19 0 964 KB
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA
GRANULASI KERING
Disusun oleh Kelompok: 3
1. Ria Agustina
P17335115030
2. Rivnie Rizkia
P17335115039
3. Yusi Mulyani
P17335115044
4. Nida Elfany
P17335115046
5. Jajang Nurjaman
P17335115051
KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN FARMASI 2017
PRAKTIKUM II GRANULASI BASAH
I.
Tujuan Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik granulasi kering dengan bahan aktif asam mefenamat.
II.
Teori Dasar Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet kempa atau tablet kompresi (Depkes,1995) Berdasarkan prinsip pembuatan, sediaan tablet terdiri atas tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembap dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul kering dengan menggunakan mesin tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010). Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan pembantu (eksipien). Desain formulasi tablet diawali dengan nilai yang sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu dosis bahan berkhasiat dalam tablet. Jumlah bahan aktif dalam tablet dapat merupakan faktor pembatas dalam mendesain formulasi. Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain formulasi tablet dapat dikelompokkan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut : 1. Pengisi/pengencer Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan dapat berpengaru pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir). 2. Pengikat
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang ada pada pengempaan membentuk massa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. 3. Penghancur (disintegrant) Tujuan penghancur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan oleh pasien. 4. Pelincir (lubricant) Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukkan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidant). 5. Pelincin (glidant) Gildan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering
ditemukan/ditunjukkan
formula
kempa
langsung.
Glidan
meminimalkan kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan. Mesin kempa tablet berkecepatan tinggi memerlukan sifat aliran yang lancer menuju lobang lumpang. 6. Agen pendapar Adakalanya untuk menjaga stabilitas bahan aktif obat, ke dalam formulasi tablet ditambahkan sistem dapar seperti pada sediaan children buffered aspirin chewable tablet. 7. Pemanis/flavor Agen peningkat cita rasa dan pemanis lazim digunakan untuk meningkatkan rasa tablet kunyah. 8. Agen pembasah Untuk zat aktif bersifat hidrofobik, adakalanya diperlukan penambahan agen pembasah. Agen pembasah cair dapat ditambahkan ke dalam cairan
penggranulasi, sedangkan agen pembasah kering, misalnya natrium laurel sulfat (NaLS) ditambahkan dalam bentuk serbuk selama proses granulasi. 9. Agen penyalut Penyalutan tablet dimaksudkan untuk beberapa tujuan, dapat berbentuk salut gula atau salut lapis tipis dengan beberapa macam polimer. 10. Pembentuk matrik Pembentuk matriks terutama dari polimer farmasetik bertujuan untuk memodifikasi pelepasan bahan aktif obat dai sediaan tablet. 11. Pewarnaan Pemberian warna pada sediaan farmasi (tablet) dilakukan untuk identifikasi produk yang kelihatannya sama atau satu rangkaian (seri) dari produk yang sama jenisnya, pewarnaan dapat mencegah terjadinya pencamputan obat yang berbeda selama proses manufaktur, dan untuk nilai estetika tampilan dan kemasan (Goeswin, 2012). Hal – hal berikut merupakan keunggulan utama tablet : 1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah. 2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah. 3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak. 4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak 5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul. 6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat 8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi besar – besaran. 9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman, 1994) Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut : 1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis. 2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup. 3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 1994) Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau beberapa obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak. Mesin pencetak tablet ada 2, yaitu pencetak tunggal atau single punch dan pencetak ganda berputar atau rotary press. Mesin pencetak tablet dirancang dengan komponen komponen dasar sebagai berikut: 1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan memasukkan granul yang akan dicetak 2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet 3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die 4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh 5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan granul dari hopper ke dalam die. (Lachman ,1994)
Metode pembuatan tablet dibagi menjadi metode granulasi dan kempa langsung. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar. Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering. Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban (Andayana, 2009).
Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan : a) Mesin Slug Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. b) Mesin Rol Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau digiling
hingga
diperoleh
granul
dengan
ukuran
yang
diinginkan. (Andayana, 2009) Granulasi kering dilakukkan apabila zat aktif tidak mungkin di granulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan atau lembab atau juga tidak mungkin di kempa lansung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas, dan atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung (Lachman L. Et al, 1986). Tujuan utama granulasi kering adalah memperbaiki sifat aliran serbuk halus dengan cara mengglomerasikan partikel-partikel kecil dari serbuk halus yang digunan dalam suatu formulasi tablet. Aglomelat yang memperoleh
masih perlu dihaluskan menjadi granul yang dapat di proses lebih lanjut menjadi tablet jadi (Lachman L. Et al, 1986). Granulasi adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya terbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan no.4-12, walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat bergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989). Granul yang dibuat dengan granulasi kering pada umumnya sederhana atau tidak beraturan, sedangkan pada granul yang dibuat dengan metode basah banyak macam bentuk partikel. Sesuai dengan hal itu, granulasi kering jarang dipilih sebagai metode granulasi. Akan tetapi, granulasi kering cocok untuk zat-zat yang peka terhadap pelarut dan tidak stabil pada suhu tinggi. Selain itu, keuntungan granulasi kering yang lain adalah diperolehnya granul dengan bobot jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan granul yang dihasilkan dari granulasi basah (Lachman L. Et al, 1986). Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling (Andayana, 2009). Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi 2. Zat aktif susah mengalir 3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah : 1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu 2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab 3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat Tidak
memerlukan
pengeringan
sehingga
tidak
terlalu
lama
pengerjaannya. 4. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap panas dan lembab. (Andayana, 2009). Kerugian cara granulasi kering adalah : 1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug 2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam 3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang 4. Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut 5. Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai (Andayana, 2009).
