LAPORAN PRAKTIKUM Batimetri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA



BATIMETRI



OLEH: NAMA: MUHAMMAD QINTHAR FULKY THIASIF NIM: 08051282025025 KELAS: A



LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2022



I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.499 pulau dari Sabang hingga Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7.81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Merupakan suatu Negara dengan luas perairan lebih besar dari pada luas daratan, maka dari itu Indonesia disebut sebagai Negara Maritim. Secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera, yaitu Benua Asia yang terletak di sebelah Utara Indonesia dan Benua Australia yang terletak di sebelah Selatan Indonesia. Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. oseanografi dapat diartikan sebagai deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain,oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni Bumi dikelompokkan dalam biosfer (Anggapradita, 2018). Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam empat bidang ilmu utama yaitu geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut, fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut, kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi air laut dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna di laut (Paul,2018). Oseanografi atau ilmu kelautan merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang sifat, fenomena, penggambaran terhadap laut/samudra, serta bentangan irisannya. Ilmu ini merupakan keilmuan yang relatif muda terutama di Indonesia. Namun, perkembangan penelitian oseanografi di Indonesia dari tahun ke tahun baik



dalam lembaga maupun universitas merupakan suatu hal yang patut diapresiasi. Hal ini menunjukkan bahwa keilmuan kelautan merupakan bidang ilmu yang penting mengingat Indonesia merupakan negara yang tiga perempat bagiannya adalah laut. Dalam lingkup ini(Pranowo dan Purpa,2015). Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan seg ala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer(Supangat dan Agus,2000). Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi da pat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalahmasalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut(Wibiosono,2005)



1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut 1. Mahasiswa dapat membuat peta batimetri membuat dari peta analog 2. Mahasiswa dapat membandingkan tingkat akurasi antara hasil pengukuran langsung dilapangan dan hasil satelit.



1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini sebagai berikut 1. Mahasiswa mampu membuat peta batimetri dari peta analog 2. Mahasiswa mampu dalam membandingkan tingkat akurasi antara hasil pengukuran langsung di lapangan dan hasil satelit



II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batimetri Batimetri adalah teknik mengukur kedalaman di bawah air dan studi tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (contour lines) yang disebut kontur kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan (Tri ,et,al. 2020). Dengan semakain majunya teknologi pada saat ini menuntut tersedianya informasi dan data yang cepat, tepat dan akurat, dengan tidak mengorbankan banyak elemen yang terkait baik personil maupun material itu semua merupakan factor penentu keberhasilan dalam suatu kegiatan survey bathymetry yang telah dilakukan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibutuhkan suatu teknologi yang memadai. Light Detection and Ranging (LiDAR) merupakan teknologi baru yang cukup fenomenal dibidang geospasial, pemetaan dengan menggunakan sinar laser yang dibawa pada pesawat udara ini merupakan sistem pemetaan yang paling efisien dalam hal waktu dan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menjawab tantangan kebutuhan data tersebut(Winarso ,et,al. 2020). Batimetri adalah ilmu untuk menentukan topografi dasar perairan yang menghasilkan peta batimetri. Peta batimetri banyak digunakan untuk keperluan manajemen lingkungan, sumber daya alam, teknik dan navigasi. Metode pembuatan peta batimetri tradisional yang antara lain meliputi echo sounding dan pemetaan menggunakan instrumen multi-beam sonar atau LIDAR udara memerlukan biaya survai yang tinggi. Untuk keperluan-keperluan praktis dan studi-studi yang tidak memerlukan ketelitian tinggi, batimetri yang diturunkan dari satelit kini semakin banyak digunakan. Dibandingkan dengan metode tradisional, biayanya jauh lebih efektif, tidak mengganggu lingkungan, cepat, dan dapat diterapkan untuk area yang tidak dapat diakses(Irwanto,2018). Batimetri adalah ilmu untuk menentukan topografi dasar perairan yang menghasilkan peta batimetri. Memantau dan mengukur batimetri ini sangat penting untuk keperluan manajemen lingkungan, sumber daya alam, teknik dan navigasi, seperti untuk pekerjaan konstruksi, manajemen pelabuhan, peletakan pipa, perikanan dan pengerukan.(Dhani,2018).



