LESI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LESI LESI RONGGA MULUT



1



ULKUS TRAUMATIKUS AKUT -



-



-



-



Definisi : Lesi akut ok kerusakan mukosa mulut pada lidah, bibir, dan bukal serta tidak menular. Gambaran Klinis : Gambaran bervariasi, sesuai intensitas dan ukuran trauma penyebab. • Biasanya berupa ulser tunggal • Berbatas tidak jelas • Berbentuk oval dan cekung, • Bgn tengah ulkus yaitu membrane fibrinopurulent (kuning-kelabu atau berwarna putih/abu-abu) dengan pinggiran eritematous. Etiologi : • Trauma mekanik ok tekanan sayap dr GT yg tidak pas/ kepanjangan; gigi yang fraktur; malformasi/malposisi; permukaan tajam (tepi protesa, alat ortho), mukosa RM tergigit tanpa sengaja/kebiasaan menggigit bibir, cara menggosok gigi yang salah. • Terkena, panas / listrik; • Trauma kimiawi ok tablet aspirim, krim sakit gigi yang dioleskan pada gigi dan dibawah protesa yang tidak nyaman Perawatan : • Menghilangkan faktor penyebab / trauma • Jika masih muncul 2 mg post faktor penyebab dihilangkan bisa jadi mrpakan penyakit berbahaya = perlu biopsy. • Pemberian analgesic dan kortikosteroid serta obat kumur analgesic Diagnosis Banding : SAR dan ulkus tuberculosis. Resep : • R/Bufacomb in oral base tube no. 1 ∫ u.c



2



ULCUS DEKUBITALIS -



-



-



Definisi : Kerusakan kulit ok kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol dmn kulit tsb mendapat tekanan benda keras dalam jangka panjang Etiologi : • Gigi tajam, tergigit dan pemakaian GT gacocok • Pada anak dengan gigi susu sering tjd ok akar gigi susu teresorbsi tidak baik tertolak keluar gingia oleh gigi pengganti mempunyai tepi tajam shg tjd ulkus Perawatan : • Pada anak dengan pencabutan sisa akar gigi susu shg ga lukain gusi. Untuk yang takut dicabut dpt dilakukan tindakan darurat dengan potong ujung yang tajam Resep : • R/Bufacomb in oral base tube no. 1 ∫ u.c



3



STOMATITIS -



-



-



-



-



Definisi : berasal dari Bahasa Yunani, stoma yang berarti mulut dan itis yang berarti inflamasi (radang). • Inflamasi lap. mukosa dari struktur RM (pipi, gusi (gingivitis), lidah (glossitis),bibir, dan atap atau dasar mulut). • Inflamasi dapat disebabkan ok kondisi RM (seperti OH buruk, susunan gigi buruk), cedera mulut ok makanan atau minuman panas, / ok kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh (obat-obatan, reaksi alergi, atau infeksi). Etiologi : • Alat gigi yang kurang pas, pipi tergigit, atau gigi bergerombol dapat mengiritasi struktur mulut secara terus-menerus. • Pernapasan mulut kronis ok saluran hidung tersumbat yg sbabkan RM kekeringan, yang selanjutnya menjadi iritasi. • Minum minuman yang terlalu panas yg dapat membakar mulut, dan berlanjut pada iritasi dan nyeri. • Penyakit-penyakit (infeksi herpes, gonorrhea, campak, leukemia, AIDS, dan kekurangan vitamin C) dapat menimbulkan tanda-tanda oral. Penyakit sistemik lain yang berkaitan dengan stomatitis termasuk Inflammatory bowel disease (IBD) dan Sindrom Behçet, suatu kelainan inflamasi multisistem dengan sebab yang tidak diketahui (idiopatik). Klasifikasi Stomatitis : • Stomatitis aftosa (SAR) : jenis spesifik stomatitis yang muncul dengan ulkus yang dangkal dan nyeri yang biasanya ada di bibir, pipi, gusi, atap atau dasar mulut. Rentang diameter ulkus ini dari bintik kecil hingga 1 inchi (2,5 cm) atau lebih. Walaupun penyebab SAR tidak diketahui; yang diduga adalah defisiensi nutrisi, khususnya vitamin B12, folat, atau besi. • Stomatitis generalisata / stomatitis kontak dapat terjadi akibat penggunaan berlebihan dari alkohol, merica, makanan panas, atau produk tembakau. Sensitivitas terhadap obat kumur, pasta gigi, dan lipstik, dapat mengiritasi lapisan mulut. Paparan terhadap logam berat, seperti merkuri, timah, bismut, dapat menyebabkan stomatitis. • Stomatitis mikotik / Kandidiasis oris adalah suatu jenis stomatitis yang disebabkan oleh infeksi jamur. • Stomatitis herpetika adalah herpes simpleks yang mengenai mukosa oral dan bibir, ditandai dengan pembentukan vesikel kekuningan yang pecah dan menghasilkan ulkus tidak rata, nyeri, yang dilapisi dengan membran abu-abu dan dikelilingi oleh halo yang eritematous. • Stomatitis medikamentosa adalah stomatitis akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan yang ditelan, diabsorbsi lewat kulit atau mukosa, atau diberikan dengan injeksi hipodermik. Gejala utama antara lain vesikel, erosi, ulkus, eritema, purpura, angioedema, rasa terbakar, dan gatal. Diagnosis : Diagnosis stomatitis bisa saja sulit. • Riwayat pasien mungkin menyingkap defisiensi nutrisi, penyakit sistemik, atau kontak dengan bahan yang menyebabkan reaksi alergi. • Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi lesi oral dan masalah kulit lainnya. • Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk menentukan jika ada infeksi. • Apusan mukosa mulut dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi mikroskopik, atau kultur mulut juga dapat dilakukan untuk menentukan jika kemungkinan agen infeksius adalah penyebab masalahnya. Perawatan : Perawatan stomatitis berdasarkan penyebabnya. • Pembersihan lokal dan oral hygiene yang baik adalah hal mendasar. • Makanan bertepi tajam seperti kacang, tacos, keripik kentang sebaiknya dihindari. • Sikat gigi dengan buku sikat lunak sebaiknya digunakan, gigi dan gusi sebaiknya disikat dengan hatihati; pasien sebaiknya menghindari mengetukkan sikat gigi ke gusi. • Faktor lokal (alat gigi tidak pas / gigi yang tajam), dapat dikoreksi oleh dokter gigi. • Penyebab infeksi biasanya dapat dirawat dengan obat-obatan. Masalah sistemik seperti AIDS, leukemia, dan anemia dirawat oleh dokter spesialis yang sesuai. • Cedera mulut minor akibat minuman atau makanan panas biasanya akan membaik sendiri dalam seminggu atau lebih. 4