Proses Pelaksanaan : a) Penghalusan Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder. b) Pencampuran Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender. c) Slugging Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.
d) Pengayakan Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating granulator/fitzmill. e) Pengayakan Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya. f) Penambahan Penghancur dan Lubrikan Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan penghancur dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer lainnya. g) Pengempaan Tablet Proses terakhir dari metode granulasi kering adalah pengempaan massa cetak berupa granul menjadi tablet. Untuk memantau kualitas produk obat, evaluasi secara kuantitatif serta penetapan sifat kimia, fisika, dan bioavilibilitas tablet harus dibuat evaluasi meliputi : a. Evaluasi Granul 1. Sifat alir 2. BJ nyata, BJ mampat, % Kompresibilitas 3. Kelembaban b. Evaluasi Tablet 1. Organoleptis 2. Keseragaman Ukuran 3. Keseragaman bobot 4. Friabilitas 5. Kekerasan dan kerenyahan tablet 6. Waktu hancur Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesic, anti inflamasi, dan antipiretik. Cara kerja asam mefenamat seperti
OAINS (Obat Anti Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 dan COX-2). Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat dan juga kerja perifer (Goodman, 2007). Obat
analgesic
adalah
obat
yang
dapat
mengurangi
atau
menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok, atau kejang otot (Tjay, 2007). Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung syaraf bebas yang tersebar di kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiter nya glutamate dan jaras nyeri lambat dengan neurotransmiter nya substansi P (Guyton & Hall, 1997). Dosis asam mefenamat sebagai analgetik 500 mg kemudian 3-4 dd 250 mg selama maksimal 7 hari (Tjay,2007). Untuk dosis 250 mg pemakaiannya 2 tablet berikutnya 3-4 kali satu tablet.
Fase Luar
Fase Dalam
III. Formula F1
F2
F3
F4
Ibuprofen 200 mg
Ibuprofen 200 mg
Asam mefenamat 250 mg
Asam Mefenamat 250 mg
PVP 4%
PVP 4%
PVP 4%
Avicel 101 3%
Avicel 101 5%
Avicel 102 7%
Lactosa q.s
Lactosa q.s
Lactosa q.s
Laktosa q.s
Talk 2%
Avicel 5%
PVP 4% Primogel 4,36%
Talk 2 %
Talk 2 %
Mg.Stearate 1%
Talk 2%
Avicel 1%
Avicel 4%
Avicel 5%
Mg. Stearat 1%
Talk 2%
Mg Stearat 1%
IV.
Preformulasi Zat Aktif Struktur Kimia
Rumus Molekul
C15 H115 NO2
Nama
Asam Mefenamat
Nama Lain
Mefenamic Acid
Nama Kimia
Asam N – 2, 3 – Xililatranilat
Berat Molekul
241,29
Pemerian
Serbuk hablur putih
Suhu Lebur
230ºC
pH
-
Kelarutan
Larut dalam larutan alkali hidroksida, sukar larut dalam etanol dan praktis tidak larut dalam air
Stabilitas
Simpan dalam wadah tertutup dengan temperatur
dibawah 40°C disarankan 15ºC - 30°C Terhadap cahaya : lebih mudah terurai Terhadap udara : higroskopis dan mudah terurai dengan udara
V.
Inkompatibilitas
-
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup, tidak tembus cahaya
Preformulasi Eksipien
Polyvinil Povidone Struktur molekul
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 581) Rumus molekul
(C6H9NO)n (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 581)
Nama kimia
1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 581)
Sinonim
E1201; Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1 pyrrolidinyl) ethylene]; polyvidone; polyvinylpyrrolidone; povidonum; Povipharm; PVP; 1- vinyl-2-pyrrolidinone polymer. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 581)
Berat molekul
2500-3000000 (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition,
2009, hal. 581) Pemerian
Serbuk berwarna putih hingga putih kekuningan, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopis. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 582)
Suhu Lebur
Melunak pada suhu 150°C. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 582)
Kelarutan
Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 582)
Densitas
Bulk: 0,29-0,39 g/cm3 untuk Plasdone (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 582) Mampat: 0,39-0,54 g/cm3 untuk Plasdone (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 582) Nyata: 1,180 g/cm3 (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 582)
Kandungan
Povidon sangat higroskopis. Jumlah signifikan dari air
Lembab
diserap di kelembaban relatif rendah. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 582)
Viskositas
Viskositas larutan Povidon tergantung pada konsentrasi dan berat molekul polimer yang digunakan. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition,
2009, hal. 582) Stabilitas
Berubah warna menjadi gelap hingga batas tertentu pada pemanasan
dengan
suhu
150°C
dengan
penurunan
kelarutan air. Stabil pada pemanasan siklus pendek pada suhu 110°-130°C. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 582) Inkompatibilitas
Larutan Povidon inkompatibel dengan berbagai asam anorganik, resin alami dan sintetis. Membentuk molecular adducts dengan sulfathiazole, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin, dan senyawa lain. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 583)
Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup kedap, ditempat yang sejuk dan kering. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 583)
Kegunaan
Pengikat tablet. (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, 2009, hal. 581) Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition,
Pustaka
2009, hal. 581-583
Talk
Rumus Molekul
Tidak ditemukan Altalc; E553b; hydrous magnesium calcium silicate; hydrousmagnesium
Sinonim
silicate;
Imperial;
Luzenac
Pharma; magnesium hydrogen metasilicate; Magsil Osmanthus; Magsil Star; powdered talc; purified French chalk; Purtalc; soapstone; steatite; Superiore;
talcum. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 728) Berat molekul
Tidak
ditemukan(Handbook
of
Pharmaceutical
Excipients 6th) Sangat halus, putih atau putih keabuan, tidak berbau,serbuk kristal. Mudah melekat pada kulit,
Pemerian
bebas dari butiran (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 728) Anticaking agent; glidant; tablet and capsule diluent;
Fungsi
tablet dan capsule lubricant. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 728)
Titik Leleh
Tidak
ditemukan(Handbook
of
Pharmaceutical
Excipients 6th ed) Talk menyerap jumlah air yang tidak signifikan pada suhu 25°C dan kelembaban relatif hingga sekitar
Kandungan Lembab
90%. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 729) Praktis tidak larut dalam asam encer dan alkali,
Kelarutan
pelarut organik, dan air (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 728)
Densitas
Tidak ditemukan
Viskositas
Tidak ditemukan Talk merupakan bahan ang stabil dan dapat
Stabilitas
disterilisasi dengan pemanasan pada suhu 160℃ selaam 1 jam, dapat juga dilakukan sterilisasi dengan
pemaparan etilen oksida atau radiasi sinar gamma. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 729) Talk harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat Penyimpanan
di tempat sejuk dan kering (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 729) Inkompatibilitas
Kompatibilitas
dengan
komponen
Amonium
kuartener. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 729)
Magnesium Stearat
Rumus Molekul
Tidak ditemukan Dibasic magnesium stearate; magnesium distearate; magnesiistearas;
Sinonim
magnesium
octadecanoate;
octadecanoic acid, magnesium salt; stearic acid, magnesium salt; Synpro 90. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 404) 591.24
Berat molekul
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 404) Sangat halus, putih atau putih keabuan, tidak berbau,serbuk kristal. Mudah melekat pada kulit,
Pemerian
bebas dari butiran. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 404)
Fungsi
Tablet dan capsule lubricant. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed.
