Laporan Tapping Kompas - A.Mifthahul Jannah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI



PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI ACARA 1 : TAPPING KOMPAS



LAPORAN



OLEH : A.MIFTHAHUL JANNAH D061211057



GOWA 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta topografi merupakan peta yang dibuat berdasarkan perbedaan titik elevasi atau ketinggian pada permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur berdasarkan perbedaan titik elevasinya. Peta topografi biasanya dibuat dengan menggunakan teknik “ Taping Kompas”. Peta yang terbentuk adalah peta kontur dimana peta tersebut digunakan untuk menunjukkan perbedaan ketinggian suatu tempat. Perbedaan tinggi permukaan bumi dan unsur-unsur asli permukaan bumi baik buatan manusia maupu unsur-unsur alami yang sudah ada diatas permukaan bumilah yang melatar belakangi adanya peta topografi. Sebagian besar orang masih banyak yang belum mampu melihat dan memahami peta dengan baik dan benar, kita ketahui fungsi peta dalam



kehidupan



sehari-hari



sangat



penting.



Terutama



untuk



mempermudah menemukan tempat. Kebanyakan orang hanya mengetahui jenis peta umum saja, disisi lain masih banyak jenis peta yang mempunyai informasi yang berbeda-beda, salah satunya adalah jenis peta topografi Seorang geologist dituntut untuk mampu dalam membuat peta, salah satunya adalah peta kontur. Berdasarkan hal tersebut, maka praktikum yang kita lakukan yaitu praktek “Tapping Kompas” dilakukan untuk menambah kemampuan praktikan. Seorang praktikan harus juga ahli pada lapangan tidak hanya mampu dalam teori. Dengan melakukan praktek lapangan kemampuan praktikan secara tidak langsung akan bertambah. Pelaksanaan



1.2 Maksud Dan Tujuan Maksud dari laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas laporan mata kuliah “Pemetaan Topografi” Departemen Teknik Geologi Universitas Hasanuddin, sehingga kita dapat melakukan Tapping Kompas sesuai materi yang telah kita dapatkan dari pembelajaran kampus



Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum “Tapping Kompas” adalah: 1. Agar praktikan dan pembaca dapat mengetahui cara penggunaan kompas geologi (Kompas Bidik) dalam mengukur arah maupun (slope) 2. Agar praktikan dan pembaca dapat mengetahui cara membuat dan membaca Peta Topografi dari data yang telah diperoleh di lapangan



1.3 Waktu dan Lokasi Penelitian Praktikum Pemetaan Topografi acar I “ Tapping Kompas” dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 September 2021 dimulai pada pukul 13.00 WITA sampai selesai dengan keadaan cuaca cerah dan bertempat di Bukit Samata tepatnya di depan Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.



1.4 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1.



Patok kayu berjumlah 12 patok



2.



Kompas Geologi (Brunton)



3.



Roll meter 50 m



4.



Kertas HVS A4



5.



Laporan sementara



6.



Alat tulis-menulis



7.



Kertas grafik A0



8.



Kertas kalkir A0



9.



Pensil mekanik 0,3 dan 0,5



10.



Drawing pen 0,3 dan 0,5



11.



Kalkulator



12.



Penggaris 30 cm dan 60 cm



13.



Busur derajat 180ᴼ dan 360ᴼ



14.



Hekter dan isinya



15.



Double tip



16.



Stiker ayam Unhas



17.



Mistar sablon 0,3 dan 0,5



1.5 Prosedur Praktikan Pada praktikum kali ini yaitu “Tapping Kompas” kita melakukan dua pengukuran yaitu, mengukur arah dan mengukur kemiringan atau slope.



1.5.1



Pengukuran Arah



Pengukuran yang pertama kali kita lakukan adalah dengan mengukur arah, adapun prosedur dalam mengukur arah antara lain: 1.



Cek semua alat dan pastikan semua alat dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang tidak rusak dan siap digunakan.



2.



Keluarkan Kompas dari sarungnya dan periksalah dengan baik kelincahan gerak jarum kompas dengan gelembung Nivo (Bull eye) yang berada tepat ditengah kompas.



3.



Pegang kompas dengan kedua tangan setinggi pinggang atau dada.



4.



Cermin (tutup kompas) dibuka ± 135ᴼ dan menghadap ke depan.



5.



Buka kompas dengan posisi “Sighting Arm” dibuka horizontal dan “Peep Sight” ditegakkan.



