Leading, Reflection, Clarification Dalam Konseling [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



Teknik Leading (Pengarahan), Reflection of Feeling (Refleksi Perasaan) dan Clarification (Klarifikasi) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ketrampilan Dasar Konseling Dosen pengampu Drs. Suharso, M.Pd., Kons. Muslikah, S.Pd, M.Pd.



Oleh 1. 2. 3. 4.



Dardaniela Yosi Wardani Oka Frina Adi Pastimo Raffael Juan Bilyardo A Dita Kamila Rahmawati



(1301418010) (1301418025) (1301418041) (1301418069)



JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020



ii



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “Evaluasi Bimbingan Konselin di Sekolah Dasar”.Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memenuhi tugas mata kuliah Ketrampilan Dasar Konseling.. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Ketrampilan Dasar Konseling yang telah mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terimakasih juga saya tujukan kepada orang tua dan teman-teman yang telah memberikan doa, dukungan serta bantuan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Pada



penyajian



makalah



ini



saya



menyadari



masih



jauh



dari



kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mengharapkan perbaikan berupa kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan masalah ini. Demikianlah makalah ini saya susun dengan segala kelebihan dan kekurangan.Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan pembaca.



Semarang, 26 Maret 2020



Penyusun



iii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ..................................................................................



ii



DAFTAR ISI .................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1..............................................................................................Latar Belakang .........................................................................................................1 1.2............................................................................................Rumusan Masalah .........................................................................................................1 1.3.....................................................................................................Tujuan .........................................................................................................1 1.4....................................................................................................Manfaat .........................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Leading..............................................................................................



2



2.2 Reflection of Feeling.........................................................................



5



2.3 Clarification.......................................................................................



9



BAB III PENUTUP 3.1..............................................................................................Kesimpulan .....................................................................................................13 3.2...................................................................................................Saran .....................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................



iv



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Ketika memahami Bimbingan dan Konseling, terdapat proses interaksi antara konselor dengan klien baik secara langsung atau tidak langsung. Interaksi tersebut diharapkan sebagai salah satu upaya membantu agar klien dapat mengembangkan potensi dalam dirinya atau memecahkan masalah yang sedang dialaminya secara mandiri. Hal tersebut tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pengetahuan serta keterampilan dalam konseling bagi seorang konselor. Oleh karena itu diperlukan beberapa keterampilan yang dapat dilakukan dalam proses bimbingan dan konseling antara lain, Teknik Leading (Pengarahan), Reflection of Feeling (Refleksi Perasaan) dan Clarification (Klarifikasi).



1.2



Rumusan Masalah 1. Apa itu hakekat mengenai Leading (Pengarahan) dalam proses konseling? 2. Apa yang dimaksud dengan refleksi perasaan dalam proses konseling? 3. Apa yang dimaksud dengan klarifikasi dalam proses konseling?



1.3



Tujuan Penulisan 1. Mengetahui hakekat mengenai Leading (Pengarahan) dalam proses konseling. 2. Memahami tentang refleksi perasaan dalam proses konseling. 3. Memahami tentang klarifikasi dalam proses konseling.



1.4



Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis untuk menyelesaikan tugas matakuliah Keterampilan Dasar Konseling serta mendapatkan nilai. 2. Bagi pembacan untuk mengetahui mengenai teknik leading, reflection of feeling, clarification sebagai salah satu keterampilan dasar konseling.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Leading 2.1.1



Hakikat Leading Lead adalah teknik atau keterampilan yang berupa ungkapan verbal konselor yang secara khusus berniat mengarahkan perhatian dan pembicaraan konseli pada alur pembicaraan yang dikehendaki menurut proses dan isi bahasan konseling. Oleh karena dalam menggunakan teknik lazim dengan menggunakan kata-kata pertanyaan atau permintaan, maka sering disebut pula sebagai teknik bertanya (questioning). Dalam keterampilan ini memiliki tujuan yaitu mendorong klien untuk dapat merespon pembicaraan terutama pada ketika awal pembicaraan. Selain itu ada beberapa tujuan dari lead antara lain: a. Tergugahnya konseli memulai diskusi isu penting b. Terhindarnya konseli dari bebera detail yang kurang relevan c. Ditemukannya gagasan pembicaraan tertentu oleh konseli d. Terfokusnya pembicaraan mennurut proses dan alur konseling Komponen danVariasi a. Kata permintaan,himbauan,atau kata tanya b. Kata petunjuk bidang isu yang diharapkan (umum & khusus) c. Kata penjelasan atau keterangan Contoh: “Anda dapat menjelaskan perbuatan anda kepada ayah setelah perdebatan anda dengannya?” Kata-kata permintaan yang lazim dipakai : a. Rasanya perlu anda uraikan ikhwal.. b. Menarik ungkapan lebih jauh mengenai.. c. Dapatkah anda dapat uraikan lebih detail.. Kata-katatanya yang lazim dipakai :