Kedalaman (batimetri) laut memberikan berbagai informasi penting mengenai suatu area laut. Selain untuk navigasi pelayaran, kedalaman, dengan mengetahui kedalaman sebenarnya pada sebuah area laut tersebut dapat dibuat sebuah sistem yang bisa mengidentifikasi kedalaman perairan pada tersebut. Peta batimetri



menggambarkan



kedalaman



perairan



yang



disajikan



dengan



menggunakan garis kontur kedalaman perairan. Garis kontur adalah garis pada peta yang mewakili garis imajiner yang sesuai pada permukaan tanah atau dasar laut yang memiliki ketinggian (Zainudin ,et,al. 2020) Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibutuhkan suatu teknologi yang memadai. Light Detection and Ranging (LiDAR) merupakan teknologi baru yang cukup fenomenal dibidang geospasial, pemetaan dengan menggunakan sinar laser yang dibawa pada pesawat udara ini merupakan sistem pemetaan yang paling efisien dalam hal waktu dan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menjawab tantangan kebutuhan data tersebut(Gatot ,et,al. 2020). LiDAR adalah sebuah teknologi peraba jarak jauh optik yang mengukur properti cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan/atau informasi lain dari target yang jauh, metode untuk menentukan jarak menuju objek atau permukaan adalah dengan menggunakan pulsa laser. Seperti teknologi radar, yang menggunakan gelombang radio daripada cahaya, jarak menuju objek ditentukan dengan mengukur selang waktu antara transmisi pulsa dan deteksi sinyal yang dipancarkan(Mulyadi ,et,al. 2020) Peta batimetri juga dapat dihasilkan dari citra satelit multi-spektral, yang dikenal dengan satellite-derived bathymetry (SDB), yang telah dikembangkan sejak akhir 1970-an. Kemajuan terbaru Kemajuan terbaru dalam teknologi satelit, seperti peningkatan resolusi dan pita multi-spektralnya, telah meningkatkan potensinya sebagai sumber data-data hidrografi. Pendekatan ini memanfaatkan fakta bahwa panjang gelombang cahaya yang berbeda dilemahkan oleh air pada tingkat yang berbeda sehingga perairan yang lebih dalam tampak lebih gelap daripada perairan dangkal. Dengan generasi satelit saat ini, teknologi ini dapat digunakan untuk memetakan batimetri di kedalaman perairan hingga 25 meter dalam kondisi yang lebih optimal(Dhani,2020).



2.2 Peta Topografi Pengukuran topografi istilah yang sering digunakan untuk terjemahan dari kata ”Topographic Surveying”. Pengukuran topografi merupakan suatu pekerjaan penentuan suatu titik baik secara horisontal maupun vertikal pada permukaan area air laut. Topografi yang diukur ini sangat diperlukan untuk memperoleh data letak (posisi), elevasi (ketinggian) dan bentuk area permukaan tanah, dimana data-data pengukuran tersebut bisa digambarkan untuk suatu peta yang menglukiskan keadaan yang sebenarnya disebut peta topografi(Novriza,2020). Peta tofografi adalah peta yang memberikan gambaran sebagian permukaan bumi lengkap dengan bentuk relief ketinggian dalam skala dan sistem proyeksi tertentu. Peta topografi dapat dihasilkan dari salah satunya melalui pengukuran secara terestris. Peralatan teristris yang umum dipakai adalah theodolit, Total Station (TS), dan sifat datar(Ferdiansyah,2020). peta topografi adalah peta dasar (base map), karena dalam menggambarkan peta ini menampilkan unsul-unsul yang ada di atas permukaan bumi, baik unsur alami ataupun unsur buatan manusia yang sangat mempengaruhi bentuk alam yang tergambarkan. Peta topografi dapat dijadikan sebagai dasar untuk meggambarkan peta-peta lain sesuai dengan skala yang di perlukan(Roni,2020) Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Keadaan topografi adalah keadaan yang menggambarkan kemiringan lahan, atau kontur lahan, semakin besar kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang semakin besar. Lahan yang baik untuk dijadikan sebagai pembangunan konstruksi adalah lahan yang relatif landai, memiliki kemiringan lereng yang kecil, sehingga mempunyai faktor keamanan konstruksi yang baik. Topografi pada daerah dataran, berbukit, dan pegunungan sangat berhubungan denga kemiringan lereng serta beda tinggi relatif(Nur,2020). topografi adalah peta dasar (base map), karena dalam menggambarkan peta ini menampilkan unsul-unsul yang ada di atas permukaan bumi, baik unsur alami ataupun unsur buatan manusia yang sangat mempengaruhi bentuk alam yang tergambarkan. Peta topografi dapat dijadikan sebagai dasar untuk meggambarkan peta-peta lain sesuai dengan skala yang di perlukan(Agus,2020).



