Laporan Utd Uji Silang Serasi (Crossmatching) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING)



OLEH : KELOMPOK V 1. Ni Kadek Lina Winati 2. Ni Made Yuni Trisna Dewi 3. Ni Made Ayu Juni Anggreni 4. Ni Putu Meri Kusumawati 5. I Kadek Mardana 6. I Putu Bandem Arista Putra 7. Putu Ratna Muliartini 8. I Gusti Ayu Tari Diva Pradnya Dewi 9. Ni Made Ita Purnamadewi 10. Marissah Thamrin



( P07134013040 ) ( P07134013041 ) ( P07134013042 ) ( P07134013043 ) ( P07134013044 ) ( P07134013045 ) ( P07134013046 ) ( P07134013047 ) ( P07134013048 ) ( P07134013049 )



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2015 PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING)



Hari, Tanggal Praktikum



: Selasa, 5 Mei 2015



Praktikum



: VII (Ketujuh)



Tempat



: Laboratorium Hematologi Analis Kesehatan



I.



Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching) 2. Tujuan Instruksional Khusus a. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching) b. Mahasiswa dapat menentukan hasil pemeriksaan uji silang serasi dari



II. III.



sampel darah pasien Metode Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode aglutinasi Prinsip Antibodi yang terdapat dalam serum / plasma ,bila direaksikan dengan antigen pada sel darah merah ,melalui inkubasi pada suhu 37°C dan dalam waktu tertentu dengan penambahan anti monoglobulin akan terjadi reaksi aglutinasi



IV.



Dasar Teori A. Tinjauan tentang Transfusi Darah Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatai shock, mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Tarwoto, 2006). Pertimbangan utama dalam transfusi darah, khususnya yangmengandung eritrosit, adalah kecocokan antigen-antibodi eritrosit.Golongan darah AB secara teoritis merupakan resipien universal, karenamemiliki antigen A dan B di permukaan eritrositnya, sehingga serumdarahnya tidak mengandung antibodi (baik anti-A maupun anti-B). Karena tidak adanya antibodi tersebut, berarti darah mereka (lagilagi, secara teoritis) tidak akan menolak darah golongan manapun yang berperan selaku donor, dengan kata lain mereka boleh menerima darah dari semua golongan darah



lainnya.



Sedangkan



golongan



darah



O



secara



teoritis



merupakan



donor universal, karena memiliki antibodi anti-A dan anti-B. Darah yang diberikan diharapkan tidak memicu reaksi imunitas dari resipien, dengan kata lainmereka boleh memberikan darah ke semua golongan darah lain,



termasuk golongan A dan B.Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor Rh. Seorang Rh (-) yang belum memiliki anti-D namun menerima donor darah Rh (+) akan mengalami reaksi sensitisasi terhadap antigen D. Untuk wanita hal ini dapat berbahaya bagi kehamilan (sudah dibahas di bagian kedua). Sekali sajaseorang Rh (-) terpapar darah Rh (+); jika kali berikutnya ia kembaliterpapar darah Rh (+), maka reaksi transfusi yang timbul dapat sangat berbahaya. Namun hal ini tidak berlaku sebaliknya. Jika seorang Rh (+)mendapat darah dari donor Rh (-), darah Rh (-) itu sudah lepas dari sistemimunitas si donor, sehingga tidak akan terjadi reaksi sensitisasi. Dengan katalain, sistem imun orang Rh (+) tidak bereaksi imunologis terhadap paparandarah Rh (-). B. Tinjauan tentang Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transfor berbagai bahan serta fungsi homeostasis. Darah merupakan cairan yang terdiri dari banyak sel bebas yang membawa zat penting yang diperlukan oleh tubuh melalui sebuah jalur yang disebut pembuluh darah. Kinerja darah diatur oleh “master kontrol” yaitu jantung. Komponen-Komponen Darah a. Sel Darah Merah Sel Darah Merah atau SDM adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin. hemoglobin. b. Sel Darah Putih (Leukosit) Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibodi.. c. Platelet ( Trombosit ) Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami pengaktivan.. d. Plasma



Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi. Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi zat antikoagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3 atau 1.025 kg/l. e. Serum Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair dari susu yang membeku pada proses pembuatan keju. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah. Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen - protein faktor koagulasi. Studi yang mempelajari serum disebut serologi. Serum digunakan dalam berbagai uji diagnostik termasuk untuk menentukan golongan darah. Di dalam serum tidak ada fibrinogen, karena protein sudah berubah menjadi jaring fibrin dan menggumpal bersama unsur figuratif yang berupa sel. B. Hemolisis pada Darah Hemolisis atau lebih dikenal dengan kejadian pecahnya sel darah merah secara normal didalam tubuh tidak dapat dihindari apabila sel darah merah atau eritrosit sudah mencapai usianya, dengan pecahnya sel darah merah atau eritrosit didalam tubuh secara normal tubuh direspon untuk membentuk sel darah merah yang baru. Haemoglobin yang keluar dari sel darah merah atau eritrosit akan diuraikan oleh organ tubuh yang bertanggung jawab dan bagian yang penting dari penguraian ini



akan dimanfaatkan kembali untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Pada kejadian yang tidak normal jumlah sel darah merah yang pecah lebih besar dari pada pembentukan sel darah merah yang baru dan mengakibatkan dari peruraian Hb akan membubung tinggi dan sangat mengganggu organ lain (organ tubuh) (Ismail, 2010). Kejadian hemolisis yang tidak normal (abnormal) bisa disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam tubuh (invivo) sendiri, misalnya kondisi sel darah merah itu sendiri kurang baik, atau bisa disebabkan oleh faktor luar (invitro), dari faktor luar bisa dijumpai akibat dari faktor transfusi darah, karena disebabkan adanya reaksi antibodi terhadap antigen yang masuk kedalam tubuh atau pada sel darah merah dan risikonya akan lebih besar apabila sel darah merah donor yang ditransfusikan tidak cocok dengan antibodi yang berada dalam plasma donor dengan sel darah merah pasien. reaksi hemolisis in vivo karena transfusi ini disebut reaksi hemolitik transfusi. Reaksi hemolitik bisa terjadi secara langsung (direck or indirec) dan dapat berakibat fatal, dan bisa juga reaksinya baru muncul beberapa waktu kemudian setelah transfusi ( delay hemolitik tarnsfution reaction ). Akibat yang fatal dari reaksi transfusi dikarenakan ketidak cocokan golongan darah ABO ( antibodi-A,-B,-AB ) yang dibuat secara teratur menurut golongan darah masing-masing. Disamping itu mungkin ada antibodi lain yang mungkin dibentuk secara alamiah tetapi tidak beratur ( antibodi -Lewis,-A1,-P1 dll ) atau antibodi immun (Ismail, 2010).Reaksi transfusi yang baru muncul beberapa waktu kemudian setelah transfusi ( delay hemolitik tarnsfution reaction ) bisa disebabkan karena darah donor sesungguhnya tidak compatible denga darah pasien, namun dalam reaksi silang/uji silang serasi menhasilkan false-compatible (Ismail, 2010). C. Crossmatching Reaksi silang (Crossmatch = Compatibility-test) perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Pengartian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan



oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien. Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi hemolitik tranfusi darah bila darah didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien. Jika pada reaksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok (Anonim, 2010). Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37 derajat Celcius. Lagi pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass (Anonim, 2010). Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibody kelas IgM yang kuat biasanya menggumpalkan erythrosit yang mengandung antigen yang relevam secara nyata, tetapi antibody yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eryhtrosit walaupun antibody itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eryhtrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 1530 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodi dengan eryhtrosit donor maka terjadi gumpalan. Berikut keterangan apakah darah bisa ditransfusikan atau tidak pada uji silang serasi:



Mayor



Minor



(-) (+)



(-) (-)



(+) (-)



(+) (+)



Auto Control (-) (-) (-) (+)



Keterangan Dara dapat ditransfusikan Periksa golongan darah sekali lagi,jika golongan darah telah sesuai maka dilanjutkan dg DCT Ada irregular antibodi pada serum/plasma donor Lakukan DCT pada OS,jika positif pada DCT,hasil posiitif



pada



autoantibodi



Minor



dan



AC



berasal



dari



terhadap eritrosit dari transfusi



sebelumnya.Apabila derajat positif pada minor sama atau lebih kecil dibandingkan dengan AC/DCT sebaliknya



darah ,ganti



dapat darah



ditransfusikan, donor



dan



lakukan



crossmatching sampai positif pada minor sama.



