15 0 708 KB
LAPORAN TETAP MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
OLEH : KELOMPOK : XX 1. ANITA
(B1D015025)
2. EMA SALASIH
(B1D015064)
3. LENY OKTAVIANI
(B1D015139)
4. NANA DWI ARMEILIA
(B1D015175)
5. RATMAJI IRWIN
(B1D015209)
6. WAHYU MAYA SOFIATI
(B1D015246)
7. ANA ELA RAHMAH
(B1D015018)
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kesempatan kepada praktikan untuk menyelesaikan laporan MK. Praktikum manajemen ternak potong dan kerja. Shalawat dan salam praktikan sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang penuh kasih sayang menyampaikan risalah Allah kepada umat manusia. Praktikan mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, pelajar, mahasiswa, maupun dosen. Tentunya laporan ini jauh dari kata kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan . Maka dari itu praktikan mohon saran dan kritiknya supaya menjadi lebih baik lagi. Akhir kata Praktikan mengucapkan banyak terimakasih dan Wassalamualaikum Wr.Wb.
Mataram, 25 Mei 2017
Praktikan
DAFTAR ISI
HALAMAN YANG MEMUAT JUDUL ..................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................. iii DAFTAR TABEL .......................................................................................... v BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum................................................ BAB II: LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sapi Potong .............................................................. 2.2. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong ...................................... 2.3. Usaha ternak potong ................................................................... BAB III: METODE PENGAMATAN 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum .................................................... 3.2. Materi Praktikum ........................................................................ 3.2.1 Alat Praktikum…………………………………………….. 3.2.2 Bahan Praktikum…………………………………………. 3.3. Metode Praktikum ....................................................................... 3.3.1. Cara Kerja............................................................................ 3.3.2. Variabel Yang Diamati ........................................................ 3.3.3. Definisi Operasional ............................................................ 3.3.4. Data Analisis ....................................................................... BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1. Identitas Peternak ................................................................
4.1.2.Struktur Populasi Ternak ...................................................... 4.1.3.Struktur Produksi Ternak .................................................... 4.1.4. Struktur Reproduksi Ternak ................................................ 4.1.5. Tata Laksana Pemeliharaan ................................................. 4.2.6 Tata Laksana Pemberian Pakan…………………………… 4.1.7.Pendapatan Peternak............................................................. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Latar Belakang Peternak………………………………….. 4.2.2 Tata Laksana Pemeliharaan…………………………………. 4.2.3 Perkandangan Dan Kesehatan……………………………. 4.2.4 Produktivitas Ternak……………………………………… 4.2.5 Reproduksi Ternak………………………………………… 4.2.6 Pendapatan ternak………………………………………… 4.2.7 Kendala Utama Yang dihadapi Peternak…………………
BAB V: Kesimpulan Dan Saran 5.1. Kesimpulan ................................................................................. 5.2. Saran ........................................................................................... DAFTAR BACAAN ...................................................................................... LAMPIRAN ...................................................................................................
DAFTAR TABEL Tabel.4.1.1 Identitas peternak ...................................................................... Tabel.4.1.2. Populasi Ternak ......................................................................... Tabel.4.1.3.Produksi Ternak ......................................................................... Tabel.4.1.4 Reproduksi Ternak ...................................................................... Tabel.4.1.5. Tata Laksana Pemeliharaan ....................................................... Tabel.4.1.6.Tata Laksana Pemberian Pakan .................................................. Tabel.4.1.7.Struktur Pendapatan Ternak........................................................
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat meningkatnnya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging. Sementara ternak kerja yaitu ternak yang dipelihara untuk diambil tenaganya.
Pemeliharaan sapi potong di Nusa Tenggara Barat, di lakukan secara ekstensif,semi intensif,dan intensif,Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari.
Sapi bali (Bos Sondaicus) yang ada diNTB merupakan bangsa sapi potong asli dan murni. Indonesia telah mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat sapi tersebut memiliki sifat unggul yaitu tingkat reproduksinya tinggi, mudah beradaptasi dan selektif terhadap pakan dibandingkan dengan sapi potong asli lainnya. Sapi bali sering disebut sapi perintis meskipun disebut sapi perintis, masih ada persyaratan lingkungan yang harus diperhatikan seperti di ketahui sapi bali merupakan sapi banteng liar yang pada saat ini masih ditemukan dibeberapa lokasi dipulau jawa.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum 1.2.1 Tujuan Praktikum Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah: a. Mempelajari bagaimana cara tatalaksana pemeliharaan sapi b. Mempelajari bagaimana tatalaksana dalam dalam pemeliharaan ternak c. Mempelajari bagaimana cara sistem perkawinan pada ternak dan sapi yang mengalami birahi serta pada saat ternak mengalami kebuntingan.
d. Mempelajari bagaimana cara mengukur bagian tubuh ternak seperti panjang badan,lingkar dada,berat badan pita ukur. 1.2.2
Kegunaan praktikum Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah: a. Jadi tau bagimana cara tatalaksana pemeliharaan sapi. b. Jadi tau bagaimana cara tatalaksana pemberian pakan pada sapi c. Jadi tau bagaimana cara sistem perkawinan pada ternak dan sapi yang mengalami birahi serta pada saat mengalami kebuntingan. d. Jadi tau bagai mana cara mengukur dada,berat badan dan berat pita ukur.
