembimbing
(Tiara Pratiwi, M. Keb) iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan laporan praktik kebidanan komunitas dengan judul “Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Jl Talang Petai RT 31 Kel Tegal Binangun Plaju Darat Palembang Tahun 2021”. Laporan ini merupakan salah satu tugas praktik kebidanan komunitas pada program studi ilmu kebidanan STIK Siti Khadijah Palembang. Bersamaan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya dengan hati yang tulus kepada : 1. Prof. Dr. Dr. M. T Kamaluddin, M. Sc, SP. FK selaku ketua STIK Siti Khadijah Palembang. 2. Meta Rosdiana, SST., M. Kes selaku ketua program studi ilmu kebidanan STIK Siti Khadijah Palembang. 3. Mardelia Astriani, M. Tr. Keb selaku pembimbing laporan praktik kebidanan komunitas. 4. Nelly Maryam, SST., M. Kes selaku pembimbing laporan praktik kebidanan komunitas. 5. Tiara Pratiwi. M, Keb selaku pembimbing laporan praktik kebidanan komunitas. 6. Yusi selaku ketua RT 31 Jl Talang Petai Kelurahan Tegal Binangun Plaju Darat.
iv
Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini. Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah kami perbuat. Semoga allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayangnya untuk kita semua Aamiin.
Palembang,
Maret 2021
Penulis
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................iii KATA PENGANTAR..................................................................................v DAFTAR ISI.................................................................................................6 DAFTAR GAMBAR....................................................................................7 DAFTAR TABEL.........................................................................................8 DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................................................................10 1.2 Tujuan...............................................................................................13 1.3 Manfaat.............................................................................................14 1.3.1 Bagi STIK Siti Khadijah.......................................................14 1.3.2 Bagi Kecamatan....................................................................14 1.3.3 Bagi Kelurahan......................................................................14 1.3.4 Bagi Puskesmas.....................................................................14
BAB II KEADAAN UMUM WILAYAH 2.1 Kecamatan ...................................................................15 2.2 Puskesmas..........................................................................................17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.............................................21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil...................................................................................43 4.1 Cara Pengumpulan Data.....................................................................43 4.2 Asuhan Kebidanan Komunitas...........................................................43 4.4.1 Data..........................................................................................43 4.4.2 Analisa dan Perumusan Masalah.............................................44 4.4.3 Perencanaan.............................................................................45 4.4.4 Pelaksanaan..............................................................................46 4.4.5 Evaluasi....................................................................................47 B. Pembahasan.......................................................................................47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan........................................................................................ 6.2 Saran.............................................................................................. 6.2.1 Bagi STIK Siti Khadijah......................................................... 6.2.2 Bagi Kecamatan...................................................................... 6.2.3 Bagi Puskesmas......................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... LAMPIRAN...................................................................................
6
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Jenis- jenis kontrasepsi dalam rahim.................................. Gambar 2. IUD Copper T..................................................................... Gambar 3. IUD Nova T........................................................................
7
DAFTAR TABEL Tabel 1.Data dasar Puskesmas Tegal Binangun................................... Tabel 2.Data ibu Ber-KB di rt.31......................................................... Tabel 3.Evaluasi respon audiens ..........................................................
8
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penyuluhan.................................................................. Lampiran 2. Undangan Kegiatan...................................................................... Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyuluhan......................... Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan ........................................................... Lampiran 5. Materi Penyuluhan....................................................................... Lampiran 6. Daftar Hadir ................................................................................ Lampiran 7. Dokumentasi................................................................................
9
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang,
seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan
penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat. hal ini karena minimnya pengetahuan serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk
mengatasi
permasalahan
tersebut
pemerintah
Indonesia telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga Berencana
Nasional
bertujuan
untuk
mengontrol
laju
pertumbuhan penduduk dan juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Susilaswati, 2014). Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu komponen dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) diharapkan sebanyak-banyaknya pasangan usia subur (PUS) di Indonesia akan mengikuti gerakan Keluarga Berencana (KB) secara dini, semua jenis metode kontrasepsi telah tersedia di seluruh tempat pelayaan kesehatan dan sangat mudah dijangkau oleh masyarakat, kecuali metode kontrasepsi mantap yang memerlukan tindakan operasi (BKKBN, 2009).
