LP Cah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUHAN “CONGENITAL ADRENAL HYPERPLASIA (CAH)” A. DEFINISI CAH merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal resesif. Penyakit ini ditandai oleh defisiensi enzim yang terlibat dalam jalur steroidogenesis pada kelenjar adrenal. Penyakit ini dapat terjadi pada wanita dan laki-laki dan merupakan penyebab interseksual terbanyak pada individu dengan 46, XX (Wilson, 2009). Hiperplasia adrenal kongenital (CAH) merupakan kelainan bawaan pada kelenjar adrenal. Kondisi ini sering didiagnosis saat lahir. Ini berarti anak baik tidak akan menghasilkan beberapa hormon adrenal atau akan menghasilkan mereka dalam jumlah yang salah. Tidak ada obat, tetapi CAH dapat dikelola dengan pengobatan hormonal. Hiperplasia adrenal kongenital (CAH) adalah kelainan genetik yang langka, tetapi dipahami dengan baik dan pengobatan sudah tersedia. CAH juga kelainan bawaan (hadir sejak lahir) yang melibatkan hormon dari kelenjar adrenal. Kata 'hiperplasia' berarti 'ditumbuhi'. Seorang anak dengan CAH lahir dengan ditumbuhi kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal adalah sepasang organ berdaging berbentuk segitiga, masing-masing seukuran kenari, yang terletak di atas ginjal, pada dinding belakang perut. Meskipun cukup kecil, kelenjar adrenal membuat beberapa hormon yang paling penting bahwa tubuh tidak dapat melakukannya tanpa, termasuk kortisol. Hormon-hormon ini tersedia dalam tablet atau suntikan bentuk, sehingga kelenjar adrenal sendiri dapat dilakukan tanpa jika diperlukan. Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian utama, yaitu adrenal medulla dan adrenal cortex. Adrenal medulla adalah lapisan luar kelenjar yang berfungsi untuk menghasilkan hormon yang penting, misalnya kortisol dan hormon seks. Walaupun kortisol sering dikaitkan dengan kolesterol yang tinggi dan risiko gangguan pada metabolisme tubuh, namun hormon ini tetap berperan penting karena dapat membantu mengatur tekanan darah. Selain itu, hormon ini akan dibutuhkan saat seseorang sedang stres. Kortisol merupakan hormon yang dapat mengubah protein tertentu menjadi energi yang dibutuhkan seseorang saat dalam kondisi tertekan. Hal ini akan menjadi berbahaya



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



apabila tubuh sedang dalam kondisi yang sangat tertekan dan menghasilkan kortisol secara rutin. Kelenjar adrenal juga menghasilkan hormon seks, yang juga disebut sebagai hormon gonadal. Hormon ini dapat membantu fungsi seksual sekunder pada pria dan wanita, termasuk pertumbuhan payudara pada wanita dan perubahan suara pada pria. Ciri kelamin sekunder yang lebih dominan akan ditentukan oleh jumlah hormon gonadal yang dihasilkan. Sebagai contoh, apabila testosteron dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak, maka seorang wanita dapat mengalami hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan). Pasien HAK memiliki kelainan genetik yang memengaruhi enzim tertentu. Sehingga, kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon tertentu dalam jumlah yang tepat, misalnya kortisol. Ada kemungkinan tubuh akan menghasilkan hormon dalam jumlah yang sangat banyak, namun biasanya jumlahnya tidak mencukupi.