2



3



a. Apakah..?/denganapa…? b. Kapan..?/Bilamana…? c. Sejauhmana..?/Seberapa..? d. Dimana…?/Kapan…? e. Siapa…?/DenganSiapa…? f. Bagaimana..?/Dalamkeadaanapa..? g. Mengapa..?/Apasebab…? 2.1.2



Jenis-jenis Leading 1. Lead Umum Lead umum adalah suatu teknik pertanyaan dimana dalam teknik ini



anak



diberikan



suatu



kesempatan



untuk



dapat



memadukan/mengelaborasi, mengeksplorasi atau bahkan memberikan jawaban sesuai keinginan mereka secara bebas. Lead umum juga dapat diartikan sebagai pernyataan himbauan konselor agar konseli responnya terfokus pada topik konseling. Contoh : Anda boleh menceritakan ikhwal studi Adaa menurut pengalaman Anda selama ini 2. Lead Khusus Lead khusus adalah suatu teknik pengarahan atau pertanyaan dimana klien memberikan suatu reaksi atau jawaban yang spesifik. Dalam melakukan lead ada beberapa yang harus diperhatikan oleh konselor yaitu: a. Ketika awal pembicaraan, sebaiknya konselor menggunakan lead umum daripada lead khusus. Hal ini dilakukan agar konseli merasakan adanya kebebasan atau keluasaan dalam menyampaikan sesuatu. b. Dalam melakukan konseling, sebaiknya konselor menggunakan variasi komunikasi dalam berkomunikasi dengan klien, jangan hanya terpaku pada teknik lead saja. Hal tersebut dilakukan agar



4



tidak terbentuk suasana konseling yang terkesan tanya jawab atau bahkan menginterogasi klien. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan terbuka, tidak menuntut jawaban Ya atau Tidak lebih bagus



dan



efektif



digunakan



untuk



:Memulai



interview,



Mendorong konseli menjajagi atau menemukan informasi, Mengungkapkan contoh tingkah laku spesifik, perasaan, atau pikiran konseli, dan Memotivasi konseli untuk berkomunikasi. 2.1.3



Silence Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara konselor dan klien dalam proses konseling. Dalam konseling, silence memiliki beberapa tujuan yaitu memberikan kesempatan kepada klien agar klien dapat beristirahat atau menenangakan pikiran dan perasaannya atau bahkan memberikan kesempatan klien mereorganisasi kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya. Tujuan dari silence yaitu : 1. Memberikan



kesempatan



kepada



konseli



untuk



istirah



atau



mereorganisasi pikiran dan perasaannya atau mereorganisasi kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya, 2. Mendorong konseli atau memotivasi konseli mencapai tujuan konseling, 3. Teredakannya sejumlah perasaan atau emosi negative konseli atas dampak peristiwa yang baru diungkapkannya. Jenis-jenis silence yaitu : 1. Silence dari konselor Contoh: Konseli



:“Pak,selama ini saya selalu bertanya-tanya pada diri



saya sendiri sebetulnya siapa yang bertanggung jawab atas kematian ayah?”



5



Konselor



:(diam untuk memberikan kesempatan kepada konseli



istirahat sejenak setelah menumpahkan perasaan-perasaannya berkaitan dengan pertanyaan mengenai kematian ayahnya) 2. Silence dari konseli Contoh : Konseli



:“Begini Pak, saya selalu menggunakan kebiasaan-



kebiasaan orangtua saya dalam mendidik anak-anaknya dengan keras, sebetulnya saya tidak ingin menerapkannya kepada anak-anak saya karena menurut saya itu terlalu menyakitkan, tapi saya tidak bias mengendalikan emosi saya ketika anak saya melakukan sedikit kesalahan,saya bingung………(konselidiam)” Konselor



:“………………………(diam beberapa saat untuk



memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengalami perasaan perasaannya secara mendalam. 2.2 Reflection of Feeling 2.2.1



Pengertian Reflection of Feeling Refelection of feeling (pemantulan perasaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan/sikap yang terkandung di balik pernyataan klien. Geldard & Geldard (2011: 81) mengemukakan bahwa Refleksi perasaan adalah salah satu ketrampilan mikro yang paling bermanfaat ketikam dipraktikan dengan benar dan pada saat yang tepat selama proses konseling. Refleksi perasaan adalah merefleksikan kepada klien ekspresi – ekspresi emosional yang terjadi dalam diri klien. Dengan menggunakan keterampilan refleksi perasaan, konselor menyampaikan kepada klien bahwa dia mencoba memahami bagaimana perasaannya, agar memperkuat kebebasan klien dan mempercayai ekspresi perasaannya sendiri. Refleksi yang baik tentang perasaan mencakup pengenalan akan apa yang dikatakan dan bagaimana klien mengatakannya. Refleksi ini menyangkut upaya mencapai isi dan mengeluarkan perasaan,



6



serta membaca apa yang sedang dikomunikasikan (Hutauruk dan Pibradi, 1984: 21). Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa refleksi perasaan adalah teknik yang digunakan konselor untuknmenangkap perasaan, pikiran, sikap, dan pengalaman klien kemudian merefleksikannya kembali pada klien dengan bahasa konselor sendiri untuk memperkuat kebebasan klien dan mempercayai ekspresi perasaannya klien. 2.2.2



Tujuan Ada beberapa tujuan dari refleksi perasaan (Hariastuti dan Darminto, 2007: 42) antara lain yaitu: a. Membantu klien memahami perasaanya. b. Mendorong klien agar lebih banyak mengekspresikan perasaanya, baik positif maupun negatif, tentang situasi, orang, atau hal-hal khusus lainnya. c. Membantu klien menata atau mengatur perasaan-perasaannya. d. Memberitahukan pada klien bahwa konselor memahami perasaan klien yang tidak suka atau marah kepada konselor, sehingga perasaan tersebut dapat berkurang. e. Membantu kien membedakan intensitas berbagai perasaan yang ada dalam dirinya. Latihan refleksi bertujuan untuk memberikan kemampuan dan keterampilan kepada calon konselor agar dia dapat merefleksikan perasaan, pikiran, dan pengalaman klien melalui pengamatan perilaku verbal dan nonverbal (Willis, 2009:184).



2.2.3



Manfaat Manfaat dari teknik refleksi perasaan adalah: a. Untuk menunjukkan pada klien bahwa kita berempati terhadapnya dan memahami apa yang mereka rasakan.



7



b. Untuk merefleksikan kepada klien ekspresi – ekspresi emosional yang terjadi dalam diri klien. c. Untuk memantulkan perasaan atau sikap yang terkandung dibalik pernyataan klien. 2.2.4



Aspek-aspek Aspek-aspek keterampilan refleksi perasaan adalah: a. Mengamati  perilaku klien, pengamatan ini terutama ditujukan pada postur tubuh dan ekspresi wajah klien. b. Mendengarkan dengan baik, penekanannya pada usaha mendengarkan dengan cermat intonasi suara klien dan kata-kata yang diucapkan. c. Menghayati pesan yang dikomunikasikan klien, tindakan ini dimaksudkan untuk memahami dan menangkap isi pembicaraan klien. d. Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien. e. Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami klien. f. Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan perasaan klien. g. Mengecek kembali perasaan klien.



2.2.5



Bentuk Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan, seperti agaknya, sepertinya, tampaknya, rupa-rupanya, kedengarannya, nadanadanya, dsb.



2.2.6



Hal-hal yang harus diperhatikan a. Hindari stereotip b. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien. c. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan perasaan/sikap klien secara tepat. d. Sesuaikan bahasa yang digunakan dengan kondisi klien.



2.2.7



Cara penggunaan teknik refleksi perasaan Cormier & Cormier dalam Hariastuti & Darminto (2009:42) mengemukakan enam langkah dalam membuat refleksi perasaan, yaitu:



8



a. Dengarkan kata-kata yang digunakan klien untuk menyatakan perasaan-perasaannya, atau kata-kata afektif dalam pesan atau pernyataan klien. b. Perhatikan tingkah laku nonverbal klien ketika ia mengemukakan pernyataan/pesan-peasan secara verbal. Sering kali perilaku nonverbal menjadi petunjuk yang lebih sesuai dengan emosi klien karena perilaku nonverbal lebih sulit dikontrol dibandingkan dengan katakata. c. Menyatakan kembali perasaan-perasaan klien dengan menggunakan kata-kata yang berbeda dari yang diucapkan klien. d. Mengemukakan pernyataan refleksi dengan awalan kata yang sesuai dengan petunjuk dari klien, apakah disampaikan secara visual, auditori atau kinestetik. e. Menambahkan konteks atau situasi dimana perasaan itu muncul. f. Memeriksa keefektifan refleksi berdasarkan respon klien terhadap pernyataan refleksi yang disampaikan konselor 2.2.8



