LP Aml [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN ACUTE MIELOBLASTIK LEUKIMIA (AML) DI RSUP Dr.SARDJITO YOGYAKARTA REVIEW STUDI KASUS



Oleh: RIKA PUTRI PERMATA NIM. 01.3.21.00500



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI T.A 2021/2022



STIKES RS BAPTIS KEDIRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK



Nama NIM Judul



: RIKA PUTRI PERMATA : 01.3.21.00500 : ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN ACUTE MIELOBLASTIK LEUKIMIA (AML) DI RSUP Dr.SARDJITO YOGYAKARTA



Mengetahui, Dosen Pembimbing



Kediri, 29 Nopember 2021 Mahasiswa ]



Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep



Rika Putri Permata



Mengetahui, Ketua Program Studi



Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep



KATA PENGANTAR



Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih Anugerah-Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN ACUTE MIELOBLASTIK LEUKIMIA (AML)



DI RSUP Dr.SARDJITO



YOGYAKARTA “ Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pada praktik profesi asuhan keperawatan anak yang memberikan kesempatan dan bimbingan kepada kami dalam melaksanakan kegiatan. Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan. Kediri, 29 November 2021



Penyusun



BAB I



LAPORAN PENDAHULUAN 1.1



Tinjauan Medis



1.1.1



Pengertian Leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel darah putih yang abnormal dan ganas yang disertai dengan adanya leukosit dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan anemia dan trombositopenia. Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara malignan melakukan transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan penggantian komponen sumsum tulang belakang yang normal. Pada AML tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah putih yang disebut myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah yang imatur ini tidak sebaik sel darah putih yang telah matur dalam melawan adanya infeksi. Pada AML, mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang. Carolin,dkk (2019).



1.1.2



Etiologi Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut adalah: a) Umur, jenis kelamin, ras: Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LMA terdapat pada umur 15-39 tahun. Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.10 Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. b)



Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di Jepang pada masa perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan 7 insiden penyakit ini. Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi. Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah dan tidak berhubungan dengan peningkatan kejadian leukemia.



c) Pajanan terhadap zat kimia tertentu : benzene, formaldehida, pestisida d)



Obat – obatan : golongan alkilasi (sitostatika), kloramfenikol, fenilbutazon, heksaklorosiklokeksan



e)



Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat menderita leukemia di kemudian hari. Misalnya kemoterapi jenis alkylating agents. Namun pemberian kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan pertimbangan rasio manfaat-risikonya.



f) Faktor keluarga / genetik : pada kembar identik bila salah satu menderita AML maka kembarannya berisiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden leukemia pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya menderita AML. g)



Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang disebabkan oleh kelainan kromosom dapat meningkatkan risiko kanker.



h) Kondisi perinatal : penyakit ginjal pada ibu, penggunaan suplementasi oksigen, asfiksia post partum, berat badan lahir >4500 gram, dan hipertensi saat hamil dan ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol. i) Human



T-Cell



Leukemia



Virus-1



(HTLV-1).



Virus



tersebut



menyebabkan leukemia T-cell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat menimbulkan leukemia adalah retrovirus dan virus leukemia feline. j)



Sindroma mielodisplastik : sindroma mielodisplastik adalah suatu kelainan pembentukkan sel darah yang ditandai berkurangnya kepadatan sel (hiposelularitas) pada sumsum tulang. Penyakit ini sering didefinisikan sebagai pre-leukemia. Orang dengan kelainan ini berisiko tinggi untuk berkembang menjadi leukemia



1.1.3



Klasifikasi AML diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi French American-British (FAB) dengan kriteria terutama morfologi dan fenotip/sitokimia Dengan FAB, ada 8 subtipe AML (FAB M0 sampai M7) 1) LMA-M 0 (leukemia mieloblastik akut dengan diferensiasi minimal) 2) LMA-M 1 (leukemia mieloblastik akut tanpa maturasi) 3) LMA-M 2 (leukemia mieloblastik akut dengan maturasi) 4) LMA-M 3 (leukemia promielositik akut) LPA (leukemia promieolisitik akut hipergranuler)



