LK1 Stase V [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN SEMINAR KASUS (STASE V) ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI DENGAN PUTING SUSU LECET DI PMB ELVA ANDRIYANI, SST KOTA BENGKULU



Disusun oleh : SISKA SUSEPTI P05140420014



Pembimbing Akademik : Diah Eka Nugraheni, SST, M.Keb Pembimbing Lahan : Elva Andriyani, SST



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN TAHUN 2020



i



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu Nifas dan Menyusui. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bunda Yuniarti, SST.M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu 2. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu 3. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku pembimbing Akademik 4. Bunda Elva Andriyani, SST selaku Pembimbing Lahan Praktik Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan Pendahuluan ini bermanfaat bagi semua pihak. Bengkulu, 11 Desember 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii KATA PENGANTAR......................................................................................iii DAFTAR ISI....................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...............................................................................1 B. Rumusan Masalah..........................................................................4 C. Tujuan............................................................................................4 D. Ruang Lingkup..............................................................................5 E. Manfaat..........................................................................................5 BAB II TINJAUAN TEORI DAN KASUS A. Konsep Masa Nifas........................................................................6 B. Konsep Menyusui..........................................................................24 C. Konsep Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui..........................36 D. Tinjauan Kasus...............................................................................46 BAB III PEMBAHASAN A. Pengkajian......................................................................................51 B. Analisis..........................................................................................57 C. Penatalaksanaan.............................................................................58 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................60 B. Saran..............................................................................................61



iii



DAFTAR PUSTAKA



62BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur. Ibu nifas mempunyai peranan terpenting dalam kelangsungan hidup bayi terutama dalam pemberian ASI (Air Susu Ibu) awal. Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat bagi perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya, karena ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan satusatunya yang paling sempurna bagi bayi (World Health Organization (WHO) / United Nations International Children Emergency Fund (UNICEF ). Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena menimbulkan beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham tentang cara menyusui yang benar, kegagalan menyusui sering dianggap sebagai problem pada anaknya saja. Selain itu sering mengeluh bayinya suka menangis atau menolak menyusu,



1



1



dan sebagainya yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, ASInya tidak enak,pendapatnya sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui. Pada bayi masalah pada menyusui yaitu sering terjadi bingung puting atau sering menangis, BB bayi turun, bahkan bisa menyebabkan bayi kuning, karena bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup. Dampak dari teknik menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu akan mengalami gangguan proses fisiologis setelah melahirkan seperti puting susu lecet dan nyeri, payu dara bengkak, bahkan bisa sampai terjadi mastitis atau abses payudara dan sebagainya (Suhermi dan Hesti, 2019). Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2018) sepertiga wanita di dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anak mereka. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan. ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal berikut Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi, ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman, ASI diberikan secara on-demen atau sesuai kebutuhan bayi (Dewi dkk, 2019).



2



Jika puting susu lecet dapat disebabkan teknik menyusui yang salah, trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah celah. Tetapi retakan pada puting susu bisa sembuhkan dengan sendirinya dalam waktu kurang dari 48 jam. Jika puting susu lecet jangan



menghentikan



menyusu,



perbaiki



posisi



menyusui



yang



benar,usahakan bayi menghisap sampai seluruh areola masuk kedalam mulut bayi,jika sudah selesai menyusui tekan dagu bayi atau ujung bibir bayi agar udara masuk dan mulut bayi terbuka (Ambarwati, 2018) jadi jika puting susu lecet jangan menghentikan proses menyusui, baiknya tetap lakukan dan perbaiki teknik menyusui. Masalah yang sering terjadi dalam menyusui adalah puting susu nyeri atau lecet, sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya. Bila bayi menyusu hanya pada puting susu, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit karena gusi bayi menekan pada daerah sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri atau kelecetan pada puting susunya (Soetjiningsih, 2012). Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengelakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Menyusui Dengan Lecet Puting Susu di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020.



3



B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di latar belakang diatas dirumuskan masalah yaitu bagaimana cara memberikan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu Nifas dan Menyusui dengan Puting Susu Lecet di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020. C. Tujuan 1.



Tujuan umum Melaksanakan dan menerapkan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu Nifas dan Menyusui dengan Puting Susu Lecet di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020.



2.



Tujuan khusus a.



Melaksanakan pengkajian pada kasus Ibu Nifas dan Menyusui dengan Puting Susu Lecet di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020.



b.



Mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus Ibu Nifas dan Menyusui dengan Puting Susu Lecet di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020.



c.



Melaksanakan tindakan untuk menangani kasus Ibu Nifas dan Menyusui dengan Puting Susu Lecet di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020.



4



d.



Melakukan evaluasi untuk menangani kasus Ibu Nifas dan Menyusui dengan Puting Susu Lecet di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020.



e.



Melakukan pendokumentasian kasus Ibu Nifas dan Menyusui dengan Puting Susu Lecet di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020.



D. Ruang Lingkup Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan kebidanan yang berfokus pada masalah Ibu Nifas dan Menyusui dengan Puting Susu Lecet. E. Manfaat 1.



Manfaat Teoritis Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Menyusui.



2.



Manfaat Praktis a.



Bagi Mahasiswa Dapat



memperoleh



gambaran



dalam



memberikan Asuhan



Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Menyusui. b.



Bagi Bidan Pelaksana di PMB Laporan Seminar Kasus ini dapat dijadikan dokumentasi di PMB Elva Andriyani, SST



BAB II TINJAUAN TEORI DAN KASUS A. Konsep Dasar Masa Nifas 1. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulainya dari beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah ibu melahirkan. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi dan kemudian memulihkan kesehatan kembali dengan tahapan-tahapan yang umumnya memerlukan waktu 6 – 12 minggu (Marmi, 2014). Masa nifas dimulai setelah 2 jam post partum dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, Nunung., dkk, 2013). 2. Tujuan Asuhan Kebidanan Tujuan asuhan masa nifas yaitu : a) Melaksanakan skrining yang komprehensif mendeteksi berbagai masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu nifas maupun pada bayi; b) Memberikan pendidikan kesehatan



berupa perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,



menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat; c) Memberikan pelayanan KB; d) Mendapatkan kesehatan emosi; e) Memperlancar Pembentukan Air Susu Ibu (ASI); f) Mengajarkan pada ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan



1



1



Memelihara bayi dengan bayi dengan baik, sehingga bayi



dapat



mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Nurjanah, Nunung., dkk, 2013). 3. Tahapan Masa Nifas Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu : a. Puerperium dini (immediate), yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan–jalan (waktu 0-24 jam masa nifas). b. Puerperium intermedial (early puerperium), yaitu suatu masa dimana pemulihan dari organ-organ reproduksi secar menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu. c. Remote puerperium (later puerperium), yaitu proses waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan, bahkan tahun. 4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas menurut Handayani dan wahyu, (2016) diantaranya : a. Sistem Reproduksi pada Masa Nifas 1) Involusi uterus Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan



2



bobot hanya 60 gram. Involusi uterus dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil.Ukuran uterus



pada masa nifas akan mengecil



seperti sebelum hamil. Penurunan tinggi fundus uteri : -



Hari ke-1 post partum



: 1 jari dibawah pusat



-



Hari ke-2 post partu



: 2 jari dibawah pusat



-



Hari ke-3 post partum



: 3 jari dibawah pusat



-



Hari ke-4 post partum



: 4 jari dibawah pusat



-



Hari ke-5 post partum



: Setengah pusat simfisis



-



Hari ke-6 post partum



: 4 jari diatas simfisis



-



Hari ke-7 post partum



: 3 jari diatas simfisis



-



Hari ke-8 post partum



: 2 jari diatas simfisis



-



Hari ke-9 post partum



: 1 jari diatas simfisis



-



Hari ke-10 post partum



: Tidak teraba



2) Involusi tempat plasenta Setelah ibu melahirkan tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Luka ini mulai mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. 3) Perubahan ligamen Ligamen dan diafragma pelvis yang merenggang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan bayi, kembali seperti semula.



3



Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain : ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi : ligamen, faisa, jaringan penunjang alat genitalia menjadi agak kendor. 4) Perubahan serviks Segera setelah melahirkan serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh oleh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. 5) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi /alkalis yang mebuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pda vaginal normal. Menurut Asih dan Risneni (2016), pengeluaran lochea dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : a) Lochea rubra Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum, warnanya merah mengandung darah dari plasenta dan serabut dari decidua dan chorion



4



b) Lochea sanguilenta Muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan, berwarna merah kuning, berisi darah lendir c) Lochea serosa Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mngandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta d) Lochea alba Muncul sejak 2-6 minggu setelah pasca melahirkan, warnanya putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir, serviks dan serabut jaringan yang mati 6) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum Saat proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendor karena sebeumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang pernah maju. b. Perubahan Sistem Pencernaan Perubahan pada sistem pencernaan menurut Nugroho,T., dkk (2014) antara lain :



5



1) Nafsu makan Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Kadar progesteron menurun setelah persalinan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari. 2) Mortalitas Penurunan tonus dan mortalitas otor traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia bisa memperlambat pengambilan tonus dan motillitas ke keadan normal. 3) Penggolongan usus Setelah melahirkan, biasanya ibu sering mengalami konstipasi. Konstipasi ini biasanya disebabkan karena tonus otot usus selama proses persalinan berlangsung dan awal masa post partum yang menurun



,



diare



sebelum



persalinan,



anemia



sebelum



melahirkan,kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. c. Perubahan Sistem Perkemihan Pada saat pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam kurun waktu satu bulan setelah ibu melahirkan. Urin yang dihasilkan dalam jumlah yang besar akan diproduksi dalam waktu 1236 jam sesudah ibu melahirkan.



6



Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang cairan yang tertimbun dijaringan selama hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah



melahirkan.



Kehilangan



cairan



melalui



keringat



dan



peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa postpartum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (Marmi, 2014). d. Perubahan



Sistem



Muskuloskletal



atau



Diastasis



Rectus



Abdominkus Pada saat post partum sistem muskuloskletal akan berangsurangsur pulih kembali. Ambulasi dini segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri. Adaptasi sistem muskuloskletal pada ibu post partum, meliputi: 1) Dinding perut dan peritoneum Dinding perut akan menjadi longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominalis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri peritoneum, fasia tipis dari kulit.



7



2) Kulit abdomen Selama kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal. 3) Striae Striae adalah perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen umumnya tidak dapat menghilang sempurna akan tetapi membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskuloskletal rektus abdominalis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas , jaringan, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal. 4) Simpisis pubis Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi, namun demikian, hal ini dapat menyebabkan morbidibitas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain : nyeri tekanan pada pubis dosertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan,bahkan ada yang menetap.



8



e. Perubahan Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan sistem endokrin (Marmi, 2014). Hormon-hormon yang berperan pada proses perubahan sistem endokrin, antara lain : 1) Hormon plasenta Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon karena plasenta (human plasental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonodotropin (HCG). Menurun dengan cepat dan menetapp sampai 10 % dalam 3 jam hingg hari ke-7 post partum dn sebagai onset pemenuhan mamea pada hari ke-3 post partum 2) Hormon pituitary Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi follkuler pada minggu ke- 3,dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.



9



3) Hipotalamik pituitary ovarium Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahrikan dan 90% setelah 24 minggu. 4) Hormon oksitosin Hormon oksitosin diproses dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitsin berperan dalam pelepasan plasenta dan memepertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dam sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri. 5) Hormon estrogen dan progesteron Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron perangsangan



mempengaruhi dan



otot



penngkatan



halus pembuluh



yang



mengurangi



darah.



Hal



ini



mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.



10



f. Perubahan tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang terjadi pada masa nifas menurut Martalia (2014) adalah : 1) Suhu badan Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat 0,5◦C dari keadaan normal (36◦C-37,5◦C), namun tidak lebih dari 38◦C. Hal ini disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh saat proses persalinan. Setelah 12 jam postpartum, suhu tubuh yang meningkat tadi akan kembali normal seperti keadaan semula. 2) Denyut nadi Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal. 3) Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah normal untuk systole berkisar 110-140 mmhg dan untuk diastole antara 6080 mmhg. Setelah proses persalinan, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan.



11



4) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan. Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali per menit. Pada saat melahirkan frekuensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran / mengejan dan mempertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah persalinan selesai, frekuensi pernafasan akan kembali normal. g. Perubahan sistem kardiovaskuler Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresus yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran darah ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Pada saat proses perubahan ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan



beban



pada



jantung



dan



akan



menimbulkan



decompensatio cardi pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tunbuhnya



12



haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti semula. Umumnya, ini terjadi pada 3-5 hari setelah melahirkan (Sulistyawati, 2015). h. Perubahan sistem hematologi Pada hari pertama post partum, kadar fibronogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan pengingkatan visikositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah, jumlah leukosit akan tetapi lebih tinggi selama beberapa hari pertama masa nifas. Jumlah sel darah putih kan tetap bisa naik 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama (Nugroho, T., dkk, 2014). 5. Tahap adaptasi psikologis ibu masa nifas Fase-fase yang akan dialami oleh Ibu pada masa nifas menurut Martalia (2014) antara lain : a. Fase taking in Fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri jalan lahir, kurang tidur atau kelelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan Ibu.