hlm. 404) 117–150°C (sampel komersial) Titik Leleh
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 404)
Kandungan Lembab
Tidak ditemukan Praktis tidak larut dalam etanol, etanol 95%, eter dan air, sedikit larut dalam benzene dan etanol 95%
Kelarutan
hangat (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 404) Densitas (bulk) 0.159 g/cm3 Densitas (tapped) 0.286 g/cm3
Densitas
Densitas (true) 1.092 g/cm3 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 404)
Viskositas
Tidak ditemukan Magnesium stearat stabil
Stabilitas
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 405) Magnesium Stearat harus disimpan dalam wadah
Penyimpanan
yang tertutup rapat di tempat sejuk dan kering (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 405) Inkompatible dengan asam kuat, basa dan garam ion. Dihindari untuk dicampurkan dengan oksidator kuat.
Kompatibilitas
Tidak digunakan dalam produk yang mengandung aspirin, vitamin dan garam alkaloida. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm. 405)
Laktosa
Rumus Molekul
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.359) Anhydrous 60M; Anhydrous Direct Tableting (DT); Anhydrous DT High Velocity; Anhydrous Impalpable; Lactopress Anhydrous; Lactopress Sinonim
Anhydrous 250; lactosum anhydricum; lattosio; milk sugar; SuperTab 21AN; SuperTab 22AN; saccharum lactis (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.359)
Berat molekul Pemerian
Tidak ditemukan Serbuk hablur putih atau hampir putih (FI V Hlm. 741, PDF) dry powder inhaler carrier; lyophilization aid;
Fungsi
tablet dan capsule diluent; tablet dan capsule filler. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.360)
Titik Leleh
223.0°C untuk anhydrous a-lactose; 252.2°C untuk anhydrous b-lactose;
232.0°C (typical) untuk commercial anhydrous lactose (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.360) Laktosa monohidrat mengandung kira-kira 5% b/b air kristalisasi dan biasanya memiliki kadar air 4,5Kandungan Lembab
5,5% b/b. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.364) Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam
Kelarutan
etanol. (FI V Hlm. 741, PDF) Density (true) 1.589 g/cm3 untuk anhydrous blactose Density (bulk) 0.71 g/cm3 for SuperTab 21AN; 0.66 g/cm3 untuk
Densitas
Super-Tab 22AN. Density (tapped) 0.88 g/cm3 untuk SuperTab 21AN; 0.78 g/cm3 untuk Super-Tab 22AN. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.360)
Viskositas
Tidak ditemukan Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan dalam penyimpanan. Hal tersebut dapat disebabkan
Stabilitas
oleh panas, kondisi lembab yang kelembabannya hingga 80%. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.360)
Penyimpanan
Laktosa harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat di tempat sejuk dan kering
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.360) Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat mengalami reaksi maillard dengan Kompatibilitas
amin primer dan sekunder bila disimpan dalam kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. hlm.360)
VI.
Rasionalisasi Formula Pada pembuatan tablet kali ini, dibuat dengan bahan aktif asam mefenamat 250 mg dan bobot total 350 mg, sehingga persentasi zat aktif dalam tablet adalah 76,45%. Zat aktif tidak tahan terhadap panas, lembap dan akan terhidrolisa jika ada air. Sehingga pembuatan tablet asam mefenamat menggunakan metode granulasi kering. Bobot tablet yang diinginkan adalah 350 mg, sedangkan asam mefenamat yang diperlukan adalah 250 mg sehingga dibutuhkan pengisi berupa laktosa dan avicel untuk menggenapkan bobot tablet hingga 350 mg. Tablet asam mefenamat dibuat dengan metode granulasi kering sehingga diperlukan pengikat yang dapat menyatukan zat aktif dnegan berbagi zat tambahan lainnya hingga menjadi granul yang baik yang dapat meningkatkan sifat alir dan kompresibilitas. Maka ditambah PVP sebagai pengikat. PVP memiliki daya rekat yang baik sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dari serbuk. Tablet yang baik harus terdisintegrasi dalam saluran cerna sebelum 15 menit. Maka diperlukan desintegran yaitu magnesium stearate pada fase dalam dan fase luar. Granul dikhawatirkan tersendat dalam hopper, jika terjadi maka bobot tablet yang dihasilkan tidak seragam. Maka diperlukan glidan yaitu talk agar sediaan dapat mengalir dengan baik di hopper.
Pada proses pencetakan menggunakan mesin tablet dapat terjadi friksi abtara die dengan serbk yang dapat menimbulkan panas dan merusak mesin, friksi harus dikurangi dnegan lubrikan. Maka perlu ditambahkan lubrikan yaitu magnesium stearate. Pada formula ditambahkan avicel sebagai pengikat, desintegran dan lubrikan pada sediaan tablet yang dibuat.
VII.
