Laporan Praktikum Ekologi Hutan Acara 6 Analisis Vegetasi Metode Line Intercept [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN ACARA 6 ANALISIS VEGETASI METODE LINE INTERCEPT



Disusun Oleh : Nama



: Muhammad Zharifan Nafis



NIM



: 20/459126/KT/09291



Co-Ass



:



1. M. Iqbal Faturrahman 2. Ferby Rizky Muhammad 3. Shabriati Luthfiana



LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2021



ACARA VI ANALISIS VEGETASI METODE LINE INTERCEPT I.



TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum ini dilaksanakn untuk mengetahui struktur kuantitatif komunitas tumbuhan bawah berdasarkan spesies penyusun dan persen pertumbuhannya menggunakan metode line intercept.



II.



DASAR TEORI Hutan adalah kesatuan ekosistem dari organisme biotik hutan itu sendiri yang mencakup lapisan atmosfer yang menyelimuti tajuk hutan hingga ke lapisan tanah terdalam yang dipengaruhi oleh akar dan proses-proses biotik lainnya (Warring & Running, 2007). Unsur-unsur di dalam hutan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi diantaranya aktivitas makhluk hidup, perubahan iklim, dan proses perpindahan energi. Menurut Indriyani dkk. (2017), tumbuhan bawah adalah jenis vegetasi dasar yang berada di bawah tegakan hutan, tidak termasuk permudaan pohon, yang meliputi rerumputan, herba, dan semak belukar. Keberadaan vegetasi ini pada hutan tidak hanya menjadi sumber keanekaragaman hayati juga memiliki fungsi dalam konservasi tanah dan air serta menjaga kesuburan tanah (Nikmah N. 2016). Hal ini disebabkan oleh air hujan diintersepsi tajuk tumbuhan bawah dan perakaran yang bisa mencegah erosi. Dalam daur karbon, tumbuhan bawah bisa memperkaya bahan organik yang terbentuk di lantai hutan. Perkembangan tumbuhan bawah dan siklusnya dipengaruhi beberapa faktor, diantara lain umur, kerapatan, jenis tegakan dan proses biokimia di hutan itu sendiri (Kooch, Y. dkk. 2020). Umur, kerapatan, dan jenis tegakan akan berpengaruh pada bahan organik yang dihasilkan serta kualitas tanah yang dibentuk suatu hutan sedangkan proses biokimia akan mempengaruhi ketersediaan nutrisi yang ada di dalam tanah itu sendiri seperti kandungan nitrogen yang terbentuk dari aktivitas mikroorganisme. Peran-peran ini terancam oleh deforestasi karena hilangnya komunitas hutan, termasuk tumbuhan bawah, menyebabkan laju erosi meningkat sehingga ancaman bencana alam, seperti banjir dan longsor, lebih rentan terjadi (Osman, 2014). Tumbuhan bawah, bersama dengan tajuk, akan menahan laju air hujan dan mengurangi daya erosivitas air hujan (Suprayogo, dkk. 2017). Proses ini



dinamakan intersepsi dimana memiliki tujuan-tujuan penting diantaranya mengurangi daya rusak air hujan yang jatuh ke tanah, meningkatkan daya infiltrasi air hujan ke dalam tanah, serta menjaga iklim mikro tetap ideal bagi ekosistem di sekitarnya dengan menjaga kelembapan udara. III.



ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut : 1. Kompas 2. Tali tambang 3. Roll meter 4. Alat tulis 5. Tallysheet Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut : 1. Komunitas tumbuhan bawah berupa semak dan herba



IV.



CARA PELAKSANAAN Pada



praktikum



ini,



dilakukan



langkah-langkah



sebagai



berikut



untuk



mendapatkan data : 1. Tali tambang sepanjang 20 meter dibagi menjadi ruas-ruas dengan panjang setiap ruas yaitu 1 meter. 2. Tali tersebut dibentangkan diatas komunitas tumbuhan bawah. 3. Panjang tali yang menyentuh tumbuhan bawah dicatat panjangnya sebagai intersep dan nama spesies tumbuhan bawahnya. 4. Pengambilan data dihentikan apabila jumlah spesies kumulatif tidak berubah seiring pertambahan panjang tali karena dianggap sudah mewakili spesies penyusun yang sebenarnya. Pengukuran ini dilaksanakan



dengan penggunaan garis



imajiner



untuk



mempermudah proses pengambilan data. Penggunaan tali tambang mewakili garis imajiner tersebut dengan asumsi tajuk tidak berlubang dan tidak tumpeng-tindih (overlapping). Jika pada pengukuran ditemukan ketidakhadiran vegetasi, panjang tersebut tetap dihitung sebagai tanah kosong.