panjang badan ternak,lingkar
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sapi Potong Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin, 2002). Sapi Bali dikenal dengan namaBalinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos. Sapi Bali ini diduga berasal dari pulau Bali, pulau ini sekarang merupakan pusat penyebaran/distribusi sapi untuk Indonesia, karena itu dinamakan sapi bali yang didomestikasi sejak zaman rasejarah 3500 SM (Payne dan Rollinson, 1973). 2.1 Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong 1. Perkandangan Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga (Siregar, 2006). 2. Pemilihan Bibit Pemilihan
bibit
akan
menentukan
majunya
peternakan
yang
akan
dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan bangsa lainnya. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi, kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat badan. (Blakely dan Blade, 1996) 3. Pakan
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1). Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain. Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar dan kering. 2). Pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna, meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes. 3). Pakan tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimous, 1983). 4. Penanganan Limbah Limbah peternakan dapat mendatangkan keuntungan yang berpotensi apabila dikelola dengan baik. Kotoran cair dan padat dari ternak pada umumnya digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman pertanian ataupun lahan hiajuan makanan ternak (Darmono, 1992). 5. Reproduksi a. Pelaksanaan Perkawinan Berdasarkan standart Departemen Pertanian (2006), sapi pejantan yang digunakan sebagai pemacek harus memenuhi kriteria sebagai berikut: umur 3 – 4 tahun, kesehatan organ reproduksi secara umum baik, libido tinggi, tidak cacat dan bobot badan diatas 300 kg. b. Pemeriksaan Kebuntingan Salah satu cara untuk cara untuk memeriksa kebuntingan pada ternak yaitu palpasi rektal. Palpasi rektal pada sapi dilakukan dengan meraba uterus melalui rektum rectal untuk mengetahui perkembangan fetus bila terjadi kebutingan. Metode ini dilakukan pada masa awal kebuntingan hasilnya, cukup akurat dan dapat diketahui segera (Hafez, 1993). c. Tahap-tahap Kelahiran Kelahiran ternak terdiri dari tiga tahap yaitu : 1) adanya kontraksi aktif serabut-serabut urat daging longitudinal, sirkuler pada dinding uterus dan dilatasi cervix. 2) pemasukan fetus kedalam saluran kelahiran yang berdilatasi, rupture
kantung allantois, kontraksi abdominal atau perejanan dan pengeluaran fetus melalui vulva. 3) pengeluaran selaput fetus dan involusi uterus, sesudah pengeluaran fetus uterus tetap berkontraksi secara kuat selama 48 jam dan melemah (Gillitte dan Holm, 1963). d. Penanganan Kelahiran Menurut Kirk (2006) pedet yang baru lahir tidak memiliki antibodi untuk memproteksi dirinya dari penyakit. Sesaat setelah dilahirkan induk memberikan antibodi pasif melalui pemberian kolostrum, kolostrum mengandung antibodi dalam bentuk immunoglobulin (Ig) yang dapat melindungi pedet dari serangan penyakit. e. Recording dan Identifikasi Pada Pedet Penandaan pada ternak, sangat penting untuk recording yang akurat untuk tiap ternak, dalam program pemuliaan ternak adanya tanda pada ternak akan mempermudah untuk mengetahui silsilah dari tiap ternak. Selain itu adanya tanda pada ternak yang didukung oleh recording yang akurat dapat memberikan gambaran produksi dari ternak tersebut (Ebert, 2006). 2.2 Usaha Ternak Potong Gunardi (1998) dalam Tomatala (2008) mengemukakan bahwa usaha untuk mencapai tujuan pengembangan ternak sapi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan teknis dengan meningkatkan
kelahiran ternak, menurunkan kematian,
mengontrol pemotongan ternak dan perbaikan genetic ternak; (2) pendekatan terpadu yang merupakan teknologi produksi, manajemen ekonomi, pertimbagan social budaya yang tercakup dalam sapta usaha peternakan serta pembentukan kelompok peternak yang bekerjasama dengan instansi-ianstansi terkait dan (3) pendekatan agribisnis dengan tujuan mempercepat pengembangan peternakan melalui integarsi dari keempat aspek (lahan, pakan,plasma nutfah dan sumberdaya manusia), proses produksi,pengolahan hasil dan pemasaran. Pola pengembangan ternak sapi potong rakyat pada prinsipnya terdapat dua model, yakni (1) pola swadaya dan (2) pola kemitraan. Pola swadaya merupakan pola pengembangan peternakan rakyat yang mengandalkan swadaya dan swadana peternak baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan pola kemitraan (PIR-NAK) merupakan kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak rakyat sebagai plasma dimana dalam kerjasama atau kemitraan ini, seluruh kegiatan pra-produksi, produksi
hingga pasca produksi dilakukan dengan kerjasama antara plasma dan inti (Daryanto,2007).