10
Salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yang sering di singkat MKJP sebelumnya dikenal dengan istilah MKET (Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih) yang mulai digalakan oleh pemerintah di Indonesia lebih dari 10 tahun terakhir. Pelayanan MKJP perlu didukung dengan tenaga kesehatan yang professional dan kompeten. Sementara penggunaan MKJP lebih tepat dan efektif digunakan jika keluarga sudah tidak menginginkan anak lagi atau ingin membatasi atau menjarangkan kelahiran dalam waktu yang cukup lama yang disesuaikan dengan umur dan jumlah anak yang dimiliki. Pemakaian MKJP memiliki banyak keuntungan, baik dilihat dari segi program, maupun dari sisi klien (pemakai). Disamping mempercepat penurunan TFR (total fertility rate), penggunaan kontrasepsi MKJP juga lebih efisien karena dapat dipakai dalam waktu yang lama. Dilihat angka kegagalan MKJP relatif lebih rendah dibanding metode kontrasepsi jangka pendek. (Prawiro, 2012). MKJP merupakan jenis kontrasepsi yang sekali pemakaiannya dapat bertahan selama 3 tahun sampai seumur hidup, jenis kontrasepsi ini diantaranya adalah AKDR/IUD, AKBK/implan, MOW (Tubektomi) dan MOP (Vasektomi) (Prawirohadjo S, 2014). Menurut World Health Organisation (WHO) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan angka pengguna alat kontrasepsi terutama kontrasepsi hormonal seperti Pil sebanyak 35,7 %, Suntik sebanyak 59,13%, dan implant 26,17% sedangkan kontrasepsi non hormonal seperti IUD sebanyak 7,15% , MOW sebanyak 1,5% dan MOP sebanyak 0,2% (WHO, 2013 ). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013. jumlah akseptor KB sebanyak 6.152.231. adapun jenis kontrasepsi yang digunakan adalah suntikan 2.949.633 (47,94%), pil 1.649.256 (26,81%), Implant 527.569 (8,58%), kondom 462,186 (7.51%)
11
IUD 459.177 (7,49%), MOW 87.079 (1,42%) dan MOP 17.331 (0,28%) (BKKBN, 2013). Keadaan jumlah penduduk memerlukan perhatian untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam kenyataannya pertambahan penduduk di Indonesia menimbulkan banyak permasalahan sarana dan prasarana. (Puspitasari, 2011). Bertambahnya penduduk di Indonesia sejauh ini menimbulkan juga penyempitan kesempatan kerja yang dapat diperoleh, dan pada akhirnya hal ini memicu kemiskinan. (Pendit, 2006) Angka kematian Indonesia dibilang cukup tinggi karena pengaruh kualitas lingkungan hidup dan pendidikan yang kurang baik. Hal ini harap bisa diatasi pemerintah dengan lebih banyak memberikan pendidikan dan penyuluhan bagaimana cara menjaga lingkungan dan hal mengenai kesehatan lainnya. Menurut perkiraan melalui pendekatan historis, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 diperkirakan mencapai 450 jiwa. (BKKBN, 2014) Sejak diberlakukannya program KB di Indonesia dan sejak berkembangnya kontrasepsi di Indonesia, penggunaan kontrasepsi masih dalam taraf belum cukup memuaskan , sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang enggan untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang seperti Implant, IUD dan Kontap. Dengan alasan takut akan efek samping yang merugikan (Pendit, 2006).
12
Dilihat dari data diatas masih kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan
MKJP
seperti
AKDR/IUD,
AKBK/Implan,
MOW
(Tubektomi), MOP (Vasektomi). Dari data Puskesmas Tegal Binangun didapatkan untuk pemakaian kontrasepsi jangka panjang masih sangat sedikit dengan jumlah pengguna kontrasepsi IUD 0%, Implant 14% dan Kontap dengan jenis Tubektomi 9% (Profil Puskesmas Tegal Binangun, 2020). 1.2 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui masyarakat yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang di RT 31 kel Tegal Binangun Plaju Darat Kota Palembang Tahun 2021. 2. Tujuan Khusus 1. Melakukan pengkajian metode kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR/IUD,AKBK/Implant dan Kontap, di Rt.31 Jalan Talang Pete Kelurahan Tegal Binangun Plaju Darat Palembang 2021. 2. Melakukan
implementasi
metode
jangka
panjang
seperti
AKDR/IUD,AKBK/Implant dan kontap,di Rt.31 Jalan Talang Pete Kelurahan Tegal Binangun Plaju Darat palembang 2021. 3. Melakukan
evaluasi
metode
jangka
panjang
seperti
AKDR/IUD,AKBK/Implant dan kontap,di Rt.31 Jalan Talang Pete Kelurahan Tegal Binangun Plaju Darat palembang 2021.
13
1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1
Bagi STIK Siti Khadijah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan informasi, serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan agar dapat meningkatkan mutu institusi pendidikan. 1.3. 2 Bagi Kelurahan Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak kelurahan setempat apabila ingin meningkatkan kualitas pelayanan serta meningkatkan kepuasan bagi masyarakat dimasa yang akan datang. 1.3.3
Bagi Kecamatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi pemerintahan dalam melaksanakan tugas untuk masa yang akan datang. 1.3.4
Bagi Puskesmas
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Tegal Binangun dalam rangka meningkatkan program kesehatan dalam hal pelayanan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
14
BAB II KEADAAN UMUM WILAYAH 2.1 Kecamatan Luas Wilayah Kecamatan Plaju : 1517 ha Batas Wilayah :
Utara
: Kecamatan Kalidoni
Timur Laut
: Kabupaten Banyuasin
Timur
: Kabupaten Banyuasin
Tenggara
: Kabupaten Banyuasin
Selatan
: Kabupaten Banyuasin
Barat Daya
: Kecamatan Jakabaring
Barat
: Kecamatan S.U II
Barat Laut
: Kecamatan IT II
Dengan Luas Wilayah Diatas Kecamatan Plaju Terdiri dari 234 RT dan 62 RW pada tahun 2018-2019 dan Pada tahun 2020 Kecamatan Plaju mengalami penambahan RT menjadi 233 RT yang berada di kecamatan plaju. Jumlah Penduduk di Kecamatan Plaju : Pada Tahun 2018 Kecamatan Plaju memiliki jumlah penduduk berjumlah 89.212 jiwa yang
terdiri dari 46.672 laki-laki dan 42.340
perempuan. Pada tahun 2019 Kecamatan Plaju mengalami peningkatan jumlah penduduk menjadi 90.734 jiwa yang terdiri dari 45.416 aki-aki dan 45.318 perempuan. Pada tahun 2020 Kecamatan Plaju mengalami pengurangan penduduk yang sangat signifikan menjadi 86.463 jiwa yang terdiri dari 43.260 laki-laki dan 43.203 Perempuan.