6.



Putar kompas sedemikian rupa sampai ke titik yang dimaksud tampak dalam cermin dan berimpit dengan ujung jari “Sighting Arm” dan garis hitam cermin.



7.



Bila Nivo (Bull’s eye) sudah berada di tengah, kunci kompas dengan lift pin, dan baca jarum utara kompas dan catat arah yang ditunjuknya.



1.5.2



Pengukuran Slope



Pengukuran yang kedua kita lakukan adalah slope atau kemiringan, adapun prosedur dalam mengukur arah antara lain: 1.



Cek semua alat dan pastikan semua alat dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang tidak rusak dan siap digunakan.



2.



Buka tutup kompas hingga membentuk sudut ± 45ᴼ. Tangan-tangan penunjuknya dibuka dan ujungnya ditekuk 90ᴼ.



3.



Pegang kompas dengan tangan yang ditekuk ± 90ᴼ dan pada posisi vertical.



4.



Bidik titik yang dituju melalui lubang “Peep Sight” dan “Sighting Window” dimana titik tersebut tingginya harus sama dengan mata dan atur dengan cara menaik-turunkan kompas.



5.



Gerakkan klinometer dengan memutar pengatur datar yang terdapat di bagian belakang kompas, sehingga gelembung dalam Nivo yang berbentuk tabung berada di tengah.



6.



Baca dan catat angka yang ditunjukkan oleh klinometer.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 PETA Secara umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas pada bidang datar melalui satu bidang proyeksi dengan dilengkapi tulisan-tulisan untuk identifikasinya. Peta adalah tempat penyimpanan dan juga tempat penyajian data dengan kondisi lingkungan, sehingga menjadi sumber informasi penting bagi masyarakat untik kemudian dipergunakan dalam merencanakan serta mengambil keputusan pada tahap pembangunan (Bakosurtanal, 2005). Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur permukaan bumi yang digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu.Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari objek-objek alamiah maupun objek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya.Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan kata-kata. Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal atau Channel antara si pengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi. Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang didesain untuk mampu menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian dari kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis, memperkirakan, dan menghasilkan gambaran kartografi. Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data geografi mengandung 4 aspek penting, yaitu lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek ruang yang khas pada sistem koordinat (projeksi sebuah peta). Kemudian, atribut (ciri bahan), informasi



yang



menerangkan



mengenai



objek-objek



ruang



yang



diperlukan.Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-



objek ruang.Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang. Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka bumi yang berupa fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumber daya alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbolsimbol dari unsur muka bumi yang disajikan. Penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi kertas serta grid atau gratikul.Diluar batas tepi daerah peta, pada umumnya dicantumkan berbagai keterangan yang disebut tepi.Keterangan tepi ini dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta.Penyusunan dan penempatan keterangan tepi bukan merupakan hal yang mudah, karena semua informasi yang terletak disekitar peta harus memperlihatkan keseimbangan.



Peta terdiri dari bagian-bagian yang menyusunnya, antara lain judul peta, diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu sheet peta. Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping untuk peta buatan badan koordinasi survai dan pemetaan nasional (BAKOSURTANAL).Legenda peta, penjelasan dari symbol-simbol yang tercantum dalam peta. Bagian ini adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam membaca peta jika tidak ada legendanya. Skala Peta, bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan medan sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka.Dalam peta topografi biasanya dicantumkan keduanya. Rumus perhitungan : jarak dimedan sebenarnya = jarak di peta x skalanya. (Contoh : skala peta 1:25000; 1:50000; 1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm dalam peta adalah 25000 cm di medan sebenarnya atau 25km.



2.1.1 Fungsi Peta Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan peta kita dapat mengetahui atau menentukan lokasi yang kita cari, walaupun kita belum pernah mengunjungi tempat tersebut. Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.



Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.



2.



Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.



3.



Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.



4.



Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.



5.



Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.



6.



Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.



7.



Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.



8.



Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.



