LP CKR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN CIDERA KEPALA



DESI PRATIWI 2011040068



PROGAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020



A. Pengertian Cidera Kepala Cedera kepala merupakan sebuah proses dimana terjadi cedera langsung atau deselerasi terhadap kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce dan Neil, 2014). Cedera kepala adalah satu di antara kebanyakan bahaya yang menimbulkan kematian dan kecacatan pada manusia (Cholik Harun,dkk.2009). Cedera kepala adalah suatu traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa di sertai perdarahan intertisial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontuniutas otak. Cedera kepala (cedera kraniocerebral) merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian (Tarwoto,dkk.2007) Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam subtansi otak tanpa diikuti terputusnya kontiunitas otak (Hudak, dkk.2013). Cidera kepala (terbuka dan tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak cranial serebri, contusio (memar) dan perdarahan serebral (subarakhanial), subdural, epidural, intraserebral(batang otak). Trauma primer terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselerasi atau deselarasi otak) (Hudak,dkk. 2013). B. Patofisiologi Mekanisme cedera kepala dapat berlangsung peristiwa coup dan contrecoup. Lesi coup merupakan lesi yang diakibatkan adanya benturan pada tulang tengkorak dan daerah disekitarnya. Lesi contrecoup merupakan lesi di daerah yang letaknya berlawanan dengan lokasi benturan. Akselerasi - deselerasi terjadi akibat kepala bergerak dan berhenti mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak dan otak menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan (PERDOSSI, 2007). Mekanisme utama pada cedera kepala ringan adalah shear strain. Kekuatan rotasional dapat timbul sekalipun pada kecelakaan yang dianggap tidak berarti dan tidak perlu adanya cederacoup dan contrecoup yang jelas. Hal ini menimbulkan regangan pada akson-akson dengan akibat gangguan konduksi dan hilangnya fungsi. Perubahanperubahan tersebut diatas dikenal sebagai Diffuse Axonal Injury.



C. Pathway Cidera Kepala



D. Etiologi Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer yaitu cedera yang terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung, dan cedera sekunderyaitu cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea / hipotensi sistemik. Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi (Hickey, 2003). Menurut Tarwoto, dkk. (2007) cidera kepala dapat di sebabkan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga, luka pada persalinan.



E. Klasifikasi/Jenis Klasifikasi cedera kepala dibedakan menjadi 2, yaitu: 1.



Berdasarkan Patologi a. Cedera Kepala Primer Cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat menyebabkan gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang menyebabkan kematian sel. b. Cedera Kepala sekunder Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi setelah trauma sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak terkendali, seperti respon fisiologis cedera otak, edema serebral, perubahan biokimia, perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik. 2. Berdasarkan jenis cedera a. Cedera kepala terbuka Cedera kepala terbuka adalah cedera yang menembus tengkorak dan jaringan otak sehingga dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi diameter. b. Cedera kepala tertutup Cedera kepala tertutup merupakan cedera gegar otak ringan dengan cedera serebral yang luas. 3. Berdasarkan Glasgown Coma Scale a. Cedera Kepala Ringan (Minor), dengan ciri-ciri: 



GCS 14-15







Dapat terjadi kehilangan kesadaran dan amnesia 30 menit namun tidak lebih dari 24 jam







Dapat mengalami fraktur tengkorak, contusia serebral, laserasia dan hematoma intrakranial



c. Cedera Kepala Berat, dengan ciri-ciri: 



GCS 3-8







Kehilangan kesadaran, amnesia lebih dari 24 jam







Mengalami kontusia serebral, laserasi atau hematoma intrakranial



F. Komplikasi Menurut Tarwoto, dkk.(2007), Komplikasi yang mungkin terjadi pada cidera kepala diantaranya: 1. Defisit neurologik 2. Kejang 3. Pneumonia 4. Perdarahan 5. Perdarahan gastrointestinal 6. Disritmia jantung 7. Syndrom of inappropriate secretion of antidiuretuc hormone (SIADH) 8. Hidrocepalus 9. Kerusakan kontrol respirasi 10. Inkontinensia bladder dan bowel G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan keperawatan: 1. Primary survey a. Jalan nafas (airway) 1) Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel) 2) Buka jalan nafas, yakinkan adekuat 3) Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan menggunakan teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban trauma 4) Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut 5) Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut 6) Suctioning bila perlu b. Pernafasan (breathing)



Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan nafas atau tidak c. Perdarahan (circulation) 1) Lihat adanya perdarahan eksterna/interna 2) Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan) 3) Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri distal 4) Pemasangan infus dengan cairan Nacl 0,9% atau RL lebih efektif cairan isotoner dalam mengganti volume intravaskuler dari pada cairan hipotonis dan larutan ini tidak menambah edema serebri. d. Susunan Saraf Pusat (disability) 1) Cek kesadaran. Pada klien dengan koma (skor GCS