15
MOTTO, VISI DAN MISI KECAMATAN PLAJU KOTA PALEMBANG MOTTO
:
PLAJU BERSINAR (BERSAHAJA ,SENYUM ,IKHLAS, AMANAH DAN RELIGUS) VISI : TERKELOLALAHNYA TATA PEMERINTAH YANG BAIK DALAM RANGKA TERWUJUDNYA PALEMBANG EMAS TAHUN 2018. MISI : 1. MENINGKATKAN PROPESIONALISMEDAN INTERGRITAS APARAT DALAM MELAKSANAKAN TUAS PELAYANAN, PEMBANGUNAN
DAN
PEMBERDAYAAN
YANG
EFEKTIF ,EFISIEN DAN PRIMA KEPADA MASYARAKAT. 2. MEWUJUDKAN PERILAKUN DAN BUDAYA BIROKRASI YANG
BERSIH
,PRODUKTIF,EFISIEN,EFEKTIF
DAN
BERTANGGUNG JAWAB 3. MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PEMBANGUNAN
DAN
MENDORONG
DALAM DALAM
MENYEKENGGARAKAN
RANGKA
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.
16
PARTISIPASI
MENINGKATKAN
2.2 Puskesmas VISI Terwujud kesetahan masyarakat yang mandiri di wilayah puskemas tegal binangun dengan bertumpunnpada pelayanan kesehatan dasar yang prima. MISI Peningkatkan pelayanans kesehatan yang bermutu dan terjangkau ,mengembangkan
pembangunan
yang
berwawasan
kesetahan
dan
meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Geografi dari topografi didaerah Ditinju dari segi topografi, wilayah kerja puskemas tegal binangun terdiri dari daratan rendah berupa persawahan dan tempratur suhu berkisar antara 27℃-35℃ dan koordinat lintang 4.059 ;s dan bujur103,194 BT. Wilayah puskesmas tegal binangun mempunyai dua musim, musim hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara bulan oktober sampai dengan bulan maret, sedangkan kemarau dan antara berkisar bulan april dengan bulan september, penyimpangan musim tersebut terjadi setiap lima tahun sekali dimana hujan berkisar antara 2000-3000 mm dan kelembapan udara antara 75-89% puskesmas tegal binangun terletak dikelurahan plaju darat kecamatan plaju, mempunyai wilayah kerja adalah 126,5 km dengan luas tanah adalah 1.064 m2 dan luas bangunan 540 m2 luas wilayah kerja adalah 320.000 km terbagi dalam dua kelurahan yaitu talang putri dan plaju darat, kelurahan talang putri mempunyai 8 rw dan 32 rt, sedangkan
17
kelurahan plaju darat mempunyai 10 rw dan 34 rt, batas-batas wilayah kerja puskesmas tegal binangun adalah: Sebelah utara berbatasan dengan sungai musi Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten oki Sebelah barat berbatasan dengan desa talang bubut Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten banyuasin Alamat puskesmas: Puskesmas Tegal Binangun JL Tegal Binangun Lr Jambu RT 5 rw 3 KAB Plaju Darat Kec Plaju. Segala macam jenis pelayanan jasa dibidang kesehatan dengan kegiatan pokok meliputi promosil, promotif, kuratif dan rehabilitative melalui UKM dan UKP. Pada umumnya mereka adalah tenaga kerja lepas pada sector informal berikut adalah data dasar yang ada di wilayah kerja puskesmas tegal binangun tahun 2019 NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KELURAHAN TALANG PLAJU Jumlah penduduk Jumlah KK Jumlah KK Gakin Jumlah Peserta KB Aktif Jumlah WUS Jumlah PUS Jumlah Ibu Hamil Jumlah Ibu Bersalin Jumlah Ibu Menyusui Jumlah Ibu Nifas Jumlah Bayi Jumlah Balita
PUTRI 15.133 3.795 1.221 978 2.085 1.254 144 125 125 125 141 1.226 18
DARAT 14.734 4.498 3.336 876 1.864 1.118 143 124 124 124 136 1.191
JUMLA H 29.367 8.293 4.557 1.854 3.949 2.369 287 249 249 249 271 2.417
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23
Jumlah Posyandu Jumlah Posyandu Lansia Jumlah Posyandu Balita Jumlah kader Jumlah SMU Jumlah SMP Jumlah SMI Jumlah PIN/PIS Jumlah ITU Jumlah sumber air bersih
7 1 2 12 5 0 0 0 25
8 1 0 10 7 3 3 0 29
15 2 2 22 12 3 3 0 54
sumur pompa
2.430
676
1.036
SGL
360
676
1.036
TA
360
0
0
0 2.790
3,922 4.690
6.352 7.480
PDAM/PAM Jumlah jamban keluarga
Gambaran khusus Puskesmas tegal binangun yang merupakan BLUD dari dinas kesehatan Palembang terletak dikelurahan plaju darat kecamatan plaju kota Palembang. Dalam upaya memperluas jangkauan pelayanan kepada masyarakat, puskesmas tegal binangun dibantu, sub-sub pelayanan yang tersebar dipeskesmas pustu. Keadaan sarana prasarana Puskesmas tegal binangun memiliki fasilitas fisik berupa bangunan permanen dan puskesmas memiliki daya listrik 5.500 watt, pustu tegal binangun memiliki daya listrik sedangkan pustu talang putri memiliki 900 watt daya listrik.
19
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana 3.1.1 Definisi keluarga berencana Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan agar dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau pun menunda kehamilan (Sulistyawati, 2014). Keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan pperan serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
20
kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN, 2009). 3.1.2
Tujuan Keluarga Berencana Upaya Keluarga Berencana dilakukan dengan tujuan agar terkendalinya meningkatnya berkembangnya
tingkat jumlah
kelahiran
dan
pertambahan
penduduk,
peserta
KB
atas
kesadaran,
usaha-usaha
yang
dasar
membantu
peningkatan
kesejahteraan ibu dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan balita, serta kematian ibu pada masa persalinan (Sulistyawati,2014).