BAB III METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini dilaksanakan Hari Minggu- saptu, tanggal 14- 20 Mei 2017 bertempat di kelompok ternak Lekong Siwak Briuk maju dusu Lekong siwak, Desa Tanaq Beak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. 3.2 Materi Praktikum 3.2.1 Alat Praktikum Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah : 1. Pita Ukur 2. Tongkat Ukur 3. Stopwatch 3.2.2 Bahan Praktikum Adapun bahan yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah : 1. Sapi Peternak 2. Rumput(pakan) 3.3 Metode Praktikum 3.3.1 Cara Kerja 1. Tahap I : Pengunjungan lokasi tempat praktikum sekaligus perkenalan kepada peternak. 2. Tahap II : Wawancara terhadap peternak selaku responden sekaligus pengamatan terhadap ternak yang meliputi pengamatan : panjang badan, lingkar dada, kondisi tubuh, kehalusan bulu, kondisi mata, pengukuran luas kandang dan pengukuran tempat makan dan minum. 3. Tahap III : Pengamatan umur ternak melalui pengamatan berapa jumlah gigi seri yang tumbuh. 4. Tahap IV : Melakukan pengukuran dan perhitungan pada ternak meliputi : lingkar dada ternak, panjang ternak, dan bobot badan ternak menggunakan pita ukur dan tongkat ukur, serta berdasarkan perhitungan menggunakan rumus.
5. Tahap V : Pembersihan tempat pakan kemudian penimbangan pakan yang diberikan, dan
sisa pakan selama 24 jam sebanyak 3 kali penimbangan sehingga akan
mendapatkan konsumsi sapi yang di amati. 6. Tahap VI : Pengamatan kesehatan ternak, dan analisa ekonomi usaha ternak. 7. Tahap VII : Pemberian hadiah pada peternak dan ucapan terima kasih kepada peternak. 3.3.2 Variabel Yang Diamati Adapun variabel yang diamati dalam Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah : 1. Pendidikan peternak : pengetahuan tentang beternak, pengalaman beternak. 2. Manajemen pemeliharaan : sistem yang digunakan, teknik pemberian pakan dan konsumsi pakan per hari, tatalaksana perkembangbiakan, penjualan, perkandangan dan kesehatannya. 3. Struktur populasi : jumlah ternak yang dimiliki peternak, ternak di jual, ternak lahir, ternak mati dan di afkir. 4. Produktifitas ternak : mengamati produksi dan reproduksi ternak. 5. Ukuran-ukuran tubuh ternak seperti lingkar dada, panjang badan, dan tinggi gumba, berat badan berdasarkan pita ukur,dan rumus. 6. Analisa ekonomi peternak : menghitung pendapatan bersih dan pendapatan peternak. 3.3.3 Definisi Operasional Adapun definisi operasional dalam praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini yaitu sebagai berikut : 1. Struktur Populasi adalah : Proporsi anak, muda dan dewasa pada masing-masing jenis kelamin ternak yang ada saat pengamatan. Yakni; dengan mencatat jumlah sapi yang dikatagorikan sebagai anak, muda dan dewasa yang dipelihara oleh responden kemudian diidentifikasi menurut jenis kelamin. 2. Populasi Dasar adalah : Total populasi ternak yang ada pada tahun pengamatan ,yakni; total dari ternak yang dimiliki saat pengamatan, ternak mati, ternak keluar (dijual, dipotong pengembalian kadasan, disumbangkan dll) dikurangi ternak yang dibeli pada tahun tersebut. 3. Service per Conception (S/C) adalah : Jumlah perkawinan untuk satu kebuntingan/berapa kali ternak dikawinkan alam/(IB) untuk menghasilkan kebuntingan.