2.1.2 Jenis-Jenis Peta Jenis Peta Berdasarkan Isinya Berdasarkan isinya peta dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: peta umum dan peta khusus (tematik). 1. Peta Umum Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya sungai, gunung, laut, danau dan lainnya. Kenampakan sosial budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman kota dan lainnya. Peta umum ada 2 jenis yaitu: peta topografi dan peta chorografi. a. Peta Topografi Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi. Dalam peta topografi digunakan garis



kontur (countur line) yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama. Kelebihan peta topografi:  Untuk mengetahui ketinggian suatu tempat.  Untuk memperkirakan tingkat kecuraman atau kemiringan lereng. Ciri utama peta topografi adalah menggunakan garis kontur. 1) Makin rapat jarak kontur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan daerah tersebut semakin curam. Sebaliknya semakin jarang jarak antara kontur menunjukkan daerah tersebut semakin landai. 2) Garis kontur yang diberi tanda bergerigi menunjukkan depresi (lubang/cekungan) di puncak, misalnya puncak gunung yang berkawah. 3) Peta topografi menggunakan skala besar, antara 1 : 50.000 sampai 1 : 100.000. b. Peta Chorografi Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil antara 1 : 250.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih. Peta chorografi menggambarkan daerah yang luas, misalnya propinsi, negara, benua bahkan dunia. Dalam peta chorografi digambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah di antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain. Atlas adalah kumpulan dari peta chorografi yang dibuat dalam berbagai tata warna.



2.



Peta Khusus atau Tematik Setelah Anda memahami jenis peta umum, sekarang kita akan mempelajari jenis peta khusus atau tematik. Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin ditampilkan. Dengan kata lain, yang ditampilkan berdasarkan tema tertentu. Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan (fenomena geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya. Contoh peta khusus/tertentu: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta



penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart (peta jalur penerbangan atau pelayaran).



Jenis Peta Berdasarkan Skalanya Peta tidak sama besarnya (ukurannya). Ada peta yang berukuran besar dan ada peta yang berukuran kecil. Besar-kecilnya peta ditentukan oleh besar-kecilnya skala yang digunakan. Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (lapangan). Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas penggolongan peta berdasarkan skalanya. Berdasarkan skalanya peta dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu: 1.



Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan peta tanah atau peta dalam sertifikat tanah, oleh karena itu banyak terdapat di Departemen Dalam Negeri, pada Dinas Agraria (Badan Pertanahan Nasional).



2. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Peta skala besar digunakan untuk menggambarkan wilayah yang relatif sempit, misalnya peta kelurahan, peta kecamatan.



3. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1: 500.000. Peta skala sedang digunakan untuk menggambarkan daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi Jawa Tengah, peta propinsi maluku.



4.



Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih. Peta skala kecil digunakan untuk menggambarkan daerah yang relatif luas, misalnya peta negara, benua bahkan dunia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar angka pembandingnya berarti skala peta itu makin kecil.



2.1.3. Komponen – Komponen Peta Dalam suatu peta terdapat komponen-komponen peta, dimana semua komponen tersebut dapat mempermudah kita dalam membaca peta 1. Judul Peta Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum pembaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang dibacanya. Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta. Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta.



2. Skala Peta Selain judul kita juga akan menemukan skala pada peta. Skala merupakan ciri yang membedakan peta dengan gambar lain. Skala peta sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan. Bila ingin menyajikan data secara rinci, maka gunakanlah skala besar, (1 : 5.000 sampai 1 : 250.000). Sebaliknya bila ingin menunjukkan data secara umum, gunakanlah skala kecil (1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih). Skala pada peta adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi. Contoh: skala 1 : 500.000 artinya 1 cm jarak di peta sama dengan 500.000 cm ( 5Km) jarak sebenarnya di permukaan bumi.



3. Proyeksi Peta Untuk menghindari terjadinya kesalahan yang lebih besar, dalam ukuran (luas, jarak) bentuk permukaan bumi pada peta, maka dalam pembuatan peta digunakan proyeksi peta. Proyeksi peta adalah teknik pemindahan bentuk permukaan bumi yang lengkung (bulat) ke bidang datar.



4. Legenda



Legenda juga merupakan komponen penting pada peta. Karena peta tanpa legenda.keterangan petanya, sulit untuk dibaca. Jadi agar mudah dibaca dan ditafsirkan, peta harus dilengkapi dengan legenda/ keterangan. Legenda menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat dalam peta. Contoh: legenda/keterangan peta. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan.



5. Petunjuk Arah/Tanda Orientasi Petunjuk arah juga penting artinya pada peta. Gunanya untuk menunjukkan arah Utara, Selatan, Timur dan Barat. Tanda orientasi perlu dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Petunjuk arah pada peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asalkan tidak menggnaggu kenampakan peta.



