Laporan Praktikum Kimia Bahan Alam-2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Kimia Bahan Alam Pemeriksaan Komponen Senyawa Kimia Pada ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia Fructus) Yang Berasal Dari Desa Sri Tunggal



Disusun Oleh: Kelas



: A



Kelompok



: II



Anggota Kelompok : Abi Alfizar



: 18110002



Adinda Putri Pertiwi



: 18110003



Andri Padil



: 18110007



Cindy Adentia



: 18110015



Dyah Pangestuti



: 18110025



Eni Indria Ningsih



: 18110028



Indhy Famela



: 18110038



Inka Anzalna



: 18110041



Irna Jayanti



: 18110037



Dosen Pengampu : SABDA WAHAB, S.Farm , MH.Kes .



LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KADER BANGSA 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan alam memberi potensi pada masa kini dan masa depan. Alam telah menjadi sumber agen terapi selama ribuan tahun, dan sejumlah besar obat-obatan modern berasal dari sumber alam banyak didasarkan pada penggunaannya dalam pengobatan tradisional. Selama beberapa abad terakhir, sejumlah obat komersil telah dikembangkan dari bahan alam (vincristine dari vinca rosen, morfin dari papaver somniferum, Taxol dari Taxus brevifolia, dll). Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan yang signifikan dari kajian bahan alam sebagai sumber potensial untuk obat-obatan baru, telah diamati oleh para akademisi serta perusahaan farmasi (Ilyas, 2013). Buah pare mampu mengobati batuk, radang tenggorakan, demam, malaria, kencing manis, disentri, dan sariawan. Bunga untuk mengobati gangguan Sedangkan daunnya dapat mengobati cacingan, luka, dan bisul. Daun pare mengandung momordisin, momordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, vitamin A dan C, serta minyak lemak terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat, dan L.oleostearat. Bijinya mengandung



momordisin,



sedangkan



buahnya



mengandung



karantin,



hydroxytryptamine, vitamin A, B, dan C, saponin, flavonoid, alkaloid, dan polifenol, serta glikosida cucurbitacin (Herbie, 2015). Saat ini banyak yang mempromosikan efek dari metabolit sekunder pada sumber alam bagi kesehatan. Antosianin, flavonoid, dan karotenoid yang terkenal sekarang, tapi tidak menutupi kemungkinan banyak metabolit sekunder jenis lain yang akan ditemukan di tahun-tahun mendatang. Tentunya bahan alam akan senantiasa dianggap sebagai salah satu sumber utama obatobatan baru ditahun-tahun mendatang karena menawarkan keragaman struktur yang memiliki banyak potensi (Ilyas, 2013).



B. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Pemeriksaan Komponen Senyawa Kimia Pada ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia Fructus) Yang Berasal Dari Desa Sri Tunggal. C. Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum ini :



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Klasifikasi Tanaman Pare Menurut Dalimartha (2008), Kedudukan taksonomi buah pare adalah sebagai berikut: Kerajaan



: Plantae



Devisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Ordo



: Violales



Famili



: Cucurbitaceae



Genus



: Momordica



Spesie



: Momordica charantia L. [ CITATION Dal08 \t \l 1057 ]



Gambar 1. Buah pare (Momordica charantia L) Sumber : Dokumentasi Pribadi 2. Nama Lain Berikut Ini Beberapa Nama Daerah Tanaman Pare : Paria, Pare, Pare Pahit, Papareh (Jawa), Prieu, Peria, Foria, Pepare, Kambeh, Paria (Sumatera), Paya, Paria, Truwuk, Paita, Paliak, Pariak, Pania, Pepule(Nusa Tenggara), Poya, Pudu, Pentu, Paria Belenggede,Palia (Sulawesi), Papariane, Pariane, Papari, Kakariano, Taparipong, Papariano, Popare, Pepare [ CITATION Wid11 \l 1057 ].