4. Angka Kelahiran (Calf Crop/Calving Rate) adalah : Jumlah anak yang lahir pertahun dibagi dengan jumlah betina dewasa atau populasi dikali 100%. 5. Panen Pedet adalah : Dihitung dari jumlah anak yang lahir hidup dalam setahun dibagi dengan jumlah betina dewasa atau populasi dikali 100%. 6. Umur Produktif adalah : Umur mulai digunakan dalam pembiakan sampai dijual atau afkir. 7. Lama digunakan dalam Pembiakan adalah : Lama waktu sejak pertama kali kawin(anak I) sampai di afkir Jumlah anak yang dapat dilahirkan selama hidup dikurangi satu dikalikan jangka beranak dikurangi umur kawin I. 8. Angka Kemajiran adalah : Jumlah sapi jantan (kebiri) dan betina yang tidak mampu menghasilkan keturunan. 9. Umur Afkir adalah : Dihitung berdasarkan jumlah anak yang dapat dilahirkan induk selama hidup dikurangi satu dikalikan jangka beranak dan ditambah dengan umur kawin I. Dapat juga diketahui berdasarkan rata-rata umur ternak dijual/ dipotong. 10. Angka Kematian adalah : Persentase ternak yang mati dalam satu tahun dari populasi dan atau betina dewasa. 11. Pertumbuhan Alami / Natural Increase (NI) adalah : Selisih antara angka kelahiran dengan angka kematian. 12. Net Replacement Rate (NRR) adalah : Jumlah anak betina yang lahir dan dapat hidup sampai pada umur tertentu dibagi dengan jumlah kebutuhan ternak betina pengganti setiap tahun dikalikan 100%. 13. Service Period ( Days Open/ Heat Period) adalah : Waktu yang dibutuhkan sejak melahirkan sampai pada perkawinan kembali. 14. Non Return Rate adalah : Sapi betina yang dikawinkan kembali setelah perkawinan pertama dan tidak bunting (dinamakan juga kawin ulang). 3.3.4 Analisis Data Analisis data di yang di gunakan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan peternak Kelompok Tani Ternak Lekong Siwak Briuk Maju, Dusun Lekong Siwak, Desa Tanaq Beak, Kecamatan Narmada yang meliputi jumlah pemberian pakan, tinggi badan, berat badan berdasarkan pita ukur, dan hitungan serta kemudian data atau hasil di tabulasi menurut jenis perhitungannya
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 Identitas Peternak NILAI NO VARIABEL
SATUAN Jumlah
1
Jumlah
(%)
-
-
284
40,5
Tidak Sekolah
Orang
3
-
-
42,8
SD
Orang
2
-
-
28,5
SMP
Orang
-
-
-
25
SMA
Orang
-
-
-
-
Sarjana
Orang
2
-
-
28,5
Tahun
82
11,7
Pekarangan
Are
31,5
10,5
-
-
Sawah
Are
77
12,8
-
-
Kebun
Are
35
7
-
-
17
2,4
-
-
Pendidikan
Pengalaman Beternak
-
-
Kepemilikan
Tanggungan Keluarga
8
Deviasi
Tahun
3
7
rata -
Umur
6
Persentase
7
2
5
Standar
Orang
Responden
4
Rata-
Orang
Pekerjaan Pokok Petani/ peternak
Orang
7
-
-
100
Pekebun
Orang
-
-
-
-
Pedagang
Orang
-
-
-
-
Orang
2
-
-
28,5
Kursus berternak yg pernah diikuti Ya Pernah
Tidak Pernah
Orang
5
-
-
71,4
Tabel 4.1.2 Struktur Populasi Ternak NILAI NO
1
2
3
VARIABEL
SATUAN
Jumlah
Persentase (%)
Anak Jantan
Ekor
Betina
Ekor
1
5
Jantan
Ekor
7
35
Betina
Ekor
8
40
Jantan
Ekor
1
5
Betina
Ekor
3
15
20
100
Muda
Dewasa
JUMLAH
Tabel 4.1.3 Produksi Ternak
No
Umur
Panjang
Lingkar
Tinggi
ternak
badan
dada
badan
(Bulan)
(cm)
(cm)
(cm)
Jantan
24
90
125
97
234
Betina
18
87
112
91
104
Betina
48
110
152
104
130
Betina
9
76
115
86
93
Betina
36
120
125
109
175
Jantan
12
80
106
83
85
Jantan
12
80
107
83
85
Jantan
16
98
137
102
170
Jantan
16
99
135
103
166
Betina
12
75,8
98
77,2
97
Betina
36
115,8
143
99,9
218
Betina
24
94,5
132
90,1
152
Jantan
18
100,4
134
95,2
166
Betina
24
113,5
147
102,5
226
Betina
24
130
158
118
299
Betina
24
129
157
116
248
Jantan
12
107
145
96
208
Jantan
24
121
193
117
416
Sex
Berat badan (kg) Rumus
1
2
3
4
5
6
7
Betina
10
120
172
111
327
Betina
10
110
140
120
198
Tabel 4.1.4 Reproduksi Ternak NO VARIABEL
SATUAN
NILAI Jumlah
1
Rata-rata
Standar Deviasi
Umur Pubertas Jantan
Bulan
-
-
-
Betina
Bulan
-
-
-
2
Umur kebuntingan
Bulan
1960 hari
9bln 10 hr
-
3
Birahi 1 Melahirkan
Bulan
24
3,43
-
4
Berapa kali kawin sampai bunting
Kali
7
1
5
Usia sapih
Bulan
-
-
-
6
Jangka Beranak
Bulan
-
-
-
7
Umur Afkir
Tahun
-
-
-
8
Ternak Mandul
Ekor
-
-
-
9
Sistem Perkawinan Kawin Alam
%
100
-
-
IB
%
28,58
-
-
setelah
Table 4.1.5 Tata Laksana Pemeliraan NILAI NO VARIABEL