B. KLASIFIKASI 1. Hiperplasia Adrenal Kongenital Non Klasik Frekuensi hiperplasia adrenal kongenital nonklasik 10 kali lebih banyak daripada bentuk klasik. Bayi perempuan dilahirkan dengan genitalia eksterna yang normal. Manifestasi somatik dari kelebihan androgen lebih ringan dibanding bentuk klasik. Manifestasi paling dini ditemukan pada anak perempuan usia 6 buan yang telah menunjukkan pertumbuhan rambut pubis. Pada masa anak-anak atau remaja, simptom pada wanita dapat berupa hirsutisme, kebotakan temporal, akne kistik yang berat, keterlambatan menarche, gangguan menstruasi dan infertilitas. Meningkatnya hormon androgen menyebabkan fusi epifisis yang dini. Secara klinis akan didapatkan usia tulang (bone age) yang lebih tua, kecepatan pertumbuhan liniar yang meningkat dan tinggi badan akhir yang lebih pendek dari estimasi tinggi midparental. 2. Hiperplasia adrenal congenital klasik “ non salt –losing” Karena fungsi adrenokortikal mulai aktif pada janin usia kehamilan 3 bulan, maka janin dengan gangguan ini mengalami peningkatan hormon androgen justru pada masa kritis berlangsungnya diferensiasi seksual. Oleh sebab itu bayi perempuan mungkin lahir dengan genetalia ambigua. Pada kasus yang berat maskulinisasi dapat terjadi dengan sangat nyata, sehingga uretra terbentuk sebanyak falus dan sercara fenotipik sulit dibedakan



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



dengan laki-laki normal. Namun demikian, pada umunya fenotip genetalia yang ditemukan adalah pembesaran klitoris dengan fusi lipatan labios krotal. Pembentukan 2/3 bagian distal dari vagina dan uretra ada dibawah kontrol androgen, Oleh karena itu mungkin terbentuk sinus urogenital. Perkembangan organ genetalia interna adalah normal. Bayi laki-laki mempunyai genetalia eksterna yang normal, oleh sebab itu diagnosis difisiensi 21-hidroksilase pada bayi laki-laki dan perempuan yang keliru dianggap laki-laki sering terlambat sampai terlambat timbulnya firilisasi yang progresif. Bayi-bayi ini menunjukkan pembesaran falus dan pada masa anak-anak dapat timbul pubertas prekoks acne, suara besar dan berat, percepatan pertumbuhan tinggi dan muskuloskeletal. Disusul dengan fusi prematur epifisis. Jadi walaupun pertumbuhan tinggi sangat cepat, potensi untuk mencapai tinggi yang sharusnya menjadi berkurang dan anak-anak ini akan mempunyai perawakan pendek. 3. Hiperplasia adrenal kongenital klasik “salt – losing” Kehilangan garam terjadi sebagai akibat terjadi dari kurangnya produksi aldosteron yang dibutuhkan untuk membantu tubulus renalis distal mereabsorbsi natrium. Bentuk ini terjadi pada 70-75% dari semua kasus defisiensi 21 hidroksilase klasik. Gejala klinis lain pada bentuk ini sama seperti pada defisiensi 21-hidroksilase klasik non salt-losing. Hilangnya garam dapat lebih berat karena adanya efek matri uresis pada prekursor kortisol. Kehilangan garam dan volume plasma disertai dengan hiperkalemia dapat menuju krisis adrenal. Dehedrasi dan syok karena hilangnya garam dapat terjadi pada minggu I-IV kehidupan. Pada saat dimana diagnosis sering kali baru ditegakkan atau pada saat timbul pencetus seperti misalnya infeksi sistemik. Bayi laki-laki mempunyai resiko tinggi untuk jatuh dalam krisis adrenal karena tidak didapatkannya genetalia ambigua yang dapat dipakai sebagai rambu. Pencegahan krisi adrenal merupakan salah satu alasan diperlukannya program skrening bayi baru lahir dan diagnosis.



C. ETIOLOGI 1. Defisiensi enzim 21-OH Defisiensi enzim ini terjadi paling sering, lebih dari 90-95% dari seluruh kasus CAH. 5 Enzim 21-OH adalah enzim yang terlibat dalam konversi kolesterolmenjadi kortisol dan aldosteron, tapi tidak dalam konversi menjadi testosteron.Pada defisiensi enzim 21-OH, jalur



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



aldosteron dan kortisol dihambat, sedangkanjalur androgen yang tidak dipengaruhi oleh enzim 21-OH menjadi terstimulasisecara berlebihan. Virilisasi pada kasus defisiensi enzim 21-OH terjadi karenasekresi yang berlebihan dari androgen adrenal. 2. Defisiensi 11β-OH Defisiensi enzim terjadi sekitar 5-8% dari kasus CAH. Pada proses steroidogenesis, hal tersebut juga mengakibatkan turunnya sintesis kortisol yang kemudian mengakibatkan overproduksi dari prekursor kortisol dan steroid seks seperti yang terjadi pada kasus defisiensi enzim 21-OH, sehingga defisiensi enzim 11β-OH memiliki gambaran klinik berupa virilisasi yang mirip dengan kelainan pada kasus defisiensi enzim 21-OH. 3. 11-DOC (11-deoksikortikosteron) Yaitu



steroid



yang



memiliki



aktifitas



menyimpan



garam.



