Laporan Praktikum Hidrotek 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI TEKNIK (Kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF))



Disusun Oleh : Kelompok



:



3



Anggota Kelompok



:



Agnes Paramitha K (240110170006) Wita Muliyawati



(240110170009)



Adelya Triana Ely (240110170012) Andika Dwiputra B (240110170023) Eldin Azhar I



(240110170027)



Hari, Tanggal



:



Senin, 08 Oktober 2018



Jam



:



15.30 – 17.30 WIB



Asistem Praktikum



:



1. Andiles Kusnadi S 2. Imam Fauzan 3. Silvy Santika 4. Siti Sarah S 5. Tiara Putri Dwi D



DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJAJARAN 2018



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Distribusi curah hujan berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang di



tinjau,yaitu curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam satu tahun), curah hujan bulanan (jumlah curah hujan dalam satu bulan), curah hujan harian, dan curah hujan perjam. Untuk mendapatkan curah hujan rencana tersebut yang di gunakan untuk keperluan desain, di lakukan analisis frekuensi terhadap data curah hujan harian maksimum. Hasil dari analisis ini adalah curah hujan dengan beberapa periode ulang sesuai dengan kebutuhan desain. Analisis frekuensi ada beberapa metode yang akan dibahas pada praktikum kali ini. Namun, metode yang ada dalam praktikum ini tidak semua dapat menyelesaikan permasalahan hidrologi yang ada di Indonesia, khusus nya dalam suatu daerah tertentu. Pada analisis frekuensi berdasarkan interval kedalaman hujan menggunakan data yang cukup banyak, sehingga harus menggunakan data curah hujan harian. Sedangkan dengan menggunakan metode Gumbel, menggunakan curah hujan untuk periode ulang tertentu. Hujan merupakan komponen masukan yang penting dalam proses hidrologi. Karakteristik hujan di antaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman, dan frekuensi.



Intensitas



berhubungan



dengan



durasi



dan



frekuensi



dapat



diekspresikan dengan kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF). Kurva IDF dapat digunakan untuk menghitung banjir rencana dengan mempergunakan metode rasional. Komponen hujan dan sifat-sifat nya dapat di analisis berupa hujan titik atau hujan rata-rata yang emliputi luad daerah tangkapan. Sedangkan analisis hubungan dua parameter hujan yang penting adalah intensitas dan durasi, dapat dihubungkan secara statistik dengan suatu frekuensi kejadiannya. Penyajian secara grafik ini adalah berupa kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF). Dalam praktikum ini, praktikan diharapkan dapat menghitung besarnya Intensitas Curah Hujan dan membuat Kurva IDF-nya sesuai dengan data yang digunakan dalam praktikum.



1.2



Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah :



1.



Memahami pengertian intensitas curah hujan;



2.



Menganalisis frekuensi curah hujan;



3.



Mampu menentukan curah hujan desain suatu wilayah yang telah terdata curah hujn hariannya;



4.



Mampu menggunakan Metode Gumbel, Distribusi Normal dan Log Pearson III untuk menghitung curah hujan desain;



5.



Mampu menganalisa serta membuat evaluasi hasil perhitungan yang didapat;



6.



Memahami



penyajian



grafik



hubungan



intensitas



menggunakan kurva Intensity-Duration-Frequency.



hujan



dengan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada



suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi (Joesron Loebis 1992) .Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan, alat penakar hujan harus mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut berhenti. Alat penakar hujan yang dapat dimanfaatkan adalah alat penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan standar juga dapat digunakan asal waktu selama hujan tersebut berlangsung diketahui (dapat dilakukan dengan menandai waktu berlangsung dan berakhirnya hujan dengan jam dinding misalnya). Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan milimeter per jam. Stasiun Pengukur Cuaca Otomatis dilengkapi dengan alat penakar hujan yang dapat mencatat data intensitas hujan secara terus-menerus. Data intensitas hujan tersebut umumnya dalam bentuk tabular atau grafik (hyetograph). Jika tidak tersedia waktu untuk mengamati besarnya intensitas hujan atau disebabkan oleh karena



alatnya



tidak



ada,



dapat



ditempuh



cara-cara



empiris



dengan



mempergunakan rumus-rumus eksperimentil seperti rumus Talbot dan Mononobe. Data intensitas hujan biasanya dimanfaatkan untuk perhitungan-perhitungan prakiraan besarnya erosi, debit puncak (banjir), perencanaan drainase, dan bangunan air lainnya. Data intensitas hujan (kejadian hujan tunggal) juga dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan perubahan tata guna lahan dalam skala besar terhadap kemungkinan perubahan karakteristik hidrologi. Para pakar geomorfologi memerlukan data intensitas hujan karena proses pembentukan tanah dari bahan induk (batuan) berlangsung pada saat terjadinya hujan dengan intensitas tertentu setiap tahun.



2.2



Durasi Hujan Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan.Intensitas hujan yang tinggi



pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak sangat luas (Klastik, 2006). Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit.



2.3



Intensitas Curah Hujan Empiris Apabila di lapangan tedapat data hujan jam jaman,maka intensitas curah



hujan dihitung menggunakan metode Talbot.



I=



π‘Ž 𝑏+𝑑



Dengan: I :intensitas curah hujan (mm/jam) t :lamanya curah hujan (jam) a dan b : konstanta yang tergantung lamanya curah hujan yang terjadi di daerah aliran.