6. Simbol dan Warna Simbol-simbol dalam peta harus memenuhi syarat, sehingga dapat menginformasikan hal-hal yang digambarkan dengan tepat. Syarat-syarat tersebut adalah: sederhana, mudah dimengerti dan bersifat umum.



2.2



Peta Topografi Berasal dari bahasa yunani,Topos yang berarti tempat dan grafik yang berarti menggambar.Peta topografi dan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama daripermukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan garis kontur mewakili satuketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapatdiidentifikasi, apakah alami atau buatan,



yang dapat ditentukan pada posisi



tertentu. Olehsebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis)dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan



bidang



datar). Peta



topografi



menyediakan



datayang



diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi



secaraumum



dan



pola



urbanisasi. Peta



topografi



juga



digambarkan sebanyak mungkin ciri-ciripermukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.



Peta topografi juga dapat diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, yang ditunjukkan pada posisi yang benar. Selain itu, peta topografi dapat diartikan sebagai peta yang memberikan informasi spasial tentang unsurunsur di permukaan bumi dan di bawah bumi, termasuk batas-batas administrasi, vegetasi, dan unsur-unsur buatan manusia. Peta topografi memiliki garis lintang dan garis bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat titik potong antara garis lintang dan garis bujur. Peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Peta topografi disebut jugs peta umum (bersifat umum). Peta topografi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan, selain itu peta topografi dapat dipakai sebagai peta dasar pembuatan peta tematik. II.5.1. Skala Peta Topografi Skala peta topografi dapat dikelompokkan dalam: 1. Skala 1:1000 sampai 1:5000 adalah skala sangat besar. 2. Skala 1:5000 sampai 1:100000 adalah skala besar. 3. Skala 1:25000 sampai 1:100000 adalah skala sedang. 4. Skala 1:100000 sampai 1:1000000 adalah skala kecil.



2.2.1



Garis Kontur Garis Kontur adalah garis yang menghubungkan lokasi-lokasi berbeda yang berada pada ketinggian yang sama. Jika dua lokasi dihubungkan oleh garis kontur yang sama, maka dapat dipastikan kedua lokasi tersebut memiliki ketinggian yang sama. Peraturan Dasar Garis Kontur 1. Semakin dekat jarak antar garis, semakin terjal daerah tersebut



2. Garis kontur tidak pernah memotong garis kontur lainnya, namun selalu menutup 3. Garis kontur jika memotong sungai, akan berbentuk V terbalik dengan arah ke hulu sungai 4. Jika memotong jalan, garis kontur akan selalu berbentuk U ke arah lokasi yang lebih rendah 5. Garis kontur selalu menunjukka ketinggian yang sama



2.3 KOMPAS Kompas adalah alat navigasi sebagai menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang lepas menyelaraskan dirinya dengan area magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan referensi arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam babak navigasi. Di bawah ini devinisi dari kompas. 2.3.1 Fungsi Kompas Geologi Kompas geologi selain digunakan untuk menentukan arah, juga dapat dipakai untuk mengukur besarnya sudut lereng. 1. Menentukan arah azimuth dan cara menentukan lokasi. Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke tempat yang Dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak bukti, patok yang sengaja dipasang, dan lain-lain. 2. Mengukur besarnya sudut suatu lereng dan menentukan ketinggian suatu titik Untuk mengukur besarnya sudut lereng. 3. Mengukur kedudukan unsur struktur Dalam geologi kita hanya mengenal adanya 2 (dua) jenis unsur struktur, yaitu struktur bidang dan struktur garis.



3.1. Mengukur kedudukan bidang Yang dimaksud dengan struktur bidang adalah bidang perlapisan, kekar, sesar, foliasi, dan sebagainya. Kedudukannya dapat dinyatakan dengan jurus dan kemiringan atau dengan arah kemiringan dan kemiringan.



3.2. Membaca arah dan besarnya kemiringan Cara ini dapat diterapkan baik untuk kompas azimuth maupun kwadran. Pada dasarnya kemiringan



bidang.



cara ini



adalah mengukur arah dan besarnya



Artinya kemana arah



kemiringannya dan berapa



besarnya. Jurusnya tidak diukur, tetapi dapat diketahui dengan sendirinya yaitu tegak lurus pada arah kemiringan.



3.3. Mengukur kedudukan struktur garis Struktur garis yang dimaksud disini dapat berupa : poros lipatan, Perpotongan 2 bidang, liniasi mineral, garis-garis pada cermin sesar, liniasi fragmen pada breaksi dan sebagainya.