Penggambaran peta topografi sangat bergantung pada skala peta Penggambaran peta topografi sangat bergantung pada skala peta, jika skala besar, maka hasil penggamabaran peta topografi lebih detial yang di tampilkannya. Sedangkan untuk penggambaran dengan skala kecil, maka hasil peta topogrfinya tidak detial yang ditampilknya(niza ,et,al,2020). 2.3 Manfaat Batimetri Batimetri merupakan ukuran dari tinggi rendahnya kontur dasar laut (kedalaman) yang diaplikasikan pada peta batimetri. Peta batimetri memiliki banyak manfaat di bidang kelautan diantaranya adalah penentuan jalur pelayaran, perencanaan bangunan pesisir, pendeteksian adanya potensi bencana alam, dan pertambangan lepas pantai. Pemetaan batimetri di perairan dangkal mempunyai peranan penting untuk kegiatan perikanan dan kelautan salah satunya adalah pembangunan dermaga kapal, keselamatan pelayaran dan pemasangan maupun pemeliharaan kabel/pipa di bawah laut Teknik pengambilan data batimetri secara umum diperoleh menggunakan alat survei akustik yaitu echosounder(Andre,2017) Pemetaan batimetri memiliki manfaat untuk banyak hal, sebagai contoh dapat membantu penentuan lokasi peletakkan Fish Apartment dengan mengukur kedalaman perairan untuk peletakkan (Pemetaan batimetri sangat penting bagi wilayah pesisir, karena dapat membantu pengukuran kedalaman untuk pembangunan ataupun aspek penelitian .Survei Batimetri dan Arus dilakukan untuk mengetahui peta batimetri dan pola arus disekitar perairan(Imran ,et,al 2019) Informasi tentang batimetri suatu perairan memberikan banyak manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung, apalagi dihadapkan pada kondisi perairan Indonesia yang luas dengan banyaknya pulau – pulau kecil. Manfaat tersebut diantaranya untuk kepentingan militer, navigasi serta perencanaan dan manajemen pesisir(suaib ,et,al 2019). Kedalaman (batimetri) laut memberikan berbagai informasi penting mengenai suatu area laut. Selain untuk navigasi pelayaran, kedalaman dan lain sebagainya,dengan mengetahui kedalaman sebenarnya pada sebuah area laut tersebut dapat dibuat sebuah sistem yang bisa mengidentifikasi kedalaman perairanpada



tersebut. Manfaat peta tersebut di bidang kelautan adalah



Menentukan jalur pelayaran di perairan laut ,Mengamati penyebab perubahan suhu.



III METODOLOGI



3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Oseanografi fisika ini, dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Februari 2022 pukul 13.30 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Oseanografi dan Instrumentasi Kelautan, jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.



3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang dingunakan pada praktikum kali ini, yaitu: No. 1 2 3 4 5 6



Alat dan Bahan Laptop Mouse Modul Software SAS Planet Software ArcGis Software Surfer



Fungsi Untuk tempat mengolah data. Untuk menggantikan krusor laptop Untuk pedoman praktikum Untuk software pengolahan data Untuk software pengolahan data Untuk software pengolahan data



3.3 Cara Kerja Adapun cara kerja praktikum kali ini, yaitu : Buka aplikasi SAS Planet, lalu pilih map, pilih marine maps kemuidan pilih nation marine maps. Pilih daerah dengan mengklik rectangular selection, setelah itu pada kotak dialog download klik zoom 12 dan pada menu stitch pilih format menjadi geotif dan beri centang pada semua format lalu klik start



Ambil daerah yang ingin diketahui batimetrinya.