2.4



Metode Mononobe Seandainya data curah hujan yang ada adalah data curah hujan harian,



maka untuk menghitung intensitas hujan dapat digunakan metode Mononobe sebagai berikut :



Dimana : I = Intensitas curah hujan (mm/jam) T = Lamanya curah hujan (jam) R24 = Curah hujan maks, dalam 24 jam (mm) Analisis IDF memerlukan analisis frekuensi dengan menggunakan seri data yang diperoleh dari rekaman data hujan. Dalam statistik dikenal empat



macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam hidrologi, yaitu distribusi Normal, Log-Normal, Gumbel dan Log Pearson III. Masing-masing distribusi mempunyai sifat yang khas, sehingga data curah hujan harus diuji kecocokannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi tersebut. Pemilihan jenis distribusi yang tidak benar dapat menimbulkan kesalahan perkiraan yang cukup besar, baik over estimated maupun under estimated (Wahyuni, 2012). Kala ulang (return period) diartikan sebagai waktu dimana hujan atau debit dengan satuan besaran tertentu rata-rata akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Dalam hal ini tidak berarti bahwa selama jangka waktu ulang itu (misalnya T tahun) hanya sekali kejadian yang menyamai atau melampaui, tetapi merupakan perkiraan bahwa hujan atau debit tersebut akan disamai atau dilampaui K kali dalam jangka panjang L tahun, dimana K/L kirakira sama dengan 1/T.



2.5



Kurva IDF Kurva yang menunjukkan hubungan antara intensitas hujan dengan



durasi.Intensitas curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi.Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf l dengan satuan mm/jam.Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan dalam perhitungan debit banjir rencana berdasarkan metode rasional.Analisi IDF memerlukan analisis frekuensi dengan menggunakan seri data yang diperoleh dari rekaman data hujan. Untuk mendapatkan kurva IDF langkah-langkah analisis dilakukan sebagai berikut : 1.



Menentukan hujan harian maksimum untuk tiap-tiap tahun data.



2.



Menentukan parameter statistik dari data yang telah diurutkan dari kecil ke besar, yaitu: Mean (x) , Standard Deviation S, Coeffisient of Variation Cv, Coeffisient of Skewness Cs, Coeffisient of kurtosis Ck.



3.



Menentukan jenis distribusi yang sesuai berdasarkan parameter statistik yang ada.



BAB III METODOLOGI



3.1



Alat dan Bahan



3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum kali adalah 1. Kalkulator 2. Alat Tulis 3. Komputer/Laptop



3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah 1. Data curah hujan bulanan. 2. Data curah hujan maksimum.



3.2



Metodologi Langkah-langkah kerja praktikum kali ini sebagai berikut :



1. Membuat tabel Curah Hujan Rencana (mm) dengan menggunakan data curah hujan desain hasil analisis frekuensi menggunakan metode Log Person III, Gumbel,, dan Normal yang diperoleh pada praktikum sebelumnya. 2. Memasukkan nilai XT pada tabel tersebut. 3. Kemudian menghitung Intensitas Curah Hujan menggunakan Metode Mononobe. 4. Membuat kurva IDF untuk masing-masing analisis frekuensi, dengan sumbu x sebagai lama hujan (menit) dan sumbu y sebagai intensitas hujan (mm/jam). 5. Selanjutnya membuat contoh perhitungan dari keempat tabel dan dari ketiga grafik tersebut.



BAB IV HASIL PRAKTIKUM



4.1 4.1.1 Tahun



Tabel Hasil Praktikum Metode Gumbel Rata2 maks



1998



37



1999



20



2000



33



2001



38



2002



35



2003



27



2004



25



2005



24



2006



29



2007



36



2008



32



2009



38



2010



49



2011



27



2012



41



rata stdev/Sx



TR



Ytr



2 5 10 15 20 25 30 50 75 100



0,3665 1,4999 2,2504 2,6738 2,9702 3,1985 3,3843 3,9019 4,3108 4,6001



32,79 7,42



Contoh Perhitungan: π‘Œπ‘‡π‘… βˆ’ π‘Œπ‘› 𝑋𝑇𝑅 = 𝑋̅ + ( ) βˆ™ 𝑆π‘₯ 𝑆𝑛 𝑇𝑅 βˆ’ 1 π‘Œπ‘‡π‘… = βˆ’ ln {βˆ’ ln ( )} 𝑇𝑅 Dimana :𝑋̅ = Rata-rata CH makstahunan(mm) XTR = curahhujandenganperiodeulang TR (mm) TR = periode ulang Sx = standar deviasi Yn = konstanta berdasarkan data = 0,5128 Sn = konstanta berdasarkan data = 1,0206



K=(Ytr Yn)/Sn



XTR -0,14



31,73



0,97



39,97



1,70



45,43



2,12



48,51



2,41



50,67



2,63



52,33



2,81



53,68



3,32



57,44



3,72



60,42



4,00



62,52



2βˆ’1 π‘Œπ‘‡π‘… = βˆ’ ln {βˆ’ ln ( )} = 0,37 2 0,37 βˆ’ 0,5128 𝑋𝑇𝑅 = 32,79 + ( ) βˆ™ 7,42 = 31,73 1,0206 4.1.2 Metode Log Pearson III Tahun



Rata2 maks



Log X



1998



37



1,5702



1999



20



1,3075



2000



33



1,5137



2001



38



1,5802



2002



35



1,5388



2003



27



1,4364



2004



25



1,4027



2005



24



1,3838



2006



29



1,4681



2007



36



1,5578



2008



32



1,5068



2009



38



1,5743



2010



49



1,6884



2011



27



1,4339



2012 RataRata



41



1,6155



32,79



1,51



7,4231



0,0999



0,3



-0,2



Stdev skewness



TR



KTR



2 5 10 15 20 25 30 50 75 100



log XTR



XTR



0,033



1,5085



32,25



0,850



1,5902



38,92



1,258



1,6309



42,75



1,399



1,6450



44,16



1,539



1,6590



45,61



1,680



1,6731



47,11



1,733



1,6784



47,69



1,945



1,6996



50,07



2,062



1,7112



51,43



2,178



1,7229



52,83



ContohPerhitungan: Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ… log 𝑋𝑇𝑅 = log 𝑋 + (𝐾𝑇𝑅 βˆ™ 𝑆log 𝑋 ) Dimana : Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ… log 𝑋 =rata-rata log curah hujan maksimum 𝐾𝑇𝑅 = Faktor frekuensi berdasarkan periode ulang 𝑆log 𝑋 = standar deviasi dari log x log 𝑋𝑇𝑅 = 1,51 + (0,033 βˆ™ βˆ’0,2) log 𝑋𝑇𝑅 = 1,5 XTR = 32,25 4.1.3 Metode Distribusi Normal Tahun