Contoh a. Contoh Pertama Klien



: “Pak, saya sudah belajar dengan giat sebelum



menghadapi UNC, tetapi nilai yang saya terima jauh di bawah yang saya harapkan“. Konselor



: “ Sepertinya Anda merasa kecewa terhadap nilai UNC



yang Anda terima “. b. Contoh Kedua Konseli



: “Saya dihadapkan dengan 2 pilihan yang sulit Pak.



Disatu sisi, saya  ingin melanjutkan kuliah di fakultas kesehatan, tetapi disisi lain orang tua saya menghendaki saya melanjutkan ke fakultas pendidikan Pak. Mereka ingin saya menjadi guru Pak.



9



Konselor  



: “Emmm...iya...iya. namapaknya sekarang ini Mbak



sedang bingung ya, harus memilih melanjutkan ke fakultas apa...” Konseli    



 : “Iya Pak, benar sekali...”



c. Contoh Ketiga Konseli



: “(Berbicara dengan lambat serta intonasi yang



menurun). Saya selalu berharap bahwa ibu selalu memperhatikan saya. Saya selalu meminta agar ibu dapat mengunjungi saya. Kemarin adalah hari ulang tahun saya, dan ternyata dia tidak datang. Apakah anda tahu bahwa ibu sudah tidak ingat dengan tanggal ulang tahun saya. Saat ini saya berpikir bahwa ibu sudah tidak memperhatikan saya lagi.” Konselor



: “Kedengarannya anda sedang kecewa dengan sikap



ibu anda ya.”. 2.3 Clarification 2.3.1



Pengertian Clarification Clarification adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar (Supriyo dan Mulawarman, 2006: 25). Sedangkan menurut Fauzan Lutfi, dkk (2008: 34) clarification atau penegasan pernyataan adalah pola respon atau teknik menanggapi pembicaraan dengan cara memperjelas kata-kata yang telah diucapkan konseli melalui pemetikan atau pengambilan inti pembicaraan yang dianggap penting. Sekilas teknik clarification hampir sama dengan paraphrasing. Namun, dalam clarification ini, konselor tidak hanya mengungkapkan kembali apa yang telah diungkapkan konseli. Tetapi juga melakukan penegasan dan penajaman sehingg wawancara konseling menjadi lebih jelas dan terarah. Penajaman membantu konseli dalam menggali pernyataan-pernyataannya dan makna yang melekat dalam kata-kata yang dipergunakannya. Hal ini akan mengarahkan konseli untuk memahami lebih jauh pokok pembicaraan



10



itu dan memberikan keterbukaan yang lebih besar untuk menghadapi halhal yang terkait dengan masalahnya (Yeo dalam Sugiharto & Mulawarman, 2007: 58) Clarification merupakan teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti penegasan pernyataan. Clarification dilakukan oleh konselor untuk menanggapi pembicaraan konseli dengan cara memperjelas kata-kata yang telah diucapkan oleh konseli melalui pemetikan atau pengambilan inti pembicaraan yang dianggap penting (Fauzan, 2008:34) Klarifikasi ialah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan konseli dengan menggunakan kata-kata baru dan segar. Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan: pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain, dan sebagainya. 2.3.2



Tujuan Menurut Sofyan Willis (2007: 198) tujuan clarification adalah agar konseli dapat menyatakan pesannya (perasaan, pikiran, dan pengalaman) dengan jelas, alasan yang logis, dan dapat mengilustrasikan perasaan dengan cermat. Selain itu, clarification juga bertujuan menangkap pesan konseli yang samar-samar (tidak jelas) atau meragukan, serta menyusun kalimat yang menjernihkan pernyataan-pernyataan yang samar-samar, tidak jelas, dan meragukan. Sedangkan menurut Fauzan Lutfi, dkk. (2008: 34) tujuan clarification adalah: a) Konseli memperoleh balikan bahwa konselor memahaminya secara Utuh. b) Diperoleh kejelasan inti isi pembicaraan konseli c) Konseli terbantu mendiskriminasikan perbuatan ataupun situasi yang dihadapi d) Mengarahkan pembicaraan lebih lanjut ke arah uraian situasi ataupun perbuatan yang lebih luas dan dalam



11



2.3.3



Manfaat Manfaat penggunaan teknik clarification ini adalah sebagai salah satu upaya untuk memahami konseli secara lebih utuh. Dengan clarification, konselor dapat memahami maksud yang ingin di sampaikan atau pesanpesan yang disampaikan konseli melalui pernyataan-pernyataannya. Sehingga akan memperjelas dan mempermudah konselor mengarahkan proses wawancara konseling.