V.



HASIL PENGAMATAN Dari praktikum yang telah dilakukan, dihasilkan data dan hasil analisis vegetasi metode line intercept di hutan E sebagai berikut : 



Tabel 6.1. Data pengamatan analisis vegetasi metode line intercept di Hutan E.



No ruas 1 2



3 4



5 6 7



8 9 10 11 12 13



14 15 16 17 18 19 20



No.



Spesies atau tanah kosong 1 Tanah kosong 2 Ischaemum muticum L. 3 Ischaemum muticum L. 4 Tanah kosong 5 Pennisetum purpureum Schumach. 6 Pennisetum purpureum Schumach. 7 Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn. 8 Pennisetum purpureum Schumach. 9 Chrysopogon sp 10 Ischaemum muticum L. 11 Ischaemum muticum L. 12 Ischaemum muticum L. 13 Pennisetum purpureum Schumach. 14 Pennisetum purpureum Schumach. 15 Tanah kosong 16 Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. 17 Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn. 18 Tanah kosong 19 Tanah kosong 20 Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. 21 Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. 22 Tanah kosong 23 Pennisetum purpureum Schumach. 24 Pennisetum purpureum Schumach. 25 Tanah kosong 26 Tanah kosong 27 Ischaemum muticum L. 28 Chrysopogon sp 29 Chrysopogon sp 30 Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. 31 Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. 32 Chrysopogon sp 33 Chrysopogon sp 34 Tanah kosong 35 Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn. 36 Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn. 37 Tanah kosong Total Intersep Panjang tali



Panjang intersep (cm) 50 50 20 50 30 20 80 50 25 25 100 30 70 30 20 50 100 100 90 10 70 30 100 20 70 10 100 100 85 15 65 35 100 45 55 75 25 2000 2000



Panjang Jumlah intersep spesies kumulatif (cm) kumulatif 50 100 1 120 1 170 200 2 220 2 300 3 350 3 375 4 400 500 4 530 4 600 630 650 4 700 5 800 5 900 5 990 1000 5 1070 5 1100 5 1200 1220 1290 5 1300 5 1400 5 1500 1585 5 1600 1665 5 1700 5 1800 1845 5 1900 1975 2000 5







Tabel 6.2. Ringkasan Hasil Pengukuran analisis vegetasi metode line intercept di Hutan E.



No.



Spesies/Tanah Kosong 1 Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. 2 Ischaemum muticum L. 3 Pennisetum purpureum Schumach. 4 Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn. 5 Chrysopogon sp 6 Tanah kosong Total Intersep







Jumlah Panjang Intersep 210 325 320 310 345 490 2000



Tabel 6.3. Struktur Kuantitatif komunitas tumbuhan bawah di Hutan E berdasarkan hasil analisis vegeta.si metode line intercept.



No.



Spesies/Tanah Kosong



Panjang Intersep Persen (cm) Penutupan (%)



1 Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. 2 Ischaemum muticum L. 3 Pennisetum purpureum Schumach. 4 Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn. 5 Chrysopogon sp 6 Tanah kosong Total Intersep



210 325 320 310 345 490 2000



10.5 16.25 16 15.5 17.25 24.5 100



Contoh perhitungan Panjang intersep total = 2000 cmn Persen penutupan spesies A=



Panjang intersep spesies A x 10 0 Panjang interseptotal



Persen penutupan Dactyloctenium aegytium ( L . ) Willd=



Persen penutupan Ischaemummuticum L .=



210 x 10 0=10 .5 % 2000



325 x 10 0=16.25 % 2000



Persen penutupan Pennisetum purpureum Schumach .=



Persen penutupan Eragrotis amabilis(L .)=



Persen penutupan Chrysopogon sp .=



VI.