3. Morfologi Pare banyak tumbuh didaerah tropik. Baik tumbuh didataran rendah dan dapat juga tumbuh liar ditanah terlantar, dibudidayakan atau ditanam diperkarangan rumah dengan dirambatkan dipagar, untuk diambil buahnya. Tanaman pare tidak memerlukan banyak sinar matahari. Sehingga dapat tumbuh subur ditempat-tempat yang agak terlindungi dari sinar matahari [ CITATION Dal081 \l 1057 ]



Pare merupakan tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang , berbau tidak enak. Batang berusuk lima, panjang 2-5m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal , bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm. letak berseling bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5cm, lebar 4cm, berbagi menjari 5-7 ,pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua, taju bergigi kasar sampai berlekuk menyirip. Bunga tunggal,berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30cm, rasanya pahit . Warna buah hijau, bila masak menjadi jingga yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, cokelat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras [ CITATION Dal081 \l 1057 ] Ada tiga jenis tanaman pare yaitu pare gajih,pare kodok dan pare hutan. Pare gajih berdaging tebal,berwarna hijau muda atau keputihan, bentuk besar dan panjang, rasa tidak begitu pahit, buah pare kodok bulat pendek, dan rasa pahit. Pare hutan merupakan pare yang tumbuh liar, buah kecil-kecil, dan berasa pahit. Untuk memperoleh buah yang panjang dan lurus, pada ujung buah yang masih kecil biasanya digantungkan batu. Daun pare yang tumbuh liar dinamakan dengan daun tundung. Daun ini lebih berkhasiat jika digunakan untuk pengobatan. Daun dan buah yang masih muda dimakan sebagai lalap mentah atau dikukus dahulu, dimasak sebagai sayuran, ditumis, dibuat sambal goring, dan gado-gado. Tanaman ini juga dapat digunakan untuk membunuh serangga.Perbanyakan dengan biji [ CITATION Dal081 \t \l 1057 ].



4. Kandungan Kimia



Daun mengandung momordicine, momordin, charantin, asam trikosanic, resin, asam resinat, saponin, vitamin a dan c, serta minyak lemak terdiri



atas



asam



oleat,



asam



linoleat,



asam



stearate,



dan



L.



oleostrearat[ CITATION Dal081 \t \l 1057 ]. Kandungan senyawa fitikomia yang terdapat di dalam buah pare antara lain flavonoid, alkaloid (momordicin), steroid, saponin, tannin, minyak atsiri, glikosida (momordin dan charantin), polifenol, protein dan lipid yang dapat berfungsi sebagai insektisida alami [ CITATION Kum10 \l 1057 ].



5. Khasiat dan manfaat Buah pare mampu mengobati batuk, radang tenggorakan, demam, malaria, kencing manis, disentri, dan sariawan. Bunga untuk mengobati gangguan Sedangkan daunnya dapat mengobati cacingan, luka, dan bisul. Daun pare mengandung momordisin, momordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, vitamin A dan C, serta minyak lemak terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat, dan L.oleostearat. Bijinya mengandung momordisin, sedangkan buahnya mengandung karantin, hydroxytryptamine, vitamin A, B, dan C, saponin, flavonoid, alkaloid, dan polifenol, serta glikosida cucurbitacin[ CITATION Her15 \l 1057 ]. Kadar betakaroten pada buah pare dua kali lipat lebih banyak dibanding brokoli. Betakaroten pada pare sangat bagus untuk membasmi sel kanker, menghambat serangan jantung, dan mengatasi infeksi karena virus. Kadar kalsium di dalam pare juga cukup tinggi, karena itu mampu menaikkan produksi sel-sel beta di dalam pankreas untuk menghasilkan insulin, yang dalam jumlah yang cukup dapat mencegah naiknya kadar glukosa [ CITATION Pra13 \l 1057 ]. Senyawa fitokimia lutein dan likopen di dalam buah pare berkasiat sebagai anti kanker, antivirus, perangsang produksi insulin, penyeimbang tekanan darah dan kadar gula darah, perangsang nafsu makan, dan pembasmi cacing usus [ CITATION Sul13 \l 1057 ]. Kandungan vitamin C, kalium dan karoten dalam pare sangat baik untuk membantu mengatasi



masalah pencernaan, merespon indera pengecapan sehingga sel saluran pernapasan ikut aktif dan menyebabkan saluran pernapasan menjadi luas dan masuknya aliran udara yang kuat. Vitamin C juga dapat membantu memelihara kecantikan kulit, yakni mencegah kerusakan kulit yang diakibatkan oleh ultraviolet [ CITATION Akb15 \l 1057 ]. Senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol (antioksidan kuat), serta glikosida cucurbitacin,



momordicin,



dan



karantin



dapat



digunakan



untuk



menurunkan kadar gula darah[ CITATION Her15 \l 1057 ]. Senyawa saponin, flavonoid, dan alkaloid dapat bekerja sebagai antimikroba.