Buka software Arcmap



Klik add data lalu pilih data dengan formatif dan klik add



Klik catalog lalu pilih tempat peyimpanan dan klik kanan pilih new dan pilih shapefile Klik kanan pada layer dan buka attributes table dan buat tiga filed baru berisi longitude, latitude, dan batimetri. Untuk batimetri isi secara manual sesuai dengan titik Klik add field untuk menambahkan titik.



Ubah nama menjadi longitude, latitude, dan batimetri ubah menjadi text



Pada longitude dan latitude diblok lalu klik kanan pilih calculate geometry



Masukkan nilai longitude dan latitude kemudian save



Buka aplikasi surfer 12



Klik grid lalu pilih data dan masukkan data yang telah diolah dari Microsoft Excel Pilih x untuk longitude dan y untuk latitude dan z untuk batimeri



Klik menu map pilih new dan pilih contour map dan masukkan data grid baru pada property manager.



3.4 Analisa Data 1. Buka aplikasi SAS Planet, lalu pilih map, pilih marine maps kemuidan pilih nation marine maps.



2. Pilih daerah dengan mengklik rectangular selection, setelah itu pada kotak dialog download klik zoom 12 dan pada menu stitch pilih format menjadi geotif dan beri centang pada semua format lalu klik start.



3. Lalu buka ArcGIS, setelah itu klik add data dan pilih file data sasplanet.



4. Setelah itu klik tools windows, buka catalog, klik new folder, lalu klik kanan dan pilih shapefile, setelah itu ubah nama shapefile, lalu klik edit dan cari WGS 1984 di folder Geographic Coordinate Systems.



5. Setelah itu klik editor dan digitasi batimetri, setelah itu stop editing dan pada menu Table Of Contents klik kanan menu titik batimetri dan pilih Open Attribute Table.



6. Setelah itu klik option dan pilih Add file, kemudian ubah nama menjadi Longitude dan ubah type menjadi text dan klik ok. Lakukan hal terebut dan buat Latitude serta batimetri.



7. Kemudian pada tulisan longitude klik kanan, pilih Calculate Geometry, lalu pada pada property untuk latitude sumbu y dan pada units ubah menjadi Decimal Degress dan ok



8. Kemudian pada tulisan latitude klik kanan, pilih Calculate Geometry, lalu pada pada property untuk latitude sumbu y dan pada units ubah menjadi Decimal Degress dan ok



9. Setelah itu pada tulisan batimetri klik kanan dan pilih field calculator. Kemudian isi kolom batimetri sesuai angka yang sudah di digitasi tadi.



10. Setelah kolom longitude, latitude, dan batimetri export data pilih All Record dan simpan file dengan format .txt lalu ok



11. Lalu file .txt tersebut di masukan kedalam excel dan klik column A, lalu ke data dan pilih menu Text To Columns lalu pilih Delimited dan next.



12. Selanjutnya Pada menu Delimiters centang semua kecuali Comma dan next.



13. Setalah itu Finish.



14. Setelah itu save as dan ubah file menjadi Excel 97-2003 Workbook



15. Setelah itu buka surfer, pilih menu grid dan klik data.



16. Setalah itu oke



17. Lalu ke tools, maps, dan pilih Contours Map dan masukan data yang sudah diolah tadi, serta masukan indo shp, text dan symbol dan edit.



18. Setelah selesai membuat peta countour map, lalu buat peta 3D Wireframe, dan peta 3D Surface.



IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil



4.2 Pembahasan Perairan Selat Madura merupakan perairan selat yang



memisahkan



Pulau Madura dengan Pulau Jawa bagian timur. Bagian utara Selat Madura dibatasi oleh pesisir Pulau Madura dan di selatanberbatasan dengan pesisir Jawa Timur. Selat



ini



diketahui



mendapatkan



pengaruh antropogenikyang kuat,



karena banyak kota dan kabupaten di kawasan pesisir yang memiliki aktivitas ekonomi seperti industri, tambak, transportasi laut, serta terdapat banyak muara sungai. Madura pada tulisan ini secara geografis berada pada 6,25o-8,35oLintang Selatan (LS) dan 111,95o–114,95o Bujur Timur (BT) seperti yang terlihat pada Gambar 1a. Profil batimetri perairan Selat Madura diperoleh dari data batimetri



milik General



Bathymetric



Chart



of



the



Oceans(GEBCO).