1
SATUAN Rata-rata
%
100
14.2
-
Sendiri
%
50
7.14
-
Kelompok
%
50
7.14
-
Panjang
Meter
23.62
3.37
Lebar
Meter
20.96
2.99
Frekuensi Pakan
Kali/hari
14
2
Jumlah Pakan
Kg/hari
350
50
Panjang
Meter
8.87
1.26
Lebar
Meter
4.52
0.64
14
2
7
1
Sistem Pemeliharaan Dikandangkan
2
3
4
5
6
Standar
Jumlah
Deviasi
Kandang Milik
Ukuran Kandang
Pakan
Tempat Pakan
Jumlah Tenaga Kerja Anggota
Keluarga Orang
Sendiri 7
Frekuensi Pemberian Kali/hari Air Minum
8
`
9
Memandikan Ternak Ya setiap hari
%
Ya Sewaktu-waktu
%
100
-
-
Tidak Pernah
%
-
-
-
Ya setiap hari
%
29
-
-
Ya Sewaktu-waktu
%
14
-
-
Menyediakan Garam untuk Ternak
Tidak Pernah
%
57
-
4.1.6 Tata Laksana Pemberian Pakan Tabel.4.1.6. Tata Laksana Pemberian Pakan Rumput (kg/hari) Anak
Peternak
Lapangan Rumput Unggul : Gajah (kg/hari) Muda
Dewasa
Anak
Muda
Dewasa
Limbah
Anak
Muda
Dewasa
I
-
-
-
-
45
-
-
-
-
II
-
25
60
-
10
30
-
10
30
III
-
-
-
-
30
40
-
-
-
IV
-
25
-
-
25
-
25
-
V
-
-
-
5
15
-
-
-
VI
5
8
25
10
20
30
6
12
30
VII
-
10
25
-
-
-
-
-
25
Jumlah
-
68
110
10
135
115
6
37
85
Rata-rata
-
17
37
10
23
29
6
12
28
Standar Deviasi
-
-
-
-
Tabel 4.1.7 . Pendapatan Peternak Variabel
Unit /vol
Harga
Jumlah
(satuan)
satuan
(Rp)
(Rp) a. Penerimaan
-
-
-
16
9.918.750
Penjualan sapi
-
158.700.000
-
Penjualan kotoran
-
Sapi
-
akhir -
perhitungan -
Sapi dipotong
-
Pengembalian sapi
-
Rp. 158.700.000
Jumlah penerimaan
b. Biaya variable -
Bakalan/bibit
2
-
Pakan
-
-
Obat-obatan
-
-
Tenaga kerja
12
-
Bunga biaya variabel
-
-
Perkawinan ternak
5
-
Pertolongan beranak
-
-
Lain-lainnya
Jumlah biaya variable
15.000.000
30.000.000
-
100.000
500.000
-
Rp. 30.500.000
c. Gross margin (a-b)
-
Rp 128.200.000
d. Biaya tetap
-
-
Penyusunan kandang
12
379.000
Rp 4.550.000
-
Penyusutan alat
30
28.000
Rp.856.000
-
Lain-lain
-
Jumlah biaya tetap e. Total biaya (b+d)
-
Rp 5.406.000
-
Rp 35.906.000
Pendapatan bersih (a- e)
Rp 122.794.000
4.2 Pembahsan 4.2.1 Latar Belakang Peternak Dalam pelaksanaan perktikum yang dilakukan pada hari Minggu sampai dengan hari sabtu yang bertempat di Desa Tanaq Beak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Dilakukan wawancara peternak dari umur peternak, pendidikan terakhir, tanggungan keluarga, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, pemilikan lahan, kursus beternak yang pernah diikuti, pengalaman beternak, serta kepemilikan ternak. Kepemilikan ternak sebagian besar berasal dari bantuan pemerintah dan masih dalam sekala kecil dari 1-3 ekor. Kepemilikan ini masih terbilang kurang dalam hal ternak dan materi. Data identitas peternak dan kepemilikan ternak dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 4.2.2 Tatalaksana Pemeliharaan Cara/sistem pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga, yaitu intensif, ekstensif dan semi intensif. Pemeliharaan ternak secara intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan cara dikandangkan secara terus-menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and carry. Pemeliharaan secara ekstensif adalah pemeliharaan ternak di padang penggembalaan.Sapi perlu dimandikan secara rutin untuk menjaga kebersihan tubuh dan mencegah muculnya sarang penyakit pada tubuh sapi.Sedangkan pemeliharaan secara semi intensif yaitu pemeliharaan ternak didalam dan diluar kandang. Dari hasil pengamatan/praktikum yang kami lakukan bahwa petetrnak melakukan pemeliharaan didalam kandang (intensif), serta pemberian pakan pun dilakukan didalam kandang.
4.2.3 Perkandangan Dan Kesehatan Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung sapi dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat, dan mempermudah dalam pelaksanaan pemeliharaan pada sapi. Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada dua, yaitu kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal terdiri atas satu baris kandang yang dilengkapi dengan lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada dua macam yaitu sapi saling berhadapan (head to head) dan saling bertolak-belakang (tail to tail) yang dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan ternak.
