LP CAD - Amina Az Zahra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN CAD (Coronary Artery Disease)



Disusun Oleh: Amina Az Zahra NIM: 19004



PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA 2021/2022



A. Konsep Penyakit CAD A) Definisi Coronary Artery Disease (CAD) atau lebih dikenal Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan karena adanya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah jantung. Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek, baik fisik, psikologis, maupun sosial yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional jantung dan kenyamanan (Mutarobin dkk, 2019). Menurut Glassman & Shapiro (2014) penyakit arteri koroner atau Coronary Artery Disease (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri coroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung dan kerusakan pada otot jantung. CAD juga merupakan kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung (Setyaji dkk, 2018). B) Etiologi Penyebab CAD secara umum dibagi atas dua, yakni menurunnya asupan oksigen yang dipengaruhi oleh aterosklerosis, tromboemboli, vasopasme, dan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Dengan kata lain, ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dengan masukannya yang dikenal menjadi 2, yaitu hipoksemia (iskemia) yang ditimbulkan oleh kelainan vaskuler (arteri koronaria) dan hipoksia (anoksia) yang disebabkan kekurangan oksigen dalam darah. Perbedaannya ialah pada iskemia terdapat kelainan vaskuler sehingga perfusi ke jaringan berkurang dan eliminasi metabolit yang 7 ditimbulkannya (misal asam laktat) menurun juga sehingga gejalanya akan lebih cepat muncul (Katz, 2015). Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk dibawah lapisan



terdalam endothelium dari dinding pembuluh darah arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga menggangu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrisi ke jantung karena aliran darah ke jantung



berkurang.



Pembentukan



plak



lemak



dalam



arteri



mempengaruhi



pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan pengerasan arteri tersebut dinamakan arterosklerosis. (Firdiansyah, 2014). Penyakit jantung koroner adalah salah satu akibat utama aterosklerosis (pengerasan pembuluh nadi) pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit (Naga, 2013). Mekanisme timbulnya penyakit jantung koroner didasarkan pada lemak atau plak yang terbentuk di dalam lumen arteri koronaria (arteri yang mensuplai darah dan oksigen pada jantung). Plak dapat menyebabkan hambatan aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner dan menghambat darah kaya oksigen mencapai bagian otot jantung. Kurangnya oksigen akan merusak otot jantung (Kasron, 2012). C) Patofisiologi dengan Pathway CAD atau penyakit jantung koroner berawal dari penimbunan lemak pada pembuluh darah arteri yang mensuplai darah ke jantung. Akibat dari proses ini pembuluh darah arteri menyempit dan mengeras, sehingga jantung kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Akibatnya fungsi jantung terganggu dan harus bekerja sangat keras. Penyakit ini sering juga disebut dengan istilah atherosklerosis (Suiraoka, 2012). Aterosklerosis merupakan komponen penting yang berperan dalam proses pengapuran atau penimbunan elemen-elemen kolesterol. Salah satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam batas normal juga sangat penting bagi tubuh. Masalahnya akan berbeda ketika asupan kolesterol berlebihan. Asupan lemak yang adekuat yang berhubungan dengan keadaan patologi yaitu Penyakit Jantung Koroner erat hubungannya dengan peningkatan kadar profil lipid (Suiraoka, 2012). Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia miokardium lokal.



Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan menekankan fungsi miokardium. Apabila iskemia ini berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya irreversible serta nekrosis atau kematian otot jantung. Bagian yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Otot yang mengalami infark mula-mula akan tampak memar dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel, respons peradangan disertai infiltrasi 9 leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan oleh sel-sel yang mengalami kematian (Fathoni, 2011). Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan dibagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan klot darah. Pada akhirnya dampak akut sekaligus fatal dari penyakit jantung koroner berupa serangan jantung (Fajar, 2015).



Pathway CAD



D) Manifestasi Klinis Pasien yang sudah mengalami CAD bisa saja tidak timbul gejala apapun. Semakin besar sumbatan yang ada di dalam pembuluh darah, maka aliran darah yang dapat melewatinya semakin sedikit, dan kemungkinan untuk timbulnya gejala semakin besar. Pasien biasanya baru mengetahui adanya CAD setelah timbul gejala. Gejalagejala yang dapat timbul akibat CAD antara lain (Mediskus, 2017): a) Nyeri dada



Gejala yang paling sering terjadi akibat CAD adalah adanya nyeri dada atau biasa disebut dengan angina pectoris. Nyeri dada ini dirasakan sebagai rasa tidak nyaman atau tertekan di daerah dada, sesuai dengan lokasi otot jantung yang tidak mendapat pasokan oksigen. Nyeri dapat menjalar ke daerah bahu, lengan, leher, rahang, atau punggung. Keluhan akan dirasakan semakin memberat dengan adanya aktivitas. b) Sesak



Jika jantung tidak mampu memompakan darah keseluruh tubuh akibat adanya gangguan pada kontraktilitas jantung, hal ini dapat mengakibatkan penumpukan darah dijantung sehingga terjadi aliran balik ke paru-paru hal ini menyebabkan timbulnya penumpukan cairan di dalam paru-paru maka seseorang akan mengalami sesak nafas c) Aritmia



Adalah gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan elektrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung. d) Mual muntah



Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area infark merangsang refleks vasofagal. e) Keringat dingin



Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan ketekolamin yang meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi berkeringat, dingin dan lembab. f)



Lemah dan tidak bertenaga Dapat terjadi disebabkan karena jantung tidak mampu memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga suplai oksigen kejaringan berkurang sehingga seseorang merasakan kelemahan.



E) Komplikasi PJK dapat menyebabkan angina pectoris, dimana ketika tidak ditangani dengan tepat dan cepat dapat memicu terjadinya sindrom koroner akut gagal jantung, bahkan hingga kematian mendadak (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016). Komplikasi yang terjadi tergantung pada seberapa banyak otot jantung rusak yang merupakan akibat langsung dari arteri koroner tersumbat dan berapa lama arteri ini tersumbat. Jika penyumbatan memengaruhi sejumlah besar otot jantung, jantung tidak akan memompa secara efektif dan dapat membesar, yang mungkin menyebabkan gagal jantung. Jika penyumbatan menutup aliran darah ke sistem kelistrikan jantung, irama jantung mungkin terpengaruh, kemungkinan mengarah ke aritmia dan kematian mendadak (henti jantung) (Sweis & Jivan, 2019). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penyumbatan pada arteri koroner dapat menyebabkan beberapa komplikasi sebagai berikut (AHA, 2016): a) Nyeri dada (Angina Pektoris). Hal ini terjadi ketika penyempitan arteri koroner



menjadi lebih parah dan memengaruhi pasokan oksigen ke otot-otot jantung, terutama selama dan setelah olahraga berat. b) Serangan jantung (Infark Miokard). Hal ini terjadi ketika aliran darah benar-benar



terhalang sepenuhnya. Kekurangan darah dan oksigen akan menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung. c) Gagal jantung (Congestive Heart Failure/CHF). Jika beberapa area otot jantung



kekurangan pasokan darah atau rusak setelah terjadinya serangan jantung, maka jantung tidak akan bisa memompa darah melalui pembuluh darah ke bagian tubuh lainnya. Hal ini akan memengaruhi fungsi organ lainnya pada tubuh.



d) Aritmia (irama jantung yang tidak normal). Aritmia merupakan gangguan dalam



irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan elektrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung. F) Penatalaksanaan Pengobatan yang dapat diberikan (AHA, 2016): a) Aspirin: Obat ini bisa mengurangi viskositas darah dan memperlambat atau



mencegah penyumbatan arteri koroner. b) Penyekat beta: Untuk memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan



darah, untuk mengurangi beban kerja jantung. c) Vasodilator: Untuk melebarkan pembuluh darah dan membantu meringankan



beban kerja jantung. Tersedia dalam berbagai bentuk, seperti tablet sublingual, spray, dan patch. d) Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI - AngiotensinConverting Enzyme



Inhibitors): Obat-obatan ini berfungsi untuk menurunkan tekanan darah. Digunakan untuk memperlambat perkembangan komplikasi penyakit jantung koroner. e) Penyekat saluran kalsium: Obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah yang



bisa meningkatkan aliran darah di arteri koroner. f)



Bila diperlukan, dokter mungkin akan meresepkan statin (obat penurun kolesterol) untuk pasien dengan kadar kolesterol darah yang tinggi.



g) Terapi reperfusi



Terapi reperfusi terdiri dari terapi fibrinolitik dan intervensi koroner perkutan (PCI), merupakan hal penting dalam tatalaksana CAD. Sampai saat ini belum ada terapi tertentu yang efektif untuk semua pasien dan kondisinya. Pada pasien SKA di UGD atau ICCU dengan onset klinis nyeri dada < 12 jam harus secepatnya dilakukan pemilihan dan penentuan terapi reperfusi fibrinolitik atau intervensi koroner perkutan (PCI). Waktu dan pemberian terapi reperfusi yang tepat sangat penting. Idealnya waktu yang dibutuhkan dari pasien masuk 15 ruang gawat



darurat sampai mulainya terapi fibrinolitik (doorto-needle time) adalah 30 menit, sedangkan untuk PCI adalah 90 menit (Sungkar, 2017). Sobur (2020) menyatakan bahwa apabila perkiraan waktu untuk pasien di rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas PCI dan waktu untuk mendapat PCI lebih dari 120 menit, maka harus dilakukan fibrinolitik terlebih dahulu sebelum melakukan rujukan ke RS yang memiliki fasilitias PCI.



B. Konsep Asuhan Keperawatan CAD A) Pengkajian Keperawatan a) Anamnesa



1. Biodata Pasien Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, status pernikahan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi, status, alamat, nomor telepon, pendidikan, dan pekerjaan. 2. Keluhan utama Merupakan keluhan paling menonjol yaitu klien mengeluh nyeri dada di anterior, prekordial, substernal yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, punggung, dan epigastrium. Nyeri dada dirasakan seperti tertekan beban berat, diremas yang timbul mendadak. Durasi serangan dapat bervariasi dan merupakan alasan pokok klien masuk rumah sakit atau keluhan utama saat dilakukan pengkajian oleh perawat.



3. Riwayat penyakit sekarang Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang dialami sekarang seperti apakah ada nyeri, nyeri skala berapa, intensitas nyerinya, penyebab terjadinya nyeri. Apakah terdapat sesak nafas, mual muntah, keringat dingin dan lemah.



4. Riwayat kesehatan masa lalu Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat opname dengan trauma, operasi, transfusi darah, alergi dan kebiasaan spesifik klein lainnya. Selain itu, dikaji pula apakah sebelumnya pasien pernah menderita



nyeri dada, darah tinggi, DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul



5. Riwayat keluarga Kaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama untuk penyakit jantung pada keturunannya.



6. Status kardiovaskular Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP), bentuk gelombang pada tekanan darah invasive, curah jantung dan cardiac index, serta drainase rongga dada.



7. Status respirasi Meliputi ukuran dan tanggal pemasangan ETT, masalah yang timbul selama intubasi, gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen, mode, PEEP), kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen, serta analisa gas darah.



8. Status neurologi Meliputi tingkat kesadaran, orientasi,pemberian sedasi, ukuran refleks pupil terhadap cahaya, gerakan reflex (reflex muntah, patella, tendon), memori, nervus cranial, serta gerakan ekstremitas.