Perhitungan 1. Formula Kelompok 1
Kadar Ibuprofen = 200 mg Bobot tablet
= 350 mg (dibuat untuk 300 tablet)
Formula
Perhitungan 1 Tablet
Perhitungan 300 Tablet
Kondisi Sebenarnya
Fase dalam (96%) 200 𝑚𝑔
Ibuprofen
200 𝑚𝑔 × 300𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
60 g
= 60000𝑚𝑔 = 60 𝑔 Avicel 101
PVP
Talk
Laktosa Anhidrat
3 × 350 𝑚𝑔 = 10,5 𝑚𝑔 100
10,5 𝑚𝑔 × 300𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
4 × 350 𝑚𝑔 = 14 𝑚𝑔 100
14𝑚𝑔 × 300𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
1,5 × 350 𝑚𝑔 = 5,25 𝑚𝑔 100
5,25𝑚𝑔 × 300𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
97,5 × 350 𝑚𝑔 100 − (200𝑚𝑔 + 10,5𝑚𝑔
111,5𝑚𝑔 × 300𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 33,45 g
3,15 g
= 3150𝑚𝑔 = 3,15 𝑔 4,2 g
= 4200𝑚𝑔 = 4,2 𝑔 1,575 g
= 1575𝑚𝑔 = 1,575𝑔
= 33450𝑚𝑔 = 33,45𝑔
+ 14𝑚𝑔 + 5,25𝑚𝑔) = 341,25𝑚𝑔 − 229,75𝑚𝑔 = 111,5𝑚𝑔 Fase luar (4%) Talk
1,5 × 26,385𝑔 = 0,406𝑔 97,5
0,406 g
Avicel 101
1 × 26,385𝑔 = 0,271𝑔 97,5
Jumlah tablet
= =
bobot granul sebenarnya bobot 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 teoritis 26,385 𝑔 102,375 𝑔
0,271 g
× 300 tablet
× 300 tablet
= 77,3187 tablet Bobot tablet sebenarnya
=
bobot granul sebenarnya + bobot fase luar yang ditambahkan jumlah tablet sebenarnya 27,062 g
= 77,3187 tablet = 0,350 g = 350 mg
2. Formula Kelompok 2 Kadar paracetamol = 250 mg Bobot tablet Formula
= 400 mg (dibuat untuk 350 tablet)
Perhitungan 1
Perhitungan 350
Kondisi
tablet
tablet
sebenarnya
93
Fase Dalam (93%) 100 𝑥 350 𝒎𝒈 = 𝟑𝟐𝟓, 𝟓 𝒎𝒈 𝒙 𝟑𝟓𝟎 𝒕𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕 = 𝟗𝟕, 𝟔𝟓𝟎 𝒈 200 𝑚𝑔 𝑥 300 𝑡𝑎𝑏 Ibuprofen
250 mg
= 60000 mg
60 g
= 60 g
PVP
Amprotap
4 𝑥 350 𝑚𝑔 100
14 mg x 300 tab =
= 14 𝑚𝑔
4,2 g
5 𝑥 350 𝑚𝑔 100
17,5 x 300 tab =
= 17,5 𝑚𝑔
5,25 g
4,2 g
5,25 g
94,5 𝑥 350 𝑚𝑔) 100 − (200 𝑚𝑔 + 14 Laktosa
+ 17,5 + 3,5
94 x 300 tab =
+ 1,75 )
28,2 g
28,2 g
= 330,75 mg – 236,75 mg = 94 mg Fase Luar (7%) 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 25,405 𝑔 0,5 𝑥 25,405 𝑔 100
Mg Stearate
-
0,127 g
-
0,254 g
-
1,0162 g
= 0,127 𝑔 1 𝑥 25,405 𝑔 100
Talkum
= 0,254 𝑔 4 𝑥 25,405 𝑔 100
Amprotap
= 1,0162 𝑔
3. Formula Kelompok 3 Kadar asam mefenamat = 250 mg Bobot tablet Formula
Perhitungan 1 tablet
= 350 mg (dibuat untuk 300 tablet) Perhitungan 300 tablet
Kondisi sebenarnya
Fase Dalam (92%) Asam Mefenamat
PVP
250 mg 4 𝑥 350 𝑚𝑔 100 = 14 𝑚𝑔
250 𝑚𝑔 𝑥 300 𝑡𝑎𝑏 =75000 mg = 75 g
75 g
14 𝑚𝑔 𝑥 300 𝑡𝑎𝑏 = 4200 𝑚𝑔 = 4,2 𝑔
4,2 g
7 𝑥 350 𝑚𝑔 100
Avicel
7,35 𝑔
7,35 g
= 24,5 𝑚𝑔 0,5 𝑥 350 𝑚𝑔 100
Mg. Stearate
0,525 g
0,525 g
1,05 g
1,05 g
10,05 g
10,05 g
= 1,75 𝑚𝑔 0,1 𝑥 350 𝑚𝑔 100
Talk 1%
= 3,5 𝑚𝑔 93,5 𝑥 350 𝑚𝑔 100 − (250 𝑚𝑔 + 14 𝑚𝑔 Laktosa
+ 24,5 𝑚𝑔 + 1,75 𝑚𝑔 + 3,5 𝑚𝑔) = 33,5 𝑚𝑔
Fase Luar (8%) = bobot yang didapat granul kering adalah 121,625 g Avicel
5 𝑥26,781 𝑔 93,5
-
1,432 𝑔
= 1,432 𝑔 Talkum
1 𝑥26,781 𝑔 93,5
-
0,286 g
= 0,286 𝑔 Mg Stearat
0,5 𝑥26,781 𝑔 93,5
-
= 0,143𝑔
Bobot teoritis untuk 300 tablet = 98,175 g Bobot granul yang di dapatkan = 26,781 g Jumlah tablet =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑔 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
26,781 𝑔
= 98,175 𝑔 𝑥 300 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 81,837 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 Bobot per tablet
26,781𝑔+0,0286 𝑔+0,143 𝑔+1,432 𝑔 81,837 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
= 0,3499 𝑔/𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 = 350 mg/ tablet
0,143 g
4. Formula Kelompok 4 250
Kadar Asam Mefenamat = 350 x 100% = 71,43% Bobot tablet formula
= (dibuat untuk tablet) 350 mg sebanyak 300 tab Peritungan 1 Tablet
Perhitungan
Kondisi
Tablet
Sebenarnya
75 g
75,00 g
4,2 g
4,2 g
4,578 g
4,578 g
x 350 mg = 1,75 mg
0,525 g
0,525 g
x 350 mg = 3,5 mg
1,058 g
1,058 g
12,822 g
12,822 g
Fase Dalam (92%) + 1% + 0,5% = 93,5% Asam
250 mg
Mefenamat PVP 4% Primogel
4 4,36 100
4,36%
x 350 mg = 15,26 mg
Mg Stearat
0,5
0,5%
100
Talk 1%
x 350 mg = 14 mg
100
1 100 93
(100 x 350 mg) – (250 + Laktosa q.s
14 + 15,26 + 3,5 + 1,75) = 42,74 mg
Bobot granul yang diperoleh (sebenarnya) = 26,559 g Fase Luar (6,5%) Avicel 5%
5 93,5 1
Talk 1%
93,5
x 26,559 g = 1,42 g
1,42 g
1,42 g
0,284 g
0,284 g
0,142 g
0,142 g
x 26,559 g = 0,284 g
Mg Stearat
0,5 93,5
x 26,559 g = 0,142
0,5%
g
Perhitungan jumlah tablet 26,559 96,839
x 300 = 82,278 tablet
Bobot / 1 tablet =
26,559+1,42+0,2840+0,142 82,278
= 345,2 mg
VIII. Prosedur Untuk prosedur pembuatan tablet formula kelompok 3 dibagi menjadi dua proses pembuatan yaitu pembuatan fase dalam dan pembuatan fase luar. 1.