Rata2 maks



1998



37



1999



20



2000



33



2001



38



2002



35



2003



27



2004



25



2005



24



2006



29



2007



36



2008



32



2009



38



2010



49



2011



27



2012



rata stdev



TR



KTR



2 5 10 15 20 25 30 50 75 100



XTR 0,00



32,79



0,84



39,03



1,28



42,29



1,46



43,63



1,64



44,97



1,71



45,49



1,78



46,00



2,05



48,01



2,19



49,05



2,33



50,09



41



32,79 7,42



ContohPerhitungan: 𝑋𝑇𝑅 = 𝑋̅ + 𝐾𝑇𝑅 βˆ™ 𝑆 Dimana :



KTR = Faktor frekuensi 𝑋̅= rata-rata curah hujan maksimum S = standar deviasi



XTR = 32,79 + (0 Γ— 7,42) = 32.79



INTENSITAS HUJAN MONONOBE Metode Gumbel Tabel 3. Tabel Intensitas Hujan Mononobe Metode Gumbel Durasi t (menit)



Peride Ulang 2



5



10



15



20



25



30



50



75



100



5



57,65



72,63



82,55



88,15



92,06



95,08



97,54



104,38



109,78



113,61



10



36,32



45,76



52,00



55,53



58,00



59,90



61,44



65,75



69,16



71,57



15



27,72



34,92



39,69



42,38



44,26



45,71



46,89



50,18



52,78



54,62



20



22,88



28,82



32,76



34,98



36,54



37,73



38,71



41,42



43,57



45,08



45



13,32



16,79



19,08



20,37



21,28



21,98



22,54



24,12



25,37



26,26



60



11,00



13,86



15,75



16,82



17,56



18,14



18,61



19,91



20,94



21,67



120



6,93



8,73



9,92



10,59



11,07



11,43



11,72



12,55



13,19



13,65



180



5,29



6,66



7,57



8,08



8,44



8,72



8,95



9,57



10,07



10,42



360



3,33



4,20



4,77



5,09



5,32



5,49



5,64



6,03



6,34



6,56



720



2,10



2,64



3,00



3,21



3,35



3,46



3,55



3,80



4,00



4,14



Contoh Perhitungan : 2



𝑅24 24 3 𝐼= ( ) 24 𝑑 Dimana :



I = Intensitas hujan (mm/jam) R24 = curah hujan maksimum = XTR t = lamanya curah hujan (jam) = t/60 2 3



𝐼=



31,73 24 ( ) = 57,65 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š 24 (5⁄60)



120.00



2 tahun 5 tahun



100.00



10 tahun 80.00



15 tahun 20 tahun



60.00



25 tahun 40.00



30 tahun 50 tahun



20.00



75 tahun 0.00



100 tahun 0



100



200



300



400



500



600



700



800



Kurva 1. Kurva intensitas hujan mononobe metode Gumbel Metode Log Pearson III Tabel 4. Tabel Intensitas Hujan Mononobe Metode Log Pearson III Durasi t (menit)



Peride Ulang 2



5



10



15



20



25



30



50



75



100



5



58,60



70,72



77,68



80,24



82,87



85,60



86,66



90,99



93,46



96,00



10



36,91



44,55



48,94



50,55



52,21



53,93



54,59



57,32



58,88



60,48



15



28,17



34,00



37,35



38,58



39,84



41,15



41,66



43,74



44,93



46,15



20



23,25



28,07



30,83



31,84



32,89



33,97



34,39



36,11



37,09



38,10



45



13,54



16,34



17,95



18,55



19,15



19,79



20,03



21,03



21,60



22,19



60



11,18



13,49



14,82



15,31



15,81



16,33



16,53



17,36



17,83



18,32



120



7,04



8,50



9,34



9,64



9,96



10,29



10,41



10,94



11,23



11,54



180



5,37



6,49



7,13



7,36



7,60



7,85



7,95



8,35



8,57



8,81



360



3,39



4,09



4,49



4,64



4,79



4,95



5,01



5,26



5,40



5,55



720



2,13



2,57



2,83



2,92



3,02



3,12



3,15



3,31



3,40



3,49



ContohPerhitungan : 2



𝑅24 24 3 𝐼= ( ) 24 𝑑 2 3



𝐼=



31,48 24 ( ) = 58,60 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š 24 (5⁄60)



120.00 2 tahun 100.00



5 tahun



80.00



10 tahun 15 tahun



60.00



20 tahun 25 tahun



40.00



30 tahun



20.00



50 tahun



0.00



75 tahun 0



100



200



300



400



500



600



700



800



Kurva 2. Kurva intensitas hujan mononobe metode log pearson III Metode Distribusi Normal Tabel 5. Tabel Intensitas Hujan Mononobe Metode Distribusi Normal Durasi t (menit)