3.1.3
Manfaat Keluarga Berencana Keluarga berencana memberikan manfaat yaitu: a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak b. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi c. Peningkatan kesejahteraan keluarga d. Meningkatkan derajat kesehatan e. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM
3.1.4
Sasaran Keluarga Berencana Sasaran program keluarga berencana tertuang dalam RPJMN 20042009 yang meliputi:
21
a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun. b. Menurunnya angka kelahiran total menjadi sekitar 2,2 per perempuan. c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi. d. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, dan efisien f. Meninngkatnya rata-rata
usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi produktif (Anggraini, 2012). 3.2 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang 3.2.1 Definisi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP merupakan jenis kontrasepsi yang sekali pemakaiannya dapat bertahan selama 3 tahun sampai seumur hidup, jenis kontrasepsi ini diantaranya adalah AKDR/IUD, AKBK/implan, MOW dan MOP (Prawirohadjo S, 2014).
22
MKJP memiliki tingkat efektivitas lebih tinggi dibandingkan non MKJP dalam hal penegahan kehamilan. Metode yang dimaksud non MKJP itu antara lain adalah pil, suntik, kondom dan metode-metode lain selain yang sudah termasuk dalam MKJP (Prawirohadjo S, 2014). 3.2.2
Macam-macam metode kontrasepsi jangka panjang 1. KB Susuk (Implant) Di Indonesia implant diperkenalkan dengan nama KB susuk atau AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) yaitu alat kontrasepsi yang dipasang
dibawah
jaringan
kulit,
dibagian
lengan
atas
(Handayani,2010).
a. Jenis-jenis KB implant 1.
Norplant Terdiri atas enam batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel. Lama kerjanya lima tahun ( Handayani,2010).
2.
Implanon Terdiri atas satu batang dengan panjang kira - kira 40 mm dengan
diameter 2 mm yang
23
diisi
dengan 68 mg
levonorgestrel.
Lama
kerjanya
tiga
tahun
(Handayani,2010). 3.
Jadelle Terdiri atas 2 batang yang berisi 75 mg levonorgestrel. Lama kerjanya tiga tahun ( Handayani,2010).
b. Mekanisme Kerja KB Implant Menurut Siswosudarmo, (2007) dengan dilepaskannya hormon levonorgestrel, cara kerja implant dalam mencegah kehamilan pada dasarnya hampir sama dengan mekanisme kerja pada pil dan suntik, diantaranya: 1. Membuat
lendir
serviks
lebih
kental,
sehingga
mengganggu penetrasi spermatozoa untuk masuk lebih dalam lagi. 2. Mengganggu
kapasitasi
spermatozoa
sehingga
kemampuan membuahi menurun. 3. Menghambat terjadinya ovulasi. c. Keuntungan KB Implant 1. Daya guna tinggi. 2. Masa pakai jangka panjang (sampai lima tahun). 3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan. 4. Tidak mengganggu aktivitas seksual. 5. Tidak mengganggu produksi ASI.
24
6. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. 7. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. d. Efek Samping KB Implant Menurut
Depkes
RI
(1999), Perubahan dalam periode
menstruasi merupakan keadaan yang paling sering ditemui, dan kadang – kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan. Biasanya terjadi peningkatan berat badan 1- 2 kg. (Saifuddin, 2003). 2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif. (Huriawati.H & Pita,W, 2010) a. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Non-hormonal pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluhpuluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak. (Nursalam, 2006) b.
Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 : a. Bentuk terbuka (oven device)
25
Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coll, Multiload, Nova-T b. Bentuk tertutup (closed device) Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring. (Nursalam, 2006) c. Menurut tambahan atau metal 1. Medicated IUD Misalnya : Cu T 200 (dayakerja 3 tahun), Cu T 220 (dayakerja 3 tahun), Cu T 300 (dayakerja 3 tahun), Cu T 380 A (dayakerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (dayakerja 5 tahun), ML-Cu 375 (dayakerja 3 tahun). Pada jenis medicated IUD angka yang tertera dibelakan IUD menunjukan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200mm2. (Nursalam, 2006) 2. Un Medicated IUD Misalnya : Lippes Loop, Mrguiles, Saf-T Coil, Antigon. Cara insersilippes loop : push out Lippes Loop dapat dibiarkan
in-utero
untuk
selama-lamanya
sampai
menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu lippes
26
loop dan yang dari jenis Mediciated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T. (Nursalam, 2006) d. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim :
a. Lippes-Loop b. Saf-T-Coil c. Dana-Super d. Copper-T (Gyne-T) e. Copper-7 (Gravigard) f. Multiload g. Progesteron IUD Dari berbagai jenis AKDR/IUD di atas, saat ini yang umumberedar dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis yaitu : a.
AKDR/IUD Copper T Terbentuk darir angka plastik yang lentur dan tembaga yang berada pada kedualengan AKDR/IUD dan batang AKDR/IUD. Gambarnya sebagai berikut :
27
b.
AKDR/IUD Nova T Terbentuk dari rangka plastik dan tembaga.Pada ujung lengan AKDR/IUD
bentuknya
agak
melengkung
tanpa
ada
tembaga,tembaga hanya ada pada batang AKDR/IUD. Gambarnya sebagai berikut :
c. AKDR/IUD Mirena Berbentuk dari rangka plastik yang di kelilingi oleh silinder pelepas hormon Levonolgestrel (hormone progesteron) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu menyusui karen tidak menghambat ASI. Gambarnya sebagai berikut :
28
e. Mekanisme Kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 1.
