LP & Askep Hemaroid Eka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOROID



OLEH : NAMA



: PUTU EKA WULANDARI



NIM



: 219012675



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES WIRA MEDIKA BALI TAHUN AJARAN 2021/2022



LEMBAR PENGESAHAN



Mengetahui,



Gianyar,



Pembimbing Ruangan



(



Mahasiswa



)



NIP.



(Putu Eka Wulandari ) NIM. 219012675



Menyetujui, Pembimbing Akademik



(



)



NIK.



LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID



A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Hemoroid Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) di atas atau di dalam linea dentate (Nurarif & Kusuma, 2015). Wasir adalah pembengkakan urat di anus dan rektum bawah, mirip dengan varises. Peningkatan tekanan di pembuluh darah di daerah anorektal menyebabkan wasir (Kardiyudiani & Susanti, 2019). Hemoroid adalah pembengkakan (varikosa) vena pada anus atau rektum. Hemoroid eksternal menonjol keluar menyerupai gumpalan di sekitar anus. Hemoroid ini menyebabkan rasa sakit, khususnya jika klien mengalami konstipasi dan mengedan saat defekasi (Rosdahl & Kowalski, 2017). 2. Etiologi Hemoroid Menurut Nurarif & Kusuma (2015), hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko/pencetus, seperti : a. Mengedan pada buang air besar yang sulit b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu lama duduk sambil membaca, merokok) c. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen) d. Usia tua e. Konstipasi kronik f. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik g. Hubungan seks peranal h. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah) i. Kurang olahraga/imobilisasi 3. Patofisiologi Hemoroid Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prolaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil,



yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous rectum. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama. Penurunan venous return dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat membaca) diyakini menyebabkan penurunan relatif venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang memfasilitasi prolaps (Muttaqin & Sari, 2011). Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam pembentukan hemoroid. Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi dari biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah dari pada sebelum prosedur. Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal biasanya bersifat masif. Varises anorektal merupakan kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, di antara sistem portal dan vena inferior rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis dan mereka jarang mengalami perdarahan (Muttaqin & Sari, 2011). Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid interna tidak menyebabkan sakit karena berada di atas garis dentate dan tidak ada inervasi saraf. Tetapi pasien mengalami perdarahan, prolaps dan sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan menyebabkan spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat (Muttaqin & Sari, 2011). Hemoroid eksternal menyebabkan trombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi. Konsisi hemoroid eksternal juga memberikan manifestasi kurang higienis akibat kelembapan dan rangsangan akumulasi mukus (Muttaqin & Sari, 2011). 4. Klasifikasi dan Derajat Hemoroid Menurut Nurarif & Kusuma (2015), terdapat 4 derajat hemoroid yaitu sebagai berikut :



a. Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop. b. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang



prolaps dan menghilang atau masuk



sendiri ke dalam anus secara spontan. c. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. d. Derajat 4 : Prolaps hemoroid



yang permanen,



rentan



dan cenderung untuk



mengalami thrombosis dan infark



5. Manifestasi Klinis Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala umum hemoroid meliputi : a. Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar b. Gatal atau iritasi di daerah anus c. Nyeri atau ketidaknyamanan d. Pembengkakan di sekitar anus e. Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan (wasir trombosis) 6. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan colok anus Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri. b. Anoskopi Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. c. Proktosigmoidoskopi Memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.



Pathway Konsumsi makanan rendah serat



Konstipasi dan mengejan dalam jangka lama



Kondisi penuaan



Hipertensi portal (sirosis hepatis)



Duduk terlalu lama



Penurunan relative venous return didaerah perianal (efek tourniquet) Aliran vena balik terganggu Tekanan perifer meningkat Pelebaran vena anus Hemoroid Peradangan pada pleksus hemoroidalis Polaps vena haemorhoidalis



Gangguan defekasi



Membesar di luar rectum



MK : Konstipasi



Vena menegang Ruptur vena MK : Risiko Syok Pre operasi Khawatir dan gelisah



Pendarahan



Operasi (hemoroidektomi)