2.3.2



Jenis – Jenis Kompas kompas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kompas analog dan kompas digital.



1. Kompas analog Kompas analog adalah kompas yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja kompas yang dipakai ketika acara pramuka. Sedangkan kompas digital merupakan kompas yang sudah memakai proses digitalisasi. Dengan kata lain cara kerja kompas ini memakai komputerisasi. 2. Kompas digital Diciptakannya



kompas



digital



mempunyai



tujuan



sebagai



melengkapi kebutuhan robotika yang semakin canggih. Alam robotika ini sangat membutuhkan alat navigasi yang efektif dan efisien. Sementara itu alat sistem navigasi yang tersedia di pasaran harganya mahal. Sedangkan



kompas sendiri merupakan sebuah alat sistem navigasi yang efektif dengan harga lebih murah. oleh karenanya kompas digital diharapkan dapat mensubstitusi alat sistem navigasi pada robot. 2.4



Taping Kompas Dalam pengenalan kompas kita harus betul betul memahami mulai dari komponen, fungsi setiap komponen, cara kerja agar saat melaksanakan npraktikum akan berjalan dengan lancar.



2.4.1 Komponen Komponen kompas geologi 2.4.1.1 Bagian-Bagian utama kompas geologi Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan dalam (Gambar 2.1). Yang terpenting diantaranya adalah 1.



Jarum magnet Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi yang benar maka “graduated circle” harus diputar. Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).



2. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle) Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat (W). 3. Klinometer Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas



dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala . Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.



Gambar 2.1 Komponen Kompas



Gambar 2.2 Pembagian Derajat Pada Kompas Geologi



Gambar 2.4. Klino Meter



Keterangan : 1. Folding sight : Digunakan dalam pengukuran bearing dan inclination sighting, digunakan juga sebagai bagian penutup kompas. 2. Lid : Penutup kompas dan merupakan tempat cermin, axial line, dan sighting window yang berguna ketika membidik suatu sasaran. 3. Mirror : Cermin yang terletak pada lid, berfungsi sebagai alat yang membantu untuk melihat sasaran, terutama ketika mengukur arah dengan kompas sejajar pinggang. 4. Axial line : Berfungsi sebagai indikator kesejajaran kompas dengan sasaran yang dibidik. 5. Sighting window : Lubang yang terletak pada lid, ditengahnya dilewati oleh axial line, berfungsi untuk membidik suatu sasaran di hadapan pengamat dengan tepat. 6. Bull’s eye level: Terletak di bagian utama kompas, berfungsi sebagai indikator horizontal dari kedudukan kompas geologi. 7. Clinometer level : Terletak di bagian utama kompas dan dapat diputar melalui bagian bawah kompas geologi, berfungsi sebagai indikator horizontal ketika mengukur kemiringan suatu objek. 8. Graduated circle : Lingkaran pembagi derajat, merupakan bagian yang ditunjuk oleh jarum kompas. 9. Index pin : Suatu titik di dekat permukaan graduated circle yang berfungsi untuk penyesuaian deklinasi magnetik. 10. Compass needle : Merupakan batang jarum yang berfungsi menunjuk utara dan selatan dari medan magnet bumi. 11. Lift pin : Tombol kecil yang berfungsi untuk menahan arah dari jarum kompas agar dapat diamati dengan baik. 12. Adjusting screw : Berfungsi untuk mengubah graduated circle agar kompas menunjukkan posisi geografi yang benar.



13. Wire coil : Merupakan lilitan pada jarum kompas yang dapa digeser, berfungsi sebagai pemberat untuk menyesuaikan inklinasi magnetik. 14. Hinge : Merupakan sendi kompas yang dapat dilipat, terdapat dua buah pada kompas geologi, hinge pada sighting arm dan hinge pada lid. 15. Sighting arm : Merupakan lengan pada sisi kompas, berfungsi terutama saat membidik suatu sasaran, dan indikator arah suatu kemiringan objek ketika mengukur kemiringan (dip). 16. Open slot : Merupakan lubang pada sighting arm, ditengahnya terdapat benang aksial, berfungsi untuk membantu membidik sasaran dengan tepat. 17. Peep sight : Berfungsi untuk membidik objek dalam pengukuran azimuth. 18. Pivot needle : Jarum vertikal yang berfungsi sebagai poros berputarnya jarum kompas. 18. Jewel : Bagian jarum kompas yang bersentuhan dengan pivot needle, berfungsi menahan tubuh jarum kompas diatas pivot needle.



