Laporan Refleksi Kasus Early Pharmaceutical Exposure [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN REFLEKSI KASUS EPHE Nama dan No Mahasiswa : Dini Nur Latifah (20170350090) Rumah Sakit/Klinik/



: RS PKU Muhammadiyah Gamping



1. Pengalaman 1) Perencanaan, Tahap perencanaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit bagian rawat jalan, setiap hari melakukan order mutase (permintaan barang) ke pihak logistic farmasi (Pihak gudang) yang telah menerima barang (obat dan alkes) dari pihak distributor, permintaan didasarkan pada stok ruangan, terkait apa saja obat obat yang sudah kosong, kemudian permintaan barang (obat dan alkes) didasarkan pada jadwal dokter yang sedang praktik pada hari tersebut. Order mutase yang dilakukan pun sudah canggih, yakni menggunakan sistem computer. Order mutase dilakukan oleh TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian ) yang betugas pada shif sore, melakukan pencatatan permintaan barang di computer dan TTK yang bertugas pada shift malam akan melakukan pengecekan ulang agar lebih teliti dan akurat terkait permintaan barang ke pihak logistic farmasi Rumah Sakit. Kemudian dari pihak logistic farmasi akan mencetak bukti permintaan dari unit instalasi farmasi rawat jalan tersebut. 2) Pengadaan,Obat Pihak logistic farmasi akan segera mrnyiapkan obat yang diperlukan dan segera mengirimkan ke pihak instalasi farmasi rawat jalan, sehingga obat obatan dan alkes yang berada di intalasi farmasi berasal dari pihak logistic farmasi dan logitik farmasi obatnya itu berasal dari distributor. Pada saat pihak logistic farmasi mengirimkan barang tersebut ke unit Instalasi Farmasi Rawat Jalan, akan ada proses serah terima, pada saat proses serah terima tersebut, TTK yang bertugas di IFRS akan mengecek kembali obat yang datang apakah sudah sesuai dengan permintaan. Pengecekan yang dilakukan meliputi nama obat, dosis, jumlah barang, dan ED/Batch. 3) Penyimpanan Obat Penyimpanan obat dilakan berdasarkan pada kelas terapi, bentuk sediaan, stabilitas, alfabethis. FIFO/FEVO. Dan untuk obat obatan NAPZA dilakukan penyimpanan secara khusus pada sebuah lemari menggunakan sistem double lock. 4) Distribusi Obat Distribusi obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit bagian rawat jalan menggunakan sistem individual Prescribing (dilakukan perpasien sesuai dengan dokter yang bertugas di poliklinik maupun IGD) 5) Pelayanan Obat Pelayanan Obat dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Ssakit bagian rawat jalan dengan cara menerima resep dari IGD dan Poliklinik. Pihak Instalasi Farmasi Rumah Sakit tidak menerima resep dari luar. Kemudian untuk proses pelayanaan resep juga dibedakan menjadi resep BPJS, Umum, dan Relasi. Yang membedakan