Peride Ulang 10



15



20



25



30



50



75



100



5



59,59



2



70,92



5



76,85



79,28



81,71



82,65



83,60



87,24



89,13



91,02



10



37,54



44,68



48,41



49,94



51,47



52,07



52,66



54,96



56,15



57,34



15



28,65



34,09



36,95



38,11



39,28



39,74



40,19



41,94



42,85



43,76



20



23,65



28,14



30,50



31,46



32,43



32,80



33,18



34,62



35,37



36,12



45



13,77



16,39



17,76



18,32



18,88



19,10



19,32



20,16



20,60



21,04



60



11,37



13,53



14,66



15,13



15,59



15,77



15,95



16,64



17,00



17,36



120



7,16



8,52



9,24



9,53



9,82



9,93



10,05



10,48



10,71



10,94



180



5,47



6,50



7,05



7,27



7,49



7,58



7,67



8,00



8,17



8,35



360



3,44



4,10



4,44



4,58



4,72



4,78



4,83



5,04



5,15



5,26



720



2,17



2,58



2,80



2,89



2,97



3,01



3,04



3,18



3,24



3,31



ContohPerhitungan : 2



𝑅24 24 3 𝐼= ( ) 24 𝑑 2 3



𝐼=



33 24 ( ) = 59,59 π‘šπ‘š/π‘—π‘Žπ‘š 24 (5⁄ ) 60



100.00



2 tahun



90.00



5 tahun



80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0



100



200



300



400



500



600



700



Kurva 3. Kurva intensitas hujan mononobe metode distribusi normal



800



10 tahun 15 tahun 20 tahun 25 tahun 30 tahun 50 tahun 75 tahun 100 tahun



Agnes Paramitha K 240110170006 BAB V PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai analisi curah hujan desain menggunakan data dari tahun 1998 – tahun 2012. Data tersebut pada praktikum sebelumnya sudah dihitung rata-rata setiap bulan curah hujannya sehingga pada praktikum ini praktikan langsung mencari rata-rata, standar deviasi dan juga periode ulang sampai 100 tahun. Menghitung curah hujan harian maksimum dapat menggunakan tiga metode, yaitu yang pertama metode gumbel, hasil rata-rata dari rata-rata maksimum adalah 32,79 dan standar deviasi adalah 7,42. Perhitungan curah hujan untuk periode ulang didapatkan dari nila XTR atau curah hujan dalam kurun waktu 100 tahun adalah 31,73; 39,97; 45,43; 48,51; 50,67; 52,33; 53,68; 57,44; 60,42 dan 62,52. Pencarian curah hujan untuk periode ulang tertentu menggunakan metode gumbel yaitu menggunakan data yang sudah ada yaitu curah hujan ratarata, konstanta berdasarkan jumlah data yang dianalisis, standar deviasinya, dan waktu periode ulang. Metode yang kedua adalah distribusi normal, hasil rata-rata dari rata-rata maksimum dan standar deviasi yang didapatkan juga sama. Perhitungan curah hujan dengan periode ulang (XT) menggunakan nilai rata-rata maksimum, simpangan baku atau sama dengan standar deviasi, dan factor frekuensi dimana nilainya untuk berbagai periode ulang yang sudah tersedia dalam tabel nilai variabel reduksi gauss. Pada tabel nilai variabel reduksi gauss terdapat nilai peluang dan factor frekuensi berdasarkan periode ulang. Jadi, untuk mencari perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang tahunan haruslah menggunakan tabel variabel reduksi gauss. Metode yang ketiga adalah metode log person III. Hasil yang di dapatkan menggunakan metode untuk nilai rata-rata dan standar deviasi adalah sama. Namun, dalam metode ini diperlukan data skewness, nilai skewness rata-rata maksimum adalah 0,3 dan nilai skewness Log x atau nilai logaritma rata-rata maksimum adalah -0,2. Koefisien-koefisien yang digunakan untuk metode ini adalah curah hujan rata-rata, periode ulang, koefisien kemiringan, digunakan untuk mencari besarnya harga factor frekuensi berdasarkan periode ulang, standar



deviasi, dan jumlah data yang ditinjau. Untuk mendapatkan nilai K diperoleh daritabel periode ulang dan presentase peluang terlampaui. Berdasarkan ketiga metode diatas untuk analisi frekuensi terhadap curah hujan harian mendapatkan hasil yang sama, tetapi langkah-langkah dan pengunaan data-datanya berbeda. Tujuan dari melakukan analisis ini sendiri adalah untuk mendapatkan curah hujan rencana untuk keperluan desain. Analisis frekuensi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk memprediksikan suatu besaran curah hujan dimasa yang akan dating dengan menggunakan data curah hujan dimasa yang akan datang dengan menggunakan data curah hujan dimasa yang lalu berdasarkan suatu pemakaian distribusi frekuensi. Dalam setiap metode yang telah digunakan, curah hujan maksimum selalu digunakan karena diperlukan untuk mengetahui seberapa tinggi atau seberapa lebatkah kejadian hujan yang terjadi di wilayah yang sedang di teliti, sehingga dapat diketahui berapa seharusnya kapasitas tamping yang ideal bagi suatu drainase, sehingga nantinya tidak terjadi luapan di wilayah tersebut. Curah hujan maksimum sendiri dapat diartikan sebagai curah hujan tertinggi yang terjadi dan biasanya diambil curah hujan tertinggi dalam satu bulan. Dalam perencanaan suatu saluran drainase curah hujan maksimum yang digunakan adalah curah hujan maksimum ketika terjadi bulan basah. Hasil akhir masing-masing analisis frekuensi dibutuhkan kurva IDF untuk menunjukkan seberapa besar intensitas hujan dalam suatu kurun waktu dimana air terseebut terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan untuk perhitunga debit banjir. Praktikum dapat bermanfat untuk perkiraan banjir yang bisa terjadi dan dicegah dari hasil yang didapatkan.