2.3.4



Contoh a. Contoh 1 Konseli



: Saya harus bagaimana, “Ibu menginginkan saya putus



dengan pacar saya dan mencari pengganti yang sama-sama anak kuliah, Bapak menghendaki saya untuk bertunangan dengan putra sahabat dekatnya sewaktu SMA, saya sendiri lebih suka cowok pilihanku. Konselor



: Pada dasarnya anda berada dipersimpangan jalan.



(Arah pembicaraan Agar konseli mengungkap lebih jauh aspek-aspek konflik pilihanya) b. Contoh 2 Konseli



: “Saya harus menjadi seperti apa, setiap langkah yang



saya lakukan selalu saja tidak disetujui ibu dan ayah, setiap saya mau ini, harus begitu, saya benar- benar lelah harus mengikuti apa yang mereka inginkan, seakan-akan aku seperti boneka saja”. Konselor



: “ Pada dasarnya anda kurang suka atas sikap orang tua



anda, yang suka mengatur-atur anda” c. Contoh 3 Konseli



: saya benar-benar bingung harus memilih si A atau si



B? Konselor



: anda bingung memilih A yang sangat baik dan



mencintai anda dengan tulus tapi



anda tidak mencintainya, atau



12



bertahan dengan B yang sangat



anda cintai meski B kerapkali



menyakiti hati anda, begitu? d. Contoh 4 Konseli



: “saya pernah meminjamkan buku catatan kuliah



konseling individual kepada andi, tetapi ia tidak mengembalikannya lagi kepada saya Ee.. kemarin lusa adik andi, ari, mau pinjam buku psikologi belajar kepada saya. Saya tidak memberinya pak. Dia kan adik andi, sudah tentu dia juga tidak akan mengembalikan buku yang dipinjamnya itu pada saya.” Konselor andi”.



: “dengan kata lain, anda menyamakan ari dengan



BAB III PENUTUP 1.1



Kesimpulan Lead adalah teknik atau keterampilan yang berupa ungkapan verbal konselor yang secara khusus berniat mengarahkan perhatian dan pembicaraan konseli pada alur pembicaraan yang dikehendaki menurut proses dan isi bahasan konseling. Refleksi perasaan adalah salah satu ketrampilan mikro yang paling bermanfaat ketikam dipraktikan dengan benar dan pada saat yang tepat selama proses konseling. Refleksi perasaan adalah merefleksikan kepada klien ekspresi – ekspresi emosional yang terjadi dalam diri klien. Clarification adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar dengan mengambil inti pembicaraan klien yang dianggap penting. hal ini dimaksudkan untuk memperjelas dari pernyataan klien, supaya klien dapat menyatakan pesannya (perasaan, pikiran, dan pengalaman) dengan jelas, alasan yang logis, dan dapat mengilustrasikan perasaan dengan cermat. Dan supaya konselor tidak salah tangkap apa yang telah diungkapkan klien.



1.2



Saran Dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran agar seorang konselor dapat menguasi Teknik-tekin ketrampulan dasar konseling seperti Teknik leading, reflection of feeling dan clarification agar konseling berjalan dengan lancar.



13



iv



DAFTAR PUSTAKA Himsonadi. 2019. Keterampilan Komunikasi Hiptonic Konseling. Jurnal al-Tazkiah. Vol.8. No. 1. Kusmaryani, Rosita Endang. 2010. Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta. Jurnal Pendidikan. Vol. 40. No. 2. Rahmi, Siti dan Suriata. 2019. Analisis Pemahaman Mahasiswa Terhadap Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Pada Mata Kuliah Mikro Konseling. Indonesia Journal of Learning Education and Counseling. Vol. 1. No. 2. Fauzan, Lutfi dkk. 2008. Teknik-teknik Komunikasi Untuk Konselor. UM : UPTBK http://himcyoo.wordpress.com/2011/02/18/latihan-keterampilan-dasar konseling/Diakses 16 November 2013 Sugiharto, DYP & Mulawarman.2007.Buku Ajar Psikologi Konseling.Semarang : Jurusan bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Supriyo dan Mulawarman. 2006. Keterampilan Dasar Konseling. Semarang : UNNES PRESS