LP - COT Hernioraphy [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS ( HIL )BILATERAL DENGAN RENCANA TINDAKAN HERNIORAPHY DI RUANG CENTRAL OPERATING THEATRE (COT) RSP UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR



OLEH : ANGGI ARINDI PURNAMASARI R014191008 Mengetahui: Preseptor Klinik



(



Preseptor Institusi



)



(Dr. Rosyidah Arafat, S.Kep., Ns.,M.Kep.,Sp.KMB)



PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN KRITIS PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020



BAB 1 TINJAUAN TEORITIS



A. PENGERTIAN Tindakan operasi hernia ada 3 macam : 1. Hernioraphy adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara memotong kantong hernia, menutup defek, dan menjahit pintu hernia. 2. Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong. 3. Herniopastik adalah tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dengan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang abnormal pada selubungnya (Grace, 2007). Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010). Hernia inguinalis (rupture) adalah suatu protrusi peritoneum dan viscera parietalis, seperti usus halus, melalui lubang normal atau abnormal dari rongga yang masuk bagiannya. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada  perempuan B. INDIKASI Pada dasarnya, untuk menangani hernia inguinalis, maka operasi terbuka dilakukan dengan membuat sayatan di daerah selangkangan. Indikasi operasi dianjurkan apabila pasien hernia inguinalis mengalami nyeri atau gejala lain. Operasi ini juga dianjurkan untuk pasiendengan kondisi kesehatan yang baik. Hernioraphy (Herniotomi dan hernioplastik) dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat kembali dengan terapi konservatif. Laparoskopi merupakan operasi hernia yang dilakukan dengan melakukan sayatan kecil pada bagian bawah pusar. Sayatan kecil pada tindak operasi laparoskopi dibuat dengan tujuan untuk memasukkan alat yang disebut dengan laparoskop, yaitu tabung kecil yang dilengkapi dengan kamera dan cahaya, sehingga dapat menangkap gambar organ dalam perut.



C. TEKHNIK OPERASI HERNIA Teknik operasi hernia ada beberapa macam, antara lain: 1. Basini, dahulu merupakan metode yang paling sering dilakukan. Prosedur ini dilakukan untuk memperkuat dinding posterior, dengan cara menjahitkan m.transversus abdominis dan apponeurosis m.obliquus internus atau conjoint tendon ke ligamentum inguinalis. Hal inijuga menyempitkan cincin inguinalis interna. 2. Lichenstein Tendon free, menggunakan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding belakang kanalis inguinalis. Bahkan sintetis tersebut adalah polypropylene mesh, dapat mengurangi rasa nyeri saat terjadi peregangan rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinalis. Bahkan prostetis yang dipakai harus cukup kuat sebagai penyangga, tidak bersifat allergen, mempunyai potensi untuk menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringansekitar. 3. Mercy,



dikenal



dengan



ligasi



sederhana



dengan



diangkat



tinggi



kantungnyamelewati inguinal yang dikombiinasikan dengan pengikatan cincininterna. 4. Mc Vay, meletakkan conjoint tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper. 5. Halsted,



menempatkan



muskulus



oblikuus



kebalikannyacara bassini. D. PERSIAPAN ALAT 1. Peralatan Penunjang Hernioraphy a. Meja operasi& alas meja (Perlak&Underpad) b. Mesin Suction c. Mesin Diathermi / Electro d. Cutter dan Ground Couter  e. Lampu Operasi f. Meja Mayo / Instrument g. Meja Linen h. StandartInfus  i. TempatSampah j. Tempat Linen Kotor k. Schort



eksterna



diantara



cord,



l. Hypafix m. GuntingVerband / Bandage Scissors  2. Persiapan Meja Linen : a. Linen Set Steril b. Handuk Lap Kecil [3] c. Jas/GaunOperasi [3] d. Linen Besar [2] e. Linen Kecil [4] f. SarungMeja Mayo [1] g. Nierbekken / Bengkok Kecil [1]  h. Kom Kecil [2] i. Slang Suction [1] j. KabelCouter [1] 3. Bahan Penunjang Operasi( Bahan Habis Pakai ) : a. Hand Schoen No.6,5/7/7,5/8 b. CairanDesinfektan :Betadine 1 %, Alkohol 70 % c. CairanNaCl 0,9 % d. Sufratulle e. Mess No. 23 f. Mess Hernia g. Underpad h. KassaSteril i. Kassadeppers kecil untuk mengait membebaskan kantong hernia j. Benang Heatting Herniotomi : 1) Kantung Hernia/PeritoniumGut Cromic No. 1/0/2-0 2) Hernioplasty dgn Mesh Prolene/Dermalon/Dafilon/ Nylon No. 2-0  3) FaciaGut Cromic No. 1/0/2-0 4) Jaringan Lemak/Sub CutisPlain Catgut No. 0/2-0 atau Gut Cromic No. 1/0/20 5) Kulit Aff Heatting : a)