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang dapat menimbulkan reaksi radang setempat, dengan serbuk anlekosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
2.
Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahanperubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus.
3.
Produksi
lokal
menyebabkan
prostaglandin sering
adanya
yang
meninggi,
kontraksi
uterus
yang pada
pemakaian AKDR yang dapat menghalang inidasi. 4.
AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lender
serviks sehing menghalangi pergerakan sperma
untuk dapat melewati cavum uteri. 5.
Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi.
29
6.
Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkina dalah
dengan
mencegah
terjadinya
implantasi
atau
penyerangan sel telur yang telah dibuahi kedalam rahim. 7.
Dari penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga
mencegah
spermatozoa
membuahi
seltelur
(mencegahfertilisasi) (Nursalam, 2006) f. Keutungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 1. Efektif dengan segera 2. Metode jangka panjang 3. Sangat efektif karena tidak perlula gimengingat-ingat 4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual 5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlutak utuntuk hamil 6. Tidak mempengaruhi kualitas ASI 7. Tidak adaint eraksi dengan obat-obat 8. Membantu mencegah kehamilan ektopik 9. Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT380A)
30
10.Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) (Hanafi, 2007). g. Kerugian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 1. Menoragi 2. Dismenorea 3. Sedikit peningkatan risiko kehamilan ektopik bila ada kegagalan AKDR 4. Peningkatan risiko infeksipanggul 5. AKDR terlepas keluar 6. Perforasi uterus, usus dan kandung kemih 7. Malposisi AKDR 8. Kehamilan yang disebabkan pengeluaran, perforasi, atau malposisi (Hanafi, 2007). h. Indikasi 1. Usia reproduksi 2. Keadaan nullipara 3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang 4. Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi 5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya 6. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 7. Perempuan dengan resiko rendah dari IMS 8. Tidak menghendaki metode hormonal 9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingatminumpiltiaphari
31
10.Tidak
menghendaki
kehamilan
setelah
1-5
hari
senggama(Hanafi, 2007). AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan, misalnya : 1. Perokok 2. Sedang memakai antibiotik atau anti kejang 3. Gemuk atau punkurus 4. Menderita tumor jinak payudara 5. Pusing-pusing, sakit kepala 6. Tekanan darah tinggi 7. Varises ditungkai atau di vulva 8. Penderita penyakit jantung (termasuk jantung katup dapat diberikan antibiotika sebelum pemasangan AKDR) 9. Pernah menderita stroke 10.Penderita penyakit diabetes 11.Penderita penyakit hati atau empedu 12.Malaria 13.Skistosomiasis (tanpa anemia) 14.Penyakit tiroid 15.Epilepsi 16.Nonpelvik TBC 17.Setelah kehamilan ektopik 18.Setelah pembedahan pelvis . (hartanto, 2004)
32
i. Kontraindikasi 1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) 2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dievaluasi) 3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) 4. Tiga bulan terakhirs edang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic 5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri 6. Penyakit trofoblas yang ganas 7. Diketahui menderita TBC pelvik 8. Kankeralat genital 9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Nursalam, 2006) 3. Metode kontrasepsi mantap Metode Kontrasepsi Mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani,2010). A. Vasektomi/MOP
33
Vasektomi adalah melakukan tindakan mengikat/memotong saluran spermatozoid yang berasal dari testis, sehingga semen (air mani) tidak lagi mengandung spermatozoid (sel kelamin pria) (Hartanto, 2009). 1. Efektifitas a. Angka keberhasilan amat tinggi (99%), angka kegagalan 02,2%, umumnya 1 vas deferens pada satu sisi). b. Kegagalan kontap pria umumnya disebabkan oleh : 1. Senggama
yang
tidak
terlindung
sebelum
semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa. 2. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa. 3. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi 4. Jarang : duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat > 1 vas deferens pada satu sisi).
2. Vasektomi dianggap gagal bila : 1. Pada analisis sperma setelah 3 bulan pasca-vasektomi atau setelah 10-12 kali ejakulasi masih dijumpai sperma. 2. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma.
34
3. Istri hamil 3. Komplikasi Komplikasi jangka pendek termasuk sementara memar dan perdarahan, yang dikenal sebagai hematoma. Komplikasi jangka panjang utama adalah kondisi sakit permanen, vasektomi sakit sindrom-post. Data pada manusia dan hewan menunjukkan
bahwa
vasektomi
tidak
meningkatkan
aterosklerosis dan peningkatan sirkulasi kompleks imun setelah vasektomi bersifat sementara. Selain itu, berat bukti tentang prostat dan kanker testis menunjukkan bahwa pria dengan vasektomi yang tidak mengalami peningkatan risiko kanker tersebut. 4. Keuntungan a. Efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena dapat di check kepastian dilaboraturium. b. Aman, Morbiditas rendah dan tidak ada mortalitas. c. Cepat, hanya memerlukan 5-10 menit dan pasien tidak perlu dirawat di Rumah Sakit. d. Menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anastesi lokal saja. e. Tidak mengganggu hubungan seksual selanjutnya. f. Biaya rendah
35
g. Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita. 5. Kerugian a. Harus dengan tindakan operatif b. Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi. c. Tidak
seperti
sterilisasi
wanita
yang
langsung
menghasilkan steril permanen, pada vasektomi beberapa hari, minggu atau bulan sampai sel mani menjadi negatif. d. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi. e. Pada orang-orang yang mempunyai problem-problem psikologis yang memengaruhi seks, dapat menjadikan keadaan semakin parah. 6. Kontra Indikasi a. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies b. Infeksi traktus genitalia. c. Kelainan skrotum dan sekitarnya : varicocele, hydrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas luka operasi hernia, skrotum yang sangat tebal. d. Penyakit sistemik : penyakit-penyakit perdarahan, Diabetes Miellitus, penyakit koroner yang baru.