2.4.2



Prinsip Kerja Kompas Geologi Periksa Inklinasi dan Deklinasinya apakah sudah disesuaikan dengan daerah kerja. Inklinasi : adalah keadaan dimana jarum magnit tidak berada dalam keadaan horizontal. Dan kalau diletakkan horizontal, maka ujung jarum akan menyentuh kaca penutupnya, akibatnya pembaca akan terganggu dan dapat menimbulkan kesalahan yang fatal. Cara mengatasinya adalah dengan menggeser bobot pada tangan-tangan jarum keujung atau ketengah. Untuk daerah di Lintang selatan Indonesia pada tangan utara jarumnya. Deklinasi : adalah besarnya sudut penyimpangan yang terbentuk antara arah utara magnetis dengan arah utara sebenarnya (True North). Besarnya sudut deklinasi untuk tiap-tiap daerah (local declination) selalu berbeda. Untuk mengetahui dapat dilihat pada salah satu tepi dari peta. Kompas yang digunakan harus disesuaikan dengan deklinasi setempat



dengan cara memutar lingkaran berderajat dari kompas itu ke kiri atau ke kanan sesuai dengan arah Magnetic North terhadap True North. Titik nol disesuaikan terhadap “indeks pin” pada kompas berdasarkan besarnya deklinasi. Contoh : Diketahui deklinasi 5º sebelah barat dari True North. Sehingga lingkaran berderajat harus diputar sampai indeks menunjukkan angka 5º sebelah barat titik nol. Setelah koreksi dilakukan, maka selanjutnya kita lakukan pengukuranpengukuran untuk : 



Menentukan arah (Azimuth)







Mengukur sudut lereng (slope)







Menentukan beda tinggi







Mengukur jurus dan kemiringan (strike dan Dip)







Mengukur kedudukan bidang







Menentukan ketinggian suatu titik (Elevasi)







Mengukur struktur garis



Langkah Pengukuran: 1. Menentukan arah (Azimuth) Yang dimaksud dengan arah adalah arah lokasi titik yang akan dituju dari titik lokasi dimana kita berdiri. Caranya adalah sebagai berikut : 



Pegang kompas dengan tangan kiri setinggi pinggang atau dada







Cermin (tutup kompas) dibuka ±135º dan menghadap kedepan.







Bila menggunakan kompas merek Brunton, maka “sighting arm” dibuka horizontal dan “peep sight” ditegakkan.







Putar kompas sedemikian rupa sampai ke titik yang dimaksud tampak dalam cermin dan berimpit dengan ujung jari “Sighting arm” dan garis hitam cermin.







Bila nivo leveling (nivo mata lembu) sudah berada ditengah, baca jarum utara kompas dan catat angka yang ditunjuknya.



2. Mengukur sudut lereng (slope) Besarnya sudut lereng dapat diukur menggunakan kompas dengan cara membaca klinometer. Ketelitian pembacaan sudut lereng dengan kompas Brunton



adalah



seperempat



derajat



(15



detik).



Caranya adalah sebagai berikut : 



Buka tutup kompas hingga membentuk sudut ± 45 º. Tangan-tangan penunjuknya dibuka dan ujungnya ditekuk 90 º.







Pegang kompas dengan tangan yang ditekuk ±90 º dan pada posisi vertikal.







Bidik titik yang dituju melalui lubang “peep sight” dan “sighting window” dimana titik tersebut tingginya harus sama dengan mata dan atur dengan menaik turunkan kompas.







Gerakkan klinometer dengan memutar pengatur datar yang terdapat dibagian belakang kompas, sehingga gelembung dalam nivo lonjong berada ditengah dapat dilihat melalui cermin.







Baca dan catat angka yang ditunjukkan oleh klinometer.



3. Menentukan beda tinggi Baca dan catat besarnya sudut lereng : 



Ukur jarak dari titik kita berdiri ketitik yang kita bidik dengan langkah atau roll meter (50 meter).







Beda tinggi didapat dengan rumus : Beda tinggi = jarak x Sin sudut lereng (β) ΔH



= L sin β.