Diabsorpsinya



saponin



pada



permukaan



sel



akan



mengakibatkan kerusakan sel dengan naiknya permeabilitas, sehingga bahan-bahan esensial yang dibutuhkan bakteri untuk kehidupannya hilang dan dapat menyebabkan kematian sel bakteri. Flavonoid merupakan turunan fenol yang dapat menyebabkan denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri dimana senyawa flavonoid dalam merusak sel bakteri memanfaatkan perbedaan kepolaran antara lipid penyusun sel bakteri dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid, dilakukan dengan merusak dinding sel bakteri yang terdiri atas lipid dan asam amino akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid sehingga dinding akan rusak dan segera mengalami penguraian yang di ikuti penetrasi fenol ke dalam sel bakteri dan menyebabkan koagulasi protein sehingga membran sel bakteri mengalami lisis. Sedangkan senyawa alkaloid dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Kemampuan senyawa alkaloid sebagai antimikroba sangat dipengaruhi oleh keaktifan biologis senyawa tersebut. Senyawa alkaloid memanfaatkan sifat reaktif gugus basa pada senyawa alkaloid, adanya gugus basa pada alkaloid apabila mengalami kontak dengan bakteri akan bereaksi dengan senyawa-senyawa asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan juga DNA bakteri yang merupakan penyusun utama inti sel yang merupakan pusat pengaturan segala kegiatan sel. Dengan demikian bakteri akan menjadi inaktif dan hancur [ CITATION Muk12 \l 1057 ]. Khasiat/Manfaat pare :



a. Demam dan Heat Stroke, bisul, abses Buah pare segar dibelah rebus dengan 3 gelas air, hingga tinggal 1 gelas air, disaring dan diminum. b. Diabetes, Disentri, Diare 200 gr buah pare di iris tipis-tipis, rebus dengan 3 gelas air, hingga 2 gelas air, disaring dan diminum. c. Sariawan 60 gr buah pare diparut, lalu perasa airnya. Tambahkan sedikit gula lalu diminum. [ CITATION Dal081 \t \l 1057 ]. B. URAIAN SIMPLISIA 1. Simplisia Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 derajat C[ CITATION BPOM \l 1057 ]. istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk [ CITATION Gun10 \l 1057 ]. Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral [ CITATION Mel14 \l 1057 ].



a. Jenis simplisia 1) Simplisia nabati Simplisa nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman [ CITATION Nur08 \l 1057 ].Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang



secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya[ CITATION Mel14 \l 1057 ]. 2) Simplisia hewani



Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zatzat berguna yang dihasilkan oleh hewan[ CITATION Mei09 \l 1057 ] dan belum berupa zat kimia murni[ CITATION Nur08 \l 1057 ]. Contohnya adalah minyak ikan dan madu[ CITATION Gun10 \l 1057 ] 3) Simplisia mineral Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau yang telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni [ CITATION Mei09 \l 1057 ]. Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga [ CITATION Gun10 \l 1057 ].



b.



Bentuk simplisia 1)



Simplisia Utuh Simplisia Utuh adalah simplisia dari bahan alamiah, hewani atau mineral yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga. Misalkan Biji kedawung, Cacing kering, Belerang endap.



2) Simplisia Rajangan Simplisia Rajangan adalah simplisia yang mengalami proses pemotongan atau perajangan sehingga menjadi bentuk yang lebih kecil. Misalkan rajangan simplisia jahe, serutan kayu secang. 3)



Simpliasi Serbuk Simplisia Serbuk



adalah simplisia yang telah mengalami



proses penghalusan menjadi serbuk. Misalkan tepug beras, serbuk jati belanda. 4)



Simplisia Ekstrak Simplisia Ekstrak adalah simplisia yang mengalami proses extraksi sehingga didapatkan sediaan berupa extrak cair atau padat. Misalkan ekstrak beladona.



5) Simplisia Cair Simplisia Cair adalah simplisia berupa cairan murni atau hasil pemurnian yang biasanya di lakukan melalu proses penyulingan. Misalkan minyak jeruk .