Pada hasil pengamatan/praktikum yang dilakukan kandang yang digunakan yaitu milik kelompok. Sedangkan kondisi kandang ternak kering dan besih, karena peternak disana rajin sehingga setiap hari kandang di bersihkan. Bahan bangunan kandang yang mana dindingnya terbuat dari kayu, kandang hanya menggunakan kayu sebagai tiang untuk menopong atap. Atap menggunakan (seng), lantai (bata disemen) peternak menggunakan bata yang disemen sebagai alas atau lantai dari kandang ternaknya. Kesehatan ternak harus diperhatikan dengan baik. Kesehatan pada ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemeliharaan ternak . Ternak yang sakit tidak mampu memberikan hasil yang maksimal dan produktivitas ternak. Kegiatan yang dilakukanuntuk mencegah penyakit dan pengendalian penyakit pada ternak diantaranya yaitu dengan sanitasi yang teratur seperti pembersihan kandang, tempat pakan, tempat minum, dan ternaknya itu sendiri. Kesehatan ternak yang ada di kelompok ternak Lekong Siwak Briuk Maju cukup baik, hal itu disebabkan olah pemeliharaan yag baik dan tekun sehingga ternak terhindar dari penyakit. Dapat dilihat pada tabel 4 mengenai kesehatan ternak. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting bagi produktivitas ternak karena biaya yang digunakan dapat mencapai 70 % dari total biaya produksi, sehingga diperlukan manajemen yang tepat dan efisien agar tidak rugi. Pakan dibagi menjadi dua yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Bahan pakan yang diberikan pada ternak sapi di kandang ternak potong diantaranya harus tercukupi nutrisinya. Pakan sapi potong merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang produktivitas ternak. Bahan pakan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Peternak responden memberikan pakan biasanya 2-3 kali dalam sehari. Karena tidak memiliki lahan tempat menanam pakan, sehingga biasanya peternak membeli rumput,sehingga pakan yang biasa diberikan adalah rumput liar, rumput lapangan. Ternak tidak pernah digembalakan karena tidak ada lahan. Air minum disediakan oleh peternak dalam jumlah yang terbatas, disediakan 1-2 kali dalam sehari.Pemberian air minum di dalam kandang menggunakan ember,karena di dalam kandang tidak memiliki tempat khusus sebagai tempat penampungan air minum. Perkembang biakan ternak biasanya dilakukan oleh peternak yang dilihat dari tanda-tanda/tingkah laku ternak pada saat birahi yaitu seperti sering mengembik-
ngembik tanpa sebab, menggosok-gosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu makan berkurang, ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan agak membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lendir yang jernih. Kemudian peternak sesegera mungkin megawinkan ternaknya, karena masa birahi pada sapi berlangsung sekitar 8 sampai 12 jam. Jika ternak telat dikawinkan aka peternak harus menungu datangnya masa birahi lagi selama 21 hari. Pada peternak kelompok tani ternak Lekong Siwak Briuk Maju rata-rata peternak mengetahui tanda-tanda birahi dan segera dilakukan perkawinan sehingga poses perkembang biakan ternak pada kelompok ini pasti akan maju. Produktifitas ternak merupakan salah satu faktor yang menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu usaha peternakan. Pada peternakan yang berbasis peternakan rakyat terutama yang diterapkan oleh peternak responden, perkawinan ternak dilakukan dengan cara kawin alam. Salah satu alasan menggunakan kawin alam karena tidak membutuhkan biaya, pejantan yang digunakan telah disiapkan oleh kelompok tanpa membayar biaya perkawinan. Perkawinan alam ini tidak membutuhkan keahlian khusus, karena ternak langsung dikawinkan ketika birahi, dan peternak pada umumnya (meskipun pendidikannya rendah) mengetahui gejala birahi ternaknya. Perkawinan biasanya dilakukan di kandang, dengan mendatangkan pejantan ke kandang ternak betina, perkawinan terjadi sepanjang tahun. Hal-hal inilah yang dirasa menguntungkan peternak responden. Berdasarkan teori, ketika ternak birahi maka dikawinkan 8 – 12 jam setelah birahi, akan tetapi kenyataan dilapangan bahwa peternak segera mengawinkan ternaknya ketika birahi berlangsung. Beberapa gejala birahi yang diketahui oleh peternak adalah ternaknya gelisah dan dinaiki oleh pejantannya. Ternak biasanya birahi pertama ketika berumur 3 bulan setelah beranak dan langsung dikawainkan kembali saat timbulnya birahi tersebut. Hal ini yang membuat ternak beranak sepanjang tahun. Umur ternak saat pertama kali kawin sekitar 28 bulan, sehingga lama digunakan dalam pembiakan kurang lebih 10 tahun. Peternak biasanya mengawinkan ternaknya 1 kali dan langsung bunting. Ini menunjukkan ternak betina yang dimiliki memiliki kesuburan yang cukup baik, selain itu perkawinan dengan tepat membuat perkawinan cukup sekali dalam menimbulkan kebuntingan. Umur ternak saat beranak pertama kali adalah 3,5 tahun dan diperkirakan akan diafkir antara umur 13,5 tahun karena pada saat itu ternak betina sudah tidak produktif lagi.