ketiganya adalah proses administrasi saja. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, dilakukan pengecekan (screening) secara administrasi, farmasetis, dan klinik. Pada tahap screening administrasi sudah dilakukan secara computer, kemudian screening farmasetik terkait dengan bentuk sediaan, dan dosis, kemudian secara klinik meliputi stabilitas obat, interaksi obat, dan apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu atau tidak. Kemudian apoteker akan melakukan konfirmasi ke pasien dengan cara identifikasi (nama, dan tanggal lahir). Kemudian setelah itu pasien diminta untuk segera menyelesaikan proses administrasi dan menunggu antrian pengambilan obat di IFRS rawat jalan. 6) Dispensing Obat Dispensing obat dibedakan menjadi resep racik dan non racik. Kemudian secara administrasi juga terdapat resep BPJS, umum, relasi dan IGD. Pada tahap ini ddilakukan pengecekan terhadap etiket dan obat apakah sudah sesuai, kemudian dilakukan labeling etiket. Kemudian dilakukan verifikasi ulang obat sebelum obat diserahkan kepada pasien. Ada beberapa obat yang dilakukan double check, yaitu obat obat yang high alert.karena jika salah obat, dan salah dosis maka akan berakibat fatal sehingga perlu dilakukan double check. Contohnya : obat diabetes mellitus (insulin). Kemudian obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien. Apoteker akan memberikan koseling kepada pasien terkait obat, indikasi, dosis, aturan pakai, cara penyimpanan dan efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan dari obat tersebut. 7) Evaluasi hal hal yang dilakukan pada tahap ini meliputi stok opname yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Kemudian stok fisik (pada tahap ini dilakukan terhadap obat. Untuk obat yang masuk ke Instalasi Farmsi Rumah Sakit bagian rawat jalan minimal memliki Expired Date 6 bulan, kemudian untuk obat yang ED kurang dari 6 bulan akan ditempatkan di tempat khusus agar dapat dipakai terlebih dahulu, kecuali jika obat tersebut dapat dikembalikan ke distributor, namun jika tidak bisa dikembalikan ke distributor maka akan dilakukan pemusnahan. Pemusnahan dilakukan oleh pihak logistic farmasi dengan cara dikumpulkan terlebih dahulu dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit bagian rawat jalan dan rawat inap, kemudian obat yang berasal dari IGD juga dikumpulkan menjadi satu. Untuk obat tablet dikeluarkan dari stripnya, kemudian dikumpulkan jadi satu dan dimusnahkan. 8) Resep Obat Resep dapat dibedakan menjadi resep BPJS dan umum. Pada resep BPJS dibedakan menjadi resep BPJS kronis dan BPJS non kronis. Untuk resep BPJS kronis adalah resep yang diberikan untuk pasien yang menderita penyakit kronis namun pengobatan dilakukan menggunakan jaminan kesehatan berupa BPJS. Untuk BPJS kronis sendiri dapat digunakan untuk 10 penyakit kronis, diantaranya adalah Diabetes Melitus, Hipertensi, Stroke, Asma, Epilepsi, Skhizoprenia, GGK, SLE, dan PPOK. Lalu untuk resep umum dibedakan menjadi umum biasa dan umum relasi. Pasien umum relasi adalah pasien yang proses administrasi pembayarannya dilakukan menggunakan asuransi, contohnya : Jasa Raharja, Fundetial dan lainnya



2. Masalah yang dikaji Permasalah yang dikaji ketika melakukan kegiatan ini adalah terkait obat yang diresepkan oleh dokter. Saya mendapatkan resep yang berisi obat obatan untuk pasien yang menderita gangguan pencernaan. Resep yang diberikan adalah resep yang untuk pasien dengan diagnose penyakit gangguan pada empedu dan pencernaan.. Pasien tersebut mendapat resep : R/ursodeoaxycholic acid 2x1 tab 30 tab R/lansoprazole 2x 30 mg 14 tab R/sukralfat syr 3x2 sdk 1 botol R/ Paracetamol 350 mg Diazepam 1 mg Tramadol 25 mg Mf lag pulv da in cap No.30 2x1 kapsul Pada kasus tersebut terdapat interaksi obat antara lansoprazole dan sukralfat, sehingga harus dilakukan screening resep terlebih dahulu dan melakukan analisis. 3. Analisis Kritis Analisis yang dilakukan berdasarkan kasus/permasalahan yang terdapat pada resep tersebut. Sebelum melakukan penyelesaian kasus pada resep tersebut, hal pertama yang lakukan adalah melakukan screening resep terlebih dahulu, baik secara administrasif, farmasetik dan klinik. Pada resep tersebut pasien didiagnosa menderita gangguan pencernaan. Pada tahap screening secara administrative resep tersebut dapat diterima karena memiliki kelengkapan administrative yang dibutuhkan untuk mengambil obat di Instalasi Farmasi rawat jalan. Kemudian dilakukan screening secara farmasetik dan sudah sesuai dengan procedure, namun saat melakukan screening secara klinik terdapat beberapa interaksi antara obat yang diresepkan oleh dokter tersebut. Pada resep tersebut dokter meresepkan lansoprazole dan sukralfat, sehingga ditemukan DRP yaitu intraksi antara lansoprazole dengan sukrafalfat sehingga harus dilakukan konseling lebih detail kepada pasien terkait aturan minum obat.



4. Dokumentasi



5. Referensi Medscape, 2019, Drug Interaction Checker, (online), (http://www.reference.medscape.com/drug-interactionchecker), diakses tanggal 22 November 2019.