36
e. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil. 7. Efek Samping Tindakan Vasektomi a. Infeksi b. Hematoma c. Granuloma Sperma d. Rekanalisasi Spontan e. Pendarahan 8. Syarat-Syarat Vasektomi Pemasangan kontrasepsi vasektomi dapat dilakukan pada pria : 1. Mendapatkan persetujuan istri 2. Pasangan yang tidak lagi ingin menambah jumlah anak. 3. Pasangan yang istrinya sudah sering melahirkan. 4. Harus secara sukarela. 5. Mengetahui akibat-akibat vasektomi. 6. Umur calon tidak kurang dari 30 tahun. 7. Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain. 8. Pria yang akan melakukan MOP harus melakukannya secara sukarela dan menandatangani surat persetujuan. 9. Pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang dan anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun. B. Tubektomi/MOW
37
Definisi Tubektomi menurut KBBI tubektomi adalah istilah kedokteran pemandulan pada wanita, dilakukan dengan cara atau mengatur saluran telur; sterilisas. Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba di blokir sehingga sel telur tidak bisa masuk kedalam rahim. Tubektomi adalahilitas prosedur bedah untuk perawatan fertilitas(kesuburan) seseorang secara permanen (Saifuddin, 2003). Sedangkan menurut Affandi (2011) tubektomi adalah metode kontrasepsi untukperempuan yang tidak ingin anak lagi. Atau tubektomi adalah pengikatan kedua telur sisikiri dan kanan, dengan demikian sel telur tidak dapat memasuki rongga rahim dan perubahan tidak akan terjadi. (Affandi 2011). Jadi dapat disangkal bahwa tubektomi adalah kontrasepsi wanita yang dilakukandengan pengikatan atau pemotongan pada saluran
telur
yang
mengakibatkan
orang
yangtidak
akan
mendapatkan keturunan lagi.
1. Jenis tubektomi a. Minilaparatomi, Ini merupakan penyederhanaan laparatomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusar bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah dan dapat dilakukan oleh dokter yang
38
diberikan latihan khusus dan operasi ini relatif aman serta efektif. b. Laparoskopi. Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang telah di latih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif dan dilakukan pada enam sampai delapan minggu pasca persalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi). 2. Keuntungan Tubektomi Menurut beberapa
Wiknjosastro(2007),
keuntungan
antara
lain
tubektomi sangat
mempunyai
efektif
(0,2-4
kehamilan/100 perempuan selama tahun pertama penggunaan), tidak mempengaruhi proses menyusui,tidak bergantung pada faktor senggama, baik bagi klien apabila akan menjadi resiko kesehatan yang serius, pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan anestesi lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium) dan berkurangnya resiko kanker ovarium. Menurut Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), keuntungan tubektomi adalah: a.
Sangat efektif (0,5 kehamilan per-100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).
b.
Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
39
c.
Tidak bergantung pada faktor senggama.
d.
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
e.
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
f. g.
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium) (PKMI, 2009).
3. Indikasi Tubektomi Menurut
Wiknjosastro(2007)
perempuan
yang
dapat
menjalani tubektomi adalah perempuan dengan usia lebih dari 26 tahun, paritas lebih dari dua, telah yakin mempunyai keluarga yang sesuai dengan kehendaknya, pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius, postpartum, setelah keguguran, paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini. Menurut Hartanto (2004) yang diperbolehkan menjalani sterilisasi jika memenuhi syarat yang ditentukan yaitu pasangan terikat dalam suatu perkawinan yang sah, harmonis, dan bahagia, istri yang akan menjalani sterilisasi dan suaminya sudah mendapat penerangan yang jelas dan memahaminya, sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun, disertai permohonan dan pernyataan tertulis dari kedua belah pihak bahwa istri bersedia secara sukarela menjalani sterilisasi, terdapat jumlah anak hidup
40
menurut golongan umur istri yaitu umur istri antara 25-30 tahun dengan anak hidup tiga atau lebih, umur istri antara 30-35 tahun dengan anak hidup dua atau lebih, dan umur istri antara 35-40 tahun dengan anak hidup satu atau lebih. 4. Kontra Indikasi Tubektomi Beberapa orang yang dianggap tidak cocok dengan cara kontrasepsi ini adalah: a.
Pasangan yang belum mempunyai anak.
b.
Penderita penyakit jantung.
c.
Penderita penyakit paru-paru.
d.
Penderita hernia.
e.
Pernah di operasi pada daerah perut.
f.
Pasangan yang masih ragu-ragu untuk menggunakan cara ini.