Wita Muliyawati 240110170009 BAB V PEMBAHASAN Praktikum kali ini dilakukan analisis karakteristik curah hujan yang berkaitan dengan durasi dan frekuensi, hubungan antara frekuensi dan durasi dapat disajikan ke dalam suatu kurva yang disebut dengan kurva IDF atau Intensity-Duration-Frequency. Kurva tersebut dapat digunakan untuk menghitung banjir rencana dengan menggunakan metode rasional. Karakteristik hujan di antaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman dan frekuensi. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi. Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Kedalaman adalah tinggi curah hujan sedangkan frekuensi adalah banyaknya periode ulang. Untuk melakukan perhitungan tersebut dibutuhkan data presipitasi, presipitasi ini merupakan komponen penting dalam hidrologi. Komponen yang dibutuhkan adalah intensitas curah hujan dan frekuensi. Untuk menghitung frekuensi digunakan metode Mononobe atau XTR. Dalam perhitungan intensitas tersebut dilakukan dengan



Metode Gumbel, Log Pearson III, dan Distribusi



Normal yang telah dilakukan pada praktikum sebelumnya yang menghasilkan nilai intensitas yang berbeda dari setiap metode. Adapun data yang diketahui pada praktikum kali inia dalah data curah hujan tahun 1998-2012. Pada data ini diketahui ada bulan basah dan ada juga bulan kering, yang dimaksud bulan kering adalah pada periode waktu tersebut jumlah curah hujan sedikit dengan nilai curah hujan kurang dari 100 milimiter, sedangkan jika terjadi bulan basah hal itu berarti bahwa periode tersebut dominan terjadi hujan dengan nilai curah hujan lebih dari 100 milimiter. Apabila dilihat dari data, jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan 573 milimiter bulan januari pada tahun 2010, sedangkan curah hujan terendah ada pada bulan mei sampai oktober pada tahun 2008 dengan nilai 0 yang menunjukka bahwa diwilayah tersebut tidak terjadi hujan atau bulan kering. Rata-rata curah hujan maksimum dari tahun 19982012 adalah 32.47 milimiter dengan standard deviasi sebesar 7.661281753. Pada Metode Gumbel tepatnya, hasil yang didapatkan yaitu pada periode ulang dengan durasi kelipatan 5, periode ulang merupakan waktu hipotetik dimana



hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui, tidak berarti berulang secara teratur setiap periode tersebut. Berdasarkan Metode Gumbel didapat data dari waktu 5, 10, 15, 20, 45, 60, 120, 180, 360, dan 720 menit dengan periode ulang 2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 50, 75, 100. Dapat diketahui bahwa pada waktu 5 menit, semakin besar periode ulangnya maka hasil yang didapat juga akan semakin besar. Pada waktu 720 menit didapat bahwa nilai data semakin kecil, namun data tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya periode ulang. Pada metode ini, data terbesar ada pada waktu 5 menit dengan periode ulang 100 sebesar 114.75, sedangkan data terkecil ada pada waktu 720 menit dengan periode ulang 2 sebesar 2.07. sehingga dapat diketahui bahwa semakin lama durasinya maka periode ulangnya akan semakin kecil, artinya waktu berbanding terbalik dengan periode ulang. Sedangkan untuk Metode Log Pearson, hal pertama yang harus dilakuka nadalah meng-log kan nilaidari rata-rata maksimal yang diketahui, karena data rata-rata maksimal diambil dari data sebelumnya, otomatis nilai log x yang tertinggi pun akan berada pada tahun 2010. Dengan nilai rata-rata log x nya adalah 1,6812, dan standard deviasinya adalah 0,1046, yang membedakan dengan cara sebelumnya adalah bahwa, akan diketahui skew pada metode log person ini, nilai dari skewness adalah -0,2. Skewness ini merupakan derajat kemiringan suatu bentuk kurva, apabila hasilnya negative maka kurva memiliki suatu distribusi yang melenceng ke kiri, tetapi apabila nilainya positif maka ekor dari suatu kurva melenceng ke kanan. Sama halnnya dengan perhitungan dengan menggunakan data Metode Gumbel nilai-nilai masksimal dan segala macamnya di cari dan diketahui terlebih dahulu. Pada metode ini juga didapat bahwa semakin lama durasinya maka nilai periode ulang akan semakin kecil atau menurun(waktu berbanding terbalik terhadap periode ulang). Nilai data teresar ada pada waktu 5 menit dengan periode ulang 100 sebesar 97.07 dan nilai terkecilnya sebsar 2.11 pada durasi 720 menit periode ulang 2. Nilai skewness pada metode ini berbanding lurus dengan periode ulang, dengan kata lain semakin besar periode ulang maka nilai skewnesspun akan semakin besar. Untuk metode distribusi normal, didapat hasil terbesar pada durasi 5 menit dengan periode ulang 100 yaitu sebesar 91.43, nilai terkecil ada pada durasi 720



menit dengan periode ulang 2 yaitu sebesar 2.15. Nilai dari metode normal dengan metode log person III tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, keduanya menghasilkan nilai terbesar dengan kisaran angka 90, sedangkan pada metode Gumbel nilai tertingginya berkisar pada angka 100. Pada grafik Intensity-Duration-Frequency untuk Metode Gumbel, didapat intensitas hujan teringgi yaitu data terbesar ada pada durasi 5 menit dengan periode ulang 100 sebesar 114.75 mm/jam, sedangkan data intensitas terendah ada pada durasi 720 menit dengan periode ulang 2 sebesar 2.07. Metode Log Pearson III ). nilai intensitas data curah hujan tertinggi ada pada durasi waktu 5 menit dengan periode ulang 100 sebesar 97.07 mm/jam dan nilai terkecilnya sebsar 2.11 mm/jam pada durasi 720 menit periode ulang 2. Untuk metode distribusi normal, didapat intensitas hujan pada durasi 5 menit dengan periode ulang 100 yaitu sebesar 91.43 mm/jam, nilai terkecil ada pada durasi 720 menit dengan periode ulang 2 yaitu sebesar 2.15 mm/jam. Ketiga grafik dari msing-masing metode menunjukkan gambaran yag sama yaitu grafiknya turun seiring dengan bertambahnya durasi hujan. Meski nlilai intensitas hujan dari setiap metode berbeda, namun ketiganya menghasilkan grafik yang yaitu menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa intensitas hujan berbanding terbalik dengan durasi, dengan kata lain bahwa semakin lama durasinya, maka intensias hujan akan semakin mengecil atau menurun. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak sangat luas, hujan yang meliputi daerah luas jarang terjadi intensitas tinggi tetapi dapat berlangsung dengan durasi yang cukup lama. Hasil perhitungan praktikan dengan data yang sudah ada menunjukan hasil yang berbeda, hal tersebut dapat disebabkan oleh praktikan melakukan kesalahan dalam perhitungan, dan pembulatan angka sehingga hasilnya menunjukkan angka yang berbeda dengan data yang sudah ada. Namun, dalam hal pembuatan kurva IDF atau Intensity Duration Frequency menunjukkan kesesuaian bentuk, walaupun nilainya intensitasnya berbeda.



