LP ANSIETAS Nesha Siti Nurwulan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI



UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG Jln. Mayor Abdul Rahman No. 211 Kota Kaler Sumedang Utara Sumedang Telp. (0261)20124 Jalan Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp/Fax ( 0261) 203084/205172



INSTITUSI PENDIDIKAN : D-III Keperawatan NAMA MAHASISWA : Nesha Siti Nurwulan LAPORAN PENDAHULUAN



1. KASUS ( Masalah Utama)



Ansietas



2. PROSES TERJADINYA MASALAH



a. Pengertian Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi (Videbeck, 2008). Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005). Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999). Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Ansietas adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990). Ansietas dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998). Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu



melakukan



koping



terhadap



ansietas.



Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.



1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut : a. Respons fisik - Ketegangan otot ringan - Sadar akan lingkungan - Rileks atau sedikit gelisah - Penuh perhatian - Rajin b. Respon kognitif - Lapang persepsi luas - Terlihat tenang, percaya diri - Perasaan gagal sedikit - Waspada dan memperhatikan banyak hal - Mempertimbangkan informasi - Tingkat pembelajaran optimal c. Respons emosional - Perilaku otomatis - Sedikit tidak sadar - Aktivitas menyendiri - Terstimulasi - Tenang 2.



Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benarbenar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut: a. Respon fisik : - Ketegangan otot sedang - Tanda-tanda vital meningkat - Pupil dilatasi, mulai berkeringat - Sering mondar-mandir, memukul tangan - Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi - Kewaspadaan dan ketegangan menigkat



- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung b. Respons kognitif - Lapang persepsi menurun - Tidak perhatian secara selektif - Fokus terhadap stimulus meningkat - Rentang perhatian menurun - Penyelesaian masalah menurun - Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan c. Respons emosional - Tidak nyaman - Mudah tersinggung - Kepercayaan diri goyah - Tidak sabar 3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut : a. Respons fisik - Ketegangan otot berat - Hiperventilasi - Kontak mata buruk - Pengeluaran keringat meningkat - Bicara cepat, nada suara tinggi - Tindakan tanpa tujuan dan serampangan - Rahang menegang, mengertakan gigi - Mondar-mandir, berteriak - Meremas tangan, gemetar b. Respons kognitif - Lapang persepsi terbatas - Proses berpikir terpecah-pecah - Sulit berpikir - Penyelesaian masalah buruk - Tidak mampu mempertimbangkan informasi - Hanya memerhatikan ancaman - Preokupasi dengan pikiran sendiri



- Egosentris c. Respons emosional - Sangat cemas - Agitasi - Takut - Bingung - Merasa tidak adekuat - Menarik diri - Penyangkalan - Ingin bebas 4.



Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut



Videbeck



(2008),



respons



dari



panik



a. Respons fisik - Flight, fight, atau freeze - Ketegangan otot sangat berat - Agitasi motorik kasar - Pupil dilatasi - Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun - Tidak dapat tidur - Hormon stress dan neurotransmiter berkurang - Wajah menyeringai, mulut ternganga b. Respons kognitif - Persepsi sangat sempit - Pikiran tidak logis, terganggu - Kepribadian kacau - Tidak dapat menyelesaikan masalah - Fokus pada pikiran sendiri - Tidak rasional - Sulit memahami stimulus eksternal - Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi. c. Respon emosional - Merasa terbebani - Merasa tidak mampu, tidak berdaya



adalah



sebagai



berikut



:



- Lepas kendali - Mengamuk, putus asa - Marah, sangat takut - Mengharapkan hasil yang buruk - Kaget, takut - Lelah



b. Rentang respon



Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).



c. Faktor predisposisi



Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. 2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. 3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. 4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. 5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.



6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. 7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. 8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan



d. Faktor presifitasi



Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : 2. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi : a.



Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).



b.



Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.



3. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. a.



Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.



b.



Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.



e. Tanda dan gejala



Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut : 1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. 2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa



1



3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. 5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. 6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. 7. Sulit berkonsentarsi 8. Merasa



khawatir



dengan



akibat



dari



kondisi



3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI DS : - Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya DO : - Wajah klien tampak takut - Klien tampak gelisah - Frekuensi Napas meningkat



4. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Ansietas



yang



dihadapi



5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN



TGL



No.DX



PERENCANAAN DIAGNOSA KEPERAWATAN



17 Oktober 2021. Pukul 11.00



1



Ansietas



TUJUAN Tujuan Umum: Pasien mampu mengurangi dan mengontrol kecemasannya.