Secara umum, Selat Madura memiliki kedalaman dengan rata-rata sebesar 40



meter . Profil batimetri Selat Madura sangat unik dan bervariasi.Batimetri



terlihat adanya cekungan dalam (deepbasin) dengan kedalaman diatas 100 meter pada posisi geografis 7,50o -8,25oLS dan 113,25o–113,75oBT. Bagian timur cekungan dalam ini dibatasi oleh gundukan dangkal berkedalaman sekitar 60 m, yang terhubung dengan celah mulut Selat Madura dengan kedalaman diatas 80 m yang berbatasan langsung dengan Laut Bali. Profil batimetri seperti ini diduga dapat menyebabkan turbulensi pada aliran arus yang masuk ke selat Madura dan menimbulkan Eddy. Dari gambaran awal terbentuknya



Eddy



di



Selat



Madura merupakaninteraksi arus dengan



profil unik batimetri Selat Madura sehingga diduga bahwa Eddy yang terbentuk merupakan tipe Topographic Eddy. . Selain itu dengan meningkatnya pembangunan di hulu sungai menyebabkan terjadinya erosi dan meningkatnya sedimen sehingga terjadi sedimentasi di hilir sungai. Sedimentasi tersebut mempengaruhi perubahan kedalaman di muara sungai dan sangat mempengaruhi alur pelayaran. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran batimetri di kawasan ini agar memudahkan dalam jalur navigasi serta kajian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pembangunan wilayah pesisir Sungai Lumpur Pengukuran batimetri dapat menggunakan beberapa metode.



Pada peta counture map bisa dilihat bahwa semakin kecil nilai nya atau semakin gelap warna maka semakin dalam kedalaman perairan tersebut dan juga sebaliknya makin terang warna atau semakin besar angkanya maka semakin dangkal.Pada gambar menunjukan angka -6 untuk dasar perairan yang terdalam dan angka 48 menunjukan perairan yang paling dangkal dan juga angka -4 sampai 10 menjunjukan bahwa perairan tersebut cukup dalam. pada angka 12 sampai dengan 30 menunjukan bahwa dasar perairan memiliki kategori kedalaman yang biasa dan angka 32 sampai dengan angka 40 menunjukan bahwa perairan tersebet memiliki dasar perairan yang cukup rendah atau dangkal dan pada angka 42 sampai dengan angka 48 menunjukan bahwa perairan tersebut memiliki dasar perairan yang dangkal. Pada peta 3d surface dan warframe bisa dilihat bahwa hail dari dasar perairan pulau madura cukup menjorok kedalam dimana di dalamnya terdapat gunung dan lembah dan juga kedalaman paling rendah yaitu dengan nilai 46 dan kedalaman yang paling dalam yaitu yang berwarna hitam dengan nilia sebesar -4 dan juga pertengahan perairan yaitu pada kisaran angka 22 sampai dengan 30. Batimetri/Kedalaman



Perairan



Selat



Madura



Kedalaman



perairan



merupakan faktor yang paling dominan untuk segala aspek faktor yang mempengaruhi tingkat hidup dan kehidupan biota di perairan. Kelas kedalaman untuk peruntukan kawasan perikanan tangkap adalah lebih dari 24.7 meter, untuk kawasan wisata adalah kurang dari 24.7 meter dan untuk kawasan konservasi berlaku di semua kelas kedalaman. Berdasarkan hasil analisis data GEBCO, perairan pesisir Selat Madura termasuk dalam laut dangkal dengan kedalaman antara 10-25 meter. Semakin kearah tengah, kedalaman perairan bertambah hingga mencapai kedalaman 70-75 meter .Kedalaman berkaitan dengan keadaan fisiografi dasar perairan yang berpengaruh pada habitat biota di perairan tersebut. bahwa perairan Selat Madura memiliki kondisi yang alami yang masih sesuai dengan peruntukan beberapa aktivitas kelautan dan perikanan, diantaranya adalah perikanan tangkap, wisata dan konservasi. Berdasarkan hasil overlay petapeta tematik diperoleh hasil bahwa 37,69% (8586,69 km2 ) dari luas perairan Selat Madura sesuai untuk aktivitas perikanan tangkap, selanjutnya 10,28% (2341,02 km2 ) sesuai untuk kawasan wisata bahari dan 19,06% (4343,4 km2 ) sesuai untuk