-



• Masalah stomatitis aftosa yang kronis dirawat pertama kali dengan mengoreksi defisiensi vitamin B12, besi, atau folat. Jika tidak berhasil, dapat diresepkan obat-obatan yang diaplikasikan pada tiap ulkus aftosa dengan aplikator kapas. Terapi ini berhasil pada sejumlah kecil pasien. Lebih terkini, perawatan laser CO2 berdaya rendah telah ditemukan untuk meringankan ketidaknyamanan akibat SAR. Wabah stomatitis aftosa dapat dirawat dengan antibiotik tetrasiklin atau kortikosteroid. • Valasiklovir telah terbukti efektif untuk merawat stomatitis yang disebabkan oleh virus Herpes (Stomatitis Herpetika). • Pasien juga dapat diberikan anestesi topikal (biasanya gel lidokain 2%) untuk meringankan nyeri dan pasta protektif (Orabase) atau agen pelapis seperti Kaopektat untuk melindungi daerah erosi dari iritasi lanjut gigi, gigi palsu, atau kawat gigi. Pencegahan : • Stomatitis ok iritasi lokal dapat dicegah dengan OH baik, pemeriksaan-gigi teratur, dan kebiasaan-diet yang baik. • Stomatitis ok penyakit sistemik dapat diminimalkan dengan OH baik dan secara cermat mengikuti terapi medis yang diberikan oleh pelayanan kesehatan



5



SAR (STOMATITIS AFTOSA REKUREN) -



-



-



-



-



Definisi : lesi ulseratif yang paling umum terjadi di mukosa mulut. Gambaran Klinis : • Ulser tunggal / lebih dari 1 • Bentukan ulkus dangkal, • Berbentuk bulat, • Nyeri, • Bgn tengah ditutupi pseudomembran warna kuning keabu- abuan, dan memiliki batas kemerahan yang jelas. • Biasanya terletak dibagian mukosa tidak berkeratin (bukal, labial, lateral ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan mukosa orofaring) dan jarang terjadi pada mukosa yang berkeratin Etiologi : Etiopatogenesis masih belum diketahui sepenuhnya. • Ada bbrp faktor berperan : faktor genetik, infeksi virus atau bakteri, alergi makanan, defisiensi nutrisi, penyakit sitemik, stres, hormonal, pasta gigi + obat kumur SLS dan trauma lokal Faktor Penyebab : • Alergi makanan : cth kacang, coklat, keju, susu, terigu • Stress psikologis : stress dpt memicu pelepasan hormon stres (glukokortikoid, katekolamin) yg ngaruh ke respons imun • Trauma : terjadi ok tergigit saat bicara / saat mengunyah, kebiasaan buruk (bruksism), akibat perawatan gigi, makanan/minuman terlalu panas, suntikan anastesi lokal • Infeksi : Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan destruksi mukosa oral dan timbulnya ulkus SAR yaitu Helicobacter pylori, Stresptococus mitis, dan Ebstein-Bar virus Faktor Predisposisi : • Genetik : Px dengan riwayat keluarga positif SAR akan mengalami tingkat keparahan yang lebih berat dan kekambuhan yg lebih sering drpd px yg tidak memiliki riwayat keluarga SAR • Imunologi : terjadi immune dysregulation (stimulus lokal dan sistemik yg sebabkan sel-sel epitel menjadi target aksi sitotoksik limfosit dan monosit sehingga sel tersebut dihancurkan) • Defisiensi Nutrisi : Sebagian px SAR diperkirakan mengalami defisiensi vitamin B12 • Hormonal : Kadar estradiol px SAR, dng pola menstruasi teratur cenderung normal, sedangkan kadar progesteron kurang dari normal. Hal ini mungkin disebabkan oleh fluktuasi kadar estrogen dan progesteron yg reseptornya dpt dijumpai di RM, khususnya pada gingiva • Penyakit Sistemik : Beberapa penyakit memiliki manifestasi klinik yg mirip dengan SAR, penyakit sistemik yg berhubungan dengan SAR biasanya penyakit yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi atau autoimun seperti anemia, PFAPA, infeksi HIV, sindrom behcet, sweet syndrome, dan magic syndrome Klasifikasi : SAR diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu SAR minor, SAR mayor, dan Hipertiformis. •



SAR MINOR



-



Definisi : Btk paling umum dan terjadi px berusia 5 - 19 tahun. Gambaran Klinis : o Lesi dng beberapa ulkus yang bbtk bulat, o Letaknya superficial, o Ukuran 10 mm o Dapat muncul pada setiap bgn mukosa namun cenderung muncul pada mukosa berkeratin (palatum keras, tenggorokkan) Diagnosis : o Px mengeluhkan rasa sakit hebat o Harus ditanyakan sejak dari umur berapa terjadi, lama (durasi), serta frekuensi ulser. Dimana SAR mayor kambuh lebih sering dan berlangsung lebih lama dibandingkan tipe minor (beberapa minggu – bulan) o Ulser biasanya sembuh dng btk jaringan parut dan distorsi jaringan. Hal ini disebabkan ok ulcer sudah mengerosi jaringan ikat. SAR HERPETIFORMIS



-



-



Definisi : Tipe SAR fokal kambuhan dengan prevalensi 5-10% Gambaran Klinis : o Ulser multiple yaitu 20-200 ulser o Diameter 1-3 mm o Berbentuk bulat o Mukosa di sekitar ulkus eritematous dan kira kira ada rasa sakit Diagnosis : o Setiap bgn mukosa dpt terkena, khususnya pada ujung anterior lidah, tepi – tepi lidah dan mukosa bibir o Ulser berlangsung selama 7-30 hari dengan penyembuhan meninggalkan jaringan parut.