Pembuatan fase dalam pertama dilakukan proses milling semua bahan yaitu asam mefenamat, PVP, avicel, dan laktosa dengan menggunakan ayakan mesh 40.
2. Setelah melakukan proses milling dilakukan penimbangan secara seksama sesuai dengan jumlah presentasi dalam formula yaitu asam mefenamat sebanyak 75 g, PVP sebanyak 4,2 g, avicel sebanyak 7,35 g, talk sebanyak 0,525 g, dan mg stearate sebanyak 0,525 g. 3. Proses mixing dilakukan menggunakan toples. Mixing (pencampuran) dilakukan dengan pencampuran kering fase dalam dan setengah bagian fase luar secara geometri (1:1). Dimulai dari bahan bobot yang terkecil (pencampuran dilakukan dengan perbandingan 1:1), di mixing dengan pengocokan selama 5 menit dengan kecepatan kostan. 4. Campuran serbuk yang telah homogen kemudian dislug 5. Setelah membentuk slug, slug digiling kasar (dihancurkan dengan menggunakan mortir dan stamper hingga terbentuk massa granul kasar) dan diayak dengan mesh 16. 6. Dilakukan evaluasi granul diantaranya keseragaman kandungan, bobot jenis, kompresibilitas, sifat alir dan distribusi ukuran partikel. 7. Penambahan fase luar yang telah di ayak terlebih dahulu yaitu talk, mg stearate dan avicel 8. Dilakukan proses mixing (pencampuran) kering granul dengan fase luar dengan perbandingan 1:1 selama 10 menit, agar serbuk yang dibuat homogen menggunakan toples. 9. Ditimbang bobot pertabletnya 10. Massa siap cetak tablet kemudian di tabletasi menggunakan punch tablet
sesuai dengan bobotnya. 11. Setelah tablet tercetak dilakukan proses evaluasi tablet diantaranya organoleptis, keseragaman kandungan, friabilitas, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, keseragaman ukuran, dan keseragaman bobot.
IX.
Evaluasi Granul dan Tablet 1) Evaluasi Granul a. BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K) BJ nyata, BJ mampat, dan % Kompresibilitas ini yaitu untuk menjamin aliran granul yang baik. Berdasarkan uji evaluasi yang dilakukan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan gelas ukur 100 ml. prinsipnya adalah berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan volume setelah dimampatkan (diketuk 200, 400, 1250 kali). Untuk BJ nyata, granul sebanyak 20 gram dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml lalu diratakan dan volume dibaca, dilakukan pengujian triplo. Kemudian dimampatkan untuk pengujian BJ mampat (diketuk 10,50, 1250 kali). Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index. (Depkes RI, 2015). Hausner ratio aliran baik jika rasio 1,2 dan aliran jelek jika rasio >1,6. BJ nyata
%K
bobot granul bobot granul BJ mampat volume mampat volume granul
BJ mampat BJ nyata BJ mampat
100%
Hausner ratio =
𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 𝐵𝐽 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
Penafsiran hasil: Hubungan % Kompresibilitas dengan aliran serbuk (Lachman, 1989) % Kompressibilitas
Aliran
5-15
Baik sekali
12-16
Baik
18-21
Cukup
23-35
buruk
33-38
sangat buruk
>40
sangat buruk sekali
Hasil evaluasi kelompok 3 1) BJ nyata = bobot granul / volume granul 26,781 𝑔
=41,67 𝑚𝑙 = 0,643 𝑔/𝑚𝑙 Jumlah ketukan
Volume (ml)
0
42 ml
200
36 ml
400
34 ml
1250
33 ml
2) BJ mampat = bobot granul / volume mampat =
26,781 𝑔 33 𝑚𝑙
= 0,812 𝑔/𝑚𝑙 3) Kompresibilitas = (BJ mampat – BJ nyata / BJ mampat) x 100% =
0,812𝑔/𝑚𝑙 −0,643 𝑔/𝑚𝑙 0,812 𝑔/𝑚𝑙
𝑥 100% =20,81%
Hasil evaluasi semua kelompok : BJ mampat
Formula
BJ nyata (g/ml)
1
0,6648 g/ml
0,6821 g/ml
2,54 %
2
0,6002 g/m
0,6778 g/ml
7,6 %
3
0,6430 g/ml
0,8120 g/ml
20,81%
4
0,6460 g/ml
0,7435 g/ml
13,1135%
(g/ml)
Kompresibilitas
b. Kecepatan aliran Evaluasi kecepatan alir granul ini bertujuan untuk menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan. Percobaan dilakukan pada saat
sebelum
penambahan
lubrikan.