Anemia



Rusaknya kontinuitas jaringan



Suplai oksigen menurun



MK : Ansietas



Hipoksia Ujung saraf rusak



Port d’entrée kuman



Pelepasan prostaglandin



MK : Risiko Infeksi



Metabolisme anaerob meningkat Akumulasi asam laktat



Nyeri



Fatique



MK : Nyeri Akut



MK : Intoleransi Aktivitas



7. Penatalaksanaan Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), penatalaksanaan medis pada hemoroid sebagai berikut : a. Pengobatan di rumah  Konsumsi makanan berserat tinggi  Menggunakan perawatan topical, oleskan krim wasir atau supositoria yang mengandung hidrokortison  Merendam anus secara teratur dalam air hangat  Menjaga kebersihan area anal  Menempatkan kompres es  Mengonsumsi pereda nyeri oral, pasien dapat menggunakan acetaminophen, aspirin,



atau



ibuprofen



sementara



untuk



membantu



meringankan



ketidaknyamanan b. Obat-obatan Jika hemoroid hanya menimbulkan ketidaknyamanan ringan, maka terapi yang diberikan yaitu pemberian krim, salep, supositoria, atau bantalan. c. Thrombectomy hemoroid eksternal Jika gumpalan darah (trombosis) telah berbentuk pada wasir eksternal, dokter dapat menghilangkan bekuan dengan sayatan dan drainase sederhana. d. Prosedur minimal invasive Untuk perdarahan persisten atau wasir yang menyakitkan, dokter dapat merekomendasikan salah satu prosedur minimal invasif lain yang tersedia, meliputi ligasi karet gelang, injeksi (skleroterapi), dan koagulasi (inframerah, laser, dan bipolar). e. Prosedur operasi Jika prosedur lain tidak berhasil atau pasien memiliki wasir yang parah, dokter dapat merekomendasikan prosedur pembedahan berupa hemoroidektomi. Perawatan perioperatif menurut Rosdahl & Kowalski (2017), yaitu : a. Persiapan pre operasi Sebelum pembedahan, dokter bedah atau dokter anestesiologi menuliskan program yang diindikasikan dengan pasti apa obat dan persiapan fisik yang diperlukan pasien. Penting untuk mengajarkan pasien melaksanakan program praoperasi yang tepat, karena hal tersebut akan memengaruhi kesuksesan pembedahan. Sambil



mengajarkan asuhan praoperasi, ingat perasaan pasien dan keluarga serta perlunya mereka untuk ditenangkan.



Dalam pembedahan darurat, periode praoperasi



mungkin sangat singkat. Dalam keterbatasan ini, ingat untuk memberikan dukungan emosional ke semua pasien. Menjelaskan apa yang akan terjadi selama dan setelah pembedahan paling membantu dalam mempersiapkan pasien dan keluarga. Informasikan pasien dan keluarga tentang apa yang diharapkan ketika pasien kembali dari ruang operasi. Ajarkan pasien bagaimana melakukan latihan pernapasan. b. Pasca operasi Hampir semua rumah sakit memiliki sebuah ruangan atau deretan ruangan yang dibuat di samping untuk perawatan pasien sesaat setelah pembedahan. Berbagai nama digunakan untuk mengidentifikasi area ini, termasuk unit perawatan pascaanestesia (postanesthesia care unit, PACU). Pasien secara cermat dipantau di PACU sampai ia pulih dari anestesia dan bersih secara medis untuk meninggalkan unit. Pemantauan spesifik termasuk ABC dasar kehidupan. Pada saat pasien kembali dari PACU ke area penerimaan rawat jalan atau ke unit keperawatan, pasien biasanya terjaga dan menyadari sejumlah ketidaknyamanan. Nyeri biasanya merupakan ketidaknyamanan pertama pascaoperasi



yang disadari oleh pasien.



Nyeri dievaluasi setiap kali tanda vital yang lain diukur. Nyeri biasanya paling berat sesaat setelah pasien pulih dari anestesi. 8. Komplikasi Menurut Haryono (2012), komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi adalah : a. Perdarahan, dapat sampai dengan anemia b. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) c. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang dihalangi oleh sfingterani



prolaps



dengan suplai darah



B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan pada anus, dan merasa ada benjolan di sekitar anus. Keluhan nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis. b. Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor predisposisi yang berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan pada usus, dan riwayat diet rendah serat. c. Pada pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan



informasi,



intervensi



keperawatan,



pengobatan,



dan



rencana



pembedahan. d. Pemeriksaan survei umum bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah akibat menahan sakit. TTV bisa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi, peningkatan pernapasan. e. Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus, kebersihan dan adanya ulserasi di sekitar anus. Pemeriksaan colok anus, hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok anus diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. f. Riwayat kesehatan Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi, apakah ada nyeri abdomen, apakah terdapat perdarahan pada rectum, bagaimana pola eliminasi, apakah sering menggunakan laksatif. g. Riwayat diet Bagaimana pola makan pasien, apakah pasien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat. h. Riwayat pekerjaan Apakah pasien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri dalam waktu lama. 2. Analisa Data Disesuaikan dengan data yang diperoleh dari klien, yaitu data subjektif dan data objektif kemudian dibuatkan interpretasi sehingga memunculkan masalah keperawatan.