7



Karakteristik Jumlah ulkus Ukuran ulkus Durasi Sembuh dng bekas jar. parut



-



-



Minor 1-5 10 mm 2 mg – 3 bulan



Herpetiformis 5-20 (bisa > 100) 1-2 mm 7-14 hari



-



Ya



-



Cenderung pd mukosa RM tidak berkeratin Mukosa RM berkeratin Tempat predileksi Non keratin mukosa (mukosa bukal, mukosa dan tidak labial /lidah) Diagnosis/Keadaan Klinis : Penegakan dx berdasarkan anamnesis dng menanyakan riwayat px dan manifestasi klinis. • Biasanya, px akan merasakan sakit dan terbakar pada RM, lokasi ulser berpindah-pindah dan sering berulang. • Harus ditanyakan : o Riwayat keluarga o Ukuran dan bentuk ulcer o Dari umur berapa terjadi, o Kondisi medis (ulser genital, masalah o Lama (durasi) ulser, kulit, ggn pencernaan) o Frekuensi ulser. o Riwayat obat o Lokasi terjadinya ulcer (non-keratinasi o Tepi dan dasar ulser dan keratinasi) o Jaringan sekitarnya • Setiap hubungan predisposisi juga harus di catat. pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ulser pada bagian mukosa mulut. • Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ulser pada bagian mukosa mulut dengan bentuk bulat atau oval • Pemeriksaan tambahan seperti tes serologi dan histopatologi juga dapat membantu dalam mengakkan diagnosis SAR Diagnosis Banding : Traumatic ulser, herpes simplek, squamous cell carcinoma, Bechet syndrome. Perawatan : Tidak ada penatalaksanaan spesifik terhadap SAR. Perawatannya hanya berupa perawatan simtomatik. Tatalaksana yang perlu dilakukan pada pasien SAR adalah sebagai berikut : • Edukasi (ngasi info mengenai penyakit yang dialami agar px tau) • Identifikasi dan monitor faktor predisposisi dari timbulnya SAR. Instruksikan px untuk menghindari, mengatasi atau mengobati faktor penyebab yang mendasari timbulnya SAR. • Obat topikal seperti kombinasi antiseptik seperti chlorhexidine dan triclosan diperlukan apabila timbul outbreak dan gejala yang berkelanjutan. • Obat sistemik diindikasikan apabila outbreak konstan dan agresif.



8



STOMATITIS MEDIKAMENTOSA - Definisi : alergi yang diinduksikan sec. sistematik ok alergi obat/makanan trtntu. - Gambaran Klinis : • Urtikaria (Biduran) • Ulser • Maculopapular rash (Bintik bintik) • Target lessions (erythema multiformis) • Eritema (Kemerahan) • Linchenoid drug eruption • Vesikel (Gelembung Isi Cairan) • Angiodema (pembengkakan) - Gejala klinis : • Perih • Gatal • Deskuamasi mukosa IO - Etiologi : obat obatan yang dapat menimbulkan adverse reactions. • Antibiotics : Erythromycin, penicillin, streptomycin, sulfonamides, tetracycline. • Analgesics : Aspirin, codeine, oxicams, propionic acid-derivativ • Anticonvlusants : Barbiturate, Phenytoins • Antifungals : Ketoconazole • Anti inflammatory : Indometachin • Anti malarial Cardiovascular : Methyldopa, Oxprenolol • Lain lain : Retinoid, cimetidine, gold compound, anestetik lokal - Patogenesis: • Respon Hiperimun (Alergi) ; Mekanisme ini dipicu oleh antigen pada molekul obat, dimana mekanismenya meliputi : - Reaksi IgE-medicated (sel mast dilapisi IgE) - Reaksi sitoksik (antibodi berikatn dng sel yg sdh melekat pd obat • Respon Non-Immnologi : Obat langsung memengaruhi sel mast yang akan melepaskan mediator kimia. Reaksi ini juga dapat diakibatkan oleh overdose, toksisitas, / efek samping obat. - Diagnosis : • Pnegakan dx difokuskan pada riwatan terakhir konsumsi obat (penting untuk tau meskipun tjd delayed reaction hingga 2 mg) • Pemeriksaan lengkap rekam medis px, • Hasil patch test negative. - Perawatan : • Identifikasi dan penghentian agen penyebab drug reactions, • Substitusi obat • Pemberian antihistamin, • Pemberian kortikosteroid topical (pasta gigi triamcinolone). - Resep : • R/Bufacomb in oral base tube no. 1 ∫ u.c



9



ALLERGIC CONTACT STOMATITIS (STOMATITIS VENENATA) -



-



-



-



-



Definisi : Reaksi RM ok reaksi hipersensitivitas tertunda dmn terjadi saat antigen berpenetrasi ke mukosa pada px yang rentan, lalu akan terjadi reaksi inflamasi yang terbatas pada lokasi/daerah kontak. (deskuamasi pada vermilion border bibir ok alergi Etiologi : Hal ini dapat disebabkan oleh stimulant antigenic dengan sejumlah zat asing. Yaitu kontak langsung dengan : • Makanan dan bahan penyedap/penambah rasa (kayu manis) • Lipstik, Sunblock • Tablet Hisap • Pengawet • Bahan pembuat permen dan permen karet • Oral care product, seperti pasta gigi dan mouth washes (jarang) • Antimicroba (chlorhexideine, ammonium kuartener) • Colonophony di benang gigi dan di perekat GT • Dental materials seperti glove dan rubber dam, restorasi metal/amalgam (karena merkuri di dalam amalgam), bahan akrilik gigi tiruan (karena monomer bebas pada akrilik), kerangka logam, material cetak, serta topical anastesi. Gejala : • Sensasi terbakar • Kekebalan • Nyeri • Pengecap/Perasa tidak enak • Perih dan Gatal • Air liur berlebih • Parasteshia • Gatal pada perioral Gambaran Klinis : Lesi dari kontak alergi terjadi secara langsung dekat dengan penempatan atau lokasi dari causative agent. Tampilan bervariasi, mencakup lesi erithematous, erosive, vesicular, lichenoid, dan ulserasi. • Lesi eritematosa • Burning Mouth Syndrome (BMS) • Erosi/Ulserasi • Geographic Tongue • Leukoplakia like lesion • Gatal pada lidah • Urtikaria kontak Klasifikasi : • Tipe akut o Gejala umum : sensasi terbakar. o Tampilan dari mukosa yang terkena bervariasi dari kemerahan ringan sampai lesi eritema dengan/ tanpa edema, vesikel jarang terlihat ketika ada segera ruptur kemudian menjadi erosi. o Ulserasi superfisial yang menyerupai aphtae kadang-kadang tampak, menimbulkan rasa gatal, perasaan tertusuk dan mungkin terdapat edema. • Tipe kronis o Tampilan mukosa erythematous atau putih dan hiperkeratotik. Secara periodik, erosi berkembang di zona yang terkena. o Beberapa alergen terutama pasta gigi dapat menyebabkan eritema yang menyebar dengan deskuamasi pada lapisan superfisial dari epitelium. o Alergi pada bibir menunjukkan bibir kering, pecah-pecah dan bersisik pada vermilion bibir.