Meningkatkan kadar mineralokortikoid sehingga terjadi retensi garam, hipokalemi dan hipertensi. Kasus ini jarang terjadi. 4. Defisiensi enzim 3β –HSD Defisiensi enzim 3β -HSDmerupakan penyebab kedua terbesar dari CAH, yaitu sekitar 10% dari kasus. Tidak seperti CAH karena defisiensi enzim 21-OH maupun 11β-OH yang hanya mempengaruhi fungsi adrenal, pada defisiensi enzim 3β -HSDakan berakibat pada kelenjar adrenal maupun fungsi gonad. Bayi yang baru lahir dengan defisiensi enzim 3β HSDmemiliki gejala dari defisiensi kortisol dan aldosteron. Pada anak perempuan dapat memiliki perkembangan seksual yang normal maupun virilisasi ringan yang kebanyakan terdeteksi pada masa pubertas. Oleh karena hiperandrogenisme, maka dapat terjadi anovulasi kronik bahkan amenore primer. 5. Defisiensi enzim 17α-OH Defisiensi enzim-enzim ini juga dapat menimbulkan kelainankelainan pada proses steroidogenesis di adrenal dan di gonad. Uniknya terjadi kompensasi dari sekresi ACTH yang memacu produksi berlebih dari



mineralokortikoid,



sehingga



menyebabkan



hipertensi



dan



hipokalemia. Wanita dengan defisiensi enzim 17α-OH akan mengalami sexual



infantilism



dan



hypergonadotropic



hypogonadism.



Hipergonadotropisme terjadi karena defisiensi estrogen. 6. Defisiensi Steroidogenic Acute Regulatory (StAR) protein Protein StAR adalah fosfoprotein mitokondria yang bertanggung jawab mengangkut kolesterol dari luar ke dalam membran interna



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



mitokondria yang kemudian diubah menjadi pregnenolon oleh P450cc. Kehilangan enzim ini menyebabkan gangguan pada steroidogenesis di adrenal maupun gonad. Kerusakan overium dapat terjadi setelah masa pubertas aibat adanya kerusakan sel-sel ovarium.



D. MANIFESTASI KLINIS 1. Salt losing/wasting CAH  Hiponatremia  Gagal tumbuh  Dehidrasi  Hiperkalemia  Krisis adrenal: bayi tidak mau minum, muntah, diare, BB turun drastis, dehidrasi,



hiperkalemia,



hiponatremia,



asidosis,



hipoglikemia,



hiperpigmentasi  Ambigous Genitalia a) Pseudohermafoditisme dengan klitoromegali b) Fusi partial komplet lipatan labioskrotal c) Gradasi dengan skala Prader d) Biasanya



ada



korelasi



antara



gambaran



genitalia



dengan



ada/tidaknya salt losing atau kadar hiponatremia  Postnatal virilization a) Laki-laki: Terdiagnosa usia 3-7 tahun  isoseksual prekok b) Usia tulang maju c) Karakterisktik prapubertas prekok  Remaja dan wanita dewasa: a) Klitoromegali, virilisasi, hirsutisme, menstruasi iregular, infertilisasi, jerawat Cryptic  Pertumbuhan Linear a) Percepatan laju pertumbuhan b) Umur tulang maju c) Mempercepat penutupan epifisis d) Tinggi dewasa pendek e) Efek androgen dapat Mengurangi tinggi potensi dewasa f) Efek glukokortikoid  Fungsi reproduksi a) Oligocy, amenore, menstruasi iregular, infertilisasi b) Androgen prenatal dapatwanita seperti laki-laki