3. Diagnosa Keperawatan a. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat ditandai dengan pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristaltic usus menurun b. Risiko syok dengan faktor risiko kekurangan volume cairan c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah d. Risiko infeksi dengan faktor risiko efek prosedur invasif e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat f. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, sulit tidur 4. Intervensi Keperawatan Dx Keperawatan Konstipasi



Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah



diberikan



Intervensi



asuhan Manajemen eliminasi fekal



keperawatan selama …x 24 jam Observasi : diharapkan dialami



konstipasi



pasien dapat



yang teratasi,



dengan kriteria hasil : 1. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun 2. Konsitensi feses lembek 3. Peristaltik usus membaik



1. Monitor buang air besar (warna, frekuensi, konsistensi, volume) 2. Monitor



tanda



dan



gejala



hangat



setelah



kontipasi Terapeutik : 3. Berikan



air



makan 4. Sediakan makanan tinggi serat Edukasi : 5. Anjurkan makanan



mengkonsumsi yang



mengandung



tinggi serat 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi : 7. Kolaborasi



pemberian



obat



supositoria anal, jika perlu Risiko syok



Setelah



diberikan



asuhan Pencegahan syok



keperawatan selama …x 24 jam Observasi : diharapakan



pasien



tidak



1. Monitor status kardiopulmonal



mengalami syok, dengan kriteria



(frekuensi dan kekuatan nadi,



hasil :



frekuensi napas, TD)



1. Kekuatan nadi meningkat 2. Tingkat kesadaran meningkat 3. Akral dingin menurun



2. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil Terapeutik : 3. Berikan



oksigen



mempertahankan



untuk saturasi



oksigen >94% 4. Pasang jalur IV, jika perlu Edukasi : 5. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok 6. Jelaskan tanda dan gejala awal syok Kolaborasi : 7. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu Nyeri akut



Setelah



diberikan



asuhan Manajemen nyeri



keperawatan selama …x 24 jam Observasi : diharapkan nyeri pasien dapat



1. Identifikasi lokasi, karakteristik,



teratasi, dengan kriteria hasil :



durasi, frekuensi, kualitas dan



1. Keluhan nyeri menurun



intensitas nyeri



2. Meringis menurun



Terapeutik :



3. Gelisah menurun



2. Berikan



teknik



non



farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Edukasi : 3. Jelaskan nyeri



strategi



meredakan



4. Ajarkan



teknik



non



farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi : 5. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Risiko infeksi



Setelah



diberikan



asuhan Pencegahan infeksi



keperawatan selama …x 24 jam Observasi : diharapkan



pasien



tidak



mengalami



infeksi,



dengan



1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik



kriteria hasil :



Terapeutik :



1. Demam menurun



2. Cuci



tangan



sebelum



dan



2. Kemerahan menurun



sesudah kontak dengan pasien



3. Nyeri menurun



dan lingkungan pasien 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi Edukasi : 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 5. Ajarkan memeriksa kondisi luka operasi Kolaborasi : 6. Kolaborasi



pemberian



imunisasi, jika perlu Intoleransi aktivitas



Setelah



diberikan



asuhan Manajemen energy



keperawatan selama …x 24 jam Observasi : diharapkan intoleransi aktivitas



1. Monitor kelelahan fisik



pasien



2. Monitor pola dan jam tidur



dapat



teratasi,



dengan



kriteria hasil :



Terapeutik :



4. Tidak terganggunya frekuensi



3. Lakukan latihan rentang gerak



nadi ketika beraktivitas 5. Tidak terganggunya frekuensi pernapasan ketika beraktivitas 6. Tidak terganggunya kekuatan



pasif atau aktif 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan



tubuh bagian atas dan bawah



Edukasi : 5. Anjurkan



untuk



melakukan



aktivitas secara bertahap 6. Anjurkan tirah baring Kolaborasi : 7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang



cara



meningkatkan



asupan makanan Ansietas



Setelah



diberikan



asuhan Reduksi ansietas



keperawatan selama …x 24 jam Observasi : diharapkan ansietas pasien dapat teratasi, dengan kriteria hasil :



1. Monitor Terapeutik :



2. Kekhawatiran akibat kondisi



2. Ciptakan



3. Gelisah menurun



ansietas



(verbal dan nonverbal)



1. Kebingungan menurun yang dihadapi menurun



tanda-tanda



suasana



untuk



terapeutik



menumbuhkan



kepercayaan Edukasi : 3. Jelaskan



prosedur,



termasuk



sensasi yang mungkin dialami 4. Latih teknik relaksasi Kolaborasi : 5. Kolaborasi



pemberian



obat



antiansietas, jika perlu 5. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana untuk mencapai tujuan yang spesifik yang ditujukan untuk membantu klien dalam hal mencegah penyakit, peningkatkan derajat kesehatan dan pemulihan kesehatan (Nursalam, 2009). 6. Evaluasi Keperawatan Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan Format SOAP.