4.2.4 Produktivitas Ternak Produktifitas ternak merupakan salah satu faktor yang menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu usaha peternakan baik pada penggemukan atau pembibitan. Penggemukan sapi adalah usaha memacu pertumbuhan sapi untk mencapai peningkatan bobot badan pada fase pertumbuhan yang tepat. Sistem penggemukan terdiri dari tiga macam, yaitu dry lot fattening, pasture fattening, dan kombinasi antara keduanya.Sedangkan arti pembibitan adalah suatu tindakan peternak untuk menghasilkan ternak bibit, dimana yang dimaksud dengan temak bibit adalah ternak yang memenuhi persyaratan dan karakter tertentu untuk dikembangbiakan dengan tujuan standar produksi /kinerja yang ditentukan. Pada peternakan yang berbasis peternakan rakyat
terutama yang diterapkan oleh peternak responden biasanya
secara sederhana. Peternakan sebagian besar di masyarakat hususnya di lombok masih terbilang sederhana dan trdisional yaitu sebagai pekerjaan sampingan dan pada pengamatan kami sebagian besar peternak di pulau lombok melakukan usaha pembibitan/memperbanyak, jika sewaktu-waktu dibutuhkan akan di jual dan bisa juga sebagai tabungan. Salah satu hambatan yang dirasakan oleh peternak responden selama beternak yaitu penanganan penyakit, serta keamanan. Pakan merupakan faktor terbesar yang dapat mempengaruhi perporma ternak, apabila kebutuhan pakan ternak terpenuhi maka perporma ternak tersebut akan tinggi sehingga nilai jual ternak dapat tinggi pula sehingga dapat menyongsong perekonomian para peternak.Dan juga kurang terampilnya para peternak dalam mengolah limbah-limbah perkebunan sehingga kebutuhan pakan ternak belom terpenuhi secara maksimal. Fakor kendala yang dihadapi peternak berikutnya adalah penanganan penyakit. Penykit sangat mempengaruhi perporma ternak, apabila ternak mengalami sakit maka nafsu makan, dan semangat untuk melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidunya dan kebutuhan lainnya terganggu. Apabila ternak mengalami sakit maka secara otomatis ternak tersebut akan mengalami penurunan harga sehingga perekonomian peternak melemah. Optimalisasi peran akademisi seperti mahasiswa dan dosen dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam rangka memberi penyuluhan kepada masyarakat terkait
dengan pemecahan masalah-masalah tersebut. Disamping itu, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan terutama Dinas Peternakan terkait yang senantiasa melakukan pelatihan-pelatihan kepada peternak, mengingat hambatan terbesar dalam usaha peternakan rakyat selama ini adalah pendidikan peternak yang masih minim.
4.2.5 Reproduksi Ternak Berdasarkan hasil wawancara bersama peternak setempat, ternak biasanya timbul birahi pertama setelah beranak 1-2 bulan.Birahi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus reproduksi. Siklus ini dimulai dengan pubertas atau dewasa kelamin yang ditandai Reproduksi dengan berfungsinya organ-organ kelamin betina. Kemudian musim kawin yang ditandai dengan siklus birahi, kopulasi, adanya kelahiran setelah kebuntingan dan anak disapih. Maka ternak betina akan kembali ke masa siklus birahi dan seterusnya. Perkawinan pada ternak sapi yang di pelihara oleh kelompok ini sebagian besar terjadi sepanjang tahun, dimana dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: Kawin Alam (KA) dan Inseminasi Buatan (IB). Kawin alam biasanya menghasilkan keturunan yang kurang baik, sedangkan dengan IB lebih menjanjikan menghasilkan keturunan yang baik karena perkawinan dengan IB menggunakan sperma dari sapi pejantan unggul Supaya terjadi kebuntingan, perkawinan harus dilakukan pada saat sapi betina birahi (minta kawin). Apabila tidak bunting dan tidak ada kelainan, sapi betina akan birahi setiap 18-21 hari (satu siklus). Adapun dalam kelompok ini di lakukan perkawinan secara alam dan di suntik, dan biasanya dilakukan di kandang dengan cara membawa betina ketempat pejantan. Sedangkan untuk perkawinan suntik yang membutuhkan biaya sebesar Rp. 50.000 . Adapun kebuntingan dapat diamati 21 hari setelah perkawinan. Kalau tidak ada tandatanda birahi, maka kebuntingan telah terjadi, namun apabila tanda-tanda birahi muncul lagi, maka perkawinan perlu diulang. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan perabaan, yang hanya dapat dilakukan oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman. Setelah anak sapi lahir, induk sapi dapat dikawinkan lagi 3 (tiga) bulan setelah melahirkan. Sapi bunting harus dipisahkan dari sapi yang lain. Kondisi ini dilakukan untuk menjaga kebuntingan. Pada umumnya gejala-gejala berahi pada ternak adalah sebagai Kemaluan bagian luar (vulva) ternak berwarna merah, bila
dicermati kemaluan tersebut membengkak, bila diraba kemaluan tersebut terasa hangat, dan dari kemaluan keluar lendir bening dan transparan.Gelisah dan kurang nafsu makan. Birahi ternyata bertepatan dengan perkembangan maksimum folikelfolikel ovarium. Tanda-tanda sapi birahi antara lain vulva nampak lebih merah dari biasanya, bibir vulva nampak agak bengkak dan hangat, sapi nampak gelisah, ekornya seringkali diangkat bila sapi ada di padang rumput sapi yang sedang berahi tidak suka merumput.