KRITERIA EVALUASI Setelah dilakukan 2x interaksi Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi Ansietas.



Tujuan Khusus : 1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya



Tujuan Khusus : 2) Pasien dapat mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan tentang kecemasannya



Setelah dilakukan 2x Interaksi Bantu Pasien untuk mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan yang



Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa



1



INTERVENSI 1) Bangun hubungan intrapersonal dan saling percaya dengan orsng lain. 2) Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan secepat tepat 3) Tingkatkan komunikasi yang jelas dan terbuka. 4) Pertahankan lingkungan yang aman



1) Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 2) Control stimulus untuk kebutuhan



RASIONAL 1) Hubungan saling percaya sebagai dasar ineraksi perawat dan pasien 2) Dapat mengetahui masalah yang dialami oleh pasien 3) Meningkatkan hubungan saling percaya 4) Dapat meningkatkan dan menjaga kenyamanan pasien 1) Untuk mengadopsi respon koping yang baru, pasien pertama kali harus menyadri



mendasari kecemasannya.



pasien pasien secara tepat 3) Prtimbangkan kemampuan pasien dalam mengambil keputusan 2)



3)



Tujuan Khusus : 3) Pasien dapat memperluas kesadaran terhadap perkembangan ansietasnya



Setelah dilakukan 2x interaksi pasien mau berusaha menumbuhkan kesadaran dirinya



1) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien 2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin akan dialami pasien selama prosedur dilakukan 3) Berada di sisi pasien untuk meningkatkan rasa



1)



2)



3)



perasaan dan mengatasi penyangkalan dan resisten yang disadari atau tidak disadari. Diharapkan pasien dapat memnuhi kebutuhan secara tepat Diharapkan pasien dapat berpikir dan bertidak sesuai hatinya Diharapkan pasien tahu dan sadar bahwa ia sedang sakit Diharapkan pasien dapat mengetahui bagaimana cara memecahkannya Diharapkan pasien dapat menghadapi kenyataan yang terjadi



Tujuan Khusus : 4) Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif



Setelah dilakukan 1x interaksi Pasien menyadari dan mau mencoba melakukan kegiatan yang membantu ansietasnya



1)



2)



3)



4)



5)



aman dan mengurangi ketepatan Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang tepat Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif Dukung kemampuan mengatsi situasi secara berangsurangsur Dukung keluarga untuk memverbalisasikan perasaan mengenai sakitnya anggota keluarga Berikan ketermpilan social yang tepat



1) Respon koping adaptif dapat dipelajari melalui analisa mekanisme koping yang digunakan dimasa lalu, penilaian ulang stressor, menggunakan sumber koping yang tersedia dan menerima tanggung jawab untuk berubah. 2) Individu dapat mengatasi stress dengan mengatur distress emosional yang menyertainya melalui teknik penatalaksanaan stress



Tujuan Khusus : 5) Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi



Setelah dilakukan 2x interaksi Pasien mau berusaha mencari kegiatan yang bersipat relaksasi yang mampu pasien lakukan



1) Tentukan apakah ada intervensi relaksasi dimasa lalu yang sudah memberikan manfaat 2) Tunjukan dan praktekan teknik relaksasi pada pasien 3) Dorong pasien untuk mengulang praktik teknik relaksasi, jika memungkinkan



1) Agar pasien dapat merasa sedikit tenang 2) Agar pasien dapat mengetahui teknik rileksasi yang akan diperaktekan 3) Agar pasien dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan kepala dingin



6. Referensi https://id.scribd.com/document/280663298/akep-ansietas-jiwa Nurjanah I, Tumanggor Devi R,. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). By Gloria Bulechec, Howard Butcher, Jonne Dochterman and Cheryl Wangner. Edisi-6. ISBN Indonesia: 979988808. Tim Pokja SDIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Jakarta. Edisi-1. ISBN: 9786021844564. Nurjannah Intansari. 2013. Nursing Outcomes Classifications 9NOC). By Moorhed Sue, Johnson Marion, Meridean L. Mas, Swanson Elizabeth. Edisi-5. ISBN: 9799888816.