4. Mengukur jurus dan kemiringan 



Mengukur jurus dan kemiringan pada bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar dan sebagainya dapat dilakukan dengan cara seperti



petunjuk dibawah sedangkan mengarahkan jurus/strike dari tempat kita berdiri kesuatu titik yang jauh dapat dilakukan dengan cara : 5. Mengukur jurus/strike 



Letakkan sisi yang bertuliskan E pada bidang yang diukur







Atur nivo mata lembu sampai gelembungnya berada di tengah







Baca jarum utaranya



6. Mengukur kemiringan/dip 



Letakkan sisi yang bertulis W tegak lurus jurus yang sudah kita ukur (tanda garis yang sudah kita buat).







Atur gelembungnya sampai gelembung pada nivo lonjong berada di tengah







Baca angka yang ditunjukkan pada skala clino.







Cara menulisan hasil pembacaan Untuk kompas dengan sistem kuadran misalnya hasil pembacaan



jurus 45º kemiringan 25º, maka tata cara penulisannya adalah : S 45º W / 25º



NW,



dimana



NW



menunjukkan



arah



kemiringan.



Untuk kompas dengan sistem azimuth misalnya hasil pembacaan jurus 50º dan kemiringan 42º, maka tata cara penulisannya : N 50º N / 42º. Menentukan



kemiringa



lapisan



yang



mempunyai



sudut







Untuk lapisan yang mempunyai sudut kemiringan 5º sukar diukur dengan teliti.Untuk mengatasi hal ini dilakukan prosedur berikut : 



Putar klinometer sehingga menunjukkan angka nol.







Kompas dalam keadaan terbuka penuh, tempelkan W pada bidang perlapisan hingga gelembung pada nivo lonjong berada ditengah.







Tandai garis potong antara bidang lapisan dan kompas, ukur jurusnya melalui garis ini.







Letakkan kompas tegak lurus garis tersebut, baca kemiringan.



7. Mengukur kedudukan bidang 1). Mengukur kedudukan bidang dapat dilakukan dengan cara menentukan arah dan besarnya kemiringan. 



Letakkan kompas dalam posisi horizontal pada bidang yang diukur yaitu dengan menempelkan sisi yang bertanda “S” dan baca angka yang ditunjukkan jarum utara, maka kita dapatkan arah daripada kemiringan bidang perlapisan tersebut.







Ukur besar sudut kemiringan bidang tersebut.







Catat angka pembacaan yang kita amati, misalnya 30⁰ N 42⁰ E







Artinya sudut kemiringan sebesar 30⁰ miring kearah N 45⁰ E







Jurus daripada bidang dapat diketahui dengan jalan menarik garis tegak lurus pada arah kemiringan.



2). Mengukur ketebalan lapisan dan menentukan kedalaman pemboran Untuk mengukur ketebalan dengan kompas geologi dibutuhkan alat bantu yang disebut Jacob staff. Dan dengan teknik ini kita sekaligus dapat merencanakan total kedalaman pemboran yang kita inginkan. 



Ukur besarnya sudut kemiringan (dip) lapisan







Pegang kompas dan ketengahkan gelembung clino dengan sudut klinometer = dip dari perlapisan.







Atur posisi berdiri kita tepat pada batas bawah (floor) lapisan yang akan diukur. Dan arahkan kompas mengikuti sudut kemiringan lapisan pada batas atas (roof) lapisan tersebut. Bila lapisan tersebut tebalnya melebihi tinggi kita, maka pengukuran dilakukan beberapa kali.







Untuk mengetahui ketebalan yang kita ukur adalah =tinggi mata kita dari tanah x cos (dip). Untuk lapisan yang sangat tebal maka tebalnya harus dikalikan dengan berapa banyak kita melakukan pengukuran.







Sedang untuk mengetahui kedalaman pemboran pada titik yang kita tentukan adalah kedalaman pada titik yang kita arahkan = kelipatan dari tinggi mata kita sampai ketitik yang dimaksud.



3). Mengukur Struktur Garis yang mempunyai “trend” Adapun yang termasuk struktur garis ini adalah : gores garis pada bidang sesar, Arah arus pembentukan struktur sediment dan garis sumbu lipatan.1. Mengukur arah “Trend” 



Tempelkan alat bantu (buku lapangan atau “clipboard) pada posisi tegak dan sejajar dengan arah struktur garis yang akan diukur.







Tempelkan sisi “W” atau “E” kompas pada posisi kanan atau kiri alat bantu dengan visir kompas mengarah ke penunjaman struktur garis tersebut.







Levelkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan horizontal), maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah penunjuknya (trend).