C. URAIAN METODE EKSTRAKSI 1.



Pengertian Ekstraksi adalah suatu proses pemindahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat-cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstrak dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi [ CITATION Pan05 \l 1057 ]. Ekstraksi tergantung dari beberapa faktor antara lain yaitu : a) Ukuran partikel b) Jenis zat pelarut c) Suhu d) Pengadukan Ekstraksi termasuk proses pemisahan melalui dasar operasi difusi. Secara difusi, proses pemisahan terjadi karena adanya perpindahan solute, searah dari fasa diluen ke fasa solven, sebagai akibat adanya beda potensial diantara dua fasa yang saling kotak sedemikian, hingga pada suatu saat, sistem berada dalam keseimbangan.



2. Jenis Ekstraksi a. Ekstraksi secara dingin Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa- senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat thermostabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1) Metode maserasi Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam bahan dalam pelarut selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.



Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut : a) Modifikasi maserasi melingkar b) Modifikasi maserasi digesti c) Modifikasi maserasi melingkar bertingkat d) Modifikasi remaserasi e) Modifikasi dengan mesin pengaduk [ CITATION Soe09 \l 1057 ] 2)



Metode Soxhletasi Soxhletasi



merupakan



penyarian



bahan



secara



berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon . Keuntungan metode ini adalah: a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. b) Digunakan pelarut yang lebih sedikit. c) Pemanasannya dapat diatur. b. Ekstraksi secara panas Metode ekstraksi secara panas bertujuan digunakan apabila senyawa- senyawa yang terkandung dalam simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas diantaranya: 1) Seduhan Merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit). 2) Coque (penggodokan) Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok



simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan sebagai obat. 3) Infusa Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati dengan air panas pada suhu 90 oC selama 15 menit. 4) Digestasi Digesti adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada suhu 30-40oC. 5) Dekokta Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa, perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit. 6) Refluks Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor).Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna 7) Soxhletasi Merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat khusus berupa ekstraktor soxhlet. Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.



D. URAIAN EKSTRAK 1.



Pengertian Ekstrak



Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan [ CITATION Ano951 \l 1057 ].



Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung [ CITATION Ano79 \l 1057 ]. 2.



Jenis - jenis ekstrak a. Ekstrak Kering (Siccum) Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk serbuk yang didapatkan dari penguapan oleh pelarut yang digunakan untuk ekstraksi. substansi ekstrak kering yaitu eksipien (bahan pengisi),stabilizers (penstabil), dan preservative (bahan pengawet). Ekstrak kering (Extracta sicca) dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1) Ekstrak kering, yang dibuat dengan suatu cairan etanol dan karena tidak larut sepenuhnya dalam air. Contohnya adalah Ekstraktum Granati, Ekstraktum Rhei. 2) Ekstrak kering yang dibuat dengan air. Contohnya antara lain Ekstraktum Aloes, Ekstraktum Opii, Ekstraktum Ratanhiae. (Van Duin, 1947) b. Ekstrak Kental (Spissum) Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang memiliki tingkat kekentalan di antara ekstrak kering dan ekstrak cair.Ekstrak kental didapatkan dari penguapan sebagian dari pelarut, air, alkohol, atau campuran hidroalkohol yang digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi. Ekstrak semisolid mengandung antimicrobial atau bahan pengawet lainnya yang sesuai. Ekstrak lainnya dapat digolongkan dengan jelas dalam dua golongan:



1) Ekstrak kental yang dibuat dengan etanol 70% dan dimurnikan dengan air, contoh: Ekstrak Belladonnae, Extractum Visci albi, Extractum Hyoscyami. 2) Ekstrak kental yang dibuat dengan air, contoh: Extractum liquiritae, Extractum Gentianae, Extractum Taraxaci.



(Van



Duin, 1947) c. Ekstrak cair (Liquidum) Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masingmasing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Contoh ekstrak cair adalah Extractum Chinae liquidum, Extractum Hepatis liquidum (Van Duin, 1947). E. URAIAN Kromatografi Lapis Tipis 1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong "kromatografi planar." KLT adalah yang metode kromatografi paling sederhana yang banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana tertutup (chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi metode dan menggunakan instrumen komersial yang tersedia, pemisahan yang efisien dan kuantifikasi yang akurat dapat dicapai. Kromatografi planar juga dapat digunakan untuk pemisahan skala preparatif yaitu dengan menggunakan lempeng, peralatan, dan teknik khusus[ CITATION Wul11 \l 1057 ]. Pelaksanaan analisis dengan KLT diawali dengan menotolkan alikuot kecil sampel pada salah satu ujung fase diam (lempeng KLT), untuk membentuk zona awal. Kemudian sampel 2 dikeringkan. Ujung fase diam yang terdapat zona awal dicelupkan ke dalam fase gerak (pelarut



tunggal ataupun campuran dua sampai empat pelarut murni) di dalam chamber. Jika fase diam dan fase gerak dipilih dengan benar, campuran komponen-komponen sampel bermigrasi dengan kecepatan yang berbeda selama pergerakan fase gerak melalui fase diam. Hal ini disebut dengan pengembangan kromatogram. Ketika fase gerak telah bergerak sampai jarak yang diinginkan, fase diam diambil, fase gerak yang terjebak dalam lempeng dikeringkan, dan zona yang dihasilkan dideteksi secara langsung (visual) atau di bawah sinar ultraviolet (UV) baik dengan atau tanpa penambahan pereaksi penampak noda yang cocok[ CITATION Wul11 \l 1057 ].



2. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) merupakan cara yang ideal untuk pemisahan cuplikan kecil kecil (50 mg sampai 1 gram) dari senyawa yang kurang atsiri. Kromatografi



lapis



tipis



preparatif



dilakukan dengan



mengambil fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom yang sejajar dengan standar



sitokinin



(trans-zeatin).



Selanjutnya



fraksi-fraksi



tersebut



ditotolkan berupa garis lurus pada lempeng kaca (20 ×20 cm) yang telah dilapisi dengan silika gel GF-254 dan disampingnya ditotolkan standar trans-zeatin dengan konsentrasi 100 ppm sebagai pembanding. Senyawa yang dipisahkan diasumsikan berada di fase diam dan fase geak secara bergantian dalam kesinambungan. Fase gerak disebut pembawa sedangkan fase diam bertindak sebagai penahan. Distribusi zat terlarut dalam 2 pasal disebut sebagai koefisien distribusi (Won Raharjo 2013).



3. KLT dua dimensi Kromatografi dua dimensi adalah jenis teknik kromatografi di mana sampel yang diinjeksikan dipisahkan dengan melewati dua tahap



pemisahan yang berbeda. Dua kolom kromatografi yang berbeda dihubungkan secara berurutan, dan limbah dari sistem pertama dipindahkan ke kolom kedua. Biasanya kolom kedua memiliki mekanisme pemisahan yang berbeda, sehingga pita yang tidak terselesaikan dengan baik dari kolom pertama dapat dipisahkan sepenuhnya di kolom kedua. Prinsip Kerja KLT dua dimensi Prinsip dari KLT dua dimensi adalah adsorpsi dan partisi dengan menggunakan lempeng GF 254 sebagai fase diam dan perbandingan eluen pada profil KLT dimana akan memperpanjang lintasan noda (Rf) dengan menunjukkan seyawa tunggal yang terdapat pada sampel daun paliasa (Kleinhovia hospita). Keuntungan : untuk mendapatkan resolusi yang baik dari hasil KLT, dan memfokuskan zona pemisahan. KLT 2 dimensi memiliki potensi pemisahan 150-300 komponen senyaa kimia. Kerugian: analisis kuantitatif dengan celah-scan densitometri tidak terlalu berhasil karena standar dapat diterapkan hanya setelah elusi pertama dan tidak akan memiliki konfigurasi zona elusi analit ganda. Atau standar sampel harus dikembangkan dan dipindai di plat yang berbeda dalam kondisi yang harus diasumsikan identik.



4. Kromatografi kolom Adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Pada kromatografi kolom juga menggunakan media berupa fase diam dan fasa gerak. Kromatogrtafi kolom menggunakan alat berupa kolom yang terbuat dari gelas ditempatkan secara vertikal sehingga zat turun secara perlahan dengan bantuan grafitasi. Kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang lama pada prosesnya karena melakukan elusi secara bertahap sehingga semua fase gerak digunakan habis dan ditampun dalam wadah yang berbeda. PRINSIP KROMATOGRAFI KOLOM



a.



