Laporan Praktikum Kimia Industri Unpad - Biodiesel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TRANSESTERIFIKASI: PEMBUATAN BIODIESEL



LAPORAN



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Kimia Industri



DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 Sinta Marfiani



140210120001 Annisa Qonita Firda



140210120048



Fadhlan F.



140210120006 Atika N.



140210120058



Ulfy D.N. Hamdani



140210120018 Maulana Muhammad



140210120068



Ikbar Ar-Rumaisha



140210120028 Meiga Kurniawati



140210120069



Emille



140210120030 Arnel Amalia P.



140210120076



Farras Famela Dhiya



140210120045 Fitri Firdausi Ashadi



140210120086



UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA LABORATORIUM KIMIA MATERIAL 2015



TRANSESTERIFIKASI: PEMBUATAN BIODIESEL



I.



TUJUAN PERCOBAAN 1.1



Mengerti proses transesterifikasi dalam pembuatan alkil ester (biodiesel)



1.2



Mampu membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses transesterifikasi.



II. PRINSIP PERCOBAAN Percobaan ini didasarkan pada prinsip sebagai berikut : 2.1



Reaksi Transesterifikasi Reaksi antara suatu alkohol dengan katalis asam atau basa membentuk suatu senyawa ester.



2.2



Distilasi Metode pemisahan suatu senyawa dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih. 2.2.1 Hukum Raoult Tekanan uap suatu larutan sebanding dengan tekanan uap pelarut murninya dikalikan fraksi mol larutan.



PA=PΒ°A . XA Keterangan : PA : Tekanan uap larutan PΒΊA: Tekanan uap pelarut murni XA : Fraksi mol 2.2.2 Hukum Dalton Tekanan uap total larutan akan sama dengan jumlah tekanan uap parsial komponen penyusunnya.



Ptot = PA + PB + … +Pn



1



Keterangan : Ptot : Tekanan uap total PA : Tekanan uap parsial komponen A PB : Tekanan uap parsial komponen B Pn : Tekanan uap parsial komponen ke-n 2.3



Ekstraksi Teknik yang digunakan untuk memisahkan suatu komponen dari campurannya berdasarkan kelarutan selektif komponen tersebut. 2.3.1 Hukum Distibusi Nernst Apabila suatu zat ditambahkan pada suatu system yang terdiri dari dua pelarut yang tidak saling bercampur, maka zat tersebut akan terdistribusi sedemikian rupa sehingga perbandingan pada tiap pelarut pada suhu tertentu adalah tetap. 𝐾𝐷 = dimana :



πΆπ‘œπ‘Ÿπ‘”π‘Žπ‘›π‘–π‘˜ πΆπ‘Žπ‘–π‘Ÿ



KD



= Koefisien Distribusi



Corganik



= konsentrasi zat pada fase organik



Cair



= konsentrasi pada fase air



2.3.2 Like Dissolved Like Kecenderungan suatu zat untuk larut pada pelarut yang memiliki kepolaran yang relatif sama.



III. REAKSI



(Pavia et al., 2013)



2



IV. TEORI DASAR Biodiesel telah menarik perhatian di berbagai negara termasuk di Indonesia. Biodiesel merupakan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dapat diproduksi dari minyak nabati dan lemak. Selain itu, biodiesel memberikan manfaat bagi lingkungan terutama untuk mengurangi polusi karbon dioksida (Krawczyk, 1996). Bahan bakar diesel tersusun atas ratusan rantai hidrokarbon yang berbeda, yaitu pada rentang 12 sampai 18 rantai karbon, didapat pada fraksi distilasi 250-3700oC. Hidrokarbon yang terdapat dalam minyak diesel meliputi parafin, naftalena, olefin, dan aromatik (mengandung 24% aromatik berupa benzena, toluena, xilena, dan lain-lain), dimana temperatur penyalaannya akan menjadi lebih tinggi dengan adanya hidrokarbon volatil yang lebih banyak (Purwono, 2003). Tabel 1, Fraksi yang didapat dari Distilasi Crude Oil (Pavia et al., 2013)



Penelitian pembuatan biodiesel dari minyak nabati melalui proses alkoholisis atau transesterifikasi telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian alkoholisis minyak jarak yang pernah dilakukan antara lain alkoholisis minyak jarak dengan katalisator dengan katalisator NaOH, NaOH secara sinambung menggunakan reaktor pipa, alkoholisis minyak jarak transesterifikasi minyak jarak dengan katalis H2SO4, NaOH dan KOH dalam dua tahap dan transesterifikasi minyak jarak dengan katalisator H2SO4 dan NaOH dalam dua tahap. Penelitian-penelitian di atas umumnya masih menggunakan katalisator cair yang memiliki kelemahan dalam hal pemisahan dan pemurnian produk (Rustamaji dkk., 2010).



3



Minyak atau lemak merupakan trigliserida dengan viskositas tinggi untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar harus diturunkan viskositasnya dengan reaksi transesterifikasi. Bahan yang dapat digunakan sebagai biodiesel misalnya minyak sawit, minyak jarak, limbah minyak sawit (minyak parit), minyak kedelai, bekatul, biji nyamplung, minyak biji kapuk, dan minyak goreng bekas. Indonesia sejak tahun 2008 sebagai Negara penghasil terbesar minyak sawit dunia dengan produksi lebih dari 17 juta ton/th, dimana 30 persennya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri, yang sebagian besar merupakan bahan baku untuk minyak goreng (Demirbas, 2007). Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Pada pembuatan biodiesel dari minyak nabati dengan alkohol diperoleh hasil samping berupa gliserol. Meningkatnya proses pembuatan biodisel



diikuti dengan



meningkatnya



jumlah



produk



samping berupa



gliserol. Usaha pengolahan gliserol menjadi produk lain harus dilakukan agar nilai tambah gliserol mengalami peningkatan. Gliserol bila diesterifikasi dengan asam asetat akan membentuk triacetin (gliserol triasetat). Untuk mempercepat reaksi antara gliserol dan asam asetat maka penggunaan katalisator sangat diperlukan (Nuryoto dkk., 2011). Biodiesel terdiri dari metil ester minyak nabati, di mana rantai hidrokarbon trigliserida dari minyak nabati mentah diubah secara kimia menjadi ester asam lemak. Ini dihasilkan dari reaksi transesterifikasi, yaitu reaksi antara alkohol dengan minyak untuk melepaskan tiga rantai ester dan gliserin dari tiap triliserida. Campuran tersebut meninggalkan gliserin di lapisan bawah dan biodiesel di lapisan atas (Von Wedel, 1999). Rantai hidrokarbon biodiesel pada umumnya terdiri dari 16-20 atom karbon. Beberapa sifat kimia biodiesel membuatnya dapat terbakar dengan sempurna, dan meningkatkan pembakaran pada campurannya dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi. Selain itu, biodiesel juga renewable, nontoksik, dan biodegradable (Riberio et al, 1984). Reaksi antara minyak (trigliserida) dan alkohol disebut transesterifikasi. Alkohol direaksikan dengan ester untuk menghasilkan ester baru, sehingga terjadi pemecahan senyawa trigliserida untuk mengadakan migrasi gugus alkil antar



4



ester. Ester baru yang dihasilkan disebut dengan biodiesel. Berikut adalah mekanisme reaksi umum trigliserida dengan metanol yang dikatalisis oleh zeolit:



O



H H



C



H O



O



C O



R1



C



OH



H



C



OH



H



C



OH



R1



C O



O Na



R2



C O



O Na



C



O Na



NaOH



H



C



O



C



R2



H



C



O



C



R3



H



H



H2O



+



R3



O



H



trigliserida



gliserol



metil ester



Keterangan : R1, R2, R3 adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh dari rantai karbon. (Altiokka & Citak, 2003). Reaksi transesterifikasi dari lemak/minyak dapat dilakukan untuk menurunkan viskositas minyak nabati sehingga dihasilkan metil ester asam lemak. Dengan transestrifikasi dapat menurunkan viskositas minyak nabati sampai 85% Reaksi transesterifikasi minyak nabati dapat dilakukan dengan mereaksikan



minyak



yang



merupakan



trigliserida



dengan



alkohol



(metanol/etanol) dengan katalis asam atau basa, dan dihasilkan alkil ester asam lemak dengan hasil samping gliserol. Perbedaan bahan baku minyak atau lemak yang digunakan dalam pembuatan biodiesel berpengaruh besar pada jalannya reaksi yang ditempuh dan kualitas serta rendemen metil ester atau biodiesel yang dihasilkan (Mursanti, 2007). Ketika biodiesel dibakar sebagai suatu bahan bakar, reaksi berikut terjadi,



Pembakaran biodiesel akan menghasilkan sejumlah energi yang spesifik, yang dapat diukur dengan kalorimeter bom. Dengan membakar berat tertentu dari biodiesel dan mengukur suhunya pada kalorimeter, maka dapat dihitung panas pembakaran biodiesel (Pavia et al., 2013).



5



V. ALAT DAN BAHAN



5.1 Alat 1.



Batang Pengaduk



2.



Gelas Kimia



2.



Corong Pisah



3.



Kondensor refluks



4.



Labu Leher Tiga



5.



Neraca analitis



6.



Pemanas Listrik/ Hot Plate



7.



Statif dan ring corong



8.



Termometer



5.2 Bahan 1.



Aquades (H2O)



2.



Metanol (CH3OH)



3.



Minyak Sawit/ Crude Palm Oil



4.



Natrium Hidroksida (NaOH)



VI. PROSEDUR



6.1 Pemisahan Gliserol Campuran minyak-metanol-natrium hidroksida yang direfluks selama kurang lebih 1 jam, suhu larutan saat pemanasan dijaga konstan sekitar 60oC, sambil terus diaduk menggunakan pengaduk magnetik. Setelah 1 jam, campuran didinginkan, Selanjutnya larutan diekstraksi dalam corong pisah dengan air panas, sehingga terpisah menjadi dua lapisan. Lapisan atas merupakan biodiesel (metil ester, air, natrium hidroksida, minyak yang tidak terkonversi, methanol) dan lapisan bawah merupakan gliserol dan air. Lalu, gliserol di bagian bawah dikeluarkan dan ditampung.



6.2 Pengeringan dan Penentuan Rendemen Biodiesel Biodiesel dipanaskan pada suhu 100-110Β°C dengan pemanas listrik sampai dicapai berat biodiesel konstan. Lalu timbang berat biodiesel yang dihasilkan.Setelah itu, ditentukan rendemen biodiesel yang dihasilkan.



6



VII.



DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN



7.1 Tabel Pengamatan Zat



Perlakuan ο‚· ditimbang



Natrium



Hasil m = 1,270 gram



ο‚· dilarutkan dalam metanol



hidroksida



sambil dihangatkan ο‚· ditimbang



larut m = 188,7 gram



ο‚· ditambah larutan natrium



Minyak



hidroksida-metanol ο‚· dipisahkan dengan distilasi



Metanol



larut Metanol terpisahkan



ο‚· direfluks selama 1 jam pada 60oC ο‚· dimasukkan dalam corong



Campuran



pisah



minyak dan



ο‚· ditambahkan air panas



gliserol



ο‚· diekstraksi



Terbentuk 2 fase



ο‚· Fase gliserol (bawah) Gliserol di botol khusus



dikeluarkan ο‚· Biodiesel



Fase air (biodiesel)



m Gelas = 94,6272 g



ditampung di gelas kimia



m Gelas + Biodiesel =



ο‚·



Dipanaskan di hot plate



216,2000 g



ο‚·



Ditimbang



m Biodiesel = 121,5728 g



7.2 Perhitungan 7.2.1



Penentuan Massa Minyak



ο‚·



Massa gelas kimia kosong



= 312,1 gram



ο‚·



Massa gelas + 150 mL minyak



= 500,8 gram



ο‚·



Massa minyak



= 188,7 gram



7



7.2.2



Penentuan Jumlah Penggunaan NaOH teoritis



ο‚·



Diketahui kadar NaOH yang digunakan adalah 0.5 %



ο‚·



Volume minyak



: 150 mL



ο‚·



Gram minyak



: 188,7 gram



ο‚·



Mr minyak



: 845 gram /mol



ο‚·



Mol minyak



: 0,2233 mol π‘₯



0,5 % = π‘₯+𝑔 π‘šπ‘–π‘›π‘¦π‘Žπ‘˜+𝑔 π‘šπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘œπ‘™ Γ— 100% 0,5 x + 0.5 g minyak + 0,5 g metanol = 100 x 99,5 x = 0,5 g minyak + 0,5 g metanol π‘₯= π‘₯=



0,5 ( 188,7 ) + 0,5 ( 64,314 ) 99.5 126,507 99,5



οƒ  X = 1,27 gram NaOH



7.2.3



Penentuan Jumlah Penggunaan Metanol Teoritis



Minyak : methanol= 1: 9 1 π‘šπ‘œπ‘™ π‘šπ‘–π‘›π‘¦π‘Žπ‘˜(𝑔/π‘šπ‘Ÿ) 𝑔 𝑔 = ; π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž, π‘šπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘œπ‘™ = 9 Γ— π‘šπ‘–π‘›π‘¦π‘Žπ‘˜ 9 π‘šπ‘œπ‘™ π‘šπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘œπ‘™(𝑔/π‘šπ‘Ÿ) π‘šπ‘Ÿ π‘šπ‘Ÿ 𝑔 188,7 =9 Γ— 32 845 ο‚·



Massa methanol



= 64,314 gram



ο‚·



Volume metanol



=𝜌=



7.2.4



π‘š 𝑣



sehingga 𝑣 =



π‘š 𝜌



=



64,314 0,792



= 81,204 π‘šπΏ



Penentuan Massa Biodiesel Teoritis



ο‚· Volume biodiesel



= 235 mL



ο‚· Massa biodiesel



= 235 mL x 0,8624 g/mL= 202,664 g



ο‚· Jadi, massa biodiesel



= 202,664 g – g NaOH = 202,664 g – 1,270 g = 201,394 g



8



7.2.5



Penentuan Rendemen dan Yield



a) π‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘π‘’π‘šπ‘’π‘› =



π‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Ž π‘π‘–π‘œπ‘‘π‘–π‘’π‘ π‘’π‘™ π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘π‘Žπ‘Žπ‘› π‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Ž π‘π‘–π‘œπ‘‘π‘–π‘’π‘ π‘’π‘™ π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘–π‘‘π‘–π‘ 



π‘₯ 100 % =



121,5728 201,394



π‘₯ 100 %



rendemen = 60,37 % b) 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 =



π‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Ž π‘π‘–π‘œπ‘‘π‘–π‘’π‘ π‘’π‘™ π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘–π‘‘π‘–π‘ βˆ’π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘π‘Žπ‘Žπ‘› π‘šπ‘Žπ‘ π‘ π‘Ž π‘π‘–π‘œπ‘‘π‘–π‘’π‘ π‘’π‘™ π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘–π‘‘π‘–π‘ 



201,394βˆ’121,5728 201,394



π‘₯ 100 % =



π‘₯ 100 %



yield = 39,63 %



VIII. PEMBAHASAN Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat biodiesel dari minyak nabati, yaitu minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil. Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Bioetanol. Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol atau esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air. Biodiesel dapat dibuat dari bahan baku berbagai jenis minyak dan lemak. Salah satunya yaitu minyak jelantah yang merupakan sisa dari minyak goreng atau minyak sisa dari proses penggorengan makanan. Biodiesel memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan bahan bakar lain sehingga menjadi bahan bakar alternatif pilihan, diantaranya: ο‚·



Merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free sulphur, smoke number rendah), sesuai dengan isu-isu global



ο‚·



Bilangan oktan lebih tinggi (> 60) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik



ο‚·



Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin



ο‚·



Biodegradable (dapat terurai) dan tidak beracun



9



ο‚·



Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbarui



ο‚·



Meningkatkan independensi suplai bahan bakar Pada pembuatan biodiesel ini, hal pertama yang dilakukan adalah



penyiapan larutan natrium metoksida. Larutan natrium metoksida ini dibuat dengan mencampurkan natrium hidroksida (NaOH) dan metanol (CH3OH). Pencampuran ini dilakukan hingga semua natrium hidroksida larut dalam metanol. Natrium hidroksida larut dalam metanol karena memiliki kepolaran yang sama. Sambil melarutkan, campuran diaduk agar natrium hidroksida lebih cepat larut. Pengadukan disini dapat menambah kelarutan karena dengan pengadukan maka interaksi atau tumbukan antar partikel larutan meningkat. Dengan adanya pengadukan, energi kinetik masing-masing partikel akan bertambah sehingga partikel-partikel mudah bergerak dan interaksi serta tumbukannya semakin kuat. Pengadukan ini merupakan metode konvensional yang dapat meningkatkan kelarutan. Pada proses transesterifikasi, larutan alkali (NaOH) dan metanol (CH3OH)



dicampurkan



untuk



membentuk



larutan



Natrium



metoksida



(Na+ŌCH3).



Ion metoksida merupakan nukleofil kuat yang dapat menyerang tiga gugus karbonil pada molekul minyak nabati. Ketika larutan Natrium metoksida ini dicampurkan dengan minyak nabati, ikatan polar yang kuat dari natrium metoksida memecah trigliserida menjadi gliserin dan rantai ester (biodiesel). Proses transesterifikasi banyak menggunakan metanol, karena harganya lebih murah, walaupun tidak menutup kemungkinan menggunakan jenis alcohol seperti ethanol. Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong reaksi agar bergerak ke kanan agar dihasilkan metil ester (biodiesel) maka perlu digunakan alkohol dalam jumlah berlebih atau salah satu produk yang dihasilkan harus dipisahkan. Persamaan reaksi transesterifikasi trigliserida dengan methanol untuk menghasilkan metil ester (biodiesel) sebagai berikut :



10



Mekanisme reaksi pembentukan produk ester metil asam lemak dengan menggunakan ion metilat adalah sebagai berikut:



Gambar 8.1 Mekanisme Pembentukan Ester Metil Asam Lemak Biodiesel dapat dihasilkan dengan mencampurkan metanol dan NaOH yang berfungsi sebagai katalis dengan perbandingan tertentu. Yang terpenting dalam proses ini adalah menjaga agar tidak ada air. Jika terdapat air, maka akan terjadi reaksi penyabunan/reaksi saponifikasi sehingga tidak akan terbentuk metilester (biodiesel) sebagai produk yang diinginkan. Oleh karena itu NaOH



11



yang digunakan harus kering (dalam bentuk pellet) agar terhindar dari reaksi saponifikasi. Reaksi antara semua natrium hidroksida dengan metanol merupakan reaksi eksoterm (menghasilkan panas) membentuk molekul polar (Na+ ŌCH3). Setelah larutan natrium metoksida disiapkan, selanjutnya minyak nabati dipanaskan hingga 50-60oC dan dicampurkan dengan larutan natrium metoksida. Akan tetapi, setelah minyak nabati dan natrium metoksida tercampur, terbentuk campuran kental seperti sabun. Apabila sabun terbentuk pada proses ini, berarti dalam sistem terdapat air dengan basa (natrium hidroksida) dan terjadilah reaksi esterifikasi. Air di sini mungkin diperoleh dari natrium hidroksida yang higroskopis (menyerap air dari udara) dan juga berasal dari metanol yang bukanlah metanol 100% yang berarti masih terdapat pelarutnya yaitu air. Setelah itu campuran dimasukkan dalam labu leher tiga dan dilakukan pemanasan atau refluks selama 1 jam sambil diaduk. Pengadukan campuran dilakukan menggunakan magnetic stirrer selama 50 menit hingga 1 jam. Reaksi pada dasarnya dapat berlangsung dalam 30 menit, namun bila dilakukan lebih lama lebih baik. Keterangan: 1. Air pendingin masuk 2. Termometer 3. Pendingin balik/ kondenser 4. Penutup labu 5. Labu leher tiga 6. Stirrer 7. Magnetic stirrer dan hot plate Gambar 8.2 Rangkaian Alat Pembuatan Biodiesel Setelah itu, campuran didiamkan dan dibiarkan pada suhu kamar untuk menjaga gliserol yang terbentuk masih dalam fasa semicairan (semiliquid). Kemudian, larutan hasil refluks lalu dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan 200 mL air panas. Campuran lalu diekstraksi.



12



Saat diekstraksi, terbentuk dua fase yaitu fase air (mengandung biodiesel) dan fase organik (gliserol) dibagian bawah, karena massa jenis gliserol lebih besar dari air (ρ gliserol = 1,26 g/mL). Biodiesel (yang merupakan alkil ester) akan tertarik ke fasa air karena tingkat kepolaran yang hampir sama dengan air. Gliserol yang berada di fasa organik lalu dikeluarkan dari corong pisah dan ditampung pada botol khusus. Sementara biodiesel yang berada di fasa air lalu dimasukkan dalam gelas kimia yang sebelumnya telah ditimbang kosong. Lalu dipanaskan pada hot plate untuk menguapkan air tersebut, sehingga tersisa biodieselnya saja. Biodiesel yang telah dipanaskan ini lalu ditimbang dan dihitung massa serta rendemennya. Dari hasil percobaan didapat rendemen biodiesel sebanyak 60,37% dan yield sebesar 39,63%. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi rendemen biodiesel yang dihasilkan pada reaksi transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan asam lemak bebas pada bahan baku (yang dapat menghambat reaksi yang diharapkan). Faktor lain yang mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel diantaranya yaitu kandungan gliserol pada bahan baku minyak, jenis alkohol yang digunakan pada reaksi transesterifikasi, serta jumlah katalis (NaOH) sisa.



IX. KESIMPULAN Bahan bakar biodiesel dapat dihasilkan dari minyak sawit (Crude Palm Oil) dan campuran



metanol



dengan



katalis



natrium



hidroksida



melalui



reaksi



transesterifikasi. Dari percobaan didapat massa biodiesel sebanyak 121,5728 g dengan rendemen sebesar 60,37 % dan yield sebesar 39,63%.



13



DAFTAR PUSTAKA Altiokka, M. R. & Citak, A. 2003. Kinetics Study of Esterification of Acetid Acid with Isobutanol in The Presence of Amberlite Catalyst, Applied Catalyst A. General, 239, 141-148. Demirbas, A. 2007. Alternative and Renewable Energy Industries; Energy & Fuel, International Journal of Green Energy. Volume 4. Issue January 2007. pages 15-26 Krawczyk, T., 1996. Biodiesel-Alternative Fuel Makes Inroads but Hurdles Remain, INFORM, 7, 801-829. Mursanti. 2007. Proses Produksi dan Substitusi Biodiesel Dalam Mensubtitusi Solar Untuk Mengurangi Ketergantungan Tehadap Solar, Pararel session International Seminar: Natural Resource & Enviroment 13 December 2007. Wisma Makara Universitas Indonesia Nuryoto, Sulistyo, H., Rahayu, S.S. & Sutijan. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat Menggunakan Katalisator Indion 225 Na. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5 (2) pp. 35-40. Pavia, D.A., Lampman, G.M. , Kriz, G.S. & Engel, R.G. 2013. Microscale Approach to Organic Laboratory Techniques, fifth edition. Brooks/Cole Cengage Learning, Belmont. Purwono, S., Yulianto, N. & Pasaribu, R. 2003. Biodiesel dari Minyak Kelapa. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Yogyakarta. Riberio, F. R., Rodrigues, A. E., Rollmann, L. D., & Naccache. 1984. Zeolite: Science and Technology. Martinus Nijhoff publisher. The Hague. Rustamaji, H., Sulistyo, H. & Budiman, A. 2010. Pemodelan dan Simulasi Kinetika Reaksi Alkoholisis Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) dengan Katalisator Zirkonia Tersulfatasi. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4 (1) pp. 19-24. Von Wedel, R. 1999. Technical Handbook for Marine Biodiesel. Department Of Energy. San Fransisco Bay and Northen California.



14