kawasan konservasi. Sedangkan 32,97% (7511,94 km2 ) dapat difungsikan sebagai kawasan konservasi dan wisata. batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut dimana peta batimetri memberikan infomasi mengenai dasar laut. Pemanfaatan peta batimetri dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, pembangunan jaringan pipa bawah laut dan sebagainya. Informasi kedalaman merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk beberapa kajian kegiatan sumberdaya kelautan, baik kedalaman di perairan dalam maupun perairan dangkal. Namun, saat ini peta batimetri untuk perairan dangkal masih sangat terbatas, termasuk wilayah Muara Sungai Lumpur. Peta batimetri selat madura dimana secara umum kedalaman dasar lautnya bertambah ke arah tengah selat dan membentuk lembah bawah laut.beberapa tinggian lokal merupakan puncak-puncak antiklin atau struktur diapir yang tumbuh sejak akhir plistosen.Gradien Moefologi rata-rata di selat madura adalah 0,5 m/km pada arah utara selatan .gradien morologi dasar laut menjadi sangat curam di selatan deretan p.sapudi,p,raas dan kepulauan kangean hinggga kedalaman kurang lebih 600 m dan selanjutnya menjadi landai hingga kedalaman 1200 m di udara . salah satu metode yang biasa digunakan yaitu menggunakan metode akustik. metode akustik merupakan proses pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan proses perambatan suara, karakteristik suara (frekuensi, pulsa, intensitas), faktor lingkungan atau medium, dan kondisi target. Metode ini mengukur waktu tempuh pulsa gelombang akustik yang dipancarkan oleh transducer pengirim menuju dasar laut dan dipantulkan kembali. Kedalaman perairan didapat dari setengah perkalian antara cepat rambat gelombang suara dikali selang waktu gelombang suara pada saat dipancarkan dan diterima kembali . Pembuatan peta batimetri merupakan salah satu bidang kajian hidrografi. Batimetri adalah ukuran dari tinggi rendahnya dasar iaut yang merupakan sumber informasi utama mengenai dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wiiayah perairan laut dan pantai disamping disebabkan oleh faktor alam, juga disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai.



DAFTAR PUSTAKA



Andre.2017.Pemanfaatan Citra Satelit Landsat-8 Untuk Deteksi Kedalaman Di Pantai Pasir Putih Kabupaten Situbondo Arfan Hasan,Andi.2018.Analisis Spasial Aspek Topografi Menggunakan Citra Demsetm Sebagai Dasar Perencanaan Jalan. JURNAL TEKNIK SIPIL.no 2 vol 13 Ariq,Satriadi.2020. Studi Batimetri dan Topografi Dasar Laut untuk Penentuan Jalur Peletakanan Kabel Bawah Laut di Perairan Lampung – Pulau Pahawang. Indonesian Journal of Oceanography. Vol 02 No: 02 Dwi Nur Purwati,Pengukuran Topografi Untuk Menghitung Volume Cut and Fill Pada Perencanaan Pembangunan Perumahan di Balikpapan Jurnal Tugas Akhir Teknik Sipil no.1 vol 4 Naufal,Fairus.2021.Pemetaan Batimetri Dalam Perencanaan Pembangunan Pesisir Journal of Empower Community and Education no.1 vol.1 Haryanto,Irfan.2018. PEMETAAN TOPOGRAFI DASAR LAUT DI PERAIRAN SANGIHE



TALAUD



MENGGUNAKAN



MULTIBEAM



ECHOSOUNDER Novriza,Agus.2020.Pemetaan Topografi Menggunakan Total Station Pada Kompllek Sekolah Terpadu Teuku Umar Aceh Barat.jurnal VOCATECH vol 1 halaman 41-48 Tri widodo,Winarso,Mulyadi.2020.Pengolahan Data Airbone Lidar Bathymetry untuk perairan dangkal Widodo pranowo,Noir purba.2015.Dinamika Oseanografi. Unpad Press:bandung . buku Zainudin,widya,budiana.2020.Identifikasi



Perairan(Batimetri)Terhadap



Nilai



Kedalaman Data Satelit Di Perairan Batu Ampar,Batam.Journal of Applied Sciences.no.2 vol 1