Yaitu dengan memisahkan komponen campuran berdasarkan perbedaan interaksi dalam fase diam dan fase gerak.



b.



Salah satu sifat yang berpengaruh dalam kromatografi kolom adalah kepolaran senyawa serta berat dan ukuran molekul.



c.



Sifat lain yang berpengaruh yaitu ukuran dan berat komponen yang dipisahkan.



F. URAIAN BAHAN 1. Etanol Etanol 70% P, 80% p, 90%



P campur etanol P dan air dengan



perbandingan seperti tabel berikut : Pengukuran dilakukan pada suhu 25o Persen



Perbandingan



Jumlah ml etanol



volume



Bobot



C2H5OH



jenis pada



pada suhu



suhu 25o



15,56o 70



0,884



38,6



15



73,7



80 90



0,857 0,827



45,5 51



9,5 3



84,3 94,8



94,9% yang Etanol P(ml)



Air (ml)



dibutuhkan per 100ml



Etanol encer adalah campuran etanol P dalam air. Mengandung tidak kurang dari 41,0% dan tidak lebih 48,4% b/b setara dengan tidak kurang dari 48,4% dan tidak lebih dari 49,5 v/v C2H5OH pada suhu 15,56o . Etanol encer dibuat dengan mencampurkan 500 ml etanol P dan 500 ml air murni yang diukur secara terpisah dan campuran diukur pada suhu 25 o, Volume campuran lebih kurang 970 ml[ CITATION ano14 \l 1057 ].



2.



Aquadest[ CITATION San08 \l 1057 ] Aquadest merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan, dapat disebut juga air murni (H2O). karena H2O hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang



universal. Air tersebut mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi terkontaminasi. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena mengandung banyak mineral. Aquadest memiliki tiga jenis jika ditinjau dari bahan baku pembuatnya, yaitu : a. Air aquadest dari sumur b. Air aquadest dari mata air pegunungan c. Air aquadest dari Air tanah hujan



BAB III PROSEDUR KERJA A.



ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: Bejana maserasi (toples kaca), corong, kertas saring, blender, batang pengaduk, pisau, rotary evaporator, alumunium foil, water bath, geles kimia 1000 ml, nampan, kain hitam, neraca analitik. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Buah Pare (Momordica charantia L), aquadest, es batu, etanol 96%, vaselin.



B. METODE KERJA 1.



Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah pare (Momordica charantia L) di Desa Sri Tunggal.



2.



Pengolahan Sampel a. Pengumpulan Bahan Baku Pembentukan senyawa aktif didalam bagian tanaman sangat era hubungannya dengan waktu panen. Waktu panen yang tepat adalah pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah besar. Tanaman pare diambil buahnya sebanyak 4 kg pada pagi hari di kebun b. Sortasi basah Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar[ CITATION Gun10 \l 1057 ] . Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotoran lainnya harus dibuang [ CITATION Mel14 \l 1057 ].



c. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan Kotoran lainnya yang melekat pada buah pare . Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan mata air, air sumur dan PDAM, karena air untuk mencuci sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba[ CITATION Gun10 \l 1057 ]. Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin[ CITATION Mel14 \l 1057 ]. d. Perajangan Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk memperoleh proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga menyebabkan berkurangnya atau hilangnya



zat



berkhasiat



yang



mudah



menguap,



sehingga



mempengaruhi komposisi, bau, rasa yang diinginkan (Melinda, 2014). Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki (Gunawan, 2010). e. Pengeringan Proses pengeringan simplisia buah pare , terutama bertujuan sebagai berikut: a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri. b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif. c. Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya) (Gunawan, 2010). Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dan



10%. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari proses pengeringan adalah suhu pengeringan, lembaban udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu yang terbaik pada pengeringan adalah tidak melebihi 60o , tetapi bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu 10 serendah mungkin, misalnya 30o sampai 45o . Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung atau dengan diangin-anginkan) dan pengeringan buatan dengan menggunakan instrumen (Melinda, 2014). f. Sortasi kering Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak (Gunawan, 2010). Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagianbagian tanaman yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Melinda, 2014). g. Penyimpanan Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan lainnya (Gunawan, 2010). Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak bereaksi dengan bahan



lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan



simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan bahan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air (Melinda, 2014).



