LP Dan LK Infark Miokard [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN INFARK MIOKARD



Di susun oleh:



Diani 18301009



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes PAYUNG NEGERI PEKANBARU 2021



LAPORAN PENDAHULUAN INFARK MIOKARD A.



KONSEP PENYAKIT 1. Pengertian Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplaii darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002 ; ) Infark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung



terganggu. Infark Miokard (IM) adalah



kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap iskemia miokard yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah 20 menit mengalami kekurangan oksigen. (Corwin, 2009 : 495). [Acute Myocard Infark (AMI) adalah suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinik berupa perasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia miokard (Wikipedia, Maret 23,2010) 2. Penyebab/Etiologi Infark Miokard akut (AMI) terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga menyebabkan kematian sel-sel jantung. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya: I. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain: a. Faktor pembuluh darah Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis (arteroma mengandung kolesterol), spasme (kontraksi otot secara mendadak/ penyempitan saluran), dan arteritis (peradangan arteri). Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal antara lain: (i) mengkonsumsi obat-obatan tertentu, (ii) stress emosional atau nyeri, (iii) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (iv) merokok. b. Faktor Sirkulasi Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh sampai lagi ke jantung. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis



(penyempitan aorta dekat katup) maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup



jantung



(aorta,



maupun



trikuspidalis)



menyebabkan



menurunnya cardiak out put (COP) II. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh Pada penderita penyakit jantung, meningkatnya kebutuhan oksigen tidak mampu dikompensasi diantaranya dengan meningkatnya denyut jantung untuk meningkatkan COP. Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lainlain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektive. Faktor risiko : a.



Merokok terlalu berlebihan selama bertahun-tahun Menghirup asap rokok menyebabkan peningkatan kadar CO. Hemoglobin lebih mudah berikatan dengan CO daripada oksigen. Jadi oksigen yang disuplai ke jangtung juga berkurang sehingga kerja jantung semakin berat. Selain itu, asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin yang



menyebabkan



meningkatkan



vasokonstrisi



adhesi



trombosit



pembuluh yang



darah.



Merokok



menyebabkan



juga



peningkatan



terbentuknya trombus. b.



Diabetes Mellitus Penderita Diabetes Mellitus memiliki prevalensi, prematuritas, dan keparahan aterosklerosis koroner yang lebih tinggi. DM menginduksi hiperkolesterolemia



dan



secara



bermakna



meningkatkan



timbulnya



aterosklerosis. DM juga berkaitan dengan propilerasi sel otot polos dalam pembuluh arteri koroner; sintesis kolesterol; trigliserida; dan pospolipid ; peningkatan ADL/C ; dan kadar HDL yang rendah. Hiperglikemi yang terjadi pada penderita Dm juga menyebabkan peningkatan agregasi trombus. c.



Hipertensi Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri; sehingga beban kerja jantung bertambah.



Sebagai



meningkatkan



akibatnya,



terjadi



kontraksi. Akan tetapi



hipertropi



ventrikel



untuk



kemampuan ventrikel



untuk



mempertahankan curah jantung dengan kompensasi hipertropi akhirnya terlampaui, terjadi dilatasi dan payah jantung. Bila proses aterosklerosis berlanjut,



penyediaan



oksigen



miokardium



berkurang.



Peningkatan



kebutuhan oksigen pada miokradium terjadi akibat hipertropi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung sehingga akhirnya akan menyebabkan Angina atau Infark Miokard. Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina pektoris yang kemudian dapat berkembang menjadi AMI.



Insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering



didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal. d.



Hiperlipidemia Penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri koroner disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi. Hal ini mengurangi atau menghentikan aliran darah ke otot jantung sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Kolesterol Total Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl, bila > 200 mg/dl berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat . Kadar kolesterol Total normal 240 mg/dl. LDL Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) : karena kadar LDL yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL Kolesterol;  Normal < 130 mg/dl  Agak tinggi (Pertengahan) 130-159 mg/dl  Tinggi >160 mg/dl HDL Koleserol HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis.



Kadar HDL Kolesterol  Normal 35 mg/dl Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok. Kadar Trigliserida Trigliserid terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh, Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar trigliserid yang tinggi merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK. Kadar Trigliserid  Normal < 150 mg/dl  Agak tinggi 150 – 250 mg/dl  Tinggi 250-500 mg/dl  Sangat Sedang >500 mg/dl e.



Obesitas Obesitas meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan berperan pada gaya hidup pasif. Lemak tubuh yang berlebihan (terutama obesitas abdominal) dan ketidakaktifan fisik berperan dalam terbentuknya resistensi insulin.



f.



Diet. Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika ratarata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cenderung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada orang Amerika. (Brunner & Suddarth. 2002 : 778 ; Wikipedia, Maret 23, 2010)



3. Tanda dan Gejala 



Nyeri dada yang terasa berat dan menekan biasanya berlangsung minimal 30 menit. Nyeri dapat menyebar ke lengan atau rahang,kadang gejala terutama timbul dari epigastrium.







Sesak nafas dapat disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan ventrikel kiri.







Terjadi mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat







Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka







Kulit yang dingin dan pucat akibat vasokontriksi simpatis







Takikardi akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung







Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan mendekati kematian sering terjadi, mungkin berhubungan dengan pelepasan hormon stres dan ADH (vasopresin)







Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta peningkatan aldosteron dan ADH







Diaporesis



(keringat



berlebihan),sakit



kepala,mual



muntah,palpitasi,



gangguan tidur 



Kehilangan kesadaran karena perfusi cerebral yang tidak adekuat dan syok kardiogenik, bisa juga menyebabkan kematian yang tiba-tiba.



(Corwin, 2009 : 497; Gray dkk,2002 : 136-137) 4. Patofisiologi dan Pohon Masalah Keperawatan Arterosklerosis, spasme pembuluh darah, dan emboli trobus merupakan etiologi yang paling sering menyebabkan terjadinya infark miokardium. Terjadinya penyumbatan pembuluh darah koroner menyebabkan aliran darah ke seluruh miokardium yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut menjadi terhambat. Dengan terhambatnya aliran darah maka oksigen juga tidak dapat disuplai ke sel-sel miokardium. Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya infark miokardium.. Sel-sel miokardium tersebut mulai mati setelah 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Berkurangnya oksigen mendorong miokardium untuk mengubah metabolism aerob menjadi metabolism anaerob. Metabolism anaerob melalui jalur glikolitik jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan dengan metabolism aerob melalui fosforilasi oksidatif dan siklus krebs. Pembentukkan fosfat berenergi tinggi menurun cukup besar. Hasil akhir metabolism anaerob yaitu penimbunan asam laktat yang menyebabkan nyeri dada yang bisa menyebar ke lengan atau rahang,kadang gejala terutama timbul dari epigastrium. Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis, sel melepaskan kalium intrasel dan enzim intrasel, yang mencederai sel-sel di sekitarnya. Protein intrasel mulai mendapatkan akses ke sirkulasi sistemik dan ruang interstitial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan interstitial di sekitar sel miokardium. Akibat dari kematian sel, tercetus reaksi inflamasi. Di tempat inflamasi, terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan faktor pembekuan. Terjadi degranulasi sel mast yang menyebabkan pelepasan histamin



dan



berbagai



prostaglandin.



Sebagian



bersifat



vasokontriksi.



Dengan



dilepaskannya berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel atau terjadinya distritmia. Dengan matinya sel otot, pola listrik jantung berubah, pemompaan jantung menjadi kurang terkoordinasi sehingga kontraktilitasnya menurun. Volume sekuncup menurun sehingga terjadi penurunan tekanan darah sistemik. Penurunan tekanan darah merangsang respon baroreseptor, sehingga terjadi pengaktifan sistem saraf simpatis,



sistem



renin-angiotensin,



dan



peningkatan



pelpasan



hormon



antidiuretik. Hormon stres (ACTH dan kortisol) juga dilepaskan disertai peningkatan produksi glukosa. Pengaktifan sistem saraf parasimpatis berkurang. Dengan berkurangnya perangsangan saraf parasimpatis dan meningkatnya rangsangan simpatis ke nodus SA, kecepatan denyut jantung meningkat. Demikian juga pada ginjal, terjadi penurunan aliaran darah sehingga produksi urin



juga



berkurang



dan



ikut



merangsang



sistem



renin-angiotensin.



Perangsangan simpatis ke kelenjar keringat dan kulit menyebabkan individu berkeringat dan merasa dingin. Secara singkat, semakin banyak darah (peningkatan preload) disalurkan ke jantung, jantung akan memompa lebih cepat untuk melawan arteri yang menyempit (peningkatan afterload) akibatnya beban jantung yang telah rusak tersebut meningkat. Kebutuhan oksigen jantung juga meningkat. Hal ini mengakibatkan semakin banyak sel jantung yang mengalami hipoksia. Apabila kebutuhan oksigen sel miokard tidak dapat dipenuhi, maka terjadi perluasan daerah sel yang cedera dan iskemik di sekitar zona nekrotik yang akan berisiko mengalami kematian. Akibatnya kemampuan pompa jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ. Ketidakmampuan ventrikel kiri untuk memompa darah menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan tekanan ventrikel kiri dan vena pulmonal. Hal ini meningkatkan tekanan hidrostatik yang mengakibatkan cairan merembes keluar dan lolos ke jaringan alveoli di sekitarnya melalui hubungan antara bronkioli dan bronki. Cairan ini kemudian bercampur dengan udara selama pernapasan. Karena adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang dan udara tidak dapat masuk sehingga gangguan pertukaran O2 dan CO2. 5. Klasifikasi Ada dua jenis infark miokardial (Sylvia, 1995 ; 590) 1. Infark Transmural



Infark yang mengenai seluruh tebal dinding ventrikel. Biasanya disebabkan oleh aterosklerosis koroner yang parah, plak yang mendadak robek dan trombosis oklusif yang superimposed. 2. Infark Subendokardial Terbatas pada sepertiga sampai setengah bagian dalam dinding ventrikel yaitu daerah yang secara normal mengalami penurunan perfusi. 6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang 1. Pemeriksaan EKG Hasil EKG yang menunjukkan infark myocardium akut dikelompokkan menjadi infark gelombang Q, dan infark gelombang non-Q. Perubahan hasil EKG yang berhubungan dengan infark miocardium gelombang Q mencakup peningkatan segmen ST, inversi gelombang T dan gelombang Q yang nyata pada sadapan yang terpasang pada miocardium yang mengalami infark. Selang beberapa waktu segmen ST dan gelombang T akan kembali normal; hanya gelombang Q tetap bertahan pada hasil EKG yang menunjukkan adanya infark miocardium gelombang Q. Namun hanya separuh hingga dua per tiga pasien infark miocardium akut yang menunjukkan pemulihan elektrokardiografis klasik ini. Infark miocardium gelombang non-Q (non-Qwave MI, NQWMI) terjadi pada sekitar 30% pasien yang didiagnosa menderita infark miocardium. Hasil pemeriksaan EKG pada NQWMI adalah penurunan segmen ST sementara atau inversi gelombang T (atau keduanya) pada sadapan yng dipasang pada daerah infark. 2. Kreatinin kinase merupakan suatu enzim yang dilepaskan saat terjadi cedera otot dan memiliki 3 fraksi isoenzim, yaitu CK-MM, CK-BB, dan CK-MB, CK-BB paling banyak terdapat pada jaringan otak dan biasanya tidak terdapat dalam serum. Peningkatan dan penurunan CK dan CK-MB merupakan pertanda cedera otot yang paling spesifik seperti infark miocardium. Setelah infark miocardium akut, CK dan CK-MB meningkat dalam waktu 4 hingga 6 jam dengan kadar puncak dalam 18 hingga 24 jam dan kembali menurun hingga normal setelah 2 hingga 3 hari. 3. Troponin jantung spesifik (yaitu cTnT dan cTnI) juga merupakan petunjuk adanya cedera miocardium. Troponin akan meningkat 4 hingga 6 jam setelah cedera moocardium setelah menetap selama 10 hari. 4. Proten C-reaktiv (CRP) juga dianggap sebagai penanda biokimia pada cedera miocardium, meningkat 4 sampai 6 jam dan mencapai puncaknya selama 10 hari.   



5. Elektrolit : Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas, contoh hipokalemia atau hiperkalemia. 6. Sel Darah Putih : Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari kedua setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi. 7. Kecepatan sedimentasi : Meningkat pada hari kedua sampai ketiga setelah MI, menunjukkan inflamasi. 8. Kimia : Mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis. 9. GDA/Oksimetri nadi : Dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis. 10. Kolesterol/Trigeliserida serum : Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IM. 11. Foto dada : Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisme ventrikuler. 12. Ekokardiogram : Mungkin dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup/dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup. Terdapat gerakan abnormal dinding yang baru terjadi (namun sangat tergantung operator dan kecermatan pembacaan) 13. Pemeriksaan Pencitraan nuklir: - Thalium : Mengevaluasi aliran darah miokardia dan status sel miokardia, contoh lokasi/luasnya IM akut/sebelumnya. - Technetium : Terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik. 14. Pencitraan darah jantung/MUGA: Mengevaluasi penamoilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional, dan fraksi ejeksi (aliran darah). 15. Angiografi koroner : Menggambarkan penyempitan/sumbatan arteri koroner dan biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan



pada



fase



akut



IM



kecuali



mendekati



bedah



jantung



angioplasty/emergensi. 16. Digital substraction angiography (DSA): Teknik yang digunakan untuk menggambarkan status penanganan arteri dan untuk mendeteksi penyakit arteri perifer. 17. Nuclear magnetic resonance (NMR): Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung/katup ventrikel, katup, lesi vaskuler, pembentukan plak, area nekrosis/infark, dan bekuan darah. 18. Test stress olahraga : Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan).



19. Pemeriksaan radiologi disini seperti pemeriksaan EKG: Daerah



Perubahan EKG



Infark Anteriol



Elevasi segmen ST pada lead V3-V4, perubahan resiprokal (depresi ST) pada



Inferior



lead II, III, aVF. Elevasi segmen T pada lead II, II, aVF, perubahan resiproakal (depresi ST) V1-



Lateral Posterior



V6, I, aVL Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5-V6 Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada



Vetrikel



V1-V2 Perubahan gambaran dinding inferior



kanan



Gambaran spesifik pada rekaman EKG: 1. Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua pasien dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai stemi 2. Pemeriksaan ini harus dilakukan segera dalam 10 menit sejak kedatangan di UGD sebagai center untuk menentukan terapi 3. EKG serial dengan interval 5-10 menit atau pemantauan EKG 12 sandapan secara continue harus dilakukan untuk mendeteksi potensi perkembangan elevasi segmen st. (Corwin, 2009 : 496 ; Doenges, 1999 : 85 ; Hudag & Gallo : 386-387 ; Brunner & Suddarth. 2002 : 790). 7. Komplikasi 



Tromboembolus : akibat kontraktilitas miokard berkurang







Gagal jantung kongesti



yang merupakan kongesti akibat disfungsi



miokardium. Gagal jantung kiri merupakan komplikasi mekanisme yang paling sering terjadi setelah infark miokardium. 



Distritmia : paling sering terjadi, terjadi akibat perubahan keseimbangan elektrolit dan penurunan pH







Syok kardiogenik : apabila curah jantung sangat kurang dalam waktu lama. Syok kardiogenik terjadi akibat disfungsi



nyata ventrikel kiri sesudh



mengalami infark yang masih, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. 



Ruptur miokardium







Perikarditis : terjadi sebagai bagian dari reaksi inflamasi setelah cedera dan kematian sel







Setelah, infark miokard sembuh, muncul jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokardium yang mati.







Aneurisme ventrikel. penonjolan paradoks sementara pada iskemia miokardium sering terjadi, dan pada 15% pasien, aneurisme ventrikel akan menetap. Aneurisme ini sering terjadi pada permukaan anterior atau apeks jantung.







Defek septum ventrikel ruptur jantung







Disfungsi otot papilaris







Oedema paru akut adalah timbunan cairan abnormal dalam paru,baik di rongga interstisial maupun dalam alveoli. Oedema paru merupakan tanda adanya [kongesti paru tingkat lanjut, dimana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler, merembes ke luar dan menimbulkan dispnu yang sangat berat. Oedema terutama paling sering ditimbulkan oleh kerusakan otot jantung akibat MI acut. Perkembangan oedema paru menunjukan bahwa fungsi jantung sudah sangat tidak adekuat.



(Corwin, 2009 : 498 ; Sylvia, A Price,1995 : 594-596 Brunner & Suddarth. 2002 : 798). 8. Terapi/Penatalaksanaan Rencana tindakan yang dapat dilakukan : a. Pertahankan kepatenan jalan nafas b. Antisipasi dalam penggunaan alat bantu pernafasan c. Antisipasi dalam menggunakan ventilasi dengan bag valve mars (BVM) jika usaha ventilasi tidak adekuat.



d. Persiapakan untuk ventilasi mekanik (dengan atau tanpa PEEP / positive End Exspiratory Pressure) Setelah menempatkan alat bantu nafas seperti inkubasi. e. Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban atas jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat f. Jika tidak ada nadi awali dengan bantuan hidup dasar/Lanjutan (RJP) g.



Dapatkan akses untuk IV, ambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium dan berikan Normal salin dengan frekuensi terbuka, Pada pasien IMA di indikasikan untuk terapi trombolitik, pemasukan jarum/ tindakan penusukan yang berlebihan seharusnya di hindari seperti untuk AGD dan kateter IV.



h. Dapatkan rekaman EKG 12-15 lead dan koreksi gejala disritmia (Misalnya : Bradikardi dan Prematur Kontraksi Ventrikel). i. Koreksi awal adanya kekurangan cairan atau meningkatkan preload (Infark Ventrikel Kanan) dengan hati-hati, ini di kontraindikasikan pada pasien dengan kongesti Pulmonal. j. Berikan caiaran Infus dengan bolus kecil, normal salin, larutan ringer laktat, produk darah (Jika data laboratorium mendukung). k. Monitor status hemodinamik pasien l.



Dapatkan sampel AGD untuk menetapkan :



m. Koreksi ketidak seimbangan asam basa, alkalosis respiratori kemungkinan terjadi pada fase kompensasi, tidak diperlukan tindakan, kemungkinan asidosis metabolic pada fase trdak terkompensasi dan fase irreversible, pemberian sodium bikarbonat tidak di anjurkan untuk meningkatkan PH (koreksi asidosis metabolic terjadi sebagai hasil perbaikan perfusi dan oksigenasi) n. Atasi hipoksemia o. Pasang kateter urine p. Pasang NGT jika di indikasikan untuk mencegah aspirasi q. Berikan agen farmokologis tunggal atau kombinasi : 



Menurunkan preload ; furosemid (lasik), nitrat (nitrogliserin), morphin sulfat (digunakan untuk mengurangi nyari, reduksi preload adalah efek sekundernya).







Meningkatkan



kontraktilitas



;



dofamin



hidroklorida



(intropin),



dobutamin hidroklorida (dobutrex), amrinone laktat (inocor), milrinone (promacor).







Menurunkan



afterload



;



nitropruside



sodium



(nipride),



nitrat



(nitrogliserin), angiotensin convertin enzim (ACE) inhibitor misalnya ; captopril (capoten), enapril (vasotec) 



Meningkatkan



afterload



;



norepinephrine



bitartrate



(levophed),



epinefrin. r. Berikan agen farmokologis melalui IV atau rute intraosseous s. Persiapakan pasien untuk terapi reperfusi atau kaji alat misalnya ; PTCA / Percutaneous Transluminal Coronary Angiplasty, Intra Aortic Ballon Pump / IABP jika diperlukan. t. Pertahankan ketenangan u. Minimalkan rangsangan lingkungan . v. Monitoring secara berkelanjutan dan kaji respon pasien. (ENA, 2000 : 69 ; Corwin, 2009 : 499)



5. DX. Defisit Nutrisi DS :



DS : pasien mengatakan badannya terasa lelah Pasien mengatakan sesak saat bernafas



DO : Bradikardi/takikardi Gambaran EKG aritmia Edema Distensi vena jugularis CVP meningkat/menurun Hepatomegali Terdengar S3 atau S4



tidak nafsu makan Pasien mengatakan kram nyeri abdomen



DS : pasien mengatakan sulit beraktifitas Pasien mengatakan aktifitasnya dibantu



DO : BB menurun Bising usus hiperaktif Tampak tidak nafsu makan Membrane mukosa pucat



DO : Sianosis Gambaran EKG iskemik Frekuensi jantung meningkat



Terapi: pemberian suplemen



CRT > 3 detik Oliguri Terapi : Anti aritmia MD MD :: Infark Infark Miokard Miokard KA KA :: Jvp Jvp meningkat meningkat



2. DX. Pola nafas tidak efektif DS : Pasien mengatakan nafasnya terasa sesak



Diaporesis Gambaran EKG STelevasi



4. DX. Hipervolemia DS : pasien mengatan sesak saat bernafas



Takipnea/bradipnea



Pasien mengatakan kakiknya bengkak



Nyeri Pasien mengatakan sulit dalam bernafas



DO : Penggunaan pernafasan



otot



bantu



Pola nafas abnormal (bradipnea, takipnea) Pernafasan cuping hidung Kapasitas vital menurun



Terapi : Pemberian oksigen



Lemah



3. DX. Nyeri Akut Mual DS :



Muntah Pasien mengatakan nyeri saat beaktitas Nyeri dada yang terasa berat Pasien mengatakan Peningkatan ADHtertusuk dan nyeri seperti aldosteron DO : pasien tampak gelisah Pasien tampak meringis Skala nyeri 6 Frekuensi nadi meningkat Tekanan darah meningkat



Terapi :Analgetik



DO : edema BB meningkat dalam waktu singkat JVP/CVP meningkat Distensi vena jugularis Hb/Ht menurun Hepatomegali



Diagnose keperawatan Dx1: Penurunan curah jantung



Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam diharapkan masalah penurunan curah jantung pasien dapat teratasi dengan keriteria hasil: 1. Palpitasi cukup meningkat 1. EKG aritmia cukup meningkat 2. Pucat cukup meningkat 3. Tekanan darah cukup membaik



Intervensi Perawatan jantung Observasi 1. Identifikasi tanda primer penurunan curah jantung (dyspnea, kelelahan, edema,ortopnea, peningkatan JVP) 2. Identifikasi tanda gejala sekuler penurunan curah jantung (peningkatan BB, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat) 3. Monitor perubahan tekanan darah 4. Monitor intake dan output cairan 5. Monitor perubahan BB di jam yang sama 6. Monitor keluhan nyeri dada 7. Monitor EKG 12 sadapan 8. Monitor aritmia 9. Monitor nilai laboratorium jantung (elektrolit, enzim jantung, BNP) Terapeutik



1. Pantau perubahan tekanan darah dan frekuensi sebelum dan sesudah aktifitas 2. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat 3. Posisikan pasien semi fowler atau fowler 4. Berikan diet jantung yang sesuai 5. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat 6. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress 7. Berikan dukungan emosional dan spiritual 8. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94% Edukasi 1. Anjurka beraktifitas fisik sesuai toleransi 2. Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap 3. Anjurkan berhenti merokok 4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian 5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian Kolaborasi



Dx2: Pola nafas tidak efektif



1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu Setelah dilakukan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah pola nafas tidak efektif dapat teratasi dengan 2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung keriteria hasil: Pemantauan Respirasi 1. Dispnea cukup menurun Observasi 4. Penggunaan otot bantu nafas menurun 1. Monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya 5. Frekuensi nafas cukup membaik nafas 6. Pola napas membaik 2. Monitor pola nafas (bradipnea, dyspnea, hiperventilasi) 3. Monitor kemampuan batuk efektif 4. Monitor adanya sputum 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas 6. Aulkultasi bunyi nafas 7. Monitor saturasi oksigen 8. Monitor nilai AGD Terapeutik 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 2. Dokumentasi hasil pemantauan 3. Berikan oksigen sesuai indikasi 4. Atur posisi yang nyaman Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan



2. Informasikan hasil pemnatauan jika perlu



DX 3. Nyeri Akut



Manajemen Nyeri Observasi 1. Identifikasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal 4. Identifikasi faktor pemberat nyeri 5. Monitor efek samping penggunaan analgetik 6. Identifikasi terapi komplementer yang sesuai Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapak nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil : 1. Keluhan nyeri cukup menurun 2. Meringis cukup menurun 3. Gelisah cukup menurun 4. Frekuensi nadi cukup menurun



Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (hypnosis, akupresur, terapi musik, aromaterapi, relaksasi nafas dalam, kompres hangat/dingin, terapi bermain) 2. kontrol lingkungan yang dapat memperberat nyeri 3. fasilitasi istirahat dan tidur 4. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 1. jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri 2. jelaskan strategi pereda nyeri 3. anjurkan monitor nyeri secara mandiri 4. anjarkan teknik nonfarmakologis untuk



mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 1. kolaborasi pemberian analgetik



DX4.Hipervolemia



Manajemen Nutrisi Observasi 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 3. Identifikasi makanan yang disukai 4. Identikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien yang disukai 5. Monitor asupan makanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam 6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium diharapkan masalah hypervolemia pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : Terapeutik 1. Asupan cairan cukup menurun 1. Lakukan oral hygine jika perlu 2. Haluaran urin cukup menurun 3. Kelembaban mukosa meningkat 2. Fasilitasi menentukan program diet 4. Edema cukup menurun 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 5. Berikan makanan tinggi kalori dan protein Edukasi 1. Ajurkan posisi duduk jika perlu



2. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan



DX 5. Defisit Nutrisi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil: 1. Porsi makan yang dihabiskan cukup menurun 2. BB cukup membaik 3. IMT cukup membaik 4. Frekuensi makan cukup membaik



Manajemen Nutrisi Observasi 7. Identifikasi status nutrisi 8. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 9. Identifikasi makanan yang disukai 10. Identikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien yang disukai 11. Monitor asupan makanan 12. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik 6. Lakukan oral hygine jika perlu 7. Fasilitasi menentukan program diet 8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 9. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah



konstipasi 10. Berikan makanan tinggi kalori dan protein Edukasi 3. Ajurkan posisi duduk jika perlu 4. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi 3. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan



DX 6. Intoleransi aktifitas



Manajemen Energi Observasi : 1. Monitor kelemahan fisik dan emosional 2. Monitor pola dan jam tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x24 jam 3. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang diharapkan masalah intoleransi aktifitas dapat teratasi mengakibatkan keleahan dengan kriteria hasil: 1. Frekuensi nadi cukup menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama 2. Kelulahan lemah cukup menurun melakukan aktifitas 3. Dyspnea saat beraktifitas menurun 4. Kelmahan cukup menurun Terapeutik : 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah



stimulus 2. Lakukan rentang gerak pasif atau aktif 3. Berikan aktifitas distraksi yang menyenangkan 4. Fasilitasi dalam pemenuhan aktifitas Edukasi : 1. Anjurkan tirah baring 2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda kelelahan dan kelemahan tidak berkurang 4. Anjurkan strategi koping untuk mnegurangi kelelahan dan kelemahan Kolaborasi : 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk peningkatan asupan makanan, dan kebutuhan energy



DAFTAR PUSTAKA Doengoes, M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Sudoyo, S. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius Robbin, 2007. Basic Pathology 8th Edition. Gray, dkk. 2002. Lecturer Notes Kardiologi. Jakarta : Erlangga Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC Emergency Nurses Association. 2005. Emergency Care. USA. Elsevier Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC Wikipedia, the free encylopedia, 2009, Infark Miokart, (Online), (http://en. Wikipedia.org/wiki/Infark Miokard, Diakses tanggal 23 Maret 2010)



LAPORAN KASUS “ INFARK MIOKARD”



Di susun oleh:



Diani 18301009



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes PAYUNG NEGERI PEKANBARU 2021



KASUS INFARK MIOKARD Seorang laki-laki berusia 67 tahun dirawat diunit perawatan jantung dengan keluhan sesak napas dan nyeri dada yang menjalar keleher, punggung dan lengan kiri secara tiba-tiba. Pasien tidak lagi bekerja hanya sebagai pensiunan dengan pendidikan SMP, No RM: 84XXX. Pasien dibawa keluarganya ke UGD untuk mendapatkan penanganan atas kondisinya. 2 hari SMRS, pasien mengeluhkan sesak napas, sesak dirasakan tiba-tiba,tidak ada batukmaupun demam. Saat ini pasien mengalami mual dan muntah bercampur lender 3x sehari setiap makan dan minum.pasien juga sesak napas dan mengeluhkan nyeri dada yang menjalar padaleher, punggung dan lengan kiri, terasa seperti ditindih beban yang berat, skala nyeri 7 (0-10). Pasien pernah mempunyai riwayat penyakit jantung sejak 20 tahun yang lalu dan telah menjalani pengobatan saat itu sampai penyakitnya sembuh. Pasien mengaku sejak sembuh sampai sekarang,hanya baru kali ini penyakitnya kambuh.2 bulan yang lalu pasien sempat dirawat di RS X dengan keluhan sesak napas.keluarga tidak mempunyai riwayat DM, hipertensi ataupun penyakit menular.keluarga juga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien. Pasien mengatakan sesak sring dirasakan saat beraktifitas. Sebelum dirawat di RS pasien mengatakan sangat menyukai makanan laut seperti kepiting dan udang serta suka minum kopi dan teh.pasien tidak menyukai makanan yang pedas. Pasien mendapatakan diit makanan lunak bubur tanpa santan. Selama sakit pasien mengalami kesulitan BAB, sudah 2 hari belum BAB. Pasien mudah lelah dan tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari secarabaik. Aktifitas fisik pasien menurun dan terbatas karena tubuhnya mudah lelah dan sesak tiap kali melakukan aktifitas Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tingkat kesadaran compos mentis, TD 140/60 mmHg, HR: 118X/menit, dengan kekuatan lemah,RR: 36X/Menit, Temp: 370C . Suara napas vesicular, tidak ada ronkhi. Ictus cordis ICS ke 4-5 pada midklavikula sedikit 2cm ke medial sinistra. Auskultasi bunyi jantung didapatkan S1S2, tidak ada gallop, dan mumur(+), perut datar dengan peristaltik usus 12x./menit,



lengan kanan terpasang infus NaCL 0,9% dan heparin 12,500 Ul, tidak ada edema, tidak ada sianosis. Hasil laboratorium HB 10,6 g/dl, hamtokrit 33,3%, eritrosit 3,94 juta/mmk, leukosit 6600/mm3, trombosit 235 ribu/mml, urea 43 mg/dl, kreatinin 27U/l, RDW 15, 30%, MCV 84,60 fl, hasil pemeriksaan laboratorium lainnya : natrium 134 mmo/l, kalsium 2,47 mmol/l, kalium 2,9 mmmol/l, asam urat 4,6 mg/dl, kolestrol 150 mg/dl, trigliserida 46 mg/dl, HDL 42 mg/dl dan LDL 105 mg/dl. CKMB 13, U/L. hasil ECO menunjukan EF 38%.Hasil EKG didapatkan STelevasi Pasien mendapatkan terapi obat digoksin 2x1/2 tab, furesemid 2x40 mg, captropil 2x6,25, NaCl 0.9% drip heparin 5000 unit/jam dan oksigen 3 liter/menit



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU TAHUN AKADEMIK 2020/2021 TANGGALMASUK



: 7 juni 2021



TANGGALPENGKAJIAN



: 8 juni 2021



NAMA PRESEPTEE



: diyani



NIM



: 18301009



NAMAPASIEN



: Tn….



NO.REKAMMEDIS



:84xxxx



TANGGALLAHIR/UMUR



: 67 tahun



RUANGAN



: kmb



DIAGNOSAMEDIS



:INFARK MIOKARD



ASSESMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



1. KELUHAN UTAMA



Pasien usia 67 tahun dirawat di unit perawatan jantung dengan keluhan sesak napas dan nyeri dada yang menjalar keleher,punggung dan lengan kiri secara tiba-tiba. 2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG (PQRST)



Saat dilakukan pengkajian pasien mengalami mual dan muntah bercampur lender 3 kali setiap makan dan minum,pasien juga masih mengeluh sesak dan nyeri P: nyeri dada Q: nyeri dirasakan seperti tertindih beban berat, R: menjalar ke leher,punggung, dan lengan kiri S: skala nyeri 7 (1-10) T: nyeri dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul 3. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU Penyakityangpernahdialami pasien mempunyai riwayat penyakit jantung 20 tahun yang lalu dan telah Menjalani pengobatan saat itu sampai penyakitnya sembuh Riwayatalergi tidak ada alergi Pernahdirawat Bulan April kopi dan teh.



Tahun 2021 Kebiasaan: mengkonsumsi makanan laut, minum



Obat-obatan : konsumsi obat jantung



4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Penyakitketurunan : pasien tidak memiliki penyakit keturunan



PEMERIKSAANFISIK



KONDISI UMUM TekananDarah 140/60



mmHg



Suhu 370C



RR 36 ×/menit



Nadi 118 ×/menit



KESADARAN Apatis



√ Compos Mentis



Soporus



Somnolen



Coma



KEPALA √ Simetris



Asimetris



Hematoma



Kotor



Berminyak



Kering



Bells palsy



Tic facialis



Kelainan kongenital



Isokor



Sklera ikterik Midriasis Anisokor Miosis Konjungtiva Lainnya: reflex cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis anemis



Lainnya:



RAMBUT √ Bersih



Rontok



Lainnya:



MUKA Asimetris



Lainnya: simetrris



MATA Visus 2/2



Gangguan penglihatan



TELINGA Mendengung



Nyeri



Keluar cairan



Tuli



Nanah



Lainnya: simetris kanan dan kiri HIDUNG Epistaksis



Asimetris



MULUT Bibir kering/pecah-pecah



Pernapasan cuping



Lainnya: simetris



Mukosa kering



Celah langit2



Bibir sumbing



Lainnya: mukosa pucat GIGI Caries



Goyang



Gigi palsu



Gigi tanggal



Lainnya: gigi utuh dan bersih



LIDAH Luka/ stomatitis



Kotor TENGGOROKAN Faring merah



Lainnya:bersih



Tonsil membesar



LEHER Pembesaran tyroid



Sakit menelan



Lainnya: simetris Peningkatan JVP



Pembesaran KGB



Lainnya: simetris DADA √ Simetris S1-S2



Asimetris √ Murmur



Retraksi √ Nyeri dada



Ronkhi Vocal Fremitus



Rales Ictus √ cordis



Wheezing Kelainan bentuk



Lainnya:



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



2|KMB



PEMERIKSAANFISIK



ABDOMEN √ Datar Nyeri Tekan



Distensi



Buncit



Pembesaran hepar



Asites



Bisingusus 12 ×/menit



Lainnya:



PUNGGUNG Lurus



Skoliosis



Lordosis



Kifosis



Lainnya: simetris/normal



UROGENITAL Hipospadia



Hemoroid



Bersih



Kotor



Lainnya: bersih



INTEGUMEN Dingin



Ikterus



Dekubitus Luka: tidak ada



Bulae



Pucat CRT: √ 3detik



EKSTREMITAS Kejang



Tremor Kekuatan otot: lemah



Plegia Lainnya:



DATA PSIKOLOGIS, SOSIOLOGIS, DAN SPIRITUAL PSIKOLOGIS SOSIOLOGIS SPIRITUAL



Menarik diri Lainnya: Menarik diri Lainnya: Mandiri Lainnya:



Cemas



Marah



Apatis



Komunikatif Dibantu



Hanya berdoa saja



KEPERCAYAAN, NILAI BUDAYA YANG DIANUT PASIEN



(Numeric Rating Scale)



ASSESMEN NYERI DEWASA Skala dengan menentukan angka dengan interval 0-10. Semakin mendekati angka 10 artinya tingkat nyeri sangat tinggi/berat dan begitu sebaliknya.



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



3|KMB



BB TB Lingkarperut Panjangulna JenisDiet



: : : : :



kg cm cm cm MakananBiasa



IMT LILA



PolaMakan



: √ Teratur



IntakeMakanan



:3



kalihari



kalori/hari



Intakecairan



:



kalihari



ml/hari



JenisMinuman



:



√ MakananLunak



: :



kg/m2 cm



MakananCair



Tidakteratur



Porsimakanhabis/sisa:



Intakeparenteral



:Jenis Nacl 0,9%



Jumlah



500



ml/hari ml/hari ml/hari



Nausea



:



Vomiting



:



√ Ada √ Ada JikaAda 3 kali



Tidakada Tidakada Karakteristik: lendir Jumlah 250 cc ml/hari



NafsuMakan



:



mual dan muntah setiap selesai makan dan minum



GanggguanMenelan :



tidak ada Lainnya :



BAB PolaBAB



: tidak teratur , sudah 2 hari tidak bab



Laksatif



: tidak ada KonsistensiFeses



:



tidak ada Perdarahan



:



tidak ada Hemoroid



:



BAK Frekuensi



:-



Retensi



:-



KarakteristikUrin



:-



Diuretik



:-



Volume:



ml/



IWL EWL



:Drain Muntah



Balancecairan



: :



ml/hari



:250



ml/hari



WSD:



ml/hari



: CM – (CK + IWL) = 500 – 250 = +250



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



4|KMB



Gangguanaktifitas/alatbantudalamberaktifitas/Polaaktifitas/Perubahanfrekuensinadi,TD,frekuensi napassaatberaktifitas/Kelemahan/KecukupanEnergiuntukberaktifitas/PosturTubuh



Makan



:0/I/II/III/IV



Keterangan:



Mandi Toileting



:0/I/II/III/IV :0/I/II/III/IV



Level0 LevelI



: Totalself-care :Membutuhkanpenggunaanalatatauperangkat



Berpakaian



:0/I/II/III/IV



LevelII



: Membutuhkan bantuan oranglain



Mobilisasi



:0/I/II/III/IV



Berhias



:0/I/II/III/IV



LevelIII:Membutuhkanpengawasanoranglaindanbantuanalat Level IV: Mandiri, tidak tergantung orang lain dan alat



Gayaberjalan : RangeofMotion: Polanapas:teratur/tidakteratur/cepat/lambat/dalam/dangkal Frekuensinapas



:sebelumberaktifitas



TekananDