LP Balita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN BALITA FISIOLOGIS DI WILAYAH PUSKESMAS KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Asuhan Kebidanan Holistik Neonatus, Bayi, dan Balita



Oleh : Gusti Husnul Anami P1337424820028



PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG 2020/ 2021



HALAMAN PENGESAHAN Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Balita Fisiologis di Puskesmas Kutowinangun Kabupaten Kebumen”. Telah disahkan dan disetujui untuk memenuhi laporan Praktik Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita Prodi Profesi Kebidanan Semarang



Semarang,………………. 2020 Pembimbing Klinik,



Mahasiswa,



Sri Atun Mahmudah, Amd.Keb NIP. 197508132006042020



Gusti Husnul Anami NIM. P1337424820028



Mengetahui, Pembimbing Institusi



Suparmi, S.Pd, S.ST, S.Tr.Keb, M.Kes NIP. 1964032319862004



1



LAPORAN PENDAHULUAN BALITA A. Tinjauan Teori Medis 1. Pengertian Balita Balita atau biasa disebut dengan bawah lima tahun adalah anak usia di bawah lima tahun (Muaris, 2010). Balita dibagi menjadi dua yaitu batita dan balita, batita adalah anak dengan umur satu sampai tiga tahun dan balita adalah anak dengan umur tiga sampai lima tahun (Price and Gwin, 2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No 24 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak Pasal 1 di mana balita adalah anak dengan usia 12 bulan sampai 59 bulan atau usia 1 sampai 5 tahun. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia (Supartini, 2011). 2. Karakteristik Balita Menurut (Septiari, 2012), menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu: a.



Anak usia 1-3 tahun Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.



b.



Anak usia prasekolah (3-5 tahun) Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang disediakan orang tuanya.



1



3. Pertumbuhan dan Perkembangan a.



Pengertian Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi di dalam tubuh yang meliputi ukuran, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Pertumbuhan dapat dilihat secara fisik, seperti ukuran lingkar kepala, berat badan, panjang badan, lingkar lengan dan lain- lain (Maryunani, 2010). Pertumbuhan



(growth)



adalah



perubahan



yang



bersifat



kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental. Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder (Soetjiningsih, 2013). Pengertian perkembangan secara termitologis adalah proses kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup manusia. Menurut para ahli perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman, terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut (Syamsussabri, 2013). b.



Ciri-ciri perkembangan Menurut (Mutiah, 2010), ciri-ciri perkembangan pada anak meliputi : 1) Perkembangan menimbulkan perubahan



2



Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. 2) Perkembangan dan pertumbuhan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya Setiap



anak



tidak



akan



bisa



melewati



satu



tahap



perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. 3) Perkembangan dan pertumbuhan mempunyai kecepatan yang berbeda Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak. 4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat akan bertambah umur, bertambah



berat



dan



tinggi



badannya



serta



bertambah



kepandaiannya. 5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurat dua hukum yang tetap, yaitu : a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/ anggota tubuh (pola sefalokaudal) b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-



3



jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal). 6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. c.



Prinsip-prinsip Perkembangan 1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.



Melalui



belajar,



anak



memperoleh



kemampuan



menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak. 2) Pola perkembangan dapat diramalkan Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan. d. Tahap perkembangan anak Tahap perkembangan anak menurut (Fifi, 2010) adalah : 1) Perkembangan anak dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu : fisik, psikis dan intelegensia. Bila kebutuhan anak untuk tumbuhkembang secara optimal terpenuhi, maka pada usia antara 1-3 tahun, ia akan menunjukkan perkembangan-perkembangan yang sangat menakjubkan. 2) Selepas usia 1 tahun, anak tampak lebih antusias untuk belajar berjalan. Saat ini konsentrasinya hanya berpusat pada tujuan yang hendak dicapainya. Begitu keahlian berjalan dikuasainya, maka perkembangan



selanjutnya



menjadi



sangat



bervariasi.



Perkembangan anak dapat diamati yaitu dari segi perkembangan



4



fungsi mental dan personality, perkembangan psikososial dan perkembangan kognitif (kecerdasan), perkembangan psikososial dan emosi. perkembangan kognitif merupakan perkembangan apsek berpikir dari berpikir sangat primitif, rendah, sederhana dan sampai mampu berpikir secara komplek dan sesuai dengan kenyataan pada waktu dewasa. Pada anak, perkembangan kognitif dapat dibagi pula atas : fase sensori motorik (usia lahir sampai 2 tahun), pre operasional (2-7) tahun, fase operasional konkrit (7-11 tahun) dan fase operasional formal (11 tahun ke atas). Pada aspek psikososial ada 3 fase yaitu : fase percaya dan tidak percaya dimana semua kebutuhan mutlak tergantung pada orang lain (0-1 tahun) fase otonomi dan fase rasa malu atau ragu-ragu (1-3 tahun) dan fase inisiatif dan fase rasa bersalah (3-6 tahun). 3) Aspek emosional perlu stimulasi untuk mengembangkan emosi agar bervariasi dalam berbagai intensitas pada awal kehidupan, bayi sudah mempunyai dua jenis emosi yang berhubungan erat dengan rangsangan fisik. Bayi akan merasa senang bila bayi merasa kenyang dan nyaman, maka bayi akan menampilkan keadaan dalam bentuk tertawa, bercelotek atau tidur nyenyak. Sebaliknya bayi merasa tidak senang bila dalam keadaan lapar, sakit atau kepanasan yang ditampilkan dalam bentuk menangis, gelisah dan rewel. e.



Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak Adapun faktor langsung yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu faktor konsumsi (gizi), infeksi dan pola asuh anak. 1) Faktor Gizi (Nutrisi) Gizi amat berperan terhadap perkembangan otak anak sejak anak dari minggu ke -4 pembuahan sampai anak berusia dini. Kebutuhan gizi terdiri dari kebutuhan zat gizi makro (energi,protein,lemak)



dan



kebutuhan



zat



gizi



mikro



(vitamin,meneral). Pengaruh gizi makro menurut Jalal,F (2009) : a) Gizi berpengaruh terhadap struktur anatomi otak yang mempengaruhi sel syaraf. Dalam hal ini gizi bekerja melalui proses pembelahan sel-sel syaraf yang akan menentukan jumlah dari selsel syaraf yang dibentuk dan melalui



5



pertumbuhan sel-sel syaraf yang akan menentukan ukuran sel syaraf menuju terbentuknya sel syaraf dengan komponennya yang lengkap (dendrit,akson,dll) b) Gizi Berpengaruh terhadap kimia otak,yaitu pada proses pembentukan jumlah atau konsentrasi neurotransmitter, pembentukan jumlah reseptor dan jumlah pengangkutan neurotransmitter. Zat gizi makro yang amat diperlukan untuk membantu proses kimia otak adalah protein dan lemak. Lebih dari 60% berat otak adalah lemak, oleh karena itu lemak penting untuk perkembangan otak. Lemak berperan dalam pembentukan myelin, untuk pembentukan sinaps dan membantu proses pembentukan neurotransmitter. Zat gizi yang berperan vital dalam proses tumbuh kembang sel-sel neuron otak untuk bekal kecerdasan bayi yang dilahirkan adalah asam lemak. Selain zat gizi (asam lemak ) ada faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan anak yaitu infeksi dan pola asuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rindu Dwi, Faisal Anwar dan Dadang Sukandar (2014) yang berjudul “Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif dan Perkembangan Motorik pada Anak Prasekolah” menyatakan bahwa asupan gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak prasekolah. Hal ini dikarenakan anak



yang



mengalami



stunting



akan



berdampak



pada



kemampuan motorik yang rendah sebagai akibat dari proses terhambatnya kematangan otot sehingga kemempuan mekanik otot berkurang.perubahan dalam kemampuan motorik balita merefleksikan kemampuat otot dan otak (Dwi, Anwar and Sukandar, 2015). Selain faktor langsung dan tidak langsung, terdapat penelitian mengenai hal yang berhubungan dengan status gizi balita yaitu penelitian yang dilakukan oleh Silvera Oktavia tahun 2017 dapat diketahui bahwa pengetahuan gizi ibu, pendididkan ibu, dan status ekonomi keluarga yang memiliki hubungan dengan tingkat kecukupan energi dan protein, sedangkan tingkat kecukupan



6



energi dan protein serta riwayat infeksi memiliki hubungan dengan status gizi buruk balita, tidak didapatkan hubungan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dengan status gizi bauk balita (Oktavia, Widajanti and Aruben, 2017). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Anggita Chandra Oktaviani, Rina Pratiwi dan Farid Agung Rahmadi pada tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat peran jumlah asupan protein hewani sebagai faktor resiko perawakan pendek yang signifikan, namun jenis asupan protein hewani tidak berperan sebagai faktor resiko perawakan pendek (Oktaviani, Pratiwi and Rahmadi, 2018). 2) Infeksi Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman penyakit seperti bakteri, virus, ricketsia, jamur, cacing dan sebagainya. Infeksi yang terjadi pada seseorang akan menyebabkan tubuh kehilangan zat gizi sebagai akibat respon metabolik, kehilangan zat gizi melalui saluran pencernaan (malabsorpsi), gangguan utilisasi ditingkat sel dan penurunan nafsu makan. Sebaliknya, pada keadaan sakit kebutuhan zat gizi akan meningkat. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat



bawaan



adalah



TORCH



(Tozoplasmosis,



Rubella,



Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, Coxsasckie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influensa, dan virus hepatitis. Penyakit infeksi ini merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Penyakit yang sering diderita oleh anak yang dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah diare. ISPA, morbili. Selain infeksi faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah pola asuh. Menurut



penelitian



yang



dilakukan



oleh



Ratufelan,



Zainuddin, dan Junaid pada tahun 2018 dapat diketahui bahwa hasil uji chi-square riwayat infeksi diperoleh nilai p-value =



7



0,003 sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian gizi kurang pada balita (Ratufelan, Zainuddin and Junaid, 2018). 3) Pola asuh Pola asuh berarti tindakan pengasuhan anak yang dilakukan berulang -ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan, maka relevan dikaitkan dengan pengukuran status gizi dalam jangka lama.Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku Ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan,merawat,



kebersihan,



memberi



kasih



sayang



dan



sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan Ibu dalam hal kesehatan (fisik danmental), status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat, dan sebagainya dari si Ibu atau pengasuh anak. Para peneliti di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak yang tidak banyak distimulasi



maka



otaknya



akan



lebih



kecil



30 persen



dibandingkan anak lain yang mendapatkan rangsangan secara optimal. Untuk itu diperlukan penilaian terhadap perkembangan anak agar gangguan terhadap perkembangan anak dapat diketahui lebih cepat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryanto (2014) dengan



judul



“Dukungan



Keluarga



dan



Sosial



dalam



Pertumbuhan dan Perkembangan Personal, Sosial, Bahasa dan Motorik pada Balita di Kbupaten Bnayumas” menyatakan bahwa dukungan keluarga dalam melakukan stimulus tumbuh kembang pada bayi dan balita dapayt meningkatkan proses tumbuh kembang. Peningkatan peran keluarga dan kader kesehatan juga berdampak positif terhadap peningkatan proses tumbuh dan kembang balita (personal, sosial, bahasa dan motoric)(Suryanto, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ariani, 2012) mengatakan bahwa, kedua orangtua bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan salah satu faktor



8



risiko keterlambatan perkembangan anak. Keberadaan pengasuh atau pengganti ibu berperan dalam mencegah keterlambatan perkembangan. Sedangkan menurut hasil penelitian (Kusumanti and Zulaicha, 2015), didapatkan karakteristik responden status pekerjaan yaitu ibu dengan status bekerja sebanyak 80 orang (54,8%) dan yang tidak bekerja 66 orang (45,2%) menunjukan terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan motorik kasar pada balita di Desa Kaligono. Ditunjukkan dengan nilai sig. p sebesar 0,000 atau p