10



-



Insidensi : Tidak diketahui, tetapi diyakini secara signifikan kurang umum terjadi dibandingkan kontak dermatitis. Mukosa oral kurang sensitive dibandingkan permukaan kulit, hal ini mungkin disebabkan karena faktor-faktor berikut: • Periode kontak dengan antigen sering dalam waktu singkat. • Saliva yang cair melumaskan dan menghilangkan banyak antigen (saliva secara cepat mencairkan antigen potensial dan secara fisik membersihkan dan mencerna/menyerapnya sebelum berpenetrasi ke mukosa oral) • Karena mukosa oral lebih vascular dari pada kulit, antigen potensial yang berpenetrasi ke mukosa, dihilangkan secara cepat sebelum reaksi alergi dapat terbentuk. • Alergen mungkin tidak dikenali karena densitas yang rendah dari sel lagerhans dan limfosit T. - Patogenesis • Reaksi kontak alergi (stomatitis venenata) dapat disebabkan oleh stimulan antigenik dengan sejumlah zat asing (makanan dan bahan penyedap, pengawet, oral care product, dental materials dan agen lainnnya). • Respon imun yang dihasilkan terutama dimediasi oleh sel T. Pada fase sensitisasi, sel epitel langerhans tampak memiliki peran yang besar dalam mengenali antigen asing. • Sel dendritik bertanggung jawab untuk memproses antigen yang masuk ke epitel dari lingkungan eksternal. • Sel langerhans kemudian menyajikan penentu antigenik yang tepat untuk limfosit T. • Setelah antigenik terpapar kembali, limfosit lokal mengeluarkan mediator inflamasi (sitokin) yang menghasilkan perubahan karakteristik secara klinnis dan histologi dari proses ini. - Diagnosis : • Tipe akut relatif mudah ditegakkan, yaitu : 1. Reaksi diamati dalam 30 menit dari kunjungan dental (dental visit) 2. Lalu segera diperiksa dan dipastikan alergen penyebab, • Tipe kronis relatif lebih sulit, yaitu : 1. Pemeriksaan membutuhkan keadaan OH yang baik 2. Lakukan eliminasi semua etiologi yang mungkin bersamaan dengan riwayat positif skin test terhadap suspected allergen. 3. Jika allergic contact stomatitis secara kuat dicurigai tapi hasil skin test (-) lakukan direct testing ke mukosa dengan meletakkan antigen ke permukaan mukosa rongga mulut. 4. Jika kulit sensitif terhadap suatu antigen tertentu terdapat kemungkinan mukosa tidak menunjukkan sensitifitas terhadap antigen tersebut namun sebaliknya jika mukosa sensitif terhadap suatu antigen tertentu dapat dipastikan kulit juga sensitif terhadap antigen tersebut. - Penatalaksanaan • Eliminasi secara langsung faktor penyebab alergi • Pada kasus ringan dari akut contact stomatitis, cukup dengan penghilangan alergen dan lesi akan sembuh seharusnya pada 1 sampai 2 minggu. • Pada kasus yang lebih parah, terapi antihistamin, yang mana dikombinasikan dengan anastesi topikal (misalnya dyclonin HCL biasanya bermanfaat). • Pada kasus kronis dilakukan penghilangan allergen penyebab dan aplikasi kortikosteroid topical seperti 0,05% flucocinonide-Lidex gel atau dexamethasone elixir. Kortikosteroid sering diberikan untuk menghilangkan simptomatik. - Resep : • R/Diphendydramine HCl 25 mg tab No. XL ∫ 1 tab q.6.h p.r.n



11



PRIMARY HERPETIC GINGIVOSTOMATITIS -



-



-



-



Definisi : Peyakit RM berupa vesikel/ulser multiple pada gusi dan mukosa mulut ok infeksi primer virus Herpes Simplex type ½ (HSV-1 / HSV-2) Patofisiologi : 1. Infeksi primer tjd pd kontak awal dng virus mell. Inokulasi mukosa, kulit, mata/sekresi tubuh yang terinfeksi 2. Virus lalu bereplikasi di dalam sel epitel mukosa dan atau kulit sebabkan tjdnya vesikel 3. Setelah proses penyembuhan, virus akan berjalan sepanjang akson saraf ke ganglion saraf, lalu menimbulkan infeksi laten 4. Apabila ada factor predisposisi tsb maka akan tjd reaktivasi virus Faktor predisposisi : • Penurunan imunitas • Terjadi epidemi pada pergantian musim • Defisiensi nutrisi • Punya penyakit sistemik trtntu (imunokomromis) Gejala klinis dan pemeriksaan : • Gejala prodromal 1-3 hari : demam, kehilangan nafsu makan, malaise, myalgia, bs disertai sakit kepala dan nausea • Gejala EO : Vesikel dan atau ulserasi pada vermillion border lip ditutupi krusta kekuningan • Gejala IO : o Erythema dan vesikel kecil d 1-3 mm o Terletak berkelompok pada palatum keras, attached gingiva, dorsum lidah, dan terletak di mukosa non keratine di labial, bukal, ventral lidah dan palatum mole o Vesikel mudah pecah dan btk ulser yang lbh besar dng tepi tidak teratur dan warna kemerahan o Gingiva membesar berwarna merah dan sangat sakit, dpt tjd pharyngitis Diagnosa Banding : SAR Herpetiformis, Erythema multiforme, Hand foot and mouth disease Perawatan : • KIE • Penyakit bersifat ‘Self limiting disease’ (penyakit yang dapat sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh membaik) • Terapi kausatif : Acyclovir 15 mg/ kg BB (anak), 200 mg 5x/hari (dewasa) • Simtomatik: anestetik topikal, analgesik-antipiretik, antiseptic kumur • Supportif: imunomodulator, multivitamin, istirahat, hidrasi • Pencegahan Penularan melalui penyuluhan



12



RECURRENT INTRA ORAL HERPES /STOMATITIS HERPETIKA -



-



-



-



-



Definisi : Herpes simplex yg mengenai mukosa oral dan bibir berupa vesikel / ulserasi multipel pd mukosa mulut dan mrpkn infeksi sekunder Etiologi : Adanya reaktivasi dari Herpes Simplex Virus (HSV)-1 atau kadang-kadang HSV-2 yang laten pada ganglion syaraf. Patofisiologi : • Disebabkan oleh reaktivasi dari virus HSV-1 atau kadangkadang HSV-2 • Terjadinya reaktivasi dari HSV laten ke dalam saliva dan sekresi oral akibat adanya faktor pemicu dan menimbulkan ulserasi rongga mulut. Faktor predisposisi: • Demam • Alergi • Radiasi ultra violet • Trauma • Stress • Menstruasi Gambaran Klinis (Intraoral) • Erythema dan vesikel kecil diameter 1-3 mm • Berkelompok pada palatum keras, attached gingiva, dorsum lidah, dan mukosa non-keratin di labial, bukal, ventral lidah dan palatum mole • Vesikel kekuningan mudah pecah membentuk ulser yang lebih besar dengan tepi tidak teratur, nyeri, dilapisi membrane abu dan dikelilingi eritematous serta kemerahan. Gejala Klinis : Demam, riwayat sariawan di langit langit keras mulut, gusi Diagnosis banding : Stomatitis Aftosa tipe Herpetiformis, Herpangina Squamous Perawatan : • Pada pasien imunokompeten bersifat ‘Self limiting disease’ (penyakit yang dapat sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh membaik) • Terapi kausatif berupa antivirus untuk kasus yang berat (diberikan pada tahap vesikel (72 jam pertama): a. Acyclovir 1000 mg per hari, atau b. Valacyclovir/famciclovir 500-1000 mg. o Simtomatik: anestetik topikal, analgesik-antipiretik o Supportif: imunomodulator, multivitamin, obat antiseptik kumur, • Tidak ada vesikel : diet TKTP dan multivitamin Pemeriksaan Penunjang : Tidak diperlukan, tampilan klinis dan riwayat menjadi karakteristik khas. Lama perawatan : 10-14 hari Faktor penyulit : Kondisi imunosupresi berat



13



HERPES ZOSTER -



-



-



-



Definisi : Infeksi sekunder dari virus varicella zoster. Etiologi: virus varisela zoster (VVZ) Gejala klinis : Berlangsung 1I5 hari. • Keluhan diawali dengan nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi dan dapat berlangsung dalam waktu yang bervariasi, bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau sebagai serangan yang hilang timbul. • Keluhan bervariasi dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi, rasa ditusuk-tusuk. • Selain nyeri, dapat didahului dengan cegukan atau sendawa. Gejala konstitusi berupa malaise, sefalgia, yang biasanya akan menghilang setelah erupsi kulit timbul Kadang terjadi limfadenopati regional • Demam Gambaran Klinis : • Ekstraoral : vesikel unilateral di seluruh badan dan gatal • Intraoral : ulserasi multiple di seluruh mukosa keratin dan non Diagnosis Banding : • Stadium praerupsi : nyeri akut segmental sulit dibedakan. Dengan nyeri yang timbul karena penyakit sistemik sesuai dengan lokasi anatomik • Stadium erupsi: herpes simpleks zosteriformis, dermatitis. Kontak iritan, dermatitis venenata, penyakit Duhring, luka. bakar, autoinokulasi vaksinia,.infeksi bacterial setempat. Perawatan • Self limiting (control nyeri) • Perawatan suportif • Ibuprofen (bila perlu) • Bila masih ada vesikel : o Asiklovir dewasa : 5x800mg/hari selama 7-10hari atau Asiklovir iv 3x10 mg/kgBB/hari o Valasiklovir untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari atau Famsiklovir untuk dewasa: 3x250 mg/hari selama 7 hari. • Bila tidak ada vesikel : diet TKTP dan multivitamin



14



HERPES LABIALIS -



-



-



-



-



-



Definisi : bentuk sekunder / kekambuhan infeksi herpes simpleks primer pada permukaan lua r bibir yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I (HSV), kebanyakan penderita tidak memiliki gejala apapun. • Penyakit herpes simpleks tersebar dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. • Infeksi primer oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV II biasa terjadi pada decade II atau III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual • Infeksi genital recurrent 6x lebih sering drpd infeksi oral-labial recurrent o Infeksi HSV tipe II pada daerah genital lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe I didaerah genital; o Infeksi HSV tipe I pada oral-labial lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe II didaerah oral. Etiologi : Reaktivasi HSV-1 laten pada ganglion trigeminal setelah infeksi primer. • Faktor predisposisi yang dapat memicu reaktivasi dari HSV-1 laten adalah stress, trauma, paparan sinar matahri dan menstruasi. Gejala : Infeksi primer mungkin tidak menimbulkan gejala sama sekali. Jika tidak, lepuh dapat muncul di dekat atau di mulut dalam waktu satu sampai tiga minggu setelah kontak pertama dengan virus. • Gejala dari rekurensi dapat mencakup; lecet atau luka pada mulut, bibir, lidah, hidung, atau gusi rasa sakit terbakar sekitar lecet kesemutan atau gatal di dekat bibir serta beberapa lepuh kecil yang tumbuh bersamaan dan merah meradang. Patogenesis : 1. Prodromal (hari 0-1): Gejala sering mendahului kambuh. Gejala biasanya dimulai dengan kesemutan (gatal) dan kemerahan pada kulit disekitar situs yang terinfeksi. Tahap ini dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa jam sebelum manifestasi fisik dari infeksi dan merupakan waktu terbaik untuk memulai pengobatan. 2. Peradangan (hari 1): Virus dimulai reproduksi dan menginfeksi sel-sel di ujung saraf. Sel- sel yang sehatt bereaksi terhadap invasi dengan pembengkakan dan kemerahan ditampilkan sebagai gejala infeksi. 3. Pre-sakit (hari 2-3): Tahap ini didefinisikan oleh penampilan kecil, keras, papula meradang dan vesikel yang mungkin gatal dan menyakitkan sensitive terhadap sentuhan. Dalam waktu, lepuh berisi cairan ini membentuk cluster pada jaringan bibir (labial), daerah antara bibir dan kulit (vermilion border), dan dapat terjadi pada hidung, dagu dan pipi. 4. Terbuka lesi (hari 4): Tahap paling menyakitkan dan menular. Semua vesikula kecil membuka dan bergabung untuk membuat satu besar, terbuka, ulkus menangis. Cairan secara perlahan keluar dari pembuluh darah dan jaringan yang meradang. 5. Pengerasan kulit (hari 5-8): Kerak/ koreng kekuningan atau coklat ini tidak terbuat dari virus yang aktif tetapi dari serum darah mengandung protein. 6. Penyembuhan (hari 9-14): Kulit baru mulai terbentuk dibawah keropeng. Gambaran Klinis : Lesi vesikel bergerombol pada vermilion border bibir dan kuit perioral. • Lesi diawali dengan gejalan prodromal seperti rasa kemerahan (eritema) sebagai papula, vesikula, ulser, krusta, kemudian sembuh/hilang tanpa meninggalkan bekas. • Rasa sakit biasanya dialami hanya pada 2 hari pertama kemunculan lesi vesikula. • Ukuran lesi vesikula berdiameter 1-5mm, dengan jumlah hanya 1 atau dapat juga lebih dari 1 dan timbul banyak berdekatan. • Selama 48 jam vesikel pecah dan meninggalkan erosi dan menjadi krusta dan sembuh dalam 7-10 hari. • Lesi ini bersifat rekuren dan sembuh tanpa meninggalkan bekas luka. Diagnosis 15







-



Anamnesis o Benjolan isi cairan di bibir atas / bawah, gatal dan panas, bisa juga disertai adanya rasa nyeri. o Lesi didahului oleh demam intermitten ringan, kelemahan umum, dan malaise. o Bisa juga pasien dating dengan sudah ada luka pada bibirnya, gejala tergantung berapa lama pasien sudah mengalami infeksi herpes simpleks labialis o Pasien juga ditemukan adanya riwayat keluhan seperti ini disekitar mulut atau bibir sebelumnya. o Riwayat minum obat tertentu (Fluconazole, Paracetamol, Ibuprofen, Amoxicillin) dapat menjadi penyebab timbul kekambuhan herpes simpleks • Pemeriksaan Fisik o EO dan IO : vesikel dengan berbagai ukuran, pada tahap lanjut dapat pula ditemukan erosi hemoragik dan krusta hemoragik dengan dasar eritematosa. o Pmriksaan leher maupun sekittar wajah : ada limfadenitis yang merupakan komplikasi pada herpes simpleks labialis, dengan ukuran yg bervariasi, mobile, damn konsistensi lunak. • Pemeriksaan Penunjang o Tzanck Test (pemeriksaan sitologi untuk melihat morfologi sel yang dicurigai adanya kelainan) : dengan mengambil jaringan terdapat lesi lalu dibuat hapusan dan dilihat dibawah mikroskop. Hasil Tzanck Test untuk herpes labialis simpleks ditemukan gambaran histopatologi berupa giant cell/ ballooning cell. o Adanya replikasi berulang DNA virus menyebabkan terjadinya ballooning degeneration dan degenerasi retikuler dari sel epidermis yang terinfeksi. Ini diamati sebagai ballooning cells yang mengandung badan inklusi pada intranuklearnya dengan pengecetan pewarnaan yang dapat dari isi blister/ lepuhan. Selain itu dapat juga dengan pewarnaan yang dapat dari isi blistert/ lepuhan. o Pemeriksaan serologis (igM anti HSV anti HS) o Imunoflouresensi Diagnosis Banding : Herpes Zooter. Perawatan 1. Mengontrol factor predisposisi, seperti: menggunakan sunscreen untuk mengurangi frekuensi rekurensi akibat sinar matahari, istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi juga dapatt membantu mengurangi frekuensi rekuren 2. Perawatan topical a. Penggunaan krim acyclovir 5% atau salep penciclovir 1% pada saat awal gejala pedromal atau gejala akan timbul lesi b. Penggunaan krim tetrakasin 1,8% sebanyak 6 kali sehari 3. Perawatan sistemik (untuk pasien immunokompromais) a. Pemberian obat (acyclovir tablet 200mg, 5 kali sehari slm 7 hr) b. Pemberian obat antipirettik/analgesic (paracetamol elixir) dan antiseptik local (0,2% obat kumur aqueous chlorhexidine) 4. Diet TKTP dan perawatan suportif (multivitamin dan obat kumur anastetik)



16



ACUTE NECROTIZING ULCERATIVE GINGIVITIS (ANUG) -



-



-



-



-



Definisi : Lesi nekrotik pada daerah interdental dan marginal gingival. Infeksi oral endogen dengan karakteristik nekrosis gingiva. Patofisiologi : Beberapa mikroorganisme yang umumnya ditemukan pada jaringan periodontal, pada host dengan kondisi kompromis imun dapat menyebabkan mikroorganisme ini berubah menjadi patogen. Produk endotoksin dan aktivasi system imun dapat menyebabkan kerusakan jaringan gingiva dan sekitarnya. Faktor predisposisi: • penurunan imunitas (terutama AIDS) • merokok • stress • malnutrisi berat • kebersihan mulut yang buruk. Gejala subjektif : Sakit, gusi mudah berdarah, mulut terasa seperti logam, bau tidak enak Gejala klinis dan pemeriksaan 1. Ekstra oral : pembesaran kelenjar limfe, limfadenopati 2. Intra oral : o ulserasi nekrotik seperti kawah pada interdental papilla dan marginal gingiva, o sakit, o mudah berdarah spontan. o hipersalivasi o mulut terasa logam Diagnosis banding : Gingivitis Marginalis Kronis dan Primary Herpetic Gingivostomatitis Perawatan : • KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) • Melakukan ‘debridement’: menghilangkan jaringan nekrotik dan mikroba penyebab menggunakan larutan H2O2 1.5-3%. • Kausatif: antibiotik golongan penisilin dan atau metronidazole, (antibiotik Amoxycillin 500 mg, Metronidazole 500 mg) • Antiseptik: ditambahkan klorheksidin glukonat 0.2 %. • Simtomatik: analgetik, antipiretik • Supportif: hidrasi, diet lunak tinggi kalori-protein, istirahat, multivitamin. • Jika kondisi akut telah mereda dapat dilakukan skeling dan root planning. Pemeriksaan Penunjang : Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan cairan sulkus gingiva, dengan pewarnaan gentian violet, akan tampak bakteri spirochaeta/bacillus penyebab infeksi.



17



STOMATITIS - CANDIDIASIS PSEUDOMEMBRAN -



-



-



Definisi : Berupa bercak putih atau kuning multipel pada mukosa mulut, seperti cheesy material yang dapat dihilangkan dan meninggalkan permukaan yang berwarna merah akibat infeksi Candida albicans Etiologi : Jamur Candida albicans Faktor predisposisi: 1. Faktor lokal : Perubahan kondisi saliva (hiposalivasi, penurunan pH saliva), atropi epitel rongga mulut, pemakaian gigi tiruan. 2. Faktor sistemik : penurunan imunitas, defisiensi nutrisi nutrisi, memiliki penyakit sistemik tertentu (imunokompromis), pemakaian obat-obatan yang mempengaruhi saliva atau mempengaruhi imunitas (seperti steroid inhaler), merokok, Diabetes (kelainan endokrin), HIV/AIDS, sedang menjalani kemoterapi, Cushing’s disease, defisiensi Fe dan vitamin B12, bayi dan usia lanjut. Patofisiologi : Candida melekat pada epitel dan penetrasi ke dalam epitel meyebabkan inflamasi dan kematian sel epitel, oedema, agregasi PMN leukosit (mikroabses) Gejala klinis dan pemeriksaan • Kandidiasis Pseudomembranous Akut tampak sebagai plak mukosa yang putih, difuse, bergumpal atau seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur. • Lesi putih seperti susu atau plak yang dapat dikerok tetapi dapat meninggalkan permukaan merah, kasar, kadang sedikit bleeding. • Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum lunak. • Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Diagnosis banding : Thermal burn, Trauma, Debris makanan yang tertinggal menempel pada mukosa mulut, khususnya pada bayi yang masih menyusui Perawatan : 1. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) 2. Hilangkan faktor predisposisi: • Mekanis: pembersihan reservoir (dorsum lidah, protesis) 1. Terapi kausatif : antifungal topikal atau sistemik (tergantung perluasan lesi dan keparahan) -> contoh obat : nystatin, fluconazole, dll 2. Simtomatik : analgesik, antipiretik (bila diperlukan) 3. Suportif : multivitamin (untuk mengatasi defisiensi yang ada (defisiensi zat besi dan vitamin B12 serta untuk meningkatkan daya tahan tubuh)



18



ANGULAR CHEILITIS, PERLECHE, ANGULAR CHEILOSIS -



-



Definisi : Retakan atau belahan (Fisura) yang terletak pada bibir di area sudut mulut, seringkali dikelilingi oleh area kemerahan. Patofisiologi : Dimana penyebabnya defisiensi B2, Defisiensi Zat Besi, Kehilangan Dimensi Vertikal, Kondisi Atopi, Trauma, Usia tua, Diabetes Mellitus, Medikasi yang menyebabkan kulit kering dan atau Xerostomia • Adanya satu atau berbagai faktor etiologi, menyebabkan maserasi pada area sudut mulut dan mengawali terjadinya kehilangan integritas epitel dan menjadikannya lingkungan yang ideal untuk infeksi oportunistik, seperti jamur dan atau bakteri. Etiologi: multifaktorial seperti agen infeksi, faktor mekanis dan defisiensi nutrisi. 1. Agen Infeksi : • Penyebab utama dari lesi, dimana sebagian besar adalah candida albican dan staphylococcus aureus. • Candida diperkirakan sebagai angular cheilitistor utama terjadinya angular cheilitis yang disebabkan oleh oral candidiasis. • Selain candida ada pula staphylococcus, streptococcus dan mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya angular cheilitis. 2. Faktor mekanis : • Px memakai GT yang tidak pas. Biasanya sering terjadi pada orang tua. • Px yang edentulous yang tidak memakai GT atau yang menggunakan GT tapi tidak pas sehingga overhanging pada bibir atas bawah pada sudut mulut sehingga menghasilkan lipat lengkung miring pada sudut mulut, lipatan yang dalam ini menyebabkan saliva mengalir keluar sehingga tercipta suatu lingkungan yang basah terus menerus. Keadaan ini yang memungkinkan lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme untuk tumbuh berkembang. • Selain pada orang tua, anak-anak pun sering terjadi angular cheilitis disebabkan karena kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir, menghisap ibu jari dan menggunakan dot. • Hal lain yang terjadi pada anak adalah kebiasaan bernafas melalui mulut, membasahi bibir dengan air ludah, menjilati samping mulut dan sering mengeluarkan air liur, hal ini menyebabkan jaringan pada sudut mulut akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk poliferasi organisme. Keadaan ini dapat menjadi lebih parah dengan membiarkan bibir basah dikeringkan oleh angin dan sinar matahari. • Biasanya pada anak, angular cheilitis sering disertai dengan demam. 3. Defisiensi Nutrisi • Kekurangan gizi merupakan penyebab terjadinya angular cheilitis. • Defisiensi nutrisi disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat. Kekurangan vitamin B-2 (riboflavin), vitamin B-3 (niangular cheilitisin), Vitamin B-6 (pyridoxine), atau vitamin B-12 (cyanocobalamin) dan kekurangan zat besi dapat menyebabkan seorang anak mengalami angular cheilitis. • Dalam menimbulkan angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. • Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola makan anak dan pengetahuan gizi. • Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu dihubungkan dengan vitamin dan mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan mikronutrien tertentu. Konsekuensi defisiensi mikronutrien selama masa anak- anak sangat berbahaya.



19



-



-



-



-



Patogenesis : Keadaan bibir mudah terpengaruh dengan gangguan metabolik, iritasi lokal atau keduanya. Perubahan inflamasi pada mukosa bibir adalah tanda kekurangan satu atau lebih zat gizi berikut yaitu riboflavin, niasin, asam folat, protein, vitamin B12 dan zat besi. Gejala subjektif : Rasa sakit terbakar pada sudut bibir dan terasa terdapat luka pada belahan sudut mulut Gambaran klinis : Terdapat retakan atau belahan pada bibir di area sudut mulut dapat dikelilingi oleh area kemerahan atau disertai depigmentasi. bibir yang cenderung kering dan mengelupas serta vermilion bordernya tidak jelas. Diagnosis banding : Herpes labialis Perawatan : Perawatan angular cheilitis mencakup : • Identifikasi dan mengoreksi faktor etiologi antara lain : o Memperbaiki gizi buruk, o Memperbaiki kehilangan dimensi vertikal, o Mengoreksi gangguan sistemik seperti diabetes dan anemia, o Menjaga kebersihan ronggga mulut yang optimal. • Jika ok kandida albican dirawat dng antifungal topikal sedangkan angular cheilitis yang disebabkan oleh stafilokokus aureus dapat dirawat dengan antibakterial topikal. • Jika ok defisiensi nutrisi, pengobatan dapat berupa pemberian suplemen vitamin B dan zat besi • KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) • Hilangkan faktor etiologi/predisposisi: Perbaikan gigi tiruan, perawatan mulut kering, koreksi defisiensi nutrisi • Medikasi: antifungal topical contoh ketokonazol salep, dactrin oral gel • Suportif: multivitamin Pemeriksaan Penunjang : Swab dari lesi untuk pemeriksaan mikologi langsung dan biakan bila ada kecurigaan infeksi candida



20



CHEILISIS AKTINIK -



-



-



-



Definisi : Kondisi pre kanker dari lesi sel squamous akibat paparan jangka panjang dari radiasi sinar matahari pada vermilion border bibir yang terkena paparan matahari. Lesi klinis pada bibir bawah yang alami peradangan biasanya sebabkan penglupasan, bibir pecah dan bengkak Etiologi : paparan sinar UV brlebihan. Dimana terjadi ok epitel mukosa bibir tipis dan hanya sedikit yang berpigmen sehingga lebih rentan. • Paparan sinar matahari yang kronis sehingga pria berkulit terang, lanjut usia, tinggal di daerah yang panas dengan pekerjaan yang membuatnya banyak berada di luar rumah, adalah yang paling sering terkena keilitis aktinik. • Faktor resiko utama yaitu eksposur sinar matahari secara kronis, merokok dan buruknya oral hygiene • Makin banyak terpapar sinar matahari, sebabkan daerah putih berbatas jelas/ difus menjadi nyata. • Perlahan bibir jd keras, bersisik dan sedikit bengkak Patogenesis : tjd bibir bawah 90% Gambaran klinis : • Kering, • Pengelupasan • Menebal, • Kehilangan elastisitas, • Tampak papula bersisik dan plak (actinic • Adanya plak keratotik tipis hingga tebal, keratosis) yang mungkin kasar dan bersisik, • Bengkak • Terjadi area eritematus ireguler, sebelum menjadi ulcer dan fisure. Hal ini berakibat • Merah pada bibir bawah hilangnya batas yang jelas antara • Rasa sakit semimukosa labial dan kulit • Borok pada bibir Diagnosis : • Subjektif o Banyak mengenai orang kulit putih dibanding kulit hitam karena efek proteksi dari melanin, o Lebih banyak laki – laki dibanding wanita karena pada wanita seringnya sudah terlindungi oleh efek sunscreen dari lipstick yang dipakai, usia decade ke 4 sampai ke 8, mempunyai pekerjaan atau aktivitas yang sering terpapar sinar matahari. o Lesi berkembang sangat lambat sehingga pasien kadang tidak menyadari. o Pasien mengeluhkan adanya sisik yang sulit dikelupas dan selalu terbentuk lagi dalam beberapa hari serta keluhan bibir yang kaku dan kehilangan elastisitas • Objektif o Lokasi paling banyak pada bibir bawah daripada bibir atas karena bibir bawah lebih banyak terpapar matahari sehingga melepuh atau mengelupas. o Bibir bawah terlihat menonjol. o Lesi berwarna putih, halus, difus. o Pinggirannya tajam dengan sedikit peninggian, namun terkadang batas lesi dengan kulit atau mukosa sulit dibedakan o Pada tahap awal, lesi berupa edema dan kemerahan, namun kemudian lesi menjadi mengelupas dan meninggalkan area perdarahan, bersisik dan berkeriput berwarna putih keabuan. o Kadang juga terdapat vesikel yang dapat rupture sehingga membentuk erosi juga terdapat fisur vertical dan krusta. o Kemudian epitel akan terasa tebal pada palpasi dengan plak putih keabuan yang kecil. Akhirnya, warty nodul terbentuk dan lama kelamaan menjadi suatu keganasan. o Tanda – tanda perubahan yang dapat dicurigai kearah keganasan yaitu : 1. Ulserasi 2. Gambaran noda merah atau putih yang kotor dengan tepi lesi yang tidak dapat dibedakan 21



-



3. Atropi menyeluruh dengan area penebalan putih yang terlokalisir 4. Bersisik dan krusta yang terus menerus 5. Indurasi pada dasar lesi keratotik Perawatan : Prinsip terapi untuk actinic cheilitis adalah untuk mengobati gejala dan mencegah perubahan kearah keganasan sehingga perawatan terbaik adalah pengambilan epitel yang mengarah keganasan yaitu dengan cara : • Obat topical : 5-fluorouracil 1% 2 kali sehari selama 2 minggu atau 3 kali sehari selama 10 hari akan menghilangkan epitel yang mengalami dysplasia sehingga terjadi regenerasi epitel yang normal. o Aplikasi 5-fluorouracil akan menyebabkan eritema, vesikel, erosi ulserasi, nekrosis dan epitelisasi. o Dapat juga retinoin atau trichloroasetat atau dengan krim imiquimod 5%. Pada beberapa kasus digunakan podophylin • Photodynamic therapy dengan metil aminolevilinic acid sebagai photosensitizer dan sinar merah dengan panjang gelombang 630nm • Pembedahan : cryosurgery cukup efektif secara umum namun untuk lesi yang sudah menyebar, laser dan eksisi bedah dikombinasi dengan flap mukosa (vermilionektomi / lip shave) atau elekctrodessication atau kuretase mungkin diperlukan. • Laser ablasi : laser karbondioksid merupakan tehnik yang cukup sederhana, mudah digunakan dan hasilnya cukup baik yaitu tidak ada parestesi post-operasi dan jaringan parut yang minimal • Vermillionektomi : Vermilion border dieksisi dengan scalpel kemudian mukosa bibir ditautkan dengan kulit. Dapat dikombinasi dengan reseksi jika sudah terdapat kanker. • Komplikasi post operasi biasanya lebih banyak dibandingan dengan laser ablasi. • KIE : Pencegahan terutama pada orang – orang yang beresiko tinggi, sering terpapar sinar UV B dan orang dengan kelainan photosensitivitas seperti xeroderma pigmentosum bias dengan menggunakan sunscreen / sunblock liquid atau gel yang mengandung SPF 30 atau lebih dan anti air, atau mengandung para amino benzoate (PABA) serta dapat memakai masker pelindung (shield) yang menutup kulit, leher, wajah dan telinga, memakai kacamata . • Menurut American Cancer Society waktu yang paling tepat untuk menghindari paparan matahari yaitu ketika sinar UV paling kuat antara jam 10 pagi hingga jam 4 sore. • Batasi paparan sinar matahari • Pakai topi dengan pinggiran lebar • Sering oleskan lip balm tabir surya • Terapi topical : retinoid topial, cream 5-fluorouracil, krim imiquimoid, terapi photodynamic



22



CHEILOSIS -



-



-



-



Definisi : keadaan dimana terdapat fisura dan penyisikan permukaan merah dari bibir dan sudur-sudut mulut yang diakibatkan oleh defisiensi riboflavin Etiologi : Keadaan bibir mudah terpengaruh dengan gangguan metabolik, iritasi lokal atau keduanya. Perubahan inflamasi pada mukosa bibir adalah tanda kekurangan satu atau lebih zat gizi berikut yaitu riboflavin, niasin, asam folat, protein, vitamin B12 dan zat besi • Defisiensi riboflavin (B-2) atau B-6 Gambaran klinis : • Kering, • Pengelupasan • Vermilion border tidak jelas Perawatan : • Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa penyakit ini merupakan bibir kering dan mengelupas yang dapat disebabkan oleh karena kurangnya pasien mengkonsumsi sayur-sayuran. • Px dianjurkan untuk rajin mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan serta banyak mengkonsumsi air. • Obat vaselin cream ad, 2,5g 3x sehari dengan cara dioleskan pada bagian bibir yang kering dan mengelupas. • Bisa juga dengan penggunaan lip balm, vaselin cream atau petroleum jelly untuk menjaga kelembaban bibir



23



Penyakit



Cheilitis Ekspoliatif



Cheilitis Angularis



Cheilitis Aktinik



Gambar



Definisi



Inflamasi kronis pada bibir.



Etiologi



Tidak diketahui



Gambaran Klinis



Terapi



Kelainan yang umumnya terjadi di sudut mulut. Reduksi dimensi vertical, trauma mekanis, Candida albicans, staphylococci, streptococci, anemia defisiensi Fe, defisiensi riboflavin.



Degenerasi kronis pada bibir bawah



Terpapar sinar matahari dalam jangka waktu lama.



Lesi tampak sebagai sisik, krusta dan eritema pada tepi vermilion bibir. Dengan pola yang berulang sehingga menyebabkan penebalan hiperkeratotik, krusta dan fisura yang berwarna kekuningan



Terdapat eritema, fisura, erosi dan krusta disudut bibir. Dapat terjadi rasa panas seperti terbakar dan rasa kering.



Di tahap awal ada eritema ringan dan edema, diikuti dengan kekeringan dan sisik halus pada tepi vermilion bibir bawah. Pada tahap lanjut epitel menjadi tipis dan halus disertai area putih kelabu diselingi warna merah dan pembentukan sisik. Erosi dan noduli kecil mulai berkembang.



Simtomatik. Bahan pelembab dan steroid topical. Salep tacrolimus 0,1%



Memperbaiki DV, steroid topikal dan salep anti jamur



Melindungi bibir dari sinar matahari.Vermilionektomi untuk kasus yang parah.



24