DAFTAR PUSTAKA



Bare Brenda dan Smeltzer Susan C. (2011). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC Brunner dan Suddarth (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Dahlan, Zul. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia



FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN FORMAT GORDON ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAPAK S DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID GRADE 3 DI RUANG KELAS 1 LANTAI 3 RSUD SANJIWANI TANGGAL 02-05 NOVEMBER 2021 A. PENGKAJIAN 1. Identitas a. Identitas Pasien Nama



: Bapak S



Umur



: 56 tahun



Agama



: Hindu



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Status



: Menikah



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



: Pegawai Swasta



Suku Bangsa



: Indonesia



Alamat



: Br. Bayad, Melinggih Kelod, Payangan



Tanggal Masuk



: 01 November 2021



Tanggal Pengkajian



: 02 November 2021



No. Register



: 576107



Diagnosa Medis



: Hemoroid grade 3



b. Identitas Penanggung Jawab Nama



: Ibu S



Umur



: 51 tahun



Hub. Dengan Klien



: Istri



Pekerjaan



: PNS



Alamat



: Br. Bayad, Melinggih Kelod, Payangan



2. Status Kesehatan a. Status Kesehatan Saat Ini 1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) Saat MRS



: Pasien datang dengan keluhan nyeri pada anus



Saat pengkajian : Pasien mengeluh nyeri pada luka post op, dengan karakteristik nyeri : P : Saat bergerak atau berpindah Q : Seperti ditusuk-tusuk R : Anus S : 7 (skala 0-10) T : Hilang timbul Pasien juga mengatakan terasa panas dan perih pada anus 2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan perih dan panas pada bagian anus serta benjolan pada anus. Pasien sempat diberikan obat, tetapi karena keluhan tidak kunjung hilang sehari kemudian pasien dibawa ke rumah sakit. Pasien melakukan pemeriksaan kolonoskopi dan dua hari kemudian pada tanggal 2 November pasien mendapat jadwal untuk melakukan operasi. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Keluarga pasien mengatakan pasien sempat diberikan obat untuk mengurangi nyeri pasien. b. Status Kesehatan Masa Lalu 1) Penyakit yang pernah dialami Pasien mengatakan menderita hemoroid sejak satu tahun lalu. 2) Pernah Dirawat Pasien mengatakan pernah dirawat di RSUD Sanjiwani sebelumnya. 3) Alergi Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan ataupun obat tertentu. 4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll) Pasien mengatakan memiliki kebiasaan minum kopi 3 kali sehari dan merokok 5 batang sehari.



c. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, maupun penyakit jantung. d. Diagnosa Medis dan therapy Hemoroid grade 3 No



Nama Obat



Dosis



Rute



1



IVFD RL : D5%



20 tpm



IV



2



Ceftriakson



2 x 1 gr



IV



3



Asam traneksamat



3 x 500 mg



IV



4



Paracetamol



3 x 1 gr



IV



5



Omeprazole



2 x 40 mg



IV



6



Anadium



3 x 1000 mg



Oral



3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual) a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Pola persepsi



: Keluarga pasien mengatakan kesehatan adalah hal yang



penting dan harus selalu dijaga Pola manajemen



: Keluarga pasien mengatakan jika keluarganya sakit biasanya



akan dibawa ke dokter praktek b. Pola Nutrisi Metabolik  Sebelum Sakit Keluarga pasien mengatakan pasien biasa makan 3 kali sehari dengan porsi biasa yaitu 1 piring dengan menu nasi, lauk, dan sayur serta minum air ± 6 gelas sehari.  Saat Sakit Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien makan dan minum seperti biasa dengan menu dan porsi yang disediakan di rumah sakit.



c. Pola Eleminasi 1) BAB  Sebelum Sakit Keluarga pasien mengatakan pasien biasa BAB dua hari sekali dengan konsistensi lembek, bau khas feses, tidak ada darah dan lendir.  Saat Sakit Keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien BAB 1 kali dengan konsistensi lembek, bau khas feses, warna kehitaman, tidak ada darah dan lendir. 2) BAK  Sebelum Sakit Pasien mengatakan pasien biasanya BAK ± 5-7 kali perhari dengan warna urin kuning dan bau khas urin.  Saat Sakit Pasien mengatakan BAK ± 5-7 kali perhari dengan bau khas urin dan tidak ada darah. d. Pola Aktivitas dan Latihan 1) Aktivitas Kemampuan Perawatan Diri



0



1



2



3



Makan dan Minum







Mandi







Toileting







Berpakaian







Berpindah







4



0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergatung total 2) Latihan  Sebelum Sakit Pasien mengatakan dapat melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari secara mandiri.