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



c) Laki-laki tidak diterapidefisiensi spermatogenesis d) Simple virilization e) Bayi laki-laki tidak terdiagnosis, diagnosis setelah kelebihan androgen f) Bayi wanita mempunyai tanda-tanda seks ambigus 2. Tipe Non klasik  Pubertas prekoks, usia tulang maju, pertumbuhan yang pesat  Perempuan: ovarium polikistik, hirsutisme, menstruasi tidak teratur, perawakan pendek, fertilitas menurun\  Heterozigot  Kelebihan androgen walaupun ringan



E. PATOFISIOLOGI Kelenjar adrenal mensintesis tiga kelas utama hormon, yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid dan androgen (misal: testosteron). Sintesis hormon golongan mineralortikoid terjadi dalam zona glomerulosa korteks adrenal, sedangkan hormon glukokortikoid dsintesis di zona fasikulata dan retikularis korteks adrenal. Ketiga hormon ini sangat penting bagi tubuh. Fungsi dari masingmasing hormon tersebut adalah sebagai berikut: a) Kortisol membantu tubuh dalam mengatasi stress ataupun tekanan seperti pada kondisi luka maupun sakit b) Aldosteron berperan dalam memastikan agar tubuh dapat menyimpan garam dalam jumlah yang cukup, sedangkan c) Testosteron terlibat dalam pembentukan sifat maskulin manusia, seperti distribusi rambut pada tubuh dan perkembangan organ seks laki-laki. Baik laki-laki maupun perempuan, keduanya memproduksi testosteron. Namun, pada laki-laki produksi hormon ini jumlahnya lebih banyak. Hipofisis



mengatur



proses



steroidogenesis



di



adrenal



melalui



adrenocorticotropic hormone (ACTH). ACTH menstimulasi sintesis steroid dengan meningkatkan substrat utama dalam jalur steroidogenesis di adrenal. Terdapat sistem umpan-balik pada level hipotalamus dan hipofisis yang diperantarai melaui kortisol plasma. Begitu juga terdapat umpan balik negatif yang pendek dari ACTH yang mempengarui sekresi dari CRH. Jadi, kondisi apapun yang dapat menurunkan sekresi kortisol akan mengakibatkan meningkatnya sekresi ACTH. Dengan ini, kortisol memberikan efek umpan-



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



balik negatif terhadap sekresi ACTH. Kebanyakan CAH yang memiliki defek pada suatu enzim yang memblok sintesis kortisol akan mengganggu kontrol umpan-balik sekresi ACTH melalui kortisol. Sekresi ACTH kemudian menjadi berlebihan yang selanjutnya akan memicu terjadinya hiperplasia adrenocortical. Hal ini menyebabkan stimulasi sintesis produk-produk dari adrenal berlebihan, dan dengan adanya defisiensi salah satu enzim dari jalur steroidogenesis akan menyebabkan akumulasi dari molekul prekursor jalur tersebut. Prekursor-prekursor tersebut akan teralihkan ke jalur lain yaitu jalur androgen, sehingg menyebabkan level androgen menjadi tinggi.



F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium: Serum elektrolit, kadar gula darah, 17-OH progesteron , LH, FSH, DHEA, rasio Testosteron/DHT 2. USG/CT-scan/MRI 3. Karyotype 4. Genitografi 5. Laparoskopi/Biopsigonad 6. Pemeriksaan Psikologi/Psikiatri



G. PENATALAKSANAAN 1. Glukokortikoid Semua pasien defisiensi 21-hydroxylase klasik dan non klasik diobati dengan glukokortikoid. Pemberian terapi ini menekan sekresi CRH dari hipotalamus dan ACTH dari hipofisis yang berlebihan dan mengurangi kadar steroid seks. Pada anak dipilih hidrokortison dengan dosis 10-20 mg/M2/hari dibagi dalam dua atau tiga kali sehari. Dosis suprafisiologis ini (pada keadaan fisiologis sekresi kortisol pada anak dan remaja 6-7 mg/M2/hari) dibutuhkan untuk menekan androgen adrenal secara adekuat dan meminimalkan kemungkinan terjadinya insufisiensi adrenal. Pada remaja dan dewasa dapat diberikan terapi prednison dosis rendah (5-7,5 mg/hari dibagi dalam 2 kali pemberian) atau deksametason dosis rendah (dosis total sebesar 1,25-1,5 mg diberikan dosis tunggal atau berbagi dalam dua kali pemberian). Pasien harus dimonitor secara cermat adanya tanda-tanda sindroma cushing iatrogenik seperti kenaikan berat badan yang cepat, striae dan osteopenia. 2. Mineralokortikoid