V.



Alat, Bahan dan Reagen  Alat : o Tabung Reaksi o Rak tabung reaksi o Sentrifuge o Pipet pasteur o Gelas plastik o Ember plastik o Botol semprot o Inkubator  Bahan : o Sampel serum OS o Sampel plasma donor o Suspensi sel darah donor 5 % o Suspensi sel darah OS 5% 



VI.



Reagen : o Bovine Albumin 22% o Coomb’s serum o NaCl



(No batch : Ba-050614/Exp: Juli 2015)



Cara Kerja UJI SILANG SERASI UNTUK 1 DONOR Phase I : pada suhu kamar di dalam sline medium



dan



1. Diambil 3 buah tabung uk 12x75 dimasukkan kedalam masling-masing tabung Tabung I (Mayor) Tabung II (Minor) Tabung III (Auto Control) 2. Dicampurkan isi,dihomogenkan



: 2 tetes serum OS + 1 tetes sel 5% donor : 2 tetes plasma donor + 1 tetes sel 5% OS : 2 tetes serum OS + 1 tetes sel 5% OS dengan cara dikocok-kocok ,diputar pada



centrifuge pada kecepatan 3000 rpm selam 15 detik 3. Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopi Phase II : inkubasi 37°C di dalam medium bouvine albumin 22% 1. Kedalam masing-masing tabung,ditambahkan 2 tetes bouvine albumin 22% 2. Dihomogenkan,dan diinkubasi pada suhu 37°C pada inkubator selama 15 menit 3. Disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik 4. Dibaca reaksi terhadap hemolisi dan aglutinasi secara makroskopis bila negatif dilanjutkan ke phase III Phase III : Indirect Coombs Test 1. Dicuci sel darah merah di dalam tabung sebanyak 3 kali dengan NaCl/Saline 2. Ditambahkan ke dalam setip tabung 2 tetes Coomb’s serum 3. Dihomogenkan hingga tercampur rata dan diputar pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik 4. Dibaca hasil reaksi secara makroskopis VALIDITAS : 1. Kepada tabung yang hasil Coomb’s Testnya negatif ditambahkan 1 tetes CCC (Coomb’s Contol Cell) 2. Dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit 3. Dibaca hasil VII.



Interpretasi Hasil ( + ) Positif ( -) Negatif



: Terjadi aglutinasi pada tabung (Reaksi silang valid) : Tidak terjadi aglutinasi pada tabung (Reaksi silang



invalid)



VIII. Daftar Pustaka



L,W.Bunga.SE.Petujuk Praktikum Transfusi Darah.2013.IIK.Bhakti Wiyata.Kediri



Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan. Jakarta: Kedokteran EGC Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta Omegawati, Wigati. 2010. Biologi Umum. Klaten: Intan Pariwara Ismail.2011. Pemeriksaan pre Transfusi Darah. Online .http://ismailpemeriksaandarahpretransfusi.blogspot.com/. (Diakses tanggal 8 Mei 2015. Sadikin, Muhamad. 2002. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: University Press Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Nistologi. Bandung: Tarsito Satria,Imam.2013.Laporan



Biologi



Pemeriksaan



Golongan



Darah.



Online.



http://imamgery45.blogspot.com/2013/11/laporan-biologi-pemeriksaangolongan .html. (Diakses pada tanggal 8 Mei 2015).



Denpasar, 12 Mei 2015



a.n Kelompok V



LEMBAR PENGESAHAN Mengetahui, Pembimbing I



Pembimbing II



(Dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp.PK (K)



(Kadek Aryadi Hartawiguna, A.Md. AK)



Pembimbing III



Pembimbing IV



(I Gede Putu Sudana)



(Ni Made Darmaasih) Pembimbing V



(Gusti Ayu Ngurah Wardani)