 Saat Sakit Pasien mengatakan melakukan beberapa aktivitas dengan dibantu oleh istrinya. e. Pola Kognitif dan Persepsi Keluarga pasien mengatakan mengetahui penyakit yang dialami pasien dari penjelasan dokter dan perawat. f. Pola Persepsi dan Konsep Diri Pasien mengatakan menerima dengan ikhlas rasa sakit dan keadaannya saat ini. g. Pola Tidur dan Istirahat  Sebelum Sakit Pasien mengatakan biasanya tidur pukul 21.00 WITA dan bangun pukul 05.00 WITA.  Saat Sakit Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun. h. Pola Peran dan Hubungan Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik. i. Pola Seksual dan Reproduksi  Sebelum Sakit Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan dalam seksualitas, pasien memiliki 3 orang anak.  Saat Sakit Pasien tidak memiliki gangguan pada alat genitalnya. j. Pola Toleransi Stress dan Koping Pasien mengatakan saat sedang ada masalah pasien biasanya akan bercerita dengan istrinya.



k. Pola Nilai dan kepercayaan Pasien mengatakan beragama Hindu dan pasien biasa beribadah dan menghaturkan persembahan setiap hari dan saat hari raya di rumah maupun di pura. 4. Pengkajian Fisik a. Keadaan Umum : Lemah Tingkat Kesadaran : Komposmentis GCS: Verbal : 5



Motorik : 6



Mata : 4



Suhu : 37,50 C



TD : 110/90 mmHg



b. Tanda-tanda Vital Nadi : 70 x/menit



RR : 20 x/menit



c. Keadaan Fisik a. Kepala dan Leher Inspeksi



: Warna rambut hitam terdapat uban, tidak ada lesi, kepala dan leher



simetris Palpasi



: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran vena



jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid b. Mata Inspeksi



: Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil miosis



Palpasi



: Tidak ada nyeri tekan



c. Hidung Inspeksi



: Hidung simetris, tidak ada secret dan darah



Palpasi



: Tidak ada nyeri tekan



d. Telinga Inspeksi



: Tidak ada benjolan, simetris kanan dan kiri



Palpasi



: Tidak ada nyeri tekan



e. Mulut Inspeksi



: Mukosa bibir lembab, kebersihan mulut baik



f. Dada  Paru-Paru Inspeksi



: Pergerakan dada simetris, tidak ada luka



Palpasi



: Tidak ada benjolan



Perkusi



: Sonor



Auskultasi



: Suara vesikuler



 Jantung Inspeksi



: Tidak ada lesi



Palpasi



: Tidak ada nyeri tekan



Perkusi



: Pekak



Auskultasi



: S1 S2 reguler tunggal



g. Payudara dan Ketiak Inspeksi



: Tidak ada benjolan, tidak ada lesi, payudara kanan dan kiri simetris



Palpasi



: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan



h. Abdomen Inspeksi



: Tidak terlihat sianosis



Auskultasi



: Bising usus 15 x/menit



Perkusi



: Suara timpani



Palpasi



: Tidak terdapat nyeri tekan



i. Ekstremitas  Atas Inspeksi : Tidak ada lesi, terpasang infus pada tangan kiri Palpasi : Tidak ada benjolan, akral teraba hangat, CRT < 3 detik  Bawah Inspeksi : Tidak ada lesi, simetris kanan dan kiri Palpasi : Tidak ada benjolan, akral teraba hangat, CRT < 3 detik j. Genetalia Tidak dilakukan pemeriksaan k. Integumen Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang, akral teraba hangat, tidak ada luka l. Neurologis  Status Mental dan Emosi Tidak ada gangguan pada status mental pasien, emosi pasien stabil  Pengkajian saraf kranial Tidak dilakukan pengkajian  Pemeriksaan reflex Tidak dilakukan pengkajian



5. Pemeriksaan Penunjang 1. Data laboratorium yang berhubungan a. Hematologi tanggal 01 November 2021 Eos#



0.72



10^3/uL



0.02-0.5



RDW-SD



41.3



fL



35.0-56.0



Mon#



0.73



10^3/uL



0.12-0.8



Eritrosit (RBC)