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



Bayi



dengan



defisiensi



21-hydroxylase



tipe



salt



wasting



membutuhkan pemberian mineralokortikoid (fludrokortison, biasanya 0,10,2 mg dapat sampai 0,4 mg/hari) dengan suplemen natrium klorida (1 sampai 2 gram per hari, tiap gram natrium klorida mengandung 17 mEq natrium). 3. Farmakologis 4. Adrenalektomi Apabila terapi hormonal tidak adekuat atau tidak berkesinambungan pada perempuan yang virilisasinya terus melanjut dan adanya gangguan pertumbuhan liniar, adrenalektomi melalui laparoskopi merupakan salah satu



alternatif



untuk



mengurangi



terapi



glukokortikoid.



Dengan



pertimbangan karena penyakit addison lebih mudah diatasi dengan pemberian



glukokortikoid



dan



mineralokortikoid



dosis



rendah



dibandingkan adanya kelenjar adrenal yang mensekresi steroid seks berlebihan. 5. Terapi gen 6. Pembedahan Korektif 7. Konseling Psikologi Orang tua harus ditawarkan uinggi anak perempuan ntuk konseling psikologi segera setelah anak didiagnosis HAK ditegakkan. Selanjutnya, dilakukan penilaian pada keluarga secara berkala seperti pada penyakit lain, ini sangat berguna untuk memprediksi masalah di masa mendatang. Karena anak tersebut akan berkembang menjadi dewasa maka mereka harus secara berkala mendapatkan informasi mengenai keadaan mereka oleh orang tuanya dan dokter yang bersangkutan sesuai dengan usia anak tersebut. Bila dilakukan psikoterapi maka pelaksana terapi medis dan psikolog harus saling berkomunikasi sehingga keduanya memahami keadaan pasien dan keluarganya. Meskipun perkembangan psikoseksual pada perempuan dengan HAK klasik masih belum dipahami secara baik namun konseling harus segera dilakukan mengingat ada kecenderungan tinggi anak perempuan yang menderita HAK akan muncul perilaku tomboy dan cenderung memiliki kesukaan pada permainan yang bersifat maskulin. 8. Penatalaksaan pubertas dini Diagnosis pasti pubertas dini membutuhkan uji stimulasi GnRH. Kadar LH dan FSH yang diukur sebelum pemberian GnRH secara bolus



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



dan 30 menit sesudahnya akan menunjukkan peningkatan kadar LH lebih besar daripada FSH. Keadaan ini membutuhkan terapi supresi dengan pemberian analog GnRH. Tujuan terapi adalah untuk menekan gonadotropin hipofisis, maka terjadi supresi produksi steroid seks gonad, disamping itu untuk menambah tinggi badan saat dewasa dengan mencegah fusi epifisis secara dini.



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS



A. PENGKAJIAN Anamnesa : Keluhan,riwayat kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Review Of Sistem: B1



: Asidosis, sianosis, RR meningkat



B2



: Hipotensi, nadi irreguler



B3



: Penurunan kesadaran



B4



: Mual, muntah, diare



B5



: Oliguria, diuresis



B6



: akral dingin dan pucat, memar, edema



Psikososial : fungsi mental, suasana hati, tingkat depresi. Keluarga klien merupakan sumber terbaik untuk mendapatkan informasi tentang perubahan ini.