Pengujian
dilakukan
menggunakan Flow Tester Manual (Martin dkk., 1994)dengan menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu dengan cara dimasukkan granul kedalam hopper dengan bagian bawah hopper ditutup menggunakan kertas.
Gambar 1. Hooper
Stopwatch
dinyalakandan
buka
penutup
hopper
secara
bersamaan hingga granul mengalir membentuk segitiga atau kerucut diatas kertas. Waktu mengalir dicatat kemudian tinggi dan diameter dari kerucut yang dibentuk oleh granul tadi diukur.Dihitung sudut ℎ (𝑐𝑚)
istirahat dengan rumus : 𝑡𝑔 Ѳ = 𝑟 (𝑐𝑚 ) Keterangan : h = tinggi (cm)
r = jari jari (cm)
Penafsiran Hasil
:
Hubungan antara Kecepatan Alir dengan Sifat Aliran Serbuk Sifat Aliran
Kecepatan Alir (g/detik)
Sangat Baik
> 10
Baik
4–10
Sukar
1,6– 4
Sukar
< 1,6
Hasil evaluasi semua kelompok : Formula
Sebelum Penambahan Lubrikan
Sesudah Penambahan Lubrikan
Kecepatan Aliran (g/detik)
Kecepatan Aliran (g/detik)
1
22,340 g/s
22,17 g/s
2
g/s
46,18 g/s
3
32,02 g/s
45,75 g/s
4
23,308 g/s
32,18 g/s
Hubungan antara Sudut Istirahat dengan Tipe Aliran Sifat Aliran
Sudut Istirahat (º)
Excellent
< 20
Good
20-30
Passable
30-40
Hasil pengamatan sudut istirahat No
H (cm)
R (cm)
∝
1
2,1 cm
18 cm
6,61 o
2
2,1 cm
16 cm
7,46 o
3
2,0 cm
18 cm
6,33 o
Rata-Rata
6,8 o
c. Kandungan lembab Pengujian kandungan lembab ini dilakukan secara gravimetri. Kadar air yang baik 2-4 % (Lachman, 1994). Granul ditimbang seksama sebanyak 1-2 g, pemanasan dilakukan dengan suhu 45ºC selama satu jam menggunakan oven kemudian ditimbang. Lakukan hingga bobot granul stabil 3 kali berturut-turut. Granul yang digunakan tidak dapat dipakai kembali karena asam mefenamat sebagai zat aktif hanya stabil pada pemanasan 1%. Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam penimbangan tablet akhir. Friabilitas
c.
: Formula
Friabilitas
1
0,71
2
5,6%
3
0,71%
4
1,12%
Keseragaman bobot Uji Evaluasi keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin keseragaman kandungan zat aktif dalam sediaan tablet. Uji keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin keseragaman proporsi zataktif disetiap bagian. Aliran granul yang buruk juga dapat mempengaruhi keseragaman bobot. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet dengan bobot >300 mg memenuhi syarat uji apabila tidak lebih dari 2 tablet yang melebihi 5% dari bobot rata-rata dan tidak ada satu tablet pun yang melebihi 10% bobot
rata-rata. Tablet ditimbang tablet satu persatu sebanyak 20 tablet lalu dicatat dan hitung nilai penerimaannya. Prinsip dari pengujian keseragaman bobot ini yaitu Tablet tidak bersalut/bersalut selaput timbang seksama 10 tablet satu persatu. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar masing-masing tablet hitung nilai penerimaan. Jika nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama kurang atau sama dengan 15% (Depkes,1995) bisa dilihat pada tabel dibawah ini : Bobot rata – rata
Penyimpangan Bobot rata-rata dalam % A
B
25 mg atau kurang
15%
30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10%
20%
151 mg sampai dengan 300 mg
7,5%
15%
5%
10%
Lebih dari 300 mg
Untuk Formula
:
No
Bobot tablet (mg)
Penyimpangan
1
352 mg
0,57%
2
335 mg
4,2%
3
348 mg
0,57%
4
349 mg
0,29%
5
349 mg
0,29%
6
451 mg
0,29%
7
349 mg
0,29%
8
354 mg
1,14%
9
348 mg
0,57%
10
351 mg
0,29%
11
350 mg
0%
12
351 mg
0,29%
13
349 mg
0,29%
14
349 mg
0,29%
15
350 mg
0%
16
351 mg
0,29%
17
350 mg
0%
18
351 mg
0,29%
19
351 mg
0,29%
20
352 mg
0,57%
Rata-rata
349 mg
Rentang
0,29%
Formula
1
2
3
4
Rata-rata
352,5 mg
343,9 mg
349 mg
340,3 mg
Penyimpangan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
5% Penyimpangan 10 %
d. Kekerasan tablet Uji evaluasi kekerasan tablet bertujan untukmenjamin ketahanan tablet pada gayamekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran. Kekerasan tablet berhubungan juga dengan bobot tablet. Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah. Pengujian dilakukan menggunakan Hardness tester dengan cara10 tablet yang akan diuji disiapkan lalu diletakkan tablet pada Hardness tester yang telah dinyalakan dan di bersihkan lalu tombol pada Hardness tester ditekan hingga bagian alat Hardness
tester bergerak mendorong tablet dengan kekerasan tertentu Kekerasan tablet yang baik adalah 4-7 kg/cm2 (Agoes, 2008).