9. Status fungsi ginjal Meliputi haluaran urine, warna urine, osmolalitas urine, distensi kandung kemih, serta kebutuhan cairan.



10. Status gastrointestinal Meliputi bising usus, frekuensi bising usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat palpasi, mual, muntah, frekuensi BAB, konsistensi dan warna feses.



11. Status musculoskeletal



Meliputi kondisi kulit, gerakan ekstremitas, lokasi luka, kekuatan dan tonus otot.



12. Nyeri Meliputi lokasi, onset, paliatif, kualitas, medikasi, serta efek nyeri terhadap aktivitas.



13. Pemeriksaan Diagnostik 1) EKG



Normal pada saat istirahat tetapi bisa depresi pada segmen ST, gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis. 2) Echocardiogram



Untuk mengkaji fraksi ejeksi (normalnya > 55 % ), gerakan segmen dinding, volume sistolik dan diastolik ventrikel, regurgitasi katup mitral karena disfungsi otot papiler dan untuk mendeteksi adanya thrombus mural, vegetasi katup, atau cairan pericardial. 3) Laboratorium



 Perubahan enzim jantung, isoenzim, troponin T dan troponin I 



CK-MB isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 48-72 jam.







LDH meningkat dalam 14-24 jam, memuncak dalam 48-72 jam dan kembali normal dalam 7-14 hari







Troponin-T, merupakan pertanda baru untuk infark miokard akut, mulai meningkat 3-12 jam, puncak selama 12 jam – 2 hari, kembali normal 5 – 14 hari. 25







Troponin-I mulai meningkat 3 - 12 jam, puncak selama 24 jam, kembali normal 5 – 10 hari.



 Peningkatan lipid serum meliputi : Kolesterol >200 mg/dl. Trigliserida >200 mg/dl, LDL >160mg/dl, HDL



b) Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis (GCS : 14-15 = E4,V5, M6), apatis (GCS: 12-13), delirium (GCS : 10-11), samnolen (GCS : 7-9), sopor (GCS : 5-6), semi koma (GCS : 4) atau koma(GCS : 3 = E1,V1, M1). 2. Tanda tanda vital Pasien mengalami peningkatan pada tekanan darah, nadi, dan respirasinya. Tekanan darah serkisar antara 124/91 mmHg – 137/97 mmHg, RR sekitar 1620 x/menit,nadi seerkisar 100-112 x/menit.. Terjadi perubahan sesuai dengan aktivitas dan rasa nyeri yang timbul (Nurhidayat, 2011). 3. Kepala dan muka Inspeksi : bentuk kepala bulat/lonjong, wajah simetris/tidak, rambut bersih/tidak, muka edema/tidak, lesi pada muka ada/tidak,, ekspresi wajah meringis/menangis/tersenyum. Palpasi : rambut,rontok/tidak, benjolan pada kepala ada/tidak. 4. Mata Inspeksi :mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata juling ada/tidak, konjungtiva merah muda/anemis, sklera ikterik/putih , pupil kanan dan kiri isokor (normal), reflek pupil terhadap cahaya miosis(mengecil)/ midriasis (melebar). Palpasi :nyeri/tidak, peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola mata/tidak. 5. Telinga Inspeksi



:telinga



kanan



dan



kiri



simetris/tidak,



menggunakan



alat



pendengaran/tidak, warna telinga dengan daerah merata/tidak,lesi ada/tidak, perdarahan ad/tidak, serumenada/tidak. 6. Hidung Inspeksi : keberadaan septum tepat di tengah/ tidak, secret ada/tidak. Palpasi :fraktur ada/tidak dan nyeri ada/tidak.



7. Mulut Inspeksi : bibir ada kelainan kogenital (bibir sumbing)/tidak, warna bibir hitam/meah muda, mukosa bibir lembab/kering, sianosis/tidak, oeeme/tidak, lesi/tidak, stomatitis ada/tidak, gigi berlubang/tidak, warna gigi putih/kuning, lidah bersih/kotor. Palpasi :nyeri tekan/tidak pada bibir. 8. Leher Inspeksi : luka/tidak. Palpasi :ada pembesaran vena jugularis/tidak, ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak. 9. Payudara & ketiak Inspeksi :payudara kanan kiri simetris/tidak, ketiak bersih/tidak, ada luka/tidak. Palpasi :ada nyeri saat ditekan pada ketiak /tidak. 10. Thorak :



 Paru-paru Inspeksi :dada simetris/tidak, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi naik/turun, irama normal/abnormal, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otototot bantu pernafasan/tidak), warna kulit merata/tidak, lesi/tidak, edema, pembengkakan/ penonjolan, RR mengalami peningkatan. Palpasi : getaran vocal fremitus kanan dan kiri sama/atau tidak, ada fraktur pada costae/tidak. Perkusi :normalnya berbunyi sonor. Auskultasi :normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru dan ada suara tambahan/tidak.



 Jantung Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak. Palpasi : teraba atau tidaknya ICS. Perkusi : normalya terdengar pekak. Auskultasi :S3/S4 murmur.



11. Abdomen Inspeksi : luka/tidak, jaringan parut ada/tidak,umbilikus menonjol/masuk kedalam , amati warna kulit merata/tidak. Auskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20x/menit). Palpasi : nyeri tekan pada abdomen/tidak. Perkusi : suara timpani atau hipertimpani. 12. Intergumen Inspeksi : warna kulit hitam/sawo matang, lembap/tidak, amati turgor kulit baik/menurun. Palpasi : akral hangat /dingin, CRT (Capilary Refil Time) pada jari normalnya < 2 detik. 13. Ekstermitas Inspeksi : tonus otot kuat/tidak, jari-jari lengkap/tidak, fraktur/tidak. Palpasi : oedema/tidak. 14. Genetalia Inspeksi : terpasang kateter atau tidak. c) Pemeriksaan Penunjang 1. Echo cardiogram Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan ukuran jantung melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja jantung, melihat adanya thrombus pada bagian jantung, mengetahui kekuatan otot jantung serta memeriksa kerusakan pada katup jsntung. 2. Kateterisasi jantung (Angiografi Koroner) Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostic invasif dimana satu atau lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk mengecek aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan lokasi dan derajat stenosis atau obstruksi koronaria, sirkulasi kolateral dan keadaan arteri disebelah distal penyempitan. 3. Elektrokardiogram (EKG)



Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap dari berbagai sudut pada permukaan kulit. Selama episode angina, dapat memperlihatkan perubahan iskemik, seperti inverse gelombang T, depresi segmen ST, dan mungkin pula aritmia. Elevasi segmen ST menunjukkan infark miokard atau angina Prinzmetal. 4. CT Scan CT Scan berkecepatan ultra dapat digunakan untuk mengidentifikasi endapan kalsium dalam arteri koronaria. Nilai kalsium memiliki korelasi dengan derajat PJK. 5. Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi: profil lipid (kolesterol total, trigeliserida, dan lipoprotein). 6. Cardiac Stress Testing Normalnya, arteri koroner akan berdilatasi sampai 4 x dari diameter normalnya untuk meningkat aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen. Arteri yang tersumbat oleh plak akan menurunkan aliran darah ke miokardium dan menyebabkan iskemik. B) Diagnosa Keperawatan a) Nyeri Akut B.D agen pencedera fisiologis (iskemia). b) Penurunan Curah Jantung B.D perubahan kontraktilitas. c) Gangguan Pertukaran Gas B.D perubahan membran alveolus-kapiler. C) Rencana Keperawatan a) Nyeri Akut B.D agen pencedera fisiologis (iskemia). Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama … x … jam, diharapkan tingkat nyeri menurun dengan Kriteria Hasil: 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat 2. Keluhan nyeri menurun 3. Meringis menurun 4. Gelisah menurun