B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan keseimbangan elektrolit b/d kekurangan natrium dan kelebihan kalium 2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d intake dan output yg tidak seimbang 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat 4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan 5. Gangguan gambaran diri b/d perubahan dalam perubahan fungsi dan karakteristik tubuh 6. Resti infeksi b/d kelemahan



C. INTERVENSI 1. Gangguan Keseimbangan Elektrolit berhubungan dengan kekurangan



natrium dan kelebihan kalium Kriteria hasil : 



Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam)







TTV (Dalam Batas Normal)







Turgor kulit elastis







Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik







Membran mukosa lembab







Warna kulit tidak pucat







BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100) – H







Hasil lab



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



Ht : W = 37 – 47 % L = 42 – 52 % Ureum = 15 – 40 mg/dl Natrium = 135 – 145 mEq/L Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl Intervensi 1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer R/ Hipotensi pastoral merupakan bagian dari hipovolemia akibat kekurangan aldosteron. 2) Ukur dan timbang BB klien R/ Peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroids 3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya R/ mengidentifikasi adanya hipotermia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti 4) Periksa adanya status mental dan sensori R/ dihidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan perfusi jaringan terutama jaringan otak 5) Auskultasi bising usus (peristaltik khusus) catat dan laporan adanya mual muntah dan diare R/ kerusakan fungsi saluran cerna meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit. Kolaborasi 6) Berikan cairan, antara lain : a) Cairan Na Cl 0,9 % R/ kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter, dengan pemberian cairan Na Cl 0,9 % melalui IV 500 – 1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi b) Larutan glukosa R/ dapat menghilangkan hipovolemia 7) Berikan obat sesuai dosis



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



a) Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam, Mineral kartikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 – 30 mg/hr peroral R/ Dosis hidrokortisol yang tinggi mengakibatkan retensi garam berlebihan yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit 8) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi R/ Menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin maupun lambung, berikan dekompresi lambung dan membatasi muntah 9) Pantau hasil laborat a) Hematokrit ( Ht) R/ peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali normal sesuai dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh b) Ureum / kreatin R/ peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel karena dehidrasi / tanda serangan gagal jantung c) Natrium R/ hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui urin yang berlebihan katena gangguan reabsorbsi pada tubulus ginjal d) Kalium R/ penurunan kadar aldusteron mengakibatkan penurunan natrium dan air sementara itu kalium tertahan sehingga 2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d intake dan output yg tidak seimbang Tujuan: Kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria Hasil 



TTV dalam batas normal







Mukosa bibir lembab







Mata tidak cowong







Turgor baik







Produksi urin 1 cc/kg BB/jam



Intervensi: 1) Jelaskan pada klien tentang akibat dari kurang cairan dan elektrolit. R/ : Klien mengerti dan kooperative dengan perawat 2) Lakukan obs.TTV Klien R/ : deteksi terus menerus keadaan pasien. Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



3) Lakukan obs. tanda-tanda dehidrasi R/ : mengetahui derajat dehidrasi klien 4) Lakukan obs. intake dan out put. R/ : menghindari defisit dan overload 5) Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perinfus. R/ : membantu menambah intake cairan 3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrisi yang tidak adekuat. Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 3 hari Kriteria Hasil: 



BB naik







Hb > 12 gr/dl







Alb 3,5 gr/dl







Menunjukkan pernbaikan nafsu makan







Mual muntah tidak ada



Intervensi: a) Beri penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan R/ : Pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan perilaku hidup sehat b) Berikan makanan yang menarik dan merangsang selera makan R/ : Untuk meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake bagi tubuh c) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering R/ : Makanan dalam porsi besar lebih sulit dikonsumsi pasien saat anorexia d) Berikan diit tktp rendah lemak R/ : Meningkatkan asupan gizi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan e) Timbang berat badan tiap 2-3 hari R/ : Megetahui perkembangan tubuh f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parenteral dan robaransia R/ : Dibutuhkan bila intake tidak mencukupi dan efek farmakologis roboransia untuk meningkatkan nafsu makan. 4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan Tujuan : meningkatkan toleransi aktivitas Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri



Kriteria hasil: Klien menentukan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan Intervensi : a) Kaji tingkat kelelahan, kemampuan untuk melakukan ADL R/ : memberikan informasi tentang energi cadangan dan respon untuk beraktifitas b) Berikan periode istirahat dan tidur yang cukup R/ : meningkatkan istirahat dan menghemat energi c) Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi, sisir rambut. R/ : Mencegah terjadinya kelelahan d) Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi. R/ : Membantu penyesuaian tubuh terhadap perubahan aktivitas e) Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan. R/ : Aktivitas mandiri membantu dalam perubahan kebutuhan hidup



Program Studi Pendidikan Profesi NERS FIK Universitas Kadiri