3.



Proses Ekstraksi Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi



sebagai



berikut: a. Buah pare yang telah dikeringkan sebanyak 200 gr kemudian di blender sampai menjadi serbuk b. Lalu timbang serbuk (simplisia) didapat sebanyak 172 gram c. Kemudian dimasukan didalam bejana maserasi (toples kaca) dan tambahkan etanol 96% sebanyak 1 liter d. Aduk beberapa kali e. Tutup rapat kemudian diamkan selama 3 hari dalam suhu kamar yang terlindung dari sinar matahari dengan sesekali diaduk. f. Kemudian ekstrak etanol disaring menggunakan kertas saring dan di taruh di wadah kaca g. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan pelarutnya dengan rotary vaccum evaporator (pada suhu 60o C) sehingga diperoleh ekstrak yang lebih pekat h. Kemudian di panaskan di water bath menggunakan cawan porselin sampai didapat ekstrak kental nya dan ditimbang hasil ekstrak nya 4.



Kromatografi Lapis Tipis



BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN 1. Hasil pengambilan simplisia Tabel 1 hasil pengambilan sempel Buah Pare No 1.



Sampel Buah Pare (Momordica



Berat sampel



Pelarut



Volume



Berat simplisia



Berat ekstrak



4500 gr



Etanol 96%



1000 gr/ml



200 gr



19,43 gr



charantia L)



a. Perhitungan rendamen simplisia : Rendamen simplisia



¿



berat simplisia x 100% berat bahan baku



=



200 gr x 100% 4500 gl



= 4,44% Jadi hasil perhitungan dari rendamen setelah penyusutan adalah 4,4 %



b. Perhitungan setelah penyusutan = =



berat bahan baku−berat somplisia x 100% berat bahan baku 4500 gr−200 gr x 100% 4500 gr



= 95,6 % Jadi, hasil perhitungan penyusutan adalah 95,6 % 1. Hasil ekstraksi buah pare pare Tabel 2 hasil ekstraksi No .



Sampel



Berat ekstrak



Berat simplisia



Berat penyusutan



19,43 gr



200 gr



95,5 %



Nilai rendamen ekstrak



Buah Pare 1.



(Momordica charantia L)



Perhitungan rendamen ekstrak



Rendamen ekstrak



=



berat ekstrak x 100% berat sampel



=



19,43 gr x 100% 200 gr



9,71 %



= 9,71 %



A.



PEMBAHASAN Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa metabolit sekunder dengan bantuan cairan penyari yang sesuai. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan .Metode ekstrak yang digunakan dalam



praktikum



ini adalah metode maserasi, karena metode tersebut



merupakan salah satu metode umum dalam proses ekstraksi bahan alam, selain itu metode maserasi lebih sederhana dan mudah. Maserasi merupakan cara sederhana yang bisa dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif akan larut. Pelarut yang digunakan dalam percobaan ini adalah pelarut etanol 96 % . Etanol



96% digunakan sebagai pelarut



karena bersifat polar , universal, dan mudah didapat. Senyawa polar merupakan senyawa yang larut didalam air. Senyawa metabolit sekunder yang akan diambil pada buah pare bersifat polar sehingga proses ekstraksi menggunakan pelarut polar. Maserasi dilakukan selama 3 hari dengan sesekali



diaduk,



pengadukan bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel dengan cairan penyari.



Kemudian setelah 3 hari,



larutan



tersebut disaring



menggunkan kertas saring dan diperoleh filtrat dengan warna hijau kehitaman.



Kemudian filtrat dipekatkan dengan menggunakan rotary



vakum evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekatnya, proses evaporasi ini dilakukan bertujuan untuk menghilangkan



pelarutnya. Setelah



larutan



pekat tersebut di peroleh, kemudian dikentalkan di water bath dengan bantuan cawan porselin. Diperoleh hasil ekstrak kentalnya 19,43 gr Setelah melakukan percobaan, selanjutnya melakukan pengujian simplisia untuk mendapatkan simplisia yang bermutu baik dan memenuhi standarisasi farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) antara lain :



1. Susut pengeringan simplisia buah pare di peroleh 4,44 %. Hal ini memenuhi nilai standarisasi Farmakope Indonesia Edisi I (2008) dimana nilai susut pengeringan tidak lebih dari 12 %. 2. Didapat hasil ekstrak kentalnya 19,43 gr BAB V PENUTUP A.



KESIMPULAN



B.



SARAN 1. Laboratorium



sebaiknya laboratorium yg bisa digunakan oleh para



praktikan dijaga kebersihannya serta dilakukannya peremajaan alat alat yg ada di laboratorium gunakan kenyamnan dalam praktikum dan bahan bahan kimia atau bahan lainnya yg ada laboratorium. 2. Untuk kampus memperluas jarringan kerja sama dalam hal praktikum mahasiswa dengan bebrapa instansi baik pemerintah maupuan swasta terkait dibidang study farmasi sehingga mahasiswa mendapatkan kemudahan dalam menjalankan praktikum. Memberi mahasiswa bekal tentang pengetahuan, sehingga pada saat waktu pelaksanaaan praktikum dapat membawa nama baik universitas. 3. Untuk bapak Dosen pembimbing mohon maaf sebelumnya coba untuk memberi materi jangan terlalu terburu atau terlalu memfokuskan mahasiswa untuk langsung bisa, dikarenakan belum tentu mahasiswa bisa mencerna dengan sekali tatap atau sekali pembahasan.



Daftar Pustaka Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB. Akbar, R. (2015). Aneka Tanaman Apotek Hidup di Sekitar Kita. Edited by F.Cahyono. One Book. Anonim. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. (2014). Farmakope indonesia edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. BPOM. (2008). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia JILID 5. Jakarta: Pustaka Bunda. Dalimartha, S. (2008). Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Jakarta: Penebar Swadaya. Gunawan, D. S. (2010). Ilmu obat bahan alam (farmakognosi) Jiliid 1. jakarta: penebar swadaya. Herbie, T. (2015). Kitab Tanaman Berkhasiat Obat : 226 Tumbuhan Obat untuk Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Yogyakarta: Octopus Publishing House. Ilyas, A. (2013). Kimia organik bahan alam. makasar: Alauddin University Press. Kumar, A. L. (2010). Pharmacognosy Review. A Review On Morphology, Phytochemistry, and Pharmacological Aspects , 147-152. Marjoni, R. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta Timur: CV.Trans Info Media. Mauritz, p. m., Alwi, A., & Witri, W. (2017). Karakterisasi dan skrining fitokimia ekstrak kering akar kuning (fibraurea chloroleuca Miers). Universitas Kader Bangsa , 3-8. Meilisia. (2009). Uji aktivitas antibakteri dan formulasi dalam sediaan kapsul dari ekstrak etanol rimpang tumbuhan (curcuma xanthorrhiza roxb.) terhadap beberapa bakteri. Universitas Sumatera Utara , 25-26. Melinda. (2014). ktivitas antibakteri daun pacar(lowsonia inermis L). surakarta: Universitas muhammadiyah Surakarta.



Mukti, D. (2012). Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L) Terhadap Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. Universitas Pakuan Bogor . Nugroho, A. (2017). Teknologi Bahan Alam. Banjarbaru: lambung mangkurat university press. Nurhayati, T. (2008). Uji efek sediaan instan rimpang kencur (Kaempferia galanga L) sebagai tonikum terhadap mencit jantan galur swiss webster. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta , 20-22. Panji L, Y. S. (2005). Teknologi ekstraksi minyak nilam. BB Pasca panen . Prabatini, D. (2013). 18 Makanan Dengan Kekuatan Dahsyat Menangkal Kanker. Yogyakarta: Rapha Publishing. Santosa, B. e. (2008). Characteristics of extrudate from four varieties of corn with aquadest addition. Indonesian Journal of Agriculture , 85-94. Soeparman S, J. P. (2009). Kinerja Eksraksi biji jarak pagar dengan proses pelarutan (solvent extraction). Universitas Brawijaya Malang . Sulihandari, H. (2013). Herbal, Sayur, & Buah Ajaib :Koleksi Bahan Alami nan Ajaib untuk Hidup Sehat Jauh dari Penyakit. Jogjakarta: Trans Idea Publishing. Widyaningrum, H. (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta: Media Presindo. Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus Presindo.