Dermalon/Prolene/Dafilon/Nylon/Silk No. 3-0/2-0         



b) Aff Subcuticular : c)



Dermalon/Prolene/Dafilon/ Nylon No. 2-0



d) SubcuticularSuture :



e)



Monosyn/Polysorb/VicrylNo. 3-0



4. Persiapan Meja Instrument (Set Herniotomy) : a. Washing & Dressing Forcep(Desinfeksi Klem ) [1]   b. Towel Clamps/DoekKlems [5] c. Handvad mess no. 3 [1] d. Gunting metzembaum [1]  e. Gunting mayo/kasar [1] f. Pinset chirurgis [2] g. Pinsetanatomis [2] h. Mosquito klem [2] i. Arteri klem lurus [4] j. Arteri klem bengkok [4] k. Arteri klem kecil [2] l. Needle Holder [2]  m. Gunting lurus [1] n. Alise klem/beckock [1] o. Peritoneum klem [4] p. Haak gigi tajam [2] q. U.S. Army Retractor/Langen beck [2] r. Canule suction [1] 5.



Prosedur Tindakan Operasi Hernia a. Tehnik Operasi Herniotomi, Herniorafi, Hernia Repair : 1) Setelah pasien diberikan anastesi, diposisikan supinasi, kemudian pasang underpad dan ground couter di kaki. 2) Perawat instrument & asisten mengenakan skort, melakukan surgical scrubing, gown steril & handscone steril kemudian membantu operator untuk mengenakan gown steril dan handscone. 3) Perawat instrument menata instrumen, alat dan bahan steril dimeja linen dan mayo untuk kelancaran operasi dan dokumentasi perioperative. 4) Berikan desinfeksi klem (1), deepres/kasa, alkohol dan povidon iodine 10% dalam cucing Pada asisten untuk melakukan desinfeksi pada lapangan/area operasi. 5) Lakukan drapping dengan memberikan : Duk besar [ke-1] untuk bagian bawah badan (Penutup perut bawah, paha dan kaki ),Duk besar [ke-



2], membuka duk Besar ke-2 diatas duk ke-1 kemudian diletakan dibagian atas pasien (menutup perut atas, dada sampai skat pembatas kepala pasien), duk kecil [2], untuk bagian kanan/kiri badan (tergantung lokasi operasi herniotomi) Fiksasi dengan duk klem [4] 6) Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter dan selang suction lalu fiksasi dengan duk klem [1] 7) Berikan kasa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lapangan operasi dari povidon iodine. 8) Berikan pada operator pinset chirhugis untuk making / menandai area insisi. 9) Jika



persiapan



sudah



berjalan dengan



baik,



maka



dilakukan



time out/konfirmasi oleh perawat sirkuler meliputi :  a) Nama Pasien dan No. RM b) Prosedur operasi c) Lokasi insisi sudah benar d) Sudahkah dilakukan pemberian profilaksis antibiotic e) Bagaimana mencegah kejadian tidak diharapkan yang meliputi bidang bedah dan anestesi f) Hasil pemeriksaan penunjang spt laboratorium, rontgen, PA, cardiologi dll. g) Pemeriksaan jumlah & jenis instrumen dan BHP.  h) Setelah lengkap operator memimpin do'a utk tim operasi dan pasien. 10. Berikan handvat mess no.3 (dengan media nierbekken ) pada operator, lalu berikan pean mosquito dan kasa pada asisten untuk merawat pendarahan. 11. Dilakukan insisi oblique 2 cm  medial sias sampai tuberkulum pubikum, lalu berikan



pean



mosquito



dan kasa



pada



asisten



untuk merawat



pendarahan. 12. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis Eksternus). 13. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam 14. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan kantong hernia diidentifikasi. 15. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam & tumpul sampai anulus internus. 16. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium, dilanjutkan



herniotomi dengan dijahit menggunakan benang Gut Cromic No. 0 / 1. 17. Perdarahan dirawat, lanjutkan hernioplasty dgn mesh dan dijahit dgn menggunakan  benang Prolene / Dermalon / Dafilon No. 2-0. 18. Setelah tidak ada perdarahan luka operasi ditutup lapis demi lapis, berikan benang Gut Cromic 2-0 / 0 / 1 untuk menjahit fasia. 19. Setelah fasia dijahit kemudian jahit lemak / subcutis dgn Cut Gut Plain No. 2-0 / 0 atau Gut Cromic  No. 2-0 / 0. 20. Kulit