Dengan kata lain, kontrasepsi ini hanya dianjurkan untuk mereka yang tidak memiliki kecenderungan penyakit tersebut diatas, atau tidak lagi berkeinginan menambah jumlah anak, atau yang memiliki masalah berat lain sehingga kehamilan akan sangat berbahaya baginya. Perempuan yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi antara lain perempuan yang hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai), mengalami perdarahan vaginal yang belum terjelaskan, adanya
41
infeksi sistemik atau pelvik yang akut, perempuan yang tidak boleh menjalani proses pembedahan, kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi di masa depan, dan belum memberikan persetujuan tertulis (PKMI, 2007). 5. Efek Samping Tubektomi Efek samping tubektomi antara lain hematoma/perdarahan pada bekas luka operasi, timbulnya radang setempat, pengaruh psikologis, seperti pusing dan cepat marah. Efek samping yang pasti muncul hanyalah luka parut bekas operasi di bagian bawah perut. Hal yang perlu diperhatikan setelah operasi berlangsung adalah jika mengalami muntah yang hebat, nyeri perut, sesak nafas, perdarahan yang banyak, demam tinggi, terlambat haid yang disertai oleh tanda-tanda kehamilan seperti pusing, mual dan muntah maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. (Yusuf H, 2009)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 4.1 Cara Pngumpulan Data a. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objekobjek penelitian oleh peneliti perorangan maupun perorganisasi. Data primer dari penelitian ini diperoleh langsung dari lokasi
42
penelitian dengan cara melakukan observasi dan wawancara langsung dengan respondent. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari data puskesmas dan kelurahan Tegal Binangun Palembang. 4.2 Asuhan Kebidanan Komunitas 4.2.1 Data Dari data puskesmas dan kelurahan didapatkan jumlah seluruh KK yaitu 72 KK.
Tabel 4.1 Data Ibu Ber- KB di Puskesmas Tegal Binangun Alat Kontrasepsi
Jumlah
Suntik
35
% 49%
Pil
15
21%
Implant
10
14%
IUD
0
0%
Steril 7 Tidak Ber - KB 5 Jumlah 72 Sumber :Puskesmas Tegal Binangun
43
9% 7% 100%
Dari tabel di atas yang berjumlah 72 KK, terdiri dari yang memakai KB suntik 35 orang, KB pil 15 orang, KB implant 10 orang,KB IUD 0 orang, KB kontap Tubektomi7 orang, dan 5 orang tidak memakai kontrasepsi. 4.2.2 Analisa dan Perumusan Masalah Analisis data merupakan kegiatan setelah semua data dari seluruh responden terkumpul, meliputi mengelompokkan data berdasar variabel seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah (Sugiyono, 2017). Adapun masalah yang ditemui di wilayah kerja puskesmas tegal binangun kelurahan plaju darat kecamatan plaju adalah sebagai berikut : 1.K4 2.Imunisasi 3.ASI Ekslusif 4.Posyandu 5.Persalinan Nakes 6.KB MKJP/MKET Dari pendataan yang kami lakukan di RT 31 pada umumnya masalah yang dominan diwilayah kami yaitu kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan MKJP seperti AKDR/IUD, AKBK/Implant, Kontap. Pembahasan Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan responden yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 67orang (93%)
44
diantaranya suntik 35(49%), pil 15 orang (21%),implan 10 orang (14%), IUD 0 orang(0%), Kontap (Tubektomi) 7 orang(9%) dan yang tidak ber kb 5 orang(7%). Pada tahap pengkajian data ini di peroleh melalui data sekunder diperoleh dari KK dan Puskesmas, diperoleh dengan observassi dan wawancara langsung pada Ketua RT 31 Kelurahan Plaju Darat Kecamatan Plaju. Pengkajian
meliputi pendataan, analisis, dan
perumusan masalah. Pelaksanaan kegiatan pendataan di lakukuan pada tanggal 03 Maret sampai 10 Maret 2021. Pada saat kelompok kami melakukan pengkajian terutama pada saat pendataan sebagian besar dibantu oleh Ketua RT 31 dan setelah di lakukan di temukan masalah kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan KB MKJP/MKET. Dari prioritas rumusan masalah yang di dapat maka di lakukan tindak lanjut dengan penyuluhan. Adapun tujuan pelaksanaan penyuluhan ini sasaranya adalah warga masyarakat RT 31 khususnya pasangan usia subur. Pelaksanaan penyuluhan dengan tema Metode Kontrasepsi Jangka Panjang(MKJP)di laksanakan pada tanggal 10 Maret 2021 di RT 31 Kelurahan Plaju Darat Kecamatan Plaju yang melibatkan Pasangan Usia Subur. Pada kegiatan penyuluhan dibuka forum diskusi tanpa batas pertanyaan, hal ini menyebabkan masyarakat menjadi lebih antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
45
Dari evaluasi yang dilakukan masyarakat mengalami peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan tentang pentingnya melakukan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). 4.2.3 Perencanaan Tahap perencanaan terdiri dari perumusan tujuan dan penyusunan rencana tindakan yang telah di rencanakan sesuai dengan konsep perencanaan. Rencana yang akan dilakukan yaitu penyelenggaraan penyuluhan yang akan di laksanakan pada tanggal 10 Maretyang melibatkan seluruh unsur masyarakat yaitu ketua RT 31, Kader, Tokoh masyarakat, dosen pembimbing STIK Siti Khadijah Palembang . Dalam rencana ini akan membahas mengenai Kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR/IUD, AKBK/Implan, MOW (Tubektomi), MOP (Vasektomi). penyuluhan ini di bahas dan di tetapkan masalah, waktu, tempat, dan penanggung jawab. Prioritas masalah Kurangnya pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang. Dari prioritas rumusan masalah yang di dapat maka di lakukan tindak lanjut dengan penyuluhan. 4.2.4 Pelaksanaan Dalam pelaksanaan penyuluhan yang dilaksanakan di Talang Pete RT 31 Tegal Binangun pada tanggal 10 Maret 2021. Dalam pelakssanaan ini mahasiswa bekerja sama – sama dengan masyarakat sekitar. Pada proses ini kegiatan di laksanakan berdasarkan masalah – masalah yang muncul pada saat di laksanakan Penyuluhan yang di sesuaikan dengan
46
sumber daya dan kemampuan masyarakat serta menekankan pada aspek preventif dan promotif. Pada saat pelaksanaan setiap RT melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang di temukan di RT, dan juga yang ada di masing- masing RT. Berikut beberapa prioritas permasalahan yang ada di RT 31 Talang Pete Tegal Binangun beserta pemecahan masalahnya yang dilakukan oleh mahasiswa Kebidanan STIK Siti Khadijah Palembang. a. Kurangnya pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR/IUD, AKBK/Implan, MOW (Tubektomi), MOP (Vasektomi). Setelah melakukan pengkajiandari data masyarakat terdapat : 1. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang metode
kontrasepsi
jangka
panjang
seperti
AKDR/IUD,
AKBK/Implan, MOW (Tubektomi), MOP (Vasektomi). Kelompok kami mengetahui kondisi yang terjadi di masyarakat terhadap seperti kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Pentingnya metode kontrasepsi jangka panjang. Untuk ini kelompok kami memberikan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya pengetahuan MKJP, sebagai evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan yaitu telah dilakukan penyuluhan dan pendemonstrasian. 4.2.5
Evaluasi Dari hasil dilkukan penyuluhan pada tanggal 10 Maret 2021 dapat dilihat dari tabel evaluasi berikut :
47
Tabel 4.3 EvaluasiResponAudiens Evaluasi lisan
No 1. 2. 3.