Adelya Triana Ely 240110170012 BAB V PEMBAHASAN Praktikum ini membahas mengenai Kurva Intensity - Duration - Frequency. Pada praktikum sebelumnya telah dibahas mengenai analisis curah hujan desain yang dimana curah hujan desain harus dibedakan pengertiannya dengan hujan terbesar. Untuk hujan terbesar (absolute maksimum) adalah hujan yang akan terjadi kapan saja. Hujan jenis ini adalah hujan terbesar dan tidak akan ada hujan yang lebih besar dari hujan jenis ini. Pada hujan rencana tidaklah sebesar hujan absolute maksimum. Hujan rencana adalah hujan yang diharapkan akan terjadi pada jangka waktu tertentu, artinya pada suatu jangka waktu tersebut hujan ini akan terjadi lagi. Untuk mendapatkan curah hujan rencana untuk keperluan desain, dapat dilakukan dengan cara analisis frekuensi terhadap data curah hujan harian maksimum. Hasil dari analisis frekuensi ini adalah curah hujan dengan beberapa periode ulang sesuai dengan kebutuhan desain. Frekuensi hujan adalah besaran kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, untuk periode ulang adalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau di lampaui. Dalam membuat kurva Intensity Duration Frequency (IDF) praktikan menghitung intensitas hujan menggunakan 2 metode yaitu, metode Talbot dan metode Mononobe. Dimana metode Talbot digunakan apabila dilapangan terdapat data hujan jam-jaman maka intensitas hujan dihitung dengan menggunakan metode ini. Lalu, metode Mononobe digunakan apabila data curah hujan yang ada adalah data curah hujan hariam maka untuk menghitung intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan metode ini. Sebelum membuat kurva Intensity Duration Frequency (IDF) praktikan melakukan analisis frekuensi dengan menggunakan data dari praktikum minggu lalu yaitu tentang analisis curah hujan desain. Data yang didapat oleh praktikan dengan 3 macam distribusi frekuensi yaitu menggunakan metode Log Pearson III, Gumbel, dan Distribusi Normal. Pada Metode Gumbel, Metode Log Person III dan Metode Distribusi Normal dapat dilihat pada modul praktikum halaman 18, halaman 19 dan halaman 20. untuk menghitung curah hujan periode ulang (XTR) 2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 50,



75 dan 100 digunakan persamaan yang terdapat pada modul praktikum dihalaman 18. Dalam menghitung curah hujan dengan periode ulang (XTR), yang harus dilakukan adalah mencari nilai rata - rata curah hujan maksimumnya (𝑋̅), kemudian cari nilai YTR, kemudian cari nilai standar deviasi dari data (Sx), menggunakan Microsoft Excel dengan memasukan formula (=STDEV (data ratarata curah hujan maksimum)). Lalu mencari nilai Yn dan Sn, maka didapat nilai curah hujan untuk periode ulang (XTR). Untuk menghitung curah hujan dengan periode ulang (XTR) menggunakan Metode Log Person III, yang harus dilakukan adalah mencari terlebih dahulu nilai Log X pada data curah hujan maksimum di tiap tahunnya lalu mencari SLogx yaitu nilai standar deviasi dari Log X, menggunakan Microsoft Excel, dengan memasukan formula (=STDEV (data curah hujan maksimum Log X)). Kemudian mencari Cs yaitu nilai koefisien kemiringan yang nantinya digunakan untuk mencari besarnya harga KTR. Untuk menghitung curah hujan dengan periode ulang (XTR) dengan Metode Distribusi Normal, yang harus dilakukan adalah mencari terlebih dahulu



nilai



curah hujan rata-rata



maksimumnya (𝑋̅). Lalu cari nilai S. Nilai S adalah simpangan baku (standar deviasi) pada data curah hujan maksimum, yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel dengan formula (=STDEV (data rata-rata curah hujan maksimum)). Setelah itu, mencari nilai KT.Kurva Intensity - Duration – Frequency (IDF) dapat digunakan untuk menghitung banjir secara rencana dengan menggunakan metode rasional. Dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran dilihat dari Intensitas hujan (I), lama waktu hujan (t), kedalaman hujan (d), frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh hujan (A). Intensitas curah hujan sangat diperlukan dalam perhitungan debit banjir rencana berdasar metode rasional. Hujan yang meliputi daerah yang cukup luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang.Dapat dilihat pada grafik di hasil praktikum, untuk grafik dengan kurva Intensity - Duration – Frequency (IDF) dengan menggunakan data curah hujan desain hasil dengan analisis frekuensi menggunakan metode Log Person III, metode Gumbel dan Normal untuk curah hujan periode ulang tahun ke- 2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 50, 75 dan 100.



Setelah intensitas hujan didapat, dibuatlah kurva IDF untuk masingmasing analisis frekuensi. Analisis hubungan dua luas daerah tangkapan parameter hujan yang penting berupa intensitas dan durasi dapat dihubungkan secara statistik dengan suatu frekuensi kejadian. Kurva tersebut adalah hubungan antara lama hujan (sumbu x) dengan intensitas hujan (sumbu y). Pada hasil praktikum terdapat 3 kurva IDF (log pearson III, gumbel, dan normal). Ketiga kurva mempunyai bentuk yang sama yaitu dari tinggi ke rendah. Grafik tersebut juga membuktikan bahwa semakin pendek durasi waktu maka semakin tinggi intensitas curah hujannya. Hal ini terlihat dengan jelas pada grafik yang terbentuk antara intensitas curah hujan dengan lamanya hujan atau durasi. Sehingga kurva yang terbentuk sudah benar sesuai dengan teori mengenai intensitas curah hujan.