Gambar 3. Hardness tester
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
(kg/cm2)
(kg/cm2)
(kg/cm2)
(kg/cm2)
1
5,4
6,5
4,4
2,0
2
5,8
3,9
4,8
1,9
3
6,2
5,4
4,7
1,7
4
6,9
4,3
5,6
5,5
5
4,7
6,2
4,8
2,0
6
5,7
5,4
5,0
6,8
7
6,3
5,8
4,5
2,1
8
5,8
5,3
4,9
1,9
9
6,1
5,3
4,1
3,0
10
5,8
4,9
4,8
2,1
Rata-rata
58,7
5,3
4,76
2,84
0,55
0,72
1,32
1,68
No Tablet
Standar Deviasi
e. Waktu Hancur Agar komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Tablet memenuhi syarat uji bila pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan pembantu. Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37°C ± 2°C kecuali dinyatakan lain untuk dalam monografi. Bejana diisi air, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan pada kedudukan terendah. Mulut tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satu-satu ke dalam masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara teratur 30 kali/menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal diatas kasa. (Depkes, 2014) Pegujian waktu hancur dilakukan menggunakan Disintegran tester dengan cara beaker glass diisi dengan aquadest sebanyak 700-800 ml kemudian sebanyak 6 tablet, masing-masing tablet dimasukkan tabung dari keranjang dan dipasang cakram keranjang dimasukkan ke dalam beaker glass saat suhu telah mencapai 37°C perubahan tablet diamati dan waktu yang dibutuhkan untuk hancur dicatat. No tablet 1
Formulasi 1
Formulasi 2
Formulasi 3
Formulasi 4
12 menit 17 1 menit 41 12 menit 52 1 detik
detik
detik
menit
detik
26
f. Keseragaman ukuran Dalam Prinsip nya selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet. Pengujian keseragaman ukuran dilakukan menggunakan jangka sorong agar menjamin penampilan tablet yang baik dan memastikan tablet memiliki ukuran yang sama. Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, namun yang diukur hanya 5 tablet. Masing-masing tablet diukur diameter dan tebal nya menggunakan jangka sorong. Penafsiran hasil diameter tablet tidak lebih dari 2 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet (Depkes, 2014). Formula 1 No
d
t
Formula 2 d/t
(mm) (mm)
d
t
(mm) (mm)
Formula 3 d/t
d
t
(mm) (mm)
Formula 4 d/t
d
t
d/t
(mm) (mm)
1
13,5
1
13,5 6,05
3,8
1,59 6,2
4
1,55 6,1
3,6
1,7
2
13,5
1
13,5 6,1
3,7
1,49 6,1
4
1,53 6,1
3,6
1,7
3
13,5
1
13,5 6,1
3,6
1,69 6,1
3,5
1,74 6,1
3,6
1,7
4
13,5
1
13,5 6,1
3,5
1,74 6,1
3,5
1,74 6,1
3,6
1,7
5
13,5
1
13,5 6,1
3,5
1,74 6,1
3,5
1,74 6,1
3,6
1,7
Rata- 13,5
1
13,5 6,09
3,62
1,65 6,12
3,7
1,66 6,1
3,6
1,7
Rata
X.
Pembahasan Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan tablet dengan menggunakan bahan aktif yaitu asam mefenamat dan ibuprofen. Khasiat dari asam mefenamat dan ibu profen yaitu sebagai analgetik, antipiretik dan antiradang. Dalam pembuatan tablet kelompok 3 yang dilakukan, selain bahan aktif asam mefenamat ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari avicel
sebanyak 12% (fasa dalam dan fasa luar) sebagai penghancur (disintegran), PVP sebanyak 4% sebagai pengikat (binder), laktosa sebagai
pengisi
(diluent), Mg stearat sebanyak 1 % sebagai pelicin (lubrikan), dan Talk sebanyak 2% sebagai
glidan. Pada metode granulasi basah, tiap bahan
tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan 7 penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidan. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat. Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan metode granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar. Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering. Metode yang digunakan pada praktikum pembuatan sediaan tablet asam mefenamat yaitu dengan metode granulasi basah dengan menggunakan etanol. Metode granulasi kering dipilih karena dosis bahan aktif pada 1 tablet lebih besar dari 5% dan zat aktif tidak tahan panas, bersifat lembap dan mudah
terhidrolisis
sehingga
pembuatan
tablet
asam
mefenamat
menggunakan metode granulasi kering. Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet asam mefenamat dengan menggunakan metode granulasi kering yaitu mulai dari Milling. Tujuan dari proses milling ini untuk menghindari kemungkinan terjadi segregasi dan demixing pada proses pencampuran berikutnya yang akan menyebabkan menurunnya homogenitas dari campuran bahan. Milling dilakukan dengan cara mengayak. Sebelum dilakukan penimbangan bahanbahan, terlebih dahulu dilakukan milling sehingga bahan yang telah ditimbang sudah memiliki ukuran yang sama satu sama lainnya. Tahapan kedua yaitu Mixing. Tujuan dari proses mixing adalah untuk mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang dihasilkan merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing terhadap fase dalam
bahan aktif yaitu asam mefenamat sebanyak 75 gram, pengisi laktosa sebanyak 10,05 gram, disintegrant 7% yaitu avicel sebanyak 4,2 gram dan magnesium stearate 0,5% dan talk 1% yang diambil dari fase luar karena proses granulasi kering melewati dua tahapan cetak. Jadi, harus memiliki lubrikan dan glidan pada dua fase. Mixing dilakukan dengan menggunakan toples sebagai turbula mixer. Dalam proses mixing ini zat yang akan dicampur secara geometris 1:1 agar menghasilkan campuran yang mendekati sempurna (random mix). Proses mixing fase dalam ini dilakukan dengan cara toples secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih selama 5 menit. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Pada tahap ini dilakukan unuk granulasi kering, pembuatan granul diperoleh dari serbuk yang telah tercampur fase dalam dan fase luar dibentuk/dicetak biasa disebut slug. Setelah terbentuk slug maka di haluskan dengan cara di gerus menggunakan stamper dan mortir. Granul yang telah terbentuk pada saat proses granulasi kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh 14. Pengayakan ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran granul. langkah selanjutnya yaitu dilakukan slugging. Setelah di dapatkan slugging, untuk mendapatkan granul, slug di gerus dengan mortir untuk kemudian di evaluasi. Yang diperlu diperhatikan sebelum evaluasi granul yaitu mencatat bobot granul sebelum dan sesudah dievaluasi. Evaluasi granul yang dilakukan meliputi Distribusi ukuran granul, Bobot jenis, Kandungan lengas, Kecepatan alir dan sudut, Pengujian yang pertama adalah bobot jenis dan % kompresibilitas. Hasil pengujian bobot jenis dan % kompresibilitas yang diperoleh dari setiap formula, diperoleh kurva perbandingan seperti
Evaluasi Bj nyata dan BJ mampat 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
BJ nyata BJ mampat
1
2
3
4
Grafik Kompresibilitas 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
Uji kerapatan dan kompresibilitas granul dilakukan berdasarkan prinsip dari USP yaitu, pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan
bobot
granul
terhadap
volume
sebelum
dan
setelah
dimampatkan. Pada pengujian bobot jenis, alat yang digunakan adalah 3 gelas ukur 100 ml (dilakukan pengujian triplo). Pengertian dari bobot jenis itu sendiri adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Sedangkan pengertian dari kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk tetap kompak dengan adanya tekanan, rasio housner dapat dihubungakan dengan kerapatan yang dinyatakan dalam persen (Alfred Martin dkk., 2009). Sehingga nilai persen kompresibilitas tergantung pada nilai bobot jenis yang dihasilkan, maka
sebelum menentukan nilai kompresibilitas, terlebih dahulu dilakukan uji bobot jenis.