dijahit



secara



running



subcuticular



suture



dg



benang



Prolene/Dermalon/Dafilon No. 2-0 ( Heating Aff ) atau Running Subcuticular Suture dengan Monosyn/Polysorb/Vicryl No. 3-0 (Tdk Angkat jahitan). 21. Setelah proses jahit selesai, berikan kasa basah untuk membersihkan sisa/bekas darah kemudian dikeringkan. b. Sign Out : 1) Ceklist keselamatan pasien ditulis perawat sirkuler, sign out dapat diinisiasi perawat sirkuler perawat istrumen, ahli bedah atau anestesi. 2) Ceklist keselamatan pasien harus dilengkapi sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi.  3) Tujuannya utk memfasilitasi transfer informasi yang penting untuk tim yang bertanggungjawab terhadap pasien setelah pembedahan. 4) Sign out dapat dilakukan bersamaan dgn penutupan luka. 5) Perawat sirkuler harus mengkonfirmasi dengan ahli bedah dan tim secara pasti apakah tindakan/prosedur yg sudah dilakukan.  6) Prosedur mungkin berubah atau berkembang selama tindakan operasi. 7) Perawat



instrument



(termasuk instrumen



megkonfirmasi atau



peralatan



kelengkapan yang tidak



instrumen



berfungsi



utk



mencegah peralatan dipakai lagi sebelum diperbaiki), kassa dan jarum. Jika perlu dilakukan radiografi. 8) Pemberian



label



pada



jaringan



appendix,



perawat



sirkulator mengkonfirmasi pemberian label yang benar dan jika harus dilakukan pemeriksaan PA dengan membaca secara keras. 9) Ahli bedah, anestesist dan perawat mereview apa yang perlu diperhatikan untuk recovery dan manajemen pasien. 10) Sesudah semua kegiatan operasi selesai semua tim operasi mengucapkan



do'a sesudah operasi. 11) Kemudian tutup dgn sufratule, kasa dan curapor/hepafix. 12) Tutup luka dengan sufratule, kasa dan curapor/hepafix. 13) Operasi selesai, menata kembali ruangan dan alat-alat yang telah dipakai dibersihkan. 14) Perawat instrument menginventaris instrument & bahan habis pakai, merawat instrument set yang kotor (dekontaminasi, mencuci, packing ). 6.



Perawatan Pasca Bedah a. Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupaperdarahan dan hematoma pada daerah operasi. b. Pasien disarankan tidak berolah raga berat atau mengangkat benda berat selama 6-8 minggu untuk mencegah kekambuhan.



7. Komplikasi Operasi a. Perdarahan b. Infeksi LukaOperasi c. Trauma mekanis d. Efek toksik lambat dari obat anasthesi e. Hipertermi atau hipotermi f. Agitation g. Cedera Usus h. Cedera KantongKemih i. Nyeri Pasca Bedah j. Cedera Saraf Intra Ingunal, Ilia Hipogastrik Atau Genota Femoral.



BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN



A. Konsep pre operatif 1. Persiapan pra operatif a. Fisik Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain: 1) Status Kesehatan Fisik Secara Umum Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan



keluarga,



pemeriksaan



fisik lengkap,



antara



lain



status



hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain- lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena dengan istirahat yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil. 2) Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. 3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolik obat- obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. 4) Pencukuran Daerah Operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/ menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi.



5) Personal Hygiene Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang di operasi. b. Psikologis Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti



adanya



orang



terdekat,



tingkat



perkembangan



pasien,



faktor



pendukung/support system 2. Askep pra operatif Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada fase praoperatif adalah: a. Ansietasberhubungandengancrisis situasi (proseduroperatif) b. Defisiensipengetahuanmengenaiprosedur



dan



protokolpraoperatifberhubungandengan kurangnya informasi dan sumber informasi B. Konsep intra operatif 1. Aktivitas scrube dan circulating nurse a. Perawat scrub atau di Indonesia juga dikenal sebagai perawat instrumen merupakan perawat kamar bedah yang memiliki tanggung jawab terhadap manajemen area operasi dan area steril pada setiap jenis pembedahan. Uraian tugas seorang perawat scrub diantaranya : 1) Pada fase pre operasi : 



Mempersiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai yang meliputi kebersihan ruang operasi, meja instrumen, meja operasi, lampu operasi, mesin anastesi lengkap, dan suction pump.







Mempersiapkan instrumen steril sesuai dengan tindakan operasi.







Mempersiapkan



cairan



keperluan pembedahan.



antiseptik



dan



bahan-bahan



sesuai



2) Pada fase Intra operasi : 



Memperingatkan tim bedah jika terjadi penyimpangan prosedur aseptik.







Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli bedah







Menata instrumen steril di meja operasi sesuai dengan urutan prosedur operasi.







Memberikan cairan antiseptik pada kulit yang akan diinsisi.







Membantu melakukan prosedur drapping.







Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan prosedur dan kebutuhan tindakan pembedahan secara tepat dan benar.







Mempersiapkan benang benang jahitan sesuai kebutuhan dalam keadaan siap pakai.







Membersihkan instrumen dari darah dari darah pada saat intra operasi untuk mempertahankan serilitas alat di meja instrumen.







Menghitung kassa, jarum, dan instrumen sebelum, selama, dan setelah operasi berlangsung.







Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kassa, dan jarum pada ahli bedah sebelum operasi dimulai dan sebelum luka ditutup lapis demi lapis.







Mempersiapkan cairan untuk mencuci luka.







Membersihkan luka operasi dan kulit sekitar luka.



3) Pada fase post operasi : 



Memfiksasi drain dan kateter (jika terpasang).







Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada daerah yang terpasang elektrode.







Memeriksa dan menghitung kelengkapan semua instrumen sebelum dikeluarkan dari kamar operasi.







Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi dalam keadaan lengkap.







Mengirim instrumen ke bagian sterilisasi (CSSD)



b. Perawat sirkulasi merupakan perawat berlisensi yang bertanggung jawab untuk mengelola



asuhan



keperawatan



pasian



di



dalam



kamar



operasi



dan



mengkoordinasikan kebutuhan tim bedah dengan tim perawatan lain yang diperlukan untuk menyelesaikan tindakan operasi . Tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh perawat sirkulasi diantaranya adalah : 1) Pada fase pre operasi 



Melakukan timbang terima pasien







Memeriksa perlengkapan isian checklist dengan perawat rawat inap







Memeriksa dokumen medis







Melakukan pengkajian keperawatan







Memeriksa persiapan fisik







Menyusun asuhan keperawatan pre operasi







Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas kewenangan mengenai gambaran rencana tindakan operasi, tim bedah yang akan menolong, fasilitas yang ada di kamar bedah, serta tahaptahap anastesi.



2) Pada fase intra operasi 



Mengatur posisi pasien sesuai jenis operasi.







Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptik.







Mengobservasi intake dan output selama tindakan operasi.







Melaporkan hasil pemantauan hermodinamik kepada ahli anastes







Menghubungi petugas penunjang medis (petugas radiologi, laboratorium, farmasi, dan lain sebagainya) apabila diperlukan selama tindakan operasi.







Menghitung dan mencatat pemakaian kassa bekerjasama dengan perawat scrub.







Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital







Memeriksa kelengkapan instrumen dan kain kassa bersama perawat scrub agar tidak ada yang tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi ditutup.



3) Pada fase post operasi







Membersihkan badan pasien dan merapikan linen pasien yang telah selesai tindakan operasi.







Memindahkan pasien ke ruang pemulihan.







Mencatat tanda-tanda vital







Mengukur tingkat kesadaran post operasi







Meneliti, menghitung, dan mencatat obat-obatan serta cairan yang telah diberikan pada pasien.







Memeriksa kelengkapan dokumen medik







Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama tindakan operasi.







Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pre, intra, dan post operasi di kamar bedah.



2. Askep intra operatif a. Pengkajian 1) Identifikasi klien 2) Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien perkebijakan bagian. 3) Telaah catatan pasien terhadap adanya: 



Informed yang benar dengan tanda tangan pasien







Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik







Hasil pemeriksaan diagnostic







Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan







Ceklist praoperatif



4) Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera 



Status fisiologis (tingkat sehat sakit, tingkat kesadaran)







Status psikososial (ekpresi kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah komunikasi verbal, masalah mekanisme koping)







Status fisik (tempat operasi, kondisi kulit dan efektivitas persiapan, pencukuran, atau obat penghilang rambut, sendi tidak bergerak).



b. Diagnosa Keperawatan 1) Risiko aspirasi dengan faktor risiko pemasangan ETT, penurunan refleks muntah dan penurunan kesadaran akibat efek anaesthesia 2) Risiko syok dengan faktor risiko hipovolemia akibat perdarahan 3) Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin 4) Risiko ketidakseimbangan elektrolit dengan faktor risiko efek samping medikasi 5) Risiko infeksi dengan faktor risiko adanya



prosedur invasif



(pembedahan) 6) Risiko cedera akibat kondisi operatif dengan faktor risiko adanya efek anastesi, lingkungan intraoperatif. 7) Risiko jatuh dengan faktor risiko pengaturan posisi intraoperatif 8) Kerusakan



integritas



kulit



berhubungan



dengan



faktor



mekanis



(terputusnya kontinuitas jaringan) akibat luka operasi 9) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya penumpukan sekret C. Konsep post operatif 1. Askep post operatif a. Pengkajian Yang perlu dikaji segera setelah pasien di operasi : 1) Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan 2) Kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital 3) Anesthetik dan medikasi lain yang digunakan (misal : narkotik, relaksan otot, antibiotik) 4) Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan yang sekiranya dapat mempengaruhi perawatan pasca-operatif (misal : hemorrhagi, syok, dan henti jantung) 5) Patologi yang dihadapi (pemberitahuan kepada keluarga apabila ditemukan adanya keganasan) 6) Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian cairan 7) Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung lainnya 8) Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anesthesia yang akan diberitahu.



9) Evaluasi saturasi oksigen dengan oksimetri, pengkajian nadi-volumeketeraturan 10) Evaluasi pernafasan : kedalaman, frakuensi, sifat pernafasan 11) Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan berespon terhadap perintah. 12) Kenyamanan:Tipe nyeri, intnsitas, dan loksi nyeri, mual dan muntah dan perubahan posisi yang dibutuhkan 13) Psikologi: sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat, gangguan oleh kebisingan dan ketersediaan bel atau lampu pemanggil 14) Keselamatan:kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak tersumbat, cairan infuse terpsang dengan tepat 15) Peralatan: diperiksa apakah alat-alat masih berfungsi dengan baik atau tidak b. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan dan agen mekanis (terputusnya kontinuitas jaringan) akibat luka operasi 2) Kerusakan



integritas



kulit



berhubungan



dengan



faktor



mekanis



prosedur



invasif



(terputusnya kontinuitas jaringan) akibat luka operasi 3) Risiko



infeksi



dengant



fakor



risiko



adanyat



(pembedahan) 4) Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin. 5) Defisiensi



pengetahuan



berhubungan



dengan



kurangnya



pajanan



informasi. 6) Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan peningkatan efek relaksasi khususnya pada gastrointestinal. 7) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan depresi berlebihan pd pusat pernafasan (efekanastesi) 8) Mual berhubungan dengan peningkatan rangsangan pada nervus vagus/glosso pharyngeal. 9) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan adanya gangguan sirkulasi perifer. 2. Persiapan pemindahan pasien a. Menyiapkan tempat tidur, monitor,oksigen b. Memindahkan pasien ke ruang pemulihan ( PACU )



c. Perawat OK melakukan operan dengan perawat di ruang PACU d. Melakukan pemeriksaan TTV e. Melakukan observasi dan pencatatan keadaan umum pasien, tingkat kesadaran, keefektifan jalan napas f. Melakukan observasi dan pencatatan dan penghitungan score BROMAGE SCORE untuk spinal anatesi atau ALDRETTE SCORE untuk general anastesi jika pasien dewasa g. Mengkonfirmasi dengan dokter anastesi untuk persetujuan pindah ke ruang rawat h. Menghubungi perawat ruangan untuk menjemput pasien i. Melengkapi dokumen pasca operasi dan mengisi form transfer pasien j. Melakukan operan dengan perawat ruangan k. Pasien dipindahkan ke ruang perawatan



DAFTAR PUSTAKA Bulechek, G., Butcher, H., & Dochterman, J. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC), Sixth Edition. Mosby: Elsevier. Carpenito-Moyet, L. J. 2007. BukuSaku: Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC. Doenges,



M.



E



dkk.



2000.



RencanaAsuhanKeperawatan:



PedomanuntukPerencanaandanPendokumentasianPerawatanPasien. Jakarta: EGC. Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes clasification (NOC) Measurement of Health Outcomes. Mosby: Elsevier. Nanda International. (2015). Nanda International Inc. Nursing Diagnoses: Definitions & Clasifications 2015-2017. Jakarta: EGC. Potter, P. A & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar: Fundamental KeperawatanKonsep, Proses, danPraktik. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar: KeperawatanMedikal-Bedah Brunner &Suddarth. Jakarta: EGC