Andika Dwiputra 240110170023 BAB V PEMBAHASAN Pembuatan kurva IDF ini dapat digunakan untuk perhitugan debit banjir rencana dengan metode rasional untuk perancanan bangunan. Kurva ini dibuat berdasarkan data analisis curah hujan yang didapatkan dari analisis curah secara tidak langsung terhadap curah hujan maksimum. Cara ini dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Person III serta Metode Distribusi Normal. Ketiga metode tersebut didapat dari data rata-rata curah hujan maksimal tahunan mulai dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012. Intensitas curah hujan rencana didapatkan menggunakan metode Mononobe. Analisis curah hujan rencana dengan metode Mononobe mengasilkan analisis curah hujan mm/jam. Pada praktikum sebelumnya diperoleh data curah hujan dalam satuan mm/detik sedangkan dalam pembuatan kurva IDF satuan yang diperlukan adalah mm/jam maka data curah hujan dikonversikan terlebih dahulu kedalam mm/jam. Selain menggunakan metode monobe, untuk menghitung intensitas curah hujan dapat digunakan dengan rumus Talbot, Sherman, dan Ishigura. Kurva IDF (Intensity Duration Frequency) mengambarkan hubungan intensitas hujan dalam periode ulang 2 tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 15 tahunan,20 tahunan, 25 tahunan ,30 tahunan,50 tahunan,75 tahunan,dan 100 tahunan dengan durasi terjadinya hujan. Gambar kurva di hasil menggambarkan kurva IDF yang menunjukan bahwa hujan dengan intensitas yang tinggi terjadi pada durasi yang pendek, sedangkan hujan dengan intensitas yang rendah terjadi pada durasi yang panjang.Apabila dilihat dari periode ulangnya, intensitas hujan memiliki perubahan nilai yang cepat terhadap bertambahnya lama durasi hujan, artinya selisih antara intensitas hujan pada durasi 1 jam dan 24 jam memiliki nilai yang jauh berbeda. Kurva IDF dapat memprediksikan semakin tinggi curah hujan dan durasinya maka kemungkinan akan terjadi banjir semakin besar. Dengan memprediksi banjir yang akan terjadi ditahun mendatang, dengan begitu akan dapat dilakukan antisipasi terhadap banjir.



Eldin Azhar 240110170027 BAB V PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas tentang evapotranspirasi khususnya mengenai analisis evapotranspirasi dengan model evapotranspirasi. Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh-pengaruh faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Dengan kata lain, besarnyaevapotransprasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi).Model perhitungan yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode Blaney-Cridlle, metode Thorthwaite, serta metode Penman – Monteith. Pada metode Blaney Criddle, menggunakan LPM, RH, U2, suhu, persentase harian rata-rata dari garis lintang serta sebuah nilai faktor koreksi. Faktor koreksi adalah fungsi dari kelembaban relativ minimum, lama penyinaran, serta kecepatan angin.Pada metode Thorthwaite dihitung dengan memanfaatkan nilai suhu udara sebagai index ketersediaan energi panas. Dimana perhitungan dengan metode ini menggunakan suhu rataan bulanan dan perhitungan panas tahunan. Perhitungan dengan kedua metode tersebut menghasilkan nilai Eto yang berbeda cukup signifikan. Dimana dengan menggunakan metode Blaney-Cridlle, untuk bulan januari terhitung 4,66, februari 4,94, maret 4,94, april 4,77, mei 4,81, juni 4,77, juli 4,58, agustus 4,77, september 4,89, oktober 5,07, november 5,07, desember 5,02. Dan untuk metode Thorthwaite dengan menghitung besar suhu rata-rata bulanan kemudian mengperhitungkan nilai I sebesar 120,36 dan a sebesar 2,70 maka dapat diketahui nilai Eto untuk bulan januari terhitung 2,97, februari 3,29, maret 2,97, april 3,07, mei 3,34, juni 3,07, juli 2,64, agustus 2,97, september 3,45, oktober 3,34, november 3,45, desember 3,97. Dari nilai yang didapat ini, dapat dikatakan nilai dari metode Thorthwate memiliki nilai yang lebih kecil. Pada praktikum, digunakan juga sebuah aplikasi bernama cropwat, aplikasi ini dikerjakan dengan metode Penman-Monteith sehingga dapat dikatakan memiliki ketelitian yang paling baik. Pada perhitungan dengan metode BlaneyCridlle dihitung dengan mempertimbangkan faktor koreksi. Faktor koreksi atau c



besarnya berbeda tergantung persentae lama penynaran, kelembaban relative serta kecepatan angin, dimana semakin besar nilai kecepatan angin dan nilai perentase penyinaran akan menghasilkan nilai c yang meningkat dan sebaliknya untuk parameter dengan kelembaban relatif akan menghasilkan nilai yang menurun saat parameter terebut nilainya meningkat. Perhitungan yang dianggap lebih akurat adalah metode Penman – Monteith karena



telah



memperhitungkan



seluruh



aspek



yang



berpengaruh



pada



evapotranspirasi seperti kurva kemiringan tekanan uap jenuh, flux panas tanah, total radiasi bersih, konstanta psikometrik yang berkaitan dengan panas spesifik, tekanan atmosfer, rasio berat molekular uap air/udara kering, panas laten, kemudian suhu rata-rata harian, kecepatan angin pada ketinggian 2 meter diatas tanah, suhu rata-rata, suhu maksimum serta minimum harian.



Agnes Paramitha K 240110170009 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah: 1. Ada 3 cara untuk analisi curah hujan, yaitu metode Gumbel, meetode distribusi normal, dan metode Log person III. 2. Metode yang paling banyak membutuhkan banyak data atau koefisien adalah metode Log person III. 3. Kurva IDF bertujuan untuk mengetahui seberapa besar identitas hujan dalam suatu kurun waktu. 4. Analisis intensitas hujan dapat digunakan untuk prediksi banjir dan mencegah banjir terjadi,



6.2 Saran Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah 1. Seharusnya memasukkan rumus dengan tepat guna menghindari hasil yang error. 2. Sebaiknya teliti dalam memasukkan data.



