Laporan Refleksi Kasus Blok 23 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Refleksi Kasus Blok 23 Puskesmas Kasihan II



Basic Six dan Kegiatan Puskesmas



Rizma Haidif Firinda 20070310182 Pembimbing: dr. Indrayanti, Sp. PA



Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta



Nama



: Rizma Haidif Firinda



NIM



: 20070310182



Puskesmas : Kasihan II 1. Pengalaman: Salah satu program dari enam program dasar puskesmas adalah KIA, pada program kerja KIA di Puskesmas Kasihan II ada cakupan tentang pelayanan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS, namun pelayanan di puskesmas ini masih belum berjalan dengan baik dan kurang dari target yang diharapkan. 2. Masalah yang dikaji: Apa sebenernya kendala dalam menjalankan program MTBS dan bagaimana seharusnya program MTBS yang dijalankan di puskesmas? 3. Analisis Kritis: Program KIA pada Puskesmas Kasihan II ada 13 program, yaitu: a. Akses pelayanan antenatal b. Cakupan pelayanan ibu hamil c. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan d. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan e. Cakupan pelayanan neonatus pertama f. Cakupan pelayanan kesehatan 0-28 hari g. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat h. Cakupan penanganan komplikasi obstetri i. Cakupan penanganan komplikasi neonatus j. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari – 12 bulan k. Cakupan pelayanan anak balita 12 bulan – 59 bulan l. Cakupan pelayanan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS m. Cakupan peserta KB aktif Ketigabelas program tersebut ada beberapa yang belum mencapai target yang diinginkan, salah satunya adalah poin (l) cakupan pelayanan balita sakit yang dilayani dengan MTBS. MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan



anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. KENDALA DI PUSKESMAS. Penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut. Puskesmas Kasihan II juga memiliki kendala yang kurang lebih sama dengan uraian kendala diatas ini, antara lain yaitu sarana dan prasarana kurang ( tempat/ ruangan), tenaga kesehatan yang sudah terlatih pindah dari Puskesmas Kasihan II, sehingga tidak ada lagi tenaga kesehatan terlatih, kurangnya komitmen dan koordinasi. CARA MENATALAKSANA DENGAN MTBS. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan



hasil



klasifikasi,



petugas



akan



menentukan



jenis tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke dokter Puskesmas, anak yang imunisasinya belum lengkap akan dilengkapi, anak dengan masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi, dst.



Agar program ini bisa dijalankan dengan baik sesuai dengan target, sebaiknya seluruh komponen dari puskesmas bisa dipersiapkan secara baik, baik itu dari segi sarana dan sumber daya manusia, juga menjaga komitmen, karena MTBS ini merupakan modul yang terperinci dan terintegrasi dengan baik untuk menangani masalah balita sakit. 4. Dokumentasi Semua informasi diperoleh saat komuda di Puskesmas Kasihan II ( dilampirkan pada laporan asli)



5. Referensi http://www.infodokterku.com/index.php? option=com_content&view=article&id=37:manajemen-terpadu-balita-sakitmtbs&catid=27:helath-programs&Itemid=28 Tim Penyusun FKIK UMY, 2011. Buku Kerja Komuda Blok Kedokteran Komunitas. Yogyakarta: FKIK UMY