5.51



10^6/uL



3.50-5.50



Hemoglobin (HGB)



16.3



g/dL



11.0-16.0



MCV



86.0



fL



80.0-100.0



Bas#



0.04



10^3/uL



0.00-0.10



PDW



16.1



fL



9.0-17.0



Neu#



3.47



10^3/uL



2.00-7.00



MPV



8.9



fL



7.0-11.0



RDW-CV



12.4



%



11.5-14.5



Neu%



51.4



%



50.0-70.0



Trombosit (PLT)



261



10^3/uL



150-450



PCT



0.233



%



0.108-0.282



MCHC



34.4



g/dL



32.0-36.0



MCH



29.6



pg



27.0-31.0



Lym%



26.4



%



20.0-40.0



Lym#



1.79



10^3/uL



0.80-4.00



Hematokrit (HCT)



47.4



%



37.0-54.0



Leukosit (WBC)



6.75



10^3/uL



4.00-10.00



Mon%



10.9



%



3.0-8.0



Bas%



0.6



%



0.0-1.0



Eos%



10.7



%



0.5-5.0



Darah lengkap



b. Hemostasis tanggal 26 Oktober 2021 Waktu pembekuan (CT)



7.00



Menit



6-15



Waktu pendarahan (BT)



2.00



Menit



2-6



c. Imunologi tanggal 01 November 2021 S A R S-CoV-2-ANTIGEN Test



Negatif



Negatif



d. Kimia klinik tanggal 26 Oktober 2021 Glukosa sewaktu



85



mg/dL



80-120



SGOT



30



U/L



< 35



SGPT



27



U/L



< 41



Ureum



30.3



mg/dL



18-55



Creatinin



0.71



mg/dL



0.67-1.17



Natrium



137



mmol/l



135-147



Kalium



4.2



mmol/l



3.5-5.0



Chloride



109



mmol/l



95-108



Pemeriksaan elektrolit



2. Pemeriksaan radiologi 3. Hasil konsultasi 4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain -



B. ANALISA DATA TABEL ANALISA DATA INTEPRETASI DATA



(Sesuai Dengan Patofisiologi



DS



:



Pasien



mengeluh



Operasi (hemoroidektomi)



MASALAH KEPERAWATAN Nyeri Akut



nyeri pada luka post op, dengan karakteristik nyeri :



Rusaknya kontinuitas



P : Saat bergerak atau



jaringan



berpindah Q : Seperti ditusuk-tusuk R : Anus S : 7 (skala 0-10) T : Hilang timbul DO : Pasien tampak meringis dan gelisah DS : Pasien mengatakan



Ujung saraf rusak Pelepasan prostaglandin Nyeri Nyeri akut Operasi (hemoroidektomi)



Risiko Infeksi



terasa panas dan perih pada anus



Rusaknya kontinuitas



DO :



jaringan



- Luka terlihat kemerahan dan tidak ada pus



Port d’entrée kuman



- TTV Nadi : 70 x/menit



Risiko infeksi



Suhu : 37,50 C TD : 110/90 mmHg RR : 20 x/menit



C. TABEL DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS



TANGGAL/ JAM



TANGGAL



DIAGNOSA KEPERAWATAN



TERATASI



DITEMUKAN 02 November 2021



TTD



Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis 05 November ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, 2021



10.00 WITA



gelisah



02 November



Risiko infeksi dengan faktor risiko efek prosedur invasif



2021



05 November 2021



10.00 WITA D. PERENCANAAN Hari/Tgl Selasa, 02



No Dx 1



Rencana Perawatan Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi



lokasi, 1. Mengetahui



November



keperawatan selama 3 x



karakteristik,



durasi,



2021



24 jam diharapkan nyeri



frekuensi, kualitas dan



pasien



intensitas nyeri



dapat



teratasi,



dengan kriteria hasil : - Keluhan



nyeri



menurun dengan skala



- Gelisah menurun



karakteristik



farmakologis



untuk



mengurangi rasa nyeri



nyeri



yang dirasakan pasien



2. Berikan teknik non 2. Teknik



non



farmakologis membantu mengurangi nyeri pasien



0-5 - Meringis menurun



Ttd



Rasional



3. Jelaskan



strategi 3. Membantu mengurangi



meredakan nyeri



nyeri pasien



4. Ajarkan teknik non 4. Pasien farmakologis



untuk



mengurangi rasa nyeri



mampu



menggunakan non untuk



teknik



farmakologis mengurangi



nyeri 5. Kolaborasi pemberian 5. Membantu analgetik, jika perlu meringankan



nyeri



pasien Selasa, 02



2



Setelah diberikan asuhan



1. Monitor



tanda



dan 1. Mengetahui



adanya



November 2021



keperawatan selama 3 x



gejala



24



dan sistemik



jam



diharapkan



pasien tidak mengalami



infeksi



lokal



2. Cuci tangan sebelum 2. Mencegah dan sesudah kontak



hasil :