Wita Muliyawati 240110170009 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa : 1. Perhitungan intensitas hujan dapat dilakukan dengan Metode Gumbel, Log Pearson III, dan Distribusi normal; 2. Intensitas berhubungan dengan durasi dan frekuensi dapat diekspresikan dengan kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF); 3. Intensitas hujan (I) dapat dihitung dengan menggunakan Metode Mononobe apabila data curah hujan adalah data curah hujan harian; 4. Semakin lama periode ulang (TR), maka semakin besar Intensitas hujan yang dihasilkan; 5. Semakin lama waktu curah hujan, maka semakin kecil Intensitas hujan yang dihasilkan; 6. Kurva dari masing-masing grafik mengalami penurunan walaupun nilai intensitasnya berbeda-beda. 6.2 Saran Agar didapatkan hasil yang akurat, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Sebelum memulai praktikum, praktikan diharapkan untuk memahami terlebih



dahulu



materi-materi



atau



konsep-konsep



dasar



yang



berhubungan dengan presipitasi dan kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF); 2. Praktikan disarankan harus benar-benar teliti dalam menghitung besar Intensitas Hujan dengan menggunakan Metode Mononobe dengan data curah hujan Rencana/Desain hasil analisis frekuensi menggunakan Metode Gumbel, Metode Log Person III dan Metode Distribusi Normal agar didapatkan hasil yang akurat dan didapatkan kurva yang benar.



Adelya Triana Ely 2401101700 BAB VI PENUTUP



6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah: 1. Analisis hujan desain digunakan untuk memperhitungkan besarnya curah hujan dengan periode ulang tertentu yang akan terjadi pada suatu daerah. 2. Analisis frekuensi curah hujan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. 3. Analisis curah hujan menggunakan tiga metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Person III dan Metode Distribusi Normal. 4. Yang digunakan dalam perhitungan curah hujan maksimum adalah data bulan basah, sedangakan data bulan kering tidak digunakan. 5. Dari grafik yang dihasilkan diperoleh bahwa semakin lama periode ulang, maka semakin besar intensitas hujan yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya, semakin lama waktu curah hujan, maka semakin kecil intensitas hujan yang dihasilkan.



6.2 Saran Adapun saran pada praktikum kali ini adalah: 1. Sebelum memulai praktikum, praktikan diharapkan untuk memahami terlebih dahulu materi-materi atau konsep-konsep dasar yang berhubungan dengan presipitasi dan analisis curah hujan desain/rencana. 2. Praktikan disarankan harus benar-benar teliti dalam menghitung nilai curah hujan desain/rencana dengan tiga metode (Metode Gumbel, Metode Log Person III dan Metode Distribusi Normal) agar didapatkan hasil yang akurat



Andika Dwiputra 240110170023 BAB VI PENUTUP 6.1



Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah : 1. Pembuatan kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF Curve) dapat digunakan untuk perhitugan debit banjir rencana dengan metode rasional untuk perancanan bangunan. 2. Kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF Curve) dibuat berdasarkan data analisis curah hujan yang didapatkan dari analisis curah secara tidak langsung terhadap curah hujan maksimum. 3. Intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Person III serta Metode Distribusi Normal. 4. Kurva IDF (Intensity Duration Frequency) mengambarkan hubungan intensitas hujan dalam periode ulang tahunan dengan durasi terjadinya hujan 5. Intensitas curah hujan tinggi hanya berlangsung pendek. Sedangkan jika intensitas curah hujan kecil , maka durasinya akan panjang atau lebih lama jika intensitas curah hujannya besar. 6. Berdasarkan hasil praktikum, semakin tinggi curah hujan dan durasinya maka kemungkinan akan terjadi banjir semakin besar.



6.2



Saran Saran dari praktikum kali ini adalah : 1. Praktikan sebaiknya lebih memperhatikan saat asisten dosen memberikan materi agar tidak tertinggal.



Eldin Azhar 240110170027 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah : 1. Model perhitungan yang digunakan yaitu metode Blaney-Cridlle, metode Thorthwaite, serta metode Penman – Monteith. 2. Evapotransprasi adalah jumlah antara evaporasi, intersepsi, dan transpirasi 3. Perhitungan yang dianggap lebih akurat adalah metode Penman – Monteith. 4. Metode Blaney Criddle, menggunakan LPM, RH, U2, Suhu, persentase harian rata-rata dari garis lintang serta sebuah nilai faktor koreksi. 5. Metode Thorthwaite dihitung dengan memanfaatkan nilai suhu udara sebagai index ketersediaan energi panas. 6.3



Saran 1.Praktikan diharapkan kondusif. 2.Asisten diharapkan tidak terlalu cepat. 3.Cek kembali hasil praktikum.



DAFTAR PUSTAKA Asdak, Chay, 1995. Hidrologi dan Pengelolaam Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Dwiratna, Sophia. 2016. Penuntun Praktikum Hidrologi Teknik. Unpad : Jatinangor Klastik. 2006. Pola Umum Curah Hujan di Indonesia. Terdapat pada: http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-diindonesia/. (Diakses pada tanggal 20 November 2017 pukul 15.35 WIB) Suroso. ANALISIS CURAH HUJAN untuk MEMBUAT KURVA INTENSITYDURATION-FREQUENCY (IDF) di KAWASAN RAWAN BANJIR KABUPATEN BANYUMAS.Universitas Jendral Soedirman Available at sipil-uph.tripod.com/vol3.1.4.pdf (diakses pada 20 November 2018 pukul 15.41 WIB) Wahyuni. 2012. Kurva IDF. http://dienisevidence.edu.co.id/2012/12/ddf-danidf.html (diakses pada tanggal 20 November 2018 pukul 14.58 WIB).