Dari hasil perhitungan BJ mampat tersebut maka didapatkan
perhitungan % kompresibilitas. Setelah nilai persen kompresibilitas diketahui maka dapat dilihat bahwa granul yang dihasilkan memiliki aliran yang baik atau tidak karena untuk menentukan metode apa yang digunakan dalam pencetakan tablet. Pengukuran
kompresibilitas berdasarkan Carr’s index
dengan hasil seperti tertera pada diagram diatas dan berdasarkan syarat persen kompresibilitas, didapat bahwa formula yang paling baik dengan bahan aktif ibu profen adalah kelompok 1 dan yang paling baik dengan bahan aktif asam mefenamat adalah formula 4. Hal tersebut dapat terjadi karena formula menggunakan pengikat berupa avicel yang berbeda kadar dan menggunakan primogel. Kadar avicel terendah memiliki kompresibilitas yang paling baik. Setelah melakukan evaluasi bobot jenis dan % kompresibilitas, seanjutnya adalah evaluasi kecepatan alir dan sudut istirahat. Massa granul diletakkan dalam corong alat uji kecepatan aliryang bagian bawahnya ditutup. Massa granul yang keluar dari alat tersebut dihitung kecepatan alirannya dengan menghitung waktu yang diperlukan oleh sejumlah granul untuk turun melalui corong alat penguji dengan menggunakan stopwatch dari mulai dibukanya tutup bagian bawah hingga semua massa granul mengalir keluar dari alat uji. Timbunan granul dapat digunakan untuk menghitung sudut istirahat. Diameter rata-rata timbunan granul dan tinggi puncak timbunan granul diukur. Sudut diam serbuk merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Sifat aliran granul sangat penting untuk pembuatan tablet yang efisien. Aliran granul yang baik untuk dikempa sangat penting untuk memastikan pencampuran yang efisien. Oleh karena itu, selama evaluasi praformulasi terhadap zat aktif, karakteristik mampu alirnya harus dipelajari, terutama apabila dosis obat yang diantisipasi besar. Sifat aliran serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian
yang seragam ke dalam lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan di sekitar fasilitas produksi. Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang lebih beasar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode untuk mengevaluasi sifat aliran granul yang sering digunakan adalah metode corong (langsung). Kecepatan alir diketahui melalui metode corong. Metode ini paling sederhana untuk menetapkan mampu alir granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot tertentu melalui corong diukur dalam detik. Formula
Sebelum Penambahan Lubrikan
Sesudah Penambahan Lubrikan
Kecepatan Aliran (g/detik)
Kecepatan Aliran (g/detik)
1
22,340 g/s
22,17 g/s
2
g/s
46,18 g/s
3
32,02 g/s
45,75 g/s
4
23,308 g/s
32,18 g/s
Penambahan lubrikan pada fase dalam memperbaiki kecepatan aliran serbuk. Syarat dari pengamatan kecepatan alir serbuk adalah jika kecepatan aliran lebih dari 10 gram/s maka memiliki sifat alir yang sangat baik. Untuk Pengujian laju aliran granul bertujuan untuk memastikan homogenitas komposisi tablet selama proses pencetakan. Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot. Waktu alir yang buruk dapat menyebabkan terjadinya segregasi partikel granul (pemisahan partikel di mana partikel dengan ukuran paling kecil berada pada posisi paling bawah) sehingga partikel dengan ukuran paling kecil yang biasanya merupakan zat aktif, akan turun terlebih dahulu selama pencetakan. Hal ini menyebabkan tablet yang dicetak lebih awal akan memiliki dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tablet yang dicetak di akhir. Oleh karena itu, kecepatan alir yang buruk dapat menyebabkan ketidakseragaman bobot dan kandungan zat aktif atau dosis dalam sediaan tablet yang dibuat. Metode sudut diam digunakan sebagai metode tidak langsung untuk mengukur mampu alir serbuk karena hubungannya dengan kohesi antarpartikel. Sudut diam adalah sudut permukaan bebas dari tumpukan
serbuk dengan bidang horizontal. Nilai sudut diam berkisar 25-45 derajat, dengan nilai rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik (Siregar dan Wikarsa, 2010). Hasil Evaluasi Sudut Istirahat no
H (cm)
R (cm)
∝
1
2,1 cm
18 cm
6,61 o
2
2,1 cm
16 cm
7,46 o
3
2,0 cm
18 cm
6,33 o
Rata-Rata
6,8 o
Sudut istirahat yang diperoleh pada percobaan menunjukan pada formula satu sampai empat menunjukan hasil yang baik, semuanya memiliki sifat alir yang mudah sifat alir granul yaitu mudah mengalir sesuai standar sifat alir yaitu jika