dengan



- Demam menurun



lingkungan pasien



- Nyeri menurun



infeksi



yang



muncul



infeksi, dengan kriteria



- Kemerahan menurun



gejala



pasien



terjadinya



infeksi pada pasien



dan



teknik 3. Membantu mencegah terjadinya penularan aseptik pada pasien virus berisiko tinggi



3. Pertahankan



4. Jelaskan



tanda



gejala infeksi



dan 4. Pasien tanda



mengetahui dan



gejala



infeksi yang muncul 5. Ajarkan



memeriksa 5. Pasien dan keluarga



kondisi luka operasi



6. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu



mengetahui



cara



memeriksa



adanya



gejala infeksi 6. Imunisasi



membantu



mencegah



terjadinya



infeksi E. IMPLEMENTASI Hari/Tgl /Jam Rabu, 03 November 2021



No Dx 1



Tindakan Keperawatan Mengidentifikasi



Evaluasi Proses



lokasi, DS : Pasien mengeluh nyeri pada



karakteristik, durasi, frekuensi, luka post op, dengan karakteristik kualitas dan intensitas nyeri



nyeri :



08.30



P : Saat bergerak atau berpindah



WITA



Q : Seperti ditusuk-tusuk R : Anus S : 7 (skala 0-10) T : Hilang timbul DO : Pasien tampak meringis dan gelisah



TTD



09.00



1, 2



WITA



Delegatif pemberian obat DS : Pasien mengatakan tidak ada



- Ceftriakson Dosis : 2 x 1 gr



reaksi alergi yang muncul



Rute : IV



DO : Obat pasien sudah diberikan dan tidak ada tanda alergi yang



- Asam traneksamat



muncul



Dosis : 3 x 500 mg Rute : IV - Paracetamol Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV - Omeprazole Dosis : 2 x 40 mg Rute : IV 10.00



2 Memonitor tanda dan gejala DS : Pasien mengatakan terasa infeksi panas dan perih pada anus



WITA



DO : - Luka terlihat kemerahan dan tidak ada pus - TTV Nadi : 70 x/menit Suhu : 37,50 C TD : 110/90 mmHg 14.00



1



RR : 20 x/menit Mengajarkan



WITA



teknik



farmakologis mengurangi rasa nyeri 16.00 WITA



non untuk DS : Pasien mengatakan paham tentang teknik yang diajarkan DO : Pasien dan keluarga tampak



1, 2



kooperatif saat diajarkan Delegatif pemberian obat - Ceftriakson



DS : Pasien mengatakan tidak ada



Dosis : 2 x 1 gr



reaksi alergi yang muncul



Rute : IV



DO : Obat pasien sudah diberikan dan tidak ada tanda alergi yang



- Asam traneksamat



muncul



Dosis : 3 x 500 mg Rute : IV - Paracetamol Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV - Omeprazole 14.00



1



WITA



Dosis : 2 x 40 mg Rute : IV Memberikan



teknik



farmakologis 20.00



1, 2



non untuk



mengurangi nyeri (relaksasi



DS : Pasien mengatakan nyeri berkurang DO : Pasien tampak rileks



napas dalam)



WITA



DS : Pasien mengatakan tidak ada Delegatif pemberian obat - Asam traneksamat



reaksi alergi yang muncul DO : Obat pasien sudah diberikan



Dosis : 3 x 500 mg



dan tidak ada tanda alergi yang



Rute : IV



muncul



- Paracetamol Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV Kamis, 04 November



1, 2



Delegatif pemberian obat



DS : Pasien mengatakan tidak ada



- Ceftriakson



reaksi alergi yang muncul



2021



Dosis : 2 x 1 gr



DO : Obat pasien sudah diberikan



08.00



Rute : IV



dan tidak ada tanda alergi yang



WITA



- Asam traneksamat Dosis : 3 x 500 mg Rute : IV - Paracetamol Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV - Omeprazole



muncul



Dosis : 2 x 40 mg Rute : IV 12.00



2



WITA



DS : Pasien mengatakan masih Memonitor tanda dan gejala terasa perih pada anus DO :



infeksi



- Luka terlihat kemerahan dan tidak ada pus - TTV Nadi : 70 x/menit Suhu : 37,50 C TD : 110/90 mmHg RR : 20 x/menit 16.00