13



b. Fase taking hold Fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidaknyamanan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. c. Fase letting go fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. 6. Kebutuhan dasar ibu nifas Kebutuhan dasar ibu nifas menurut Marmi (2014) antara lain : a. Nutrisi dan cairan Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi. Zat –zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain : kalori, protein, kalsium dan vitamin D, magnesium,sayuran hijau dan buah, karbohidrat kompleks, lemak, garam, cairan, vitamin, zinc, DHA. b. Ambulasi dini Ambulasi dini (Early ambulatian) adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Pada waktu 24-48 jam Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur. Keuntungan early ambulation adalah :



14



1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat 2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik 3) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari Ibu untuk merawat bayinya, selama Ibu masih dalam perawatan. Kontraindikasi



ambulasi dini adalah klien dengan penyulit,



misalnya : anemia, penyakit jantung, penyakit paru dan lain sebagainya. c. Eliminasi Miksi normal bila dapat BAK spontan 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin spasme oleh iritasi muskulo springter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Defekasi diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi makanan beserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral/ per rektal atau lakukan klisma bila perlu. d. Kebersihan diri dan perineum Kebersihan diri bermanfaat untuk meminimalisir infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu post partum. Kebersihan diri pada Ibu nifas ini meliputi : kebersihan pada tubuh, pakaian Ibu, tempat tidur maupun lingkungan sekitar.



15



e. Istirahat Setelah melahirkan Ibu nifas memerlukan waktu istirahat yang cukup. Istirahat tidur yang dibutuhkan Ibu postpartum sekitar 8 jam pada waktu malam hari dan 1 jam pada waktu siang hari. f. Seksual Pada Ibu nifas hubungan seksual aman dilakukan begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. g. Senam nifas Organ –organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu Ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan kembali bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara senam nifas. 7. Masalah Yang Biasa dihadapi Ibu Pasca Persalinan a. Post Partum Blues Post partum blus biasannya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir setelah 10-14 hari. Karatistik post partum blus meliputi: 1) Menangis 2) Merasa letih karena melahirkan 3) Gelisah 4) Perubahan alam perasaan 5) Menarik diri



16



6) Serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah berikan perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang  berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting berikan kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas keberhasilan menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya. b. Depresi post partum Berikut ini gejala – gejala depresi paska persalinan yaitu : 1) Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur. 2) Nafsu makan hilang, 3) Perasaan tidak berdaya atau kehilangan control 4) Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali sama bayi 5) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi 6) Pikiran yang menakutkan mengenai bayi 7) Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi 8) Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar- debar Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat- obatan dan konsultasi dengan psikater. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dirumah sakit.



17



8. Kebijakan Program Nasional Nifas Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya antara lain (Saleha, 2009). Kunjungan pada Ibu masa nifas menurut Martalia (2014) antara lain : a. Kunjungan nifas ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat penyebab



lain



perdarahan;



rujuk



bila



perdarahan



berlanjut;



memberikan konseling pada ibu nifas atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; konseling pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. b. Kunjungan nifas ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan involusio uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat; memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit; memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. c. Kunjungan nifas ke-3 ( 2 minggu setelah persalinan) : disesuaikan berdasarkan perubahan fisik, fisiologis dan psikologis yang diharapkan



18



dalam dua minggu pasca partum. Perhatian khusus harus diberikan pada ibu nifas seberapa baik mengatasi perubahan ini dan tanggung jawab yang baru sebagai orang tua. Pada saat ini juga adalah kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan kontrasepsi yang ada. d. Kunjungan nifas ke-4 ( 6 minggu setelah persalinan) : menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; memberikan konseling untuk keluarga berencana secara dini, imunisasi dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. Pemeriksaan kunjungan ini sering kali terdiri dari pemeriksaan riwayat lengkap, fisik dan panggul. B. Konsep Menyusui 1. Pengertian Beberapa pengertian menyusui dari beberapa sumber, antara lain: a. Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian makanan yang bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Anggraini, 2010). b.



Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi, mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun berikutnya (Varney, 2004).



19



2. Pembentukan Air Susu Beberapa



reflek



yang



berperan



sebagai



pembentukan



dan



pengeluaran air susu (Anggraini, 2009), antara lain : a. Reflek Prolaktin Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi



korpus



loteum



berkurang



maka



estrogen



dan



progesteronpun berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada puting susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjtukan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat susu. b. Reflek Let Down Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar



20



dari alveoli dan masuk kesistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. 3. Mekanisme Menyusui Untuk mendapatkan keberhasilan dalam menyusui dibutuhkan 3 reflek intrinsik (Anggraini, 2009), antara lain : a. Reflek mencari (Rooting Reflek) Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan



rangsangan



yang



menimbulkan



reflek



mencari pada bayi sehingga menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu dan kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut. b. Reflek Menghisap Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara sedapat mungkin semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak



mungkin



dilakukan pada ibu



yang



mempunyai areola yang besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus. c. Reflek Menelan Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme masuk ke lambung.



21



4. Posisi yang Benar dalam menyusui Dalam



menyusui



yang



benar



ada



beberapa



macam



posisi



menyusui (Sulistyowati, 2009), antara lain : a. Posisi berbaring miring Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutupi oleh payudara ibu. b. Posisi duduk Penting



untuk



memberikan



topangan



atau



sandaran



0 pada punggung ibu, dalam posisinya agak tegak lurus (90 ) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi. 5. Langkah-langkah menyusui yang benar Berberapa langkah yang benar dalam menyusui bayi, (Suradi dan Hesti, 2011), antara lain : a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.



22



b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. -



Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.



-



Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.



-



Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu di depan.



-



Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).



-



Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.



-



Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.



c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja. d. Bayi



diberi rangsangan



untuk



membuka



reflek) dengan cara: 1) Menyentuh pipi dengan puting susu 2) Menyentuh sisi mulut bayi



mulut



(rooting



23



e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. 1) Usahakan sebagian besar areola dimasukkan ke mulut bayi, susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. 2) Setelah



bayi



mulai



menghisap,



payudara



tak



perlu



dipegang atau disangga lagi. f. Melepas isapan bayi Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi : 1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau 2) Dagu bayi ditekan kebawah. g. Menyusui



berikutnya



mulai



dari



payudara



yang



belum



terkosongkan (yang dihisap terakhir). h. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.



24



i. Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi : 1) Bayi



digendong



tegak



dengan



bersandar



pada



bahu



ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau, 2) Bayi



tidur



tengkurap



dipangkuan



ibu,



kemudian



punggungnya ditepuk perlahan-lahan. 6. Langkah-langkah menyusui bayi kembar Dalam menyusui bayi kembar terdapat beberapa posisi untuk mencapai keberhasilan (Suradi dan Hegar, 2010), antara lain : a. Double Football Bayi dipegang seperti cara memegang bola disisi kanan dan kiri tubuh ibu. Tangan ibu menopang kepala bayi dengan berbaring dibawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini sampai mereka benar-benar berpengalaman. b. Double Cradle Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal, dimana ke-2 badan bayi menyilang diatas perut ibu. Posisi ini biasa digunakan pada ibu yang sudah berpangalaman dan bayi dapat mengontrol kepalanya dengan baik.



