Licen Pembahsan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Foto



Literatur



Usnea subfloridana



(Rhoades, 2010) Klasifikasi pada lumut kerak ini adalah sebagai berikut (Alexopoulos , 1979) : Kingdom Subdivisio Kelas Subkelas Ordo Family Genus Spesies



: Plantae : Lichenes : Acholichenes : Hymenoascholichenes : Lecanorineae : Usneaceae : Usnea : Usnea subfloridana



Karakteristik morfologi Usnea adalah hidup epifit diatas batang pohon, mamiliki thalus seperti benang-benang panjang berwarna hijau keputih-putihan. Menurut Muzayyinah (2005) Genus Usnea memiliki thalus berbentuk fruticosa, berwarna putih kehijauan, berbulu kasar atau berambut kasar, dikenal dengan nama lumut kerak jenggot, bahan jamu atau obat . hidup epifit dipohon kering. Menurut James et al. (1992) dan Halonen et al. (1998) usnea memiliki karakeristik talus tegak ke supendulosus, bagian bawah berpigmen hitam, kecil banyak soralia, ditutupi dengan isidiolorphis, percabangan dikotomis dan bagian ujung cabang meruncing. Usnea termasuk tanaman epifit tahunan, hidup menempel pada pohon yang keras. Thalus seperti benang, tegak atau bergantungan, tanpa rhizoid-rhizoid dan melekat pada substrat dengan suatu cakram pelekat yang yang berasal dari lapisan teras (empulur). Thalus bercabang-cabang yang yang bentuknya seperti serabut, kulitn seperti tanduk, rapuh atas terdiri hifa-hifa berdinding tebal, bersepta dan tegak lurus pada poros bujur (Miharjo,1996). Habitat hidup usnea menurut Etayo (1991), biasanya dapat ditemukan pada lingkungan yang terbuka dengan penyinaran matahari yang tidak terlalu terang, tumbuh besar pada cabang pohon. Menurut Nimis (1989), menyatakan bahwa kadang-kadang lichen dapat



ditemukan dekat dengan permukiman, perkotaan. Namun, Lichen tersebut hanya dapat tumbuh jika udaranya rendah polusi. Foto



Literatur



Klasifikasi Physcia sp. sebagai berikut (Chang, 1978): Kingdom : Fungi Divisi : Lichenes Kelas : Ascholicenes Ordo : lecanorales Family : Physciaceae Genus : Physcia Spesies : Physcia sp. Menurut Kurniawan (2009) lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang terstruktur dan tersusun oleh lobus-lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Talusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichen ini melekat pada batu, ranting dengan rhizenes. Lumur kerak ini juga penyusunnya dari alga hijau dan jamur ascomycetes, talusnya berbentuk foliose, berwarna abu-abu, percabangannya lebih halus dari Pamelia yang hampir lekat dengan substrat dan agak membundar sehingga Physcia sp. ini sering dikira bertalus crustose, biasanya banyak pada kulit pepohonan (Bold.1987). Karakteristik menurut Elix et al (2009), menyatakan bahwa Physcia memiliki talus yang bundar atau tidak beraturan, permukaan atas berwarna abu-abu keputihan ke abu-abu atau gelap abu-abu, emaculate atau jarang indistinctly putih melapisi dgn noda, tanpa pruina; korteks paraplectenchymatous atas. lobus lebar, memancar, datar untuk lemah cekung atau cembung; margin dari lobus sering pucat; kiat lobus bulat untuk truncate. Soredia dan isidia tidak ada. Permukaan bawah putih pucat dan kecokelatan. rhizines jarang untuk cukup padat,



keputihan pucat coklat, prosplectenchymatous korteks yang lebih rendah, pucat, sel pendek dan tebal. Faktor kondisi tempat tumbuh sangat berpengaruh terhadap nilai kerapatan  lumut kerak serta jumlah jenis lumut kerak tersebut. Lumut kerak memiliki  kisaran toleransi suhu yang cukup luas. Lumut kerak dapat hidup baik pada suhu   yang sangat rendah atau pada suhu yang sangat tinggi. Lumut kerak akan segera  menyesuaikan diri bila keadaan lingkungannya kembali normal. Salah satu  contohnya alga jenis Trebouxia tumbuh baik pada kisaran suhu 12­24°C, dan  fungi penyusun lumut kerak pada umumnya tumbuh baik pada suhu 18­21°C (Aththorick dan Siregar, 2006). Walaupun lumut kerak tahan pada kekeringan dalam jangka waktu yang cukup panjang, namun lumut kerak tumbuh dengan optimal pada lingkungan yang lembab (Nursal dkk., 2005). Daftar Pustaka Kurniawan. 2009. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama. Alexopoulos, C.J. 1979. Introduction of Mycology. New York : John Kliley and Sons. Aththork, T. A. dan Siregar, E. S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen. Bold dan Wyne. 1987. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi: Prentice Hall Of India. Elix, J. A., Joel Corush and Thosten Lumbsch. 2009. Triterpene Chemosyndromes and Subtle Morphological Characters Characterize Lineages in the Physcia aipolia group in Australia (Ascomycota). Journal International Systemics and Biodiversity. 7(4): 479487. Etayo, J., López de Silanes, M. E. & Bahillo, L. 1991. Contribución a la flora liquénica de Galicia central-Tras os Montes, I. Nova Acta Cientifica Compostelana (Bioloxía) 2: 31–39. James, P. W., Clerc, P. & Purvis, O. W. (1992) Usnea Hill. 1753. In The Lichen Flora of Great Britain and Ireland. (O. W. Purvis & B. J. Coppins, D. L. Hawksworth, P. W. James & D. M. Moore, eds): 620–629. London: Natural History Museum Publications. Halonen, P., Clerc, P., Goward, T., Brodo, I. M. & Wulf, K. (1998) Synopsis of the genus Usnea (Lichenized Ascomycetes) in British Columbia, Canada. Bryologist 101: 36– 60.



Mardi, Tri Anggik. 2012. Laporan Kuliah Kerja Lapangan Taksonomi Tumbuhan Rendah. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Miharjo, Siswo. 1996. Pemanfaatan Ekstrak Kayu Angin Usnea Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Gram Positif



Dan Gram Negatif. Semarang : FMIPA Universitas



Diponegoro. Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. UNS Press: Surakarta Nimis, P. L. 1981. Epiphytic lichen vegetation in the Lumiei-Valley (Carnian Alps). Gortania 3: 123–142. Nursal, Firdaus dan Basori. 2005. Akumulasi Timbal (Pb) Pada Talus Lichenes di Kota Pekanbaru. Roades. 2010. Usne sp.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39710/1/Reference. [ diakses 26 Desember 2016] pukul 6.33 WIB.



Alat dan bahan



I. BAHAN DAN METODE I.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam pengamatan adalah lumut hati (..), lumut tanduk (), lichenes jenis I.2 Metode Kerja



Pada penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yang pertama adalah pengamatan terhadap Briophyta yang dilakukan dengan mengamati morfologi yang meliputi bagian akar, batang, daun, alat reproduksi, dan habitat. Pengamatan kedua terhadap Pterydophyta, diamati morfologi paku (NAMA ILMIAHNYA) akar batang daun dan habitat. Pengamatan ketiga yaitu mengenai lumut kerak (Lichenes), bagian yang diamati adalah meliputi habitus, bentuk hifa, habitat dan warna pada lichen itu sendiri.