1, 2



WITA



DS : Pasien mengatakan tidak ada



Delegatif pemberian obat



reaksi alergi yang muncul



- Ceftriakson



DO : Obat pasien sudah diberikan



Dosis : 2 x 1 gr



dan tidak ada tanda alergi yang



Rute : IV



muncul



- Asam traneksamat Dosis : 3 x 500 mg Rute : IV - Paracetamol Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV - Omeprazole 19.00



1



Dosis : 2 x 40 mg Rute : IV DS : Pasien mengatakan nyeri



WITA Memberikan



teknik



farmakologis 22.00 WITA



1, 2



non berkurang untuk DO : Pasien tampak rileks



mengurangi nyeri (relaksasi napas dalam) Delegatif pemberian obat



DS : Pasien mengatakan tidak ada reaksi alergi yang muncul DO : Obat pasien sudah diberikan



- Asam traneksamat



dan tidak ada tanda alergi yang



Dosis : 3 x 500 mg



muncul



Rute : IV - Paracetamol Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV Jumat, 05



1, 2



Memeriksa tanda-tanda vital



November



DS : DO :



2021



TD : 110/80 mmHg



06.00



Suhu : 36,60 C



WITA



RR : 20 x/menit Nadi : 87 x/menit



08.00



1



Mengidentifikasi



lokasi,



karakteristik, durasi, frekuensi,



WITA



kualitas dan intensitas nyeri



DS : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang,



dengan



karakteristik



nyeri : P : Saat bergerak atau berpindah Q : Seperti ditusuk-tusuk R : Anus S : 4 (skala 0-10) T : Hilang timbul DO : Pasien tidak tampak meringis



10.00 WITA



1, 2



dan gelisah Delegatif pemberian obat - Ceftriakson



DS : Pasien mengatakan tidak ada



Dosis : 2 x 1 gr



reaksi alergi yang muncul



Rute : IV



DO : Obat pasien sudah diberikan



- Asam traneksamat Dosis : 3 x 500 mg Rute : IV - Paracetamol Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV



dan tidak ada tanda alergi yang muncul



- Omeprazole Dosis : 2 x 40 mg 15.00



2



Rute : IV Memonitor tanda dan gejala DS : Pasien mengatakan sudah tidak ada rasa panas dan perih pada anus infeksi



WITA



DO :



- Luka terlihat kemerahan dan tidak ada pus - TTV Suhu : 36,60 C TD : 110/90 mmHg RR : 20 x/menit 16.00



Nadi : 70 x/menit



1, 2



WITA



Delegatif pemberian obat - Ceftriakson Dosis : 2 x 1 gr Rute : IV - Asam traneksamat Dosis : 3 x 500 mg



DS : Pasien mengatakan tidak ada reaksi alergi yang muncul DO : Obat pasien sudah diberikan dan tidak ada tanda alergi yang muncul



Rute : IV - Paracetamol Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV 18.00



1



WITA



- Omeprazole Dosis : 2 x 40 mg Rute : IV Memberikan



teknik



farmakologis 20.00 WITA



1, 2



non DS : Pasien mengatakan nyeri untuk berkurang



mengurangi nyeri (relaksasi DO : Pasien tampak rileks napas dalam) Delegatif pemberian obat



DS : Pasien mengatakan tidak ada



- Asam traneksamat



reaksi alergi yang muncul



Dosis : 3 x 500 mg



DO : Obat pasien sudah diberikan



Rute : IV



dan tidak ada tanda alergi yang



- Paracetamol



muncul



Dosis : 3 x 1 gr Rute : IV F. EVALUASI No 1



Hari/Tgl /Jam Jumat, 05



No. Dx



Evaluasi



1



S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, dengan



November 2021



karakteristik nyeri :



20.00 WITA



P : Saat bergerak atau berpindah Q : Seperti ditusuk-tusuk R : Anus S : 4 (skala 0-10) T : Hilang timbul O : Pasien tidak tampak meringis dan gelisah A : Masalah teratasi P : Pertahankan kondisi pasien



2



Jumat, 05 November 2021 20.00 WITA



2



S : Pasien mengatakan sudah tidak ada rasa panas dan perih pada anus O : Luka terlihat kemerahan dan tidak ada pus TTV Suhu : 36,60 C TD : 110/90 mmHg RR : 20 x/menit Nadi : 70 x/menit A : Masalah teratasi P : Pertahankan kondisi pasien lanjutkan intervensi pertahankan teknik aseptik pada pasien



TTD