320 x 10 0 = 16% 2000



3 10 x 10 0=1 5 .5 % 2000



34 5 x 10 0=17 .25 % 2000



PEMBAHASAN Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui struktur kuantitatif komunitas tumbuhan bawah yang didasarkan pada spesies penyusun dan persen tutupannya. Metode pengambilan datanya bermacam-macam namun metode yang paling sering digunakan untuk penelitian adalah metode line intercept, dimana tali dibentangkan di atas komunitas tumbuhan bawah, dan metode plot yaitu dengan pembuatan petak ukur. Diantara dua metode ini, metode line intercept adalah metode yang lebih mudah digunakan karena tahapannya singkat dan memerlukan sedikit alat dalam pelaksanaannya. Metode line intercept dilakukan dengan membentangkan tali di atas komunitas tumbuhan bawah dengan asumsi komunitas tersebut tidak memiliki tajuk yang berlubang dan tidak tumpeng-tindih satu sama lainnya. Asumsi tajuk yang tidak berlubang dilakukan sebagai bentuk pembulatan sedangkan untuk tumbuhan yang tumpang-tindih, pengukuran dilakukan pada tumbuhan teratas sebagai perwakilan. Spesies tumbuhan bawah dicatat pula saat pengambilan data. Panjang tanah kosong yang dilewati tali juga diukur dan dicatat sebagai pertimbangan persentase tutupan lahan. Metode line intercept hanya bisa digunakan untuk analisis struktur kuantitatif komunitas hanya pada tumbuhan bawah karena keterbatasan alat dan pengamat dimana untuk mengukur struktur kuantitatif pohon, tinggi tajuk akan menjadi halangan untuk penggunaan metode ini. Pada praktikum ini, tali tambang sepanjang 20 meter dibagi menjadi 20 ruas dengan masing-masing ruas sepanjang 1 meter/100 sentimeter dengan total intersepe sebesar 2000 cm. Setelah dilakukan pengambilan data didapatkan lima spesies



tumbuhan



bawah



dengan



jumlah



panjang



intersepnya



yaitu



Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. sepanjang 210 cm, Ischaemum muticum L. sepanjang 325 cm, Pennisetum purpureum Schumach. sepanjang 320 cm,



Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn. sepanjang 310 cm, dan Chrysopogon sp sepanjang 345 cm dengan total jumlah panjang intersep yang memiliki tutupan tumbuhan sebesar 1.510 cm dan sisanya merupakan tanah kosong sepanjang 490 cm. Persen penutupan di Hutan E dicari dengan membagi panjang intersep tiap spesies atau tanah kosong dengan total panjang intersep lalu dikali serratus persen. Melalui perhitungan tersebut didapatkan data persen penutupan masing-masing spesies yaitu Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. sebesar 10,5%; Ischaemum muticum L. sebesar 16,25%; Pennisetum purpureum Schumach. sebesar 16%; Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn. sebesar 15,5%; dan Chrysopogon sp sebesar 17,25%. Sedangkan persentase penutupan tanah kosong didapatkan sebesar 24,5%. Didasari hasil pengolahan data inilah didapat bahwa tumbuhan bawah menutupi lantai tanah Hutan E sebesar 75,5% dengan dominasi dari spesies Chrysopogon sp.



VII.



KESIMPULAN Berdasarkan data, analisis, dan pembahasan yang didapat dapat disimpulkan bahwa : 1. Struktur kuantitatif tumbuhan bawah didapatkan dari persentase tutupan dan spesies penyusunnya. 2. Dari praktikum ini, ditemukan jumlah spesies kumulatifnya yaitu lima spesies yaitu Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd., Ischaemum muticum L., Pennisetum purpureum Schumach., Eragrotis amabilis (L.) Wight & Arn., dan Chrysopogon dengan masing-masing memiliki persen tutupan secara berurutan 10,5%; 16,25%; 16%; 15,5%; dan 17,25% 3. Total persentase tutupan lantai hutan ditemukan sebesar 75,5% dan didominasi oleh spesies Chrysopogon sebesar 17,25% sedangkan tanah kosong memiliki persentase sebesar 24,5%.



VIII.



DAFTAR PUSTAKA



Indriyani L., Flamin A., Erna. 2017. Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Lindung Jompi, Ecogreen, 3(1) : 49-58.[1] Kooch Y., Parsapour M.K., Egli M., Moghimian N. 2021. Forest floor and soil properties in different development stages of Oriental beech forests. Applied Soil Ecology. 161.[2] Nikmah N., Jumari, Wiryani, E. Struktru Komposisi Tumbuhan Bawah Tegakan Jati di Kebun Benih Klom (KBK) Padangan Bojonegoro. Jurnal Biologi. 5(1): 30-38. [3] Osman, Khan Towhid. (2014). Soil Degradation, Conservation and Remediation. p. 25. Springer Science+Business Media. Dordrecht. [4] Suprayogo D., Widianto, Hairiah K., Nita I. 2017. Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) : Tinjauan Hidrologi Akibat Perubahan Tutupan Lahan dalam Pembangunan. Universitas Brawijaya Press. 220 hlm. [5] Waring R. H., Running S. W. 2007. Forest Ecosystems (Third Edition). Academic Press. 1:2-3. [6]



IX.



LAMPIRAN [1]



[2]



[3]



[4]



[5] [6]