Kunci untuk menentukan yang mana diantara sapi-sapi yang saling
menaiki tersebut berahi adalah sapi betina yang tetap tinggal diam saja apabila dinaiki dan apabila di dalam kandang nafsu makannya jelas berkurang. Siklus birahi pada sapi berlangsung selama 21 hari. Rata-rata berahi berlangsung selama 18 jam dan ovulasi dimulai 11 jam kemudian. Menurut pengamatan estrus merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen reproduksi sapi perah.
Kegagalan dalam deteksi estrus dapat menyebabkan kegagalan
kebuntingan.
Problem utama deteksi estrus umumnya dijumpai sapi-sapi yang
subestrus atau silent heat, karena tidak semua peternak mampu mendeteksinya, untuk itu diperlukan metode untuk mendeteksi berahi. Deteksi berahi paling sedikit dilaksanakan dua kali dalam satu hari, pagi hari dan sore/malam hari. Berahi pada ternak di sore hari hingga pagi hari mencapai 60%, sedangkan pada pagi hari sampai sore hari mencapai 40% bahwa deteksi berahi umumnya dapat dilakukan dengan melihat tingkah laku ternak dan keadaan vulva.
4.2.6.Pendapatan ternak Berdasarkan hasil wawancara bersama peternak rata-rata pada tahun ini para peternak hanya dapat menjual ternak sebanyak 3 ekor, dengan harga sapi perekor sebesar 2@Rp 6.000.000 dan Rp. 7000.0000 sehingga total penjualan ternak satu tahun terakhir sebanayk Rp 19.000.000 ditambah dengan sisa sapi akhir perhitungan. Adapun total dari jumlah biaya variabel Rp 450.000 dengan biayan tetap dengan keperluan biaya penyusun kandang satu kali dalam setahun sebesar Rp 15.000.00 sehingga total biaya produksi Rp. 15. 450.000 dan total pendapatan bersih ternak sebesar Rp.3.550.000. Hal tersebut menunjukkan penambahan penghasilan dari kelompok ternak Lekong Siwak Briuk Maju .Adapun Kendala Usaha beternak Sapi yang dirasakan oleh peternak setempat adalah
4.2.7. Kendala Utama Yang dihadapi Peternak Kendala utama yang di hadapi peternak adalah penyakit. KELOMPOK TERNAK Briuk Maju Lekong Siwak.. penyakit yang menyerang ternak mereka seperti, masalah pada lambungnya, mencret, penyakit flue, cacingan. Di kelompok ternak ini hanya blum tersentuh vaksinasi seara rutin pada ternaknya sehingga, penyakit - penyakit dapat mudah menyerang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpuln Adapunkesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini adalah : 1. Pengetahuan peternak tentang ilmu peternakan sangat minim sehingga manajemen pemeliharaan (pakan dan kesehatan) tidak sesuai dengan teori yang ada. 2. Peternak belum mampu mengelola dan memberikan pakan kepada ternaknya secara optimal, pakan diberikan banyak kepada ternaknya ketika ketersediannya melimpah dan kekurangan saat ketersediaannya terbatas. 3. Dalam penanganannya, peternak mengandalkan rumput liar/rumput lapangan dan legume sebagai pakan ternak. 4. Hambatan utama yang dihadapai peternaka adalah : a.
Pengetahuan tentang ilmu peternakan yang sangat terbatas
b.
Kekurangan Air
c.
Tidak mampu mengelola atau memanajemen pakan dengan baik
d.
Penaganan penyakit kurang
5. Cara beternak atau sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional yakni menganut sistem pemeliharaan secara intensif
5.2 Saran Adapun saran yang diberikan untuk praktikum kali ini adalah: 1. Sebaiknya dalam praktikum ini dibutuhkan Co.asst untuk membimbing praktikan agar praktikum yang telah dilaksanakn bisa berjalan dengan lancar. 2. Sebaiknya praktikan harus datang ke tempat praktikum tepat waktu agar praktikum bisa berjalan efektif.
DAFTAR BACAAN
Abidin, Z dan H. Soeprapto. 2006. Cara Tepat penggemukan Sapi Potong. Agromedia
Pustaka : Jakarta
Anonymus. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius : Yogyakarta Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. University Gadjah Mada Press : Yogyakarta. Daryanto 2007. Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan. Permata Wacana Lestari:
Jakarta
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional Peternakan dan Perkebunan. Sistem Integrasi Padi Ternak : Jakarta. Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal : Philadelpia. Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistem. Siregar, B.S. 2006. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya : Jakarta. Tomatala, 2008. Kompetensi dan Keberdayaan Peternak dalam Pengembangan Usaha
Sapi Potong.Kasus Kabupaten Seram bagian Barat Propinsi Maluku.
Disertasi.
Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Williamson, G dan Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
LAMPIRAN