Pengertian dari MKJP Manfaat dari MKJP Jenis jenis MKJP Kelebihan dan kekurangan
4.
MKJP Indikasi dan kontraindikasi
5.
MKJP
6.
Efek samping MKJP
ResponsAudien
Nilai
s Baik Baik Baik
90 85 90
Baik
90
Baik
90
Baik
90
Dari table diatas dapat dilihat bahwa penyuluhan yang dilakukan di RT 31 RW 05 Tegal Binangun Kelurahan Plaju Darat Kecamatan Plaju Kota Palembang dapat diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Sehingga apa yang telah di sampaikan dapat menjadi pengetahuan mereka dalam menentukan metode kontrasepsi.
4.2.6
Pembahasan Pada tahap penhkajian data ini di peroleh melalui data sekunder. Data sekunder diperoleh dari KK dan data Puskesmas, pengkajian meliputi pendataan,analisis,dan perumusan masalah. Pelaksanaan kegiatan pendataan dilakukan pada tanggal 03 Maret 2021 sampai 09 maret 2021. Pada saat kelompok kami melakukan pengkajian terutama pada saat pendataan sebagian besar dibantu oleh ketu Rt.31 dan setelah dilakukan dilakukan ditemukan masalah antara lain: K4,Imunisasi,ASI Eksklusif,Poayandu,Persalinan Nakes dan
48
KB MKJP/MKET. Pada umumnya masalah yang dominan diwilayah kami yaitu KB MKJP/MKET. Dari perioritas rumusan masalah yang di dapat maka di lakukan tindak lanjut dengan penyuluhan.
Adapun
tujuan
pelaksanaan
penyuluhan
ini
sasarannya adalah warga masyarakat RT.31 khususnya ibu yang ber-KB sehingga dapat mengetahui jika ibu ingin membatasi atau menjarangkan kelahiran dalam waktu yang cukup lama yang disesuaikan dengan umur dan jumlah anak yang dimiliki. Pelaksanaan penyuluhan dengan tema Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2021 di RT.31 Kelurahan Plaju Darat Kecamatan Plaju yang melibatkan warga rt.31. pada kegiatan penyuluhan dibuka forum diskusi tanpa batas pertanyaan, hal ini menyebabkan masyarakat menjadi lebih antusisa dalam mengikuti kegiatan penyuluhan. Dari evaluasi yang dilakukan masyarakat mengalami peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan tentang pentingnya Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam pengkajian ini diperoleh data masyarakat yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang masih sedikit. Setelah dijelaskan secara rinci pada bab sebelumnya, peneliti mencoba menyimpulkan beberapa hal diantaranya:
50
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan dari 72 KK bahwa masyarakat yang memakai KB suntik 49%, KB pil 21%, sedangkan yang memakai MKJP masih sedikit seperti Implant 14%, IUD 0%, dan Kontap Tubektomi 9%. 2. Dari hasil penyuluhan yang dilakukan dari 27 responden bahwa responden yang memakai KB suntik 70%, KB pil 15%, sedangkan MKJP sedikit implant hanya 7,5%, IUD 0%, dan Kontap Tubektomi7,5% b. Saran a. Bagi STIK Siti Khadijah Dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan informasi, serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan agar dapat meningkatkan mutu institusi pendidikan. Diharapkan bagi STIK Siti Khadijah agar dapat memperbanyak buku bacaan khususnya buku Keluarga Berencana dengan edisi cetakan terbaru agar para mahasiswa selalu dapat memperbaharui ilmunya dan diharapkan kelak mampu mengaplikasikan ilmunya dengan baik.
b. Bagi Kecamatan Diharapkan dapat peningkatan kinerja dalam pelaksanaan Program KB MKJP dan melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai pedoman, sehingga dapat meningkatkan cangkupan peserta KB baru maupun peserta KB aktif MKJP di kecamatan Plaju Darat Palembang. c. Bagi Puskesmas
51
Hendaknya memberikan KIE pada calon akseptor/masyarakat, memberikan pelayanan KB MKJP sesuai prosedur serta melakukan koordinasi dengan pihak tenaga kesehatan di puskesmas dan kelurahan Tegal Binangun.
52