LPA-V (leukemia promieolisitik akut mikrogranuler/ M 3 V (hipogranuler) 5) LMA-M 4 (leukemia mielomonositik akut) L’MA-M 4 Eo (leukemia mielomonositik akut dengan peningkatan sel eosinophil) 6) LMA-M 5 (leukemia monositik akut) LMA-M 5A (leukemia monoblastik akut {leukemia monositik akut dengan diferensiasi jelek}) LMA-M 5B (leukemia monositik akut {leukemia monositik akut dengan diferensiasi baik}) 7) LMA-M 6 (leukemia eritroblastik (eritroleukemia) 8) LMA-M 7 (leukemia megakarioblastik akut) 1.1.4



Gejala klinis Tanda dan gejala klinis AML tidak spesifik dan biasanya terkait dengan infiltrasi leukemik ke sumsum tulang dengan hasil akhir sitopenia. Pada pasien dapat dijumpai lelah, perdarahan, atau infeksi dan demam karena penurunan sel darah merah, trombosit, atau sel darah putih. Gejala umumnya adalah pucat, lelah, dan sesak napas saat beraktivitas. Dapat pula dijumpai nyeri tulang atau sendi, pembengkakan abdomen, ruam kulit, gejala saraf pusat seperti kejang, muntah, muka kesemutan, penglihatan kabur (Davis, Viera, Mead, 2014).



1.1.5



Patofisiologi AML adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia, leukopenia dan trombositopenia). Adanya anemia akan menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat sesak nafas, adanya trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda perdarahan, sedang adanya leukopenia akan menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi oportunistis dari flora bakteri normal yang ada di dalam tubuh manusia. Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi keluar sumsum



tulang dan berinfiltrasi ke organorgan lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem syaraf pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan segala akibatnya. 1.1.6



Patway Factor ekternal ( HTLV-1, , obat- obatan , radiasi



Factor internal ( genetic, imunologi )



Leukemia



Gangguan pembentukan leukosit



Leukositosis



Leuko memfagosit eritrocit dan trombosit



leukopeni



Daya tahan tubuh menurun



Nyeri



Potensial terjadi pendarahan yang tidak terkontrol



Kerusakan intregitas kulit



Resiko infeksi



1.1.7



Penekanan BM gangguan pembentukan komponen darah



anemia



Lemah, nafsu makan turun , pusing



Intoleran aktivitas



Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi akibat AML, antara lain (Cecily, 2002; WHO 2012): a) Gagal sumsum tulang b) Infeksi c) Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC) d) Splenomegali e) Hepatomegali



1.1.8



Pemeriksaan Diagnostik a) Morfologi Aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari pemeriksaan rutin untuk diagnosis AML. Pulasan darah dan sumsum tulang diperiksa dengan pengecatan May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk hasil yang akurat, diperlukan setidaknya 500 sel nucleated dari sumsum tulang dan 200 sel darah putih dari perifer. Hitung blast sumsum tulang atau darah ≥ 20% diperlukan untuk diagnosis AML, kecuali AML dengan t(15;17), t(8;21), inv(16), atau t(16;16) yang didiagnosis terlepas dari persentase blast (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al.,2010). b) Immunophenotyping Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry, sering untuk menentukan tipe sel leukemia berdasarkan antigen permukaan. Kriteria yang digunakan adalah ≥ 20% sel leukemik mengekpresikan penanda (untuk sebagian besar penanda) (Hasserjian, 2013). c) Sitogenetika Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien AML dewasa (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010). Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas kromosom seperti translokasi, inversi, delesi, adisi (American Cancer Society, 2016). d) Sitogenetika moleculer Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ hybridization) yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan sitogenetika gagal. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen MLL dan EV11, hilangnya kromosom 5q dan 7q (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010). e) Pemeriksaan imaging Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan perluasan penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain. Contoh pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI (American Cancer Society, 2016).



1.1.9



Penatalaksanaan



Pengobatan AML dilakukan dalam 2 fase, yaitu fase induksi, yang bertujuan untuk mencapai remisi, dan fase paska remisi untuk mempertahankan remisi. 1) Fase Induksi Terapi induksi yang paling sering digunakan adalah terapi tiga hari diberikan anthracycline yang dikombinasikan dengan cytarabine melalui infus selama 24 jam dalam 7 hari. Dengan 1 periode terapi, 50% pasien akan mengalami remisi; sedangkan 10 – 15% pasien akan mengalami remisi setelah 2 periode pengobatan. Pasien memasuki masa remisi jika terdapat