5. Kesulitan tidur menurun 6. Tekanan darah membaik Intervensi: Manajemen nyeri 1. Observasi 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. 2) Identifikasi skala nyeri. 3) Identifikasi respon nyeri non verbal. 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri. 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri. 6) Monitor efek sampig penggunaan analgetik. 2. Terapeutik 1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijatm aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain). 2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan). 3) Fasilitasi istirahat dan tidur. 3. Edukasi 1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri. 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri. 3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri. 4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat. 5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. 4. Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. b) Penurunan Curah Jantung B.D perubahan kontraktilitas. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama … x … jam, diharapkan curah jantung meningkat dengan



Kriteria Hasil: 1. Takikardi menurun 2. Gambaran EKG aritmia menurun 3. Lelah menurun 4. Dispnea menurun 5. Pucat/sianosis menurun 6. Tekanan darah membaik 7. Capillary refill time membaik Intervensi: perawatan jantung 1. Observasi 1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP). 2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat). 3) Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu). 4) Monitor intake dan output cairan. 5) Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama. 6) Monitor saturasi oksigen. 7) Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri). 8) Monitor EKG 12 sadapan. 9) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas. 10) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis. Beta blocker, ACE inhibitor, calcium channerl blocker, digoksin). 2. Terapeutik 1) Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman. 2) Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak).



3) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat. 4) Berikan dukungan emosional dan spiritual. 5) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%. 3. Edukasi 1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi. 2) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap. 3) Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian. 4) Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian. 4. Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian aritmia, jika perlu. d) Gangguan Pertukaran Gas B.D perubahan membran alveolus-kapiler. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama … x … jam, diharapkan pertukaran gas meningkat dengan Kriteria Hasil: 1. Dispnea menurun. 2. Bunyi napas tambahan menurun. 3. Pusing menurun. 4. Gelisah menurun. 5. Takikardi membaik. 6. Pola napas membaik. Intervensi: pemantauan respirasi 1. Observasi 1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas. 2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik). 3) Monitor kemampuan batuk efektif. 4) Monitor adanya produksi sputum. 5) Monitor adanya sumbatan jalan napas. 6) Auskultasi bunyi napas.



7) Monitor saturasi oksigen. 2. Terapeutik 1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien. 2) Dokumentasikan hasil pemantauan. 3. Edukasi 1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan. 2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.(1) c) Tindakan Keperawatan Dilaksanakan sesuai dengan intervensi.(2) d) Evaluasi Keperawatan a) Evaluasi Formatif (Hasil)(3) Evaluasi yang dilakukan secara periodik selama pemberian perawatan. Evaluasi ini berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan setelah perawat mengimplementasikan rencana untuk menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilakasanakan. b) Evaluasi Sumatif (Akhir) Evaluasi yang dilakukan untuk membandingkan antara hasil yang dicapai dengan tujuan asuhan keperawatan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi, yaitu: 1. Wawancara pada akhir layanan: dilakukan pada pasien dan keluarga atau orang lain yang ada hubungannya dengan pasien. 2. Observasi: pengamatan terhadap sikap, pelaksanaan, hasil yang dicapai dan perubahan tingkah laku pasien. Ada tiga alternatif yang dapat dipergunakan oleh perawat dalam memutuskan atau menilai: 1. Tujuan tercapai: jika pasien menunjukan perubahan dari standar yang telah ditetapkan. 2. Tujuan tercapai sebagian: jika pasien menunjukan perubahan dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan. 3. Tujuan tidak tercapai: jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan timbul masalah baru.



DAFTAR PUSTAKA 1.



PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI; 2016.



2.



PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI; 2019.



3.



PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI; 2018.



http://repository.pkr.ac.id/817/7/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/2875/2/R014192014_skripsi%20I-II.pdf https://id.scribd.com/document/495290445/lp-cad