25



c. Kombinasi Football dan Cradle (posisi sejajar) Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang lain dipegang posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh ibu dengan bayi triplet atau lebih, sehingga bayi terbiasa dan mendapat asupan ASI yang cukup. 7. Tanda bayi menyusu dengan benar Beberapa tanda bayi dalam menyusui dengan menggunakan teknik menyusui yang benar (Bahiyatun, 2009). a. Bayi tampak tenang. b. Badan bayi menempel pada perut ibu c. Mulut bayi terbuka lebar d. Dagu menempel pada payudara ibu e. Sebagian besar areola payudara masuk kedalam mulut bayi f. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus i. Kepala tidak menengadah. 8. Tanda bayi cukup ASI Beberapa tanda bayi cukup ASI (Sulistyawati, 2009), antara lain : a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai kuning muda b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”



26



c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam d. Payudara ibu merasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali selesai menyusui f. Bayi bertambah berat badannya. 9. Lama dan frekuensi menyusui Sebaiknya bayi disusui secara on demand karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan / kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Suradi dan Hesti, 2018). 10. Masalah - masalah dalam pemberian ASI Kegagalan



dalam



proses



menyusui



sering



disebabkan karena



timbulnya beberapa masalah (Anggraini, 2010), antara lain :



27



a. Puting susu lecet 1) Penyebab a) Kesalahan dalam teknik menyusui yang benar b) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim,dll untuk mencuci puting susu c) Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sehingga hisapannya hanya pada puting susu d) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui kurang hati-hati. b. Payudara bengkak 1) Penyebab Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Pembengkakan bisa terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. 2) Pencegahan a) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir Susukan bayi tanpa dijadwal b) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi. c) Melakukan perawatan payudara



28



c. Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct) Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus, dengan penyebabnya adalah : 1) Jari ibu pada waktu menyusui 2) Pemakaian BH yang terlalu ketat 3) Komplikasi



payudara



bengkak,



yaitu



susu



yang



terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan. d. Mastitis Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh: 1) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat 2) Puting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak 3) BH yang terlalu ketat 4) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terinfeksi. e. Abses payudara Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenakan



meluasnya peradangan payudara. Payudara



tampak merah mengkilap dan terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.



29



f. Kelainan



anatomis



pada



puting



susu



(puting



tenggelam/datar) Pada puting tenggelam kelainan dapat diatasi dengan perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika puting masih tidak bisa diatasi maka untuk mengeluarkan ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan sendok/pipet.



30



C. Konsep Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui 1.



Pengkajian Data Subjektif Data subjektif merupakan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien, seperti identitas pasien, kemudian keluhan yang diungkapkan pasien pada saat melakukan anamnesa kepada pasien (Rukiyah, 2014). a. Identitas 1) Nama Dikaji dengan masa yang jelas, lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya. 2) Umur Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi seseorang. 3) Agama Untuk memeberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama yang sedang di anut oleh pasien. 4) Suku bangsa Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan.



31



5) Pendidikan Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yng lebih tinggi mudah mendapatkan informasi. 6) Pekerjaan Untuk mengetahui status ekonomi keluarga pasien. 7) Alamat Untuk mengetahui tempat tinggal pasien. b. Data Subjektif 1) Keluhan Utama Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat pemeriksaan 2) Riwayat Obstetri memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. riwayat (bstetri meliputi halhal di bawali ini: a) Pemeriksaan gravida, persalinan, abortus dan Jumlah anak hidup (GPAH) b) Berat badan bayi ketika lahis dan usia gestasi c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan. d) Kesulitan ketika persalinan



32



e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi dan perdarahan f) Komplikasi pada bayi g) Rencana menyusui 3) Riwayat Kontrasepsi Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didlapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan  berlanjut. 4) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut : (1) Usia, ras, dan latar belakang etnik berhubungan dengan kelompok risiko tinggi untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia. (2) Penyakit pada niasa kanak-kanak dan imunisasi (3) Penyakit kronis menahun/terus-menerus, seperti asma dan jantung. (4) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan cedera (pelvis dan pinggang) (5) infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan tuberkulosis.



33



(6) Riwayat dan perawalan anemia. (7) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman ringan. (8) Merokok (Jumlah batang per hari) (9) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan risiko terinfeksi toxoplasma. (10)



Alergi dan sensitif dengan obat



(11)



Pekerjaan



yang



berhubungan



dengan



risiko



penyakit. b) Riwayat Penyakit Kondisi kronis menahun/terus menerus seperti , hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu adanya penyakit infeksi,  prosedur infeksi dan



trauma



pada



persalinan



sebelumnya



harus



didokumentasikan. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Memberikan



informasi



tentang



kesehatan



keluarga,



termasuk penyakit kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melilus dan jantung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital yang perlu dikumpulkan.



34



5) Pola Kebutuhan sehari-hari a) Makan (1) Frekuensi : Berapa kali makan dalam sehari (2) Jenis



: Jenis makanan yang dikonsumsi



(3) Keluhan



: Ada atau tidak keluhan yang dirasakan



b) Minum (1) Frekuensi : Berapa kali minum dalam sehari (2) Jenis



: Jenis minum yang dikonsumsi



c) Eliminasi Pada Trimseter I ibu cenderung mengalami konstipasi dan dan sering BAK karena gerakan peristaltik usus yang melambat dan adanya tekanan pada kandung kemih. 6) Personal Hygien Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihanya sehari-hari. 7) Pola Aktivitas Ibu nifas dapat melakukan aktivitas sehari-hari namun pada saat masa pemulihan jangan terlalu lelah dan berat karena dikhawatirkan mengganggu proses involusi uterus. 8) Pola Istirahat Ibu nifas membutuhkan istirahat yang cukup baik siang maupun malam untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan



35



bayinya, kebutuhan istirahat ibu nifas yaitu, malam + 8-10 jam/hari dan siang  + 1-2 jam/hari. 2. Pengkajian Data Obyektif Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan umum Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut : a) Baik Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. b) Lemah Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. 2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari



36



keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).  3) Tanda – Tanda Vital a) Tekanan darah : normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg. b) Nadi : denyut nadi 60-100 kali per menit. c) Pernafasan: normal 12 - 20 kali per menit. d) Suhu : suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius. e) Berat badan. f) Tinggi badan. g) LILA : normal ≥ 23,5 cm. h)  IMT : IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya



direkomendasikan



federal



untuk



mengklarifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Cara mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m2). b. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala Untuk menilai bentuk kepala, dan kelainan serta menilai warna, distribusi, kerontokan dan kebersihan pada rambut. 2) Muka Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka



37



3) Mata Konjungtiva pucat menandakan darah rendah atau hemoglobin rendahdan,Sklera ikterus perlu dicurugai ibu mengidap hepatitis. 4) Hidung Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran polip 5) Telinga Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan kebersihan telinga 6) Mulut Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir bebas dari ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema akibat



efek



peningkatan



estrogen



yang



menyebabkan



hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke dokter  gigi secara teratur karena penyakit periodontal menyebabkan infeksi. 7) Leher a) Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan ibu kekurangan iodium, dan bendungan vena jugularis/tidak. b) Tidak tampak pembesaran vena jugularis. Jika ada hal ini berpengaruh dapat menambah tekanan pada jantung, akan potensial terjadi gagal jantung. c) Tidak tampak pembesaran kelanjar tiroid



38



d) Tidak tampak pembesaran limfe, jika ada kemungkinan terjadi infeksi oleh berbagai penyakit misal TBC, radang akut dikepala 8) Dada a) Untuk



melihat



bagaimana



kebersihannya,



Terlihat



hiperpigmentasi pada areola mammae, puting susu datar atau tenggelam membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan menyusui. b) Adanya benjolan pada payudara waspadai adanya Kanker payudara dan menghambat laktasi. 9) Abdomen Untuk mengetahui adakah bekas operasi, mengetahui apakah involusi tinggi fundus uteri ibu berjalan dengan baik atau mengalami keterlambatan, mengetahui apakah kontraksi uterus kuat atau lemah, apakah ada nyeri tekan atau tidak dan mengukur distensi blass serta diastastic recti. 10) Genetalia Untuk mengetahui adakah pengeluaran cairan lochea pada ibu nifas apakah sesuai dengan harinya atau tidak, hal ini guna untuk mendeteksi tanda bahaya dalam masa nifas 11) Anus Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain



39



12) Ekstremitas Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah dapat dicurigai adanya hipertensi, Diabetes melitus, varises. 3. Assasment (Analisa) Assesment merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan objektif. (Rukiyah, 2014). Pendokumentasiaan hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari dat subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pasien, dapat terus diikuti dan dia,nil keputusan/tindakan yang tepat. (Rismalinda, 2014). 4. Rencana Tindakan Perencanaan



atau



planning



adalah



suatu



pencatatan



menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasrkan assesment yaitu rencan apa yang akan dialkukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interprestasi data yang bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.



40



D. Tinjauan Kasus Nama Pengkaji



: Siska Susepti



Tempat Pengkajian



: PMB Elva Andriyani, SST



Waktu Pengkajian



: 08 November 2020 pukul 07.00 WIB. IDENTITAS



Istri



Suami



Nama Klien



: Ny. S



Nama Klien



: Tn. R



Umur



: 26 tahun



Umur



: 26 tahun



Suku Bangsa



: Melayu/Indonesia



Suku Bangsa



: Melayu/Indonesia



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Pendidikan



: S1



Pendidikan



: SMP



Pekerjaan



: Guru



Pekerjaan



: Swasta



Alamat Rumah : Pekan Sabtu RT/11 I.



Alamat Rumah : Pekan Sabtu RT/11



DATA SUBYEKTIF Ibu mengatakan : -



Ibu merasa senang atas kelahiran anak pertamanya



-



Riwayat persalinan ditolong bidan dengan persalinan normal, BB bayi lahir 3800 gram.



-



Ingin memberikan ASI ekslusif pada bayinya.



-



Perih pada bagian puting susu.



-



Bayi hanya disusui dengan ASI dan produksi ASI baik.



-



Bayi disusui setiap 2 jam, menyusu kuat.



-



Bayi BAK 6 kali ganti popok dan BAB 2 kali.



-



Darah yang keluar hanya sedikit dan berwarna merah kecoklatan.



41



-



Istirahat cukup, suami dan keluarga berperan dalam megurus bayinya.



-



Ibu dan keluarga tidak pernah menderita penyakit bawaan, menahun, alergi dan infeksi.



-



Mengkonsumsi makanan bergizi terdapat karbohidrat, protein dan sayuran.



II.



Tidak ada masalah dalam pola BAB dan BAK ibu.



DATA OBYEKTIF Keadaan Umum Kesadaran



: Baik



: Composmentis Antropom etri : BB



: 58 kg



TB



: 155 cm



TTV TD







: 110/70 mmHg



N



: 80 x/menit



RR



: 24 x/menit



S



: 36,5◦C



Pemeriksaan Fisik a. Muka Tidak ikterik, tidak ada oedema b. Mata Sklera putih, konjungtiva merah muda c. Hidung



42



Simetris, tidak terdapat pembengkakan polip dan tidak terdapat sekret d. Telinga Simetris dan tidak terdapat sekret e. Mulut Simetris, mukosa mulut lembab, tidak ada karies gigi f. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan vena jugularis. g. Payudara Simetris, hiperpigmentasi areola, tidak ada nyeri tekan, payudara membesar, puting susu menonjol,



ASI sudah



keluar, terlihat retakan pada areola. h. Abdomen Tidak ada luka bekas operasi, TFU 4 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, Diastastic recti 2,5cm i. Genetalia Tidak ada oedema, lochea rubra (merah kehitaman), pengeluaran lochea tidak berbau, anus tidak ada Hemoroid j. Ekstremitas Atas



: Simetris, tidak ada odema



Bawah



: Simetris, tidak ada odema, reflek patella



(+)



43



III.



ANALISA Ny “S” Usia 26 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan puting lecet.



IV. No 1. 1. 2. 3.



4. 5.



PENATALAKSANAAN Implementasi



Evaluasi



Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan ibu keadaaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal Menginformasikan keadaan rahim ibu dalam keadaan normal Menjelaskan tanda bahaya masa nifas kepada ibu seperti terjadi perdarahan lewat jalan lahir, keluar cairan yang berbau dari jalan lahir, bengkak diwajah tangan dan kaki, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak disertai rasa sakit, agar ibu segera mengunjungi fasilitas kesehatan agar segera mendapat penanganan Melakukan konseling pada ibu cara perawatan tali pusat bayi Mengajarkan teknik menyusui kepada ibu yaitu : - Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya - Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara - Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu di depan. - Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). - Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus - Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di



Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan Ibu mengerti dengan penjelasan Ibu mengerti dengan penjelasan



Ibu mengerti dengan penjelasan Ibu bersedia melakukannya.



44



6.



7.



8.



9.



bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja. - Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara: Menyentuh pipi dengan puting susu dan Menyentuh sisi mulut bayi - Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. - Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain Cara melepas isapan bayi : Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau Dagu bayi ditekan kebawah. - Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). - Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya. - Menyendawakan bayi Menganjurkan ibu untuk tidak mengoleskan alcohol, lotion atau bahan kimia lain pada payudaranya Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup yaitu saat bayi tidur ibu juga ikut istrahat. Apabila ibu tidak cukup istrahat, maka dapat menyebabkan produksi ASI berkurang, memperlambat involusio uteri, menyebabkan depresi, dan ketidakmampuan merawat bayi sendiri. Menganjurkan ibu untuk terus mengkonsumsi makanan bergizi seperti sayuran hijau (bayam, kangkung, daun singkong, daun kelor) protein (tahu, tempe, telur, ikan, daging, kacang hijau) buah-buahan untuk membantu produksi ASI. Menasehati ibu bahwa hubungan seksual dapat dilakukan setelah darah telah berhenti, tentunya dengan memperhatikan aspek keselamatan ibu. apabila hubungan seksual saat ini belum



Ibu bersedia melakukannya.



Ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.



Ibu bersedia melakukannya



45



7.



diinginkan karena ketidaknyamanan ibu, kelelahan dan kecemasan berlebih maka tidak perlu dilakukan. Pada saat melakukan hubungan seksual maka diharapkan ibu dan suami melihat waktu, dan gunakan alat kontrasepsi misalkan kondom. Ibu mengerti dan akan memperhatikan pola seksualnya Melakukan pendokumentasian



Dalam bentuk SOAP



BAB III PEMBAHASAN A. Pengkajian Pada pembahasan ini pengkaji akan menjelaskan tentang asuhan yang diberikan kepada Ny. S dan dikaji dengan teori. Pada kasus ini pengkajian dimulai pada tanggal 06 Desember 2020 diperoleh data subjektif yaitu Ny.S umur 26 tahun P1A0 nifas 6 jam mengatakan senang atas kelahiran anak pertamanya, nyeri pada perut bagian bawah, masih merasa lelah. namun kondisi tersebut merupakan kondisi yang normal karena mules tersebut timbul akibat dari kontraksi uterus. Pemeriksaan 6 jam postpartum tidak ditemukan adanya kelainan, Tinggi Fundus Uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik. Pemeriksaan tandatanda vital Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi : 78 x/menit, pernapasan : 22 x/menit, suhu 36,5oC, perdarahan ± 150 cc. Pada 6 jam postpartum dilakukan asuhan yaitu anjuran untuk makan dan minum dan istirahat yang cukup, rawat gabung, mengajarkan ibu teknik menyusui dan mobilisasi dini. Kunjungan post partum hari ke-4 dilakukan ibu mengatakan perih pada bagian puting susu, produksi ASI baik keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36,5oC, terlihat retakan pada areola, kontraksi uterus baik, tinggi fundus 2 jari diatas sympisis , lochea rubra, pengeluaran lochea tidak berbau, ekstermitas simetris, tidak ada oedema.



1



1



Puting susu lecet adalah trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Pada keadaan ini seorang ibu sering menghentikan proses menyusui karena putingnya sakit (Sulistyawati, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Novita Ning Pratiwi.,dkk (2020) menunjukkan bahwa dari 30 ibu nifas primipara, sebagian besar mengalami kelecetan pada puting susu yaitu sebanyak 18 ibu nifas primipara (60%). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penyulit dalam proses menyusui pada ibu nifas menyusui cukup tinggi. “ Dari sekian banyak masalah dalam menyusui seperti puting susu lecet, bendungan ASI, mastitis, ASI tidak lancar, masalah yang tersering adalah puting susu lecet, sekitar 57% ibu nifas sedunia



dilaporkan



pernah



menderita



kelecetan



pada



putingnya







(Soetjiningsih, 2018). Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya puting susu lecet yang terbagi atas faktor eksternal dan internal. Adapun faktor internal disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui dan perawatan payudara. Sedangkan faktor eksternal disebabkan karena adanya monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, puting susu terpapar oleh zat iritan seperti sabun, serta lidah bayi yang pendek (frenulum lingue) yang dapat menimbulkan perlekatan antara lidah dan mulut bayi tidak sempurna. Dari seluruh faktor tersebut, yang tersering adalah disebabkan oleh kesalahan



2



dalam teknik menyusui terutama pada ibu nifas primipara “ (Soetjiningsih, 2018). Ibu nifas yang mengalami puting susu lecet disebabkan karena teknik menyusui yang salah, tapi dapat juga disebabkan oleh keteraturan ibu melakukan perawatan payudara, misalnya menghindari penggunaan sabun, alkohol, dan zat iritan lainnya untuk membersihkan puting susu, sebaiknya setiap kali habis menyusui, bekas ASI tidak perlu dibersihkan, atau keluarkan sedikit ASI untuk dioleskan ke puting, dianginkananginkan sebentar agar kering dengan sendirinya sebelum memakai bra. Karena bekas ASI berfungsi sebagai pelembut puting dan sekaligus sebagai anti infeksi. Sesuai dengan hasil penelitian Novita Ning Pratiwi.,dkk (2020) bahwasanya teknik menyusui yang dilakukan oleh ibu nifas primipara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya puting susu lecet, karena bagaimanapun juga perilaku positif (seperti teknik menyusui yang benar) yang dilakukan oleh seseorang akan memiliki dampak positif pula terhadap kondisi orang tersebut, sehingga sangat dianjurkan pada setiap ibu nifas untuk melakukan teknik menyusui secara benar, jika mulut bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusui akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka maupun retak pada puting. Puting susu lecet dapat mengakibatkan rasa nyeri ketika menyusui atau bahkan jika sudah parah dapat merasakan nyeri meskipun tidak dalam kondisi menyusui. Kelainan ini merupakan suatu



3



kendala yang cukup besar dalam proses menyusui. Puting susu yang lecet dan luka dapat berakibat ibu menghentikan pemberian ASI sebelum waktunya dan dapat menimbulkan efek jera untuk menyusui bayinya (Anggraini, 2010). Sesuai dengan hasil penelitian diatas bahwasanya, tingginya angka kejadian puting susu lecet ini sebanding dengan tingginya teknik menyusui salah yang dilakukan oleh sebagian besar responden. Jadi, untuk mengurangi angka kejadian puting susu lecet, maka yang harus dilakukan adalah menekan angka faktor pencetusnya dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu nifas tentang teknik menyusui yang benar. Pengetahuan yang baik tentang pentingnya ASI dan cara-cara menyusui akan membentuk sikap yang positif, selanjutnya akan terjadi perilaku menyusui yang benar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita Ning Pratiwi.,dkk (2020) yang berjudul “Hubungan Antara Teknik Menyusui Dengan Kejadian Puting Susu Lecet Pada Ibu Nifas Primipara Di Kelurahan Kangenan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan” menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas. Hal ini didukung pula oleh penelitian Hasyim dkk (2018) dengan judul “Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Putting Susu Lecet” yang menunjukkan ada hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian putting susu lecet. Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi jarang menyusu



4



karena bayi enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya, namun sering kali ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan tentang teknik menyusui yang benar (Roesli, 2017). Keberhasilan menyusui dengan tehnik yang benar maka bayi akan mendapatkan nutrisi yang cukup yang terkandung dalam ASI. Pelepasan hormon oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior dapat distimulasi dengan tehnik menyusui yang benar dan menyusui tanpa di jadwalkan. Oksitosin adalah hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmed ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Peranan fisiologi lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan pengeluaran ASI dari kelenjar mammae (Rini, 2018). Menyusui bayi sebaiknya tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing dan sebagainya) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Langkah - langkah teknik menyusui yang benar adalah diawali ibu mencuci tangan sebelum menyusui bayinya, ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung bersandar (tegak) sejajar punggung kursi, kaki diberi alas sehingga tidak menggantung, mengeluarkan sedikit ASI dan



5



mengoleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya (desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu). Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui. Setelah mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. Ibu menatap bayi saat menyusui (Kemenkes RI, 2018). Menyusui bayi harus secara bergantian pada kedua payudara untuk mempertahankan produksi ASI tetap seimbang pada kedua payudara. Pasca Menyusui: Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah, setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya. Menyendawakan bayi dengan: Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahanlahan atau, Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan. Tanda posisi bayi menyusu yang benar adalah tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu, dagu bayi menempel pada payudara ibu, dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara, telinga bayi berada



6



dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi, mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka, sebagian besar areola tidak tampak, bayi menghisap dalam dan perlahan, bayi puas dan tenang pada akhir menyusu, terkadang terdengar suara bayi menelan dan puting susu tidak terasa sakit atau lecet (Kemenkes RI, 2018). Jika bayi telah menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tandatanda seperti bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk, bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus serta kepala bayi agak menengadah. (Proverawati, 2010). Terdapatnya hubungan antara pengetahuan ibu dengan tehnik menyusui yang benar menegaskan bahwa pengetahuan teknik menyusui yang benar harus diketahui oleh ibu karena dengan keberhasilan menyusui dengan tehnik yang benar maka bayi akan mendapatkan nutrisi yang cukup yang terkandung dalam ASI. Pada kasus Ny. S usia 26 tahun dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antar teori dan praktek. B. Analisis Ny “S” Usia 26 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan puting lecet sesuai dengan pengkajian yang dilakukan yaitu -



Ibu mengatakan Perih pada bagian puting susu.



-



Pada payudara terlihat retakan pada areola.



7



C. Penatalaksaan No 2. 1. 2. 3.



4. 5.



Implementasi



Evaluasi



Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan ibu keadaaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal Menginformasikan keadaan rahim ibu dalam keadaan normal Menjelaskan tanda bahaya masa nifas kepada ibu seperti terjadi perdarahan lewat jalan lahir, keluar cairan yang berbau dari jalan lahir, bengkak diwajah tangan dan kaki, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak disertai rasa sakit, agar ibu segera mengunjungi fasilitas kesehatan agar segera mendapat penanganan Melakukan konseling pada ibu cara perawatan tali pusat bayi Mengajarkan teknik menyusui kepada ibu yaitu : - Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya - Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara - Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu di depan. - Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). - Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus - Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja. - Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara: Menyentuh pipi dengan puting susu dan Menyentuh sisi mulut bayi - Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu



Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan Ibu mengerti dengan penjelasan Ibu mengerti dengan penjelasan



Ibu mengerti dengan penjelasan Ibu bersedia melakukannya.



8



6.



7.



8.



9.



7.



dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. - Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain Cara melepas isapan bayi : Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau Dagu bayi ditekan kebawah. - Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). - Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya. - Menyendawakan bayi Menganjurkan ibu untuk tidak mengoleskan alcohol, lotion atau bahan kimia lain pada payudaranya Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup yaitu saat bayi tidur ibu juga ikut istrahat. Apabila ibu tidak cukup istrahat, maka dapat menyebabkan produksi ASI berkurang, memperlambat involusio uteri, menyebabkan depresi, dan ketidakmampuan merawat bayi sendiri. Menganjurkan ibu untuk terus mengkonsumsi makanan bergizi seperti sayuran hijau (bayam, kangkung, daun singkong, daun kelor) protein (tahu, tempe, telur, ikan, daging, kacang hijau) buah-buahan untuk membantu produksi ASI. Menasehati ibu bahwa hubungan seksual dapat dilakukan setelah darah telah berhenti, tentunya dengan memperhatikan aspek keselamatan ibu. apabila hubungan seksual saat ini belum diinginkan karena ketidaknyamanan ibu, kelelahan dan kecemasan berlebih maka tidak perlu dilakukan. Pada saat melakukan hubungan seksual maka diharapkan ibu dan suami melihat waktu, dan gunakan alat kontrasepsi misalkan kondom. Ibu mengerti dan akan memperhatikan pola seksualnya Melakukan pendokumentasian



Ibu bersedia melakukannya.



Ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.



Ibu bersedia melakukannya



Dalam bentuk SOAP



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Asuhan Kebidanan Holisitik Pada Ny “S” Usia 26 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan puting lecet di PMB “E” Kota Bengkulu Tahun 2020 dapat



diterapkan



melalui



manajemen



kebidanan



menurut



pendokumentasian SOAP sebagai berikut : -



Pengkajiaan data subjektif bahwa Ny. S mengatakan Perih pada bagian puting susu.



-



Setelah dilakukan pengkajian data objektif menunjukkan bahwa keadaan umum baik, kesadaran composmentis dan TTV yaitu TD 110/70 mmhg, nadi 80 x/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,5◦C, BB 58 kg, TB 155 cm, TFU : 4 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik pengeluaran lochea rubra(merah kehitamanan), Diastastic recti 2,5cm.



-



Analisa data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga didapatkan diagnosa Ny “S” Usia 26 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan puting lecet.



-



Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny “S” yaitu Melakukan pemeriksaan keadaan umum pasien, kesadaran dan tandatanda vital, konseling tanda bahaya masa nifas, konseling perawatan tali pusat bayi, mengajarkan cara teknik menyusui yang benar, KIE nutrisi ibu nifas dan anjuran istirahat cukup.



1



1



B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Diharapkan mahasiswa lebih memperdalam ilmu dan teori tentang Ibu Nifas dan Menyusui agar dapat mendeteksi apa saja tanda bahaya masa nifas dan komplikasi yang akan terjadi pada ibu nifas guna mencegah dan menurunkan Angka kematian ibu dan bayi. 2. Bagi di PMB Elva Andriyani, SST Diharapkan dapat mempertahankan pelayanan kebidanan dalam melakukan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu Nifas dan Menyusui.



DAFTAR PUSTAKAXAmbarwati, E. R., & Wulandari, D. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Asih, Y & Risneni. (2016). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans Info Media. Astri Wahyuningsih (2020). Hubungan pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar dengan kejadian puting lecet Pada Ibu Nifas Di Bpm Siti Sujalmi, Jatinom, Klaten (2020) Handayani, E., & Pujiastuti, W. (2015). Asuhan Holistik Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Trans Medika. Kemenkes, RI (2018). Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI. Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Martalia, D. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Masruroh, (2013). Buku Panduan Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Novita Ning Pratiwi.,dkk (2020) Hubungan Antara Teknik Menyusui dengan Kejadian Puting Susu Lecet Pada Ibu Nifas Primipara di Kelurahan Kangenan Kecamatan Pamakesan Kabupaten Pamakesan. Nugroho, T., Nurrezki, Warnaliza, D., & Wilis. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Nurjanah, Nunung., dkk. (2013). Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung: PT Refika Aditama. Saleha, S. (2009). Medika.



Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba



Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV, Andi Offset. Sunarsih, T., & Dewi, V. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika LAMPIRAN



1



NO 1.



HARI/TANGGAL



PERKEMBANGAN



PUKUL Minggu/06 Desember



S:



2020



Ibu mengatakan



11.00 WIB



PARAF



-



Senang atas kelahiran anak pertamanya.



-



Nyeri pada perut bagian bawah.



-



Masih merasa lelah.



-



Ingin



memberikan



ASI



Ekslusif



pada



bayinya. O







Pemeriksaan Umum



KU                       : Baik Kesadaran            : Composmentis Tanda Vital Sign  TD :100/60 mmhg N : 78x/menit P : 22x/menit S



: 36,5 C







Pemeriksaan fisik



-



Muka Oedema : Tidak ada



-



-



Mata Konjungtiva



: Merah muda



Sclera



: Putih



Payudara    Benjolan abnormal



: Tidak terdapat



bengkakan Pengeluaran ASI : Banyak -



Abdomen TFU: 2 jari dibawah pusat Kontraksi Uterus: Baik Konsistensi



: Keras



Nyeri tekan : Tidak ada Distensi Blass : Kosong -



Genetalia    Pengeluaran : Lochea rubra (berwarna merah



2



kehitaman) -



Ekstremitas Atas          Oedema



: Tidak ada



Bawah       Reflek patella Varises



: (+) : Tidak ada



A: Ny.S umur 26 tahun P1A0 postpartum 6 jam P: 1.



Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan ibu keadaaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal, Ev: Pasien mengetahui hasil pemeriksaan.



2.



Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules pada perut adalah normal pada ibu dalam masa nifas karena rahim yang berkontraksi dalam proses pemulihan untuk mengurangi perdarahan, Ev: Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan merasa tenang



3.



Mengingatkan



ibu



untuk selalu



memantau kontraksi uterus dimana perut teraba bundar dan keras artinya uterus berkontraski dengan baik, apabila perut ibu teraba lembek maka uterus tidak berkontraksi,



akan



menyebabkan



perdarahan,



untuk



mengatasinya



3



ibu/keluarga harus melakukan masase dengan cara meletakan satu tangan diatas perut ibu sambil melakukan gerakan memutar searah jarum jam hingga perut teraba keras., Ev: Ibu mengerti dan mampu



melakukan



masase



uterus



dengan benar. 4.



Melibatkan suami dan keluarga untuk memantau keadaan ibu dan membantu ibu



dalam



pemenuhan



nutrisi,



Ev:



Keluarga bersedia melakukannya. 5.



Menganjurkan



ibu



untuk



menyusui



bayinya lebih awal dan tidak membuang ASI pertama yang berwarna kekuningan (kolostrum)



karena



ASI



pertama



mengandung zat kekebalan yang berguna untuk bayi, Ev: Ibu mengerti dan akan selalu menyusui kapanpun bayi inginkan serta tidak akan membuang ASI pertama. 6.



Menganjurkan



ibu



untuk



mulai



melakukan mobilisasi dini, Ev: Ibu bersedia melakukannya. 7.



Menganjurkan ibu untuk tidak menahan kemih karena akan berpengaruh pada kontraksi



uterus,



Ev:



Ibu



bersedia



melakukannya. 8.



Memberi dukungan kepada ibu untuk memberikan



4



ASI



eksklusif



dan



menganjurkan ibu untuk terus menyusui bayinya, Ev: Ibu bersedia melakukannya. 9.



Menganjurkan ibu untuk memperhatikan pola nutrisi dan istirahat saat sampai dirumah, Ev: Ibu bersedia melakukannya



10. Melakukan dokumentasi, Ev: Dalam bentuk SOAP. 2.



Kamis/10 Desember 2020



S: -



08.30 WIB



Ibu mengatakan bayi menyusu dengan lancar dan tertur tiap 2 jam sekali dan puting tidak terasa perih lagi saat menyusui



-



Ibu mengatakan Perutnya masih sedikit agak mules



-



Ibu mengatakan Ia mengganti pembalut 3x/hari







Pemeriksaan fisik



-



Muka Oedema : Tidak ada



-



-



Mata Konjungtiva



: Merah muda



Sclera



: Putih



Payudara    Benjolan abnormal



: Tidak terdapat



bengkakan Pengeluaran ASI : Banyak -



Abdomen TFU: Setengah pusat simpisis Kontraksi Uterus: Baik Konsistensi



: Keras



Nyeri tekan : Tidak ada Distensi Blass : Kosong -



Genetalia    Pengeluaran



: Lochea sanguilenta (putih



bercampur merah)



5



-



Ekstremitas Atas          Oedema



: Tidak ada



Bawah       Reflek patella



: (+)



Varises



: Tidak ada



A: Ny.S umur 26 tahun P1A0 postpartum 5 hari P: 1.



Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan ibu keadaaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal Ev



:



Ibu



mengerti



dengan



hasil



pemeriksaan 2.



Menginformasikan keadaan rahim ibu dalam keadaan normal Ev : Ibu mengerti dengan penjelasan



3.



Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan teknik yang sudah diajarkan sebelumnya Ev : Ibu bersedia melakukannya



4.



Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat cukup yaitu saat bayi tidur ibu juga ikut istrahat



dan



terus



mengkonsumsi



makanan bergizi. Ev : Ibu mengerti dengan penjelasan



6