4). Mengukur Struktur Garis yang tidak memiliki “trend” 



Adapun yang termaksud struktur garis ini adalah umumnya berupa arah-arah kelurusan, seperti : arah arah liniasi fragmen breksiasi, arah kelurusan sungai, arah kelurusan gawir sesar dan lain sebagainya. Dalam hal ini yang diukur hanya arah kelurusan (bearing) saja



8. Mengukur “Bearing” 



Arahkan visir kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang akan diukur, misalnya sumbu memanjang fragmen breksiasi.







Levelkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan horizontal), maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah “bearing”nya.



2.4.3



Pengukuran Poligon Tertutup



Dalam hal-hal tertentu kita memerlukan peta situasi dengan skala besar, misal skala 1:100. Peta ini di pastikan tidak tersedia, oleh sebab itu diharuskan untuk membuat sendiri. Apabila kita akan membuat lintasan terbuka, artinya titik akhir tidak perlu nertemu atau berimpit, yang umum disebut sebagai garis lintasan terbuka, maka ketelitian pengukuran arah di lapangan tidak perlu ada ralat. Hal ini di pertimbangkan karena memang tidak perlu diralat. Titik awal ke titik kedua, lalu titik ketiga dan seterusnya sampai titik akhir. Bila terjadi kesalahan maka kesalahan ini akan merambat, yang umum disebut terjadi perambatan kesalahan. Teknik pembuatan polygon ini dilakukan dengan menghitung jarak dengan langkah dan menentukan arah perjalanan dengan kompas, yang sering disebut dengan pace and compass method. Sebelum melakukan pembuatan polygon dengan kompas dan langkah dimulai, ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain: a) Dalam hal ini jarak antara titik yang satu ke titik yang lain. Diukur dengan langkah, yang kemudian dikonversikan kedalam jarak dengan satuan panjang dalam meter. b) Ukur panjang langkah anda dan konversikan dalam satuan panjang dalam meter. c) Panjang langkah di daerah permukaan bentang alam yang datar diyakini akan tetap sama, sedang apabila langkah dilakukan di daerah permukaan bentang alam yang menaik, di pastikan akan terjadi perubahan, dalam artian panjang langkah akan relatif berkurang atau lebih pendek. Sebaliknya apabila langkah dilakukan didaerah permukaan bentang alam yang menurun maka panjang langkah akan menjadi besar.



BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum yang kami peroleh diantaranya adalah 1. Koordinat serta ketinggian patok yang diukur dengan melakukan pengolahan data terlebih dahulu dan dengan mengetahui bilangan azimuth. Koordinat x



Koordinat y



Koordinat Z



3.2.8.4



3.2.9.4



3.2.4



1



0



0



36



2



3.98



7.92



32.44



3



18.97



1.70



34.73



4



21.17



-5.31



33.73



5



11.17



5.06



34.04



6



0.06



6.2



34.77



Koordinat x



Koordinat y



Koordinat Z



3.3.1.4



3.3.2.2



3.2.5.4



1



5.90



-5.51



37.31



2



7.32



1.38



36.51



3



10.28



-7.61



32.71



4



13.85



-6.21



34.11



5



9.24



10.43



34.30



6



5.64



7.02



34.85



Patok



(Tabel 4.1.1 Koordinat Patok Utama



Patok



(Tabel 4.1.2 Koordinat Patok Detail



4.2 SARAN 4.2.1 -



SARAN DEPARTEMEN Tetap



mempertahankan



kelengkapan



infrastruktur



yang



berhubungan dengan praktikum -



Tetap memberikan fasilitas yang baik untuk praktikan



-



Mempertahankan suasana ruangan asistensi yang nyaman



4.2.2



SARAN UNTUK ASISTEN



-



Mempertahankan ketegasan terhadap praktikan



-



Mempertahankan cara pemberian materi yang jelas, baik dan mudah dipahami



LAMPIRAN Pengukuran Slope



Pengukuran Arah



DAFTAR PUSTAKA



Sholeha Wardatus Adelia.2016.Konsep Dasar Peta Dan Pemetaan. Malang : Universitas Negeri Malang



Setiawan, Leony (2018).Bab I Kompas Geologi.Dikutip 26 September 2019 dari Bab I Kompas Geologi. Noor, Djauhari (2012).Peta Topografi.Dikutip 26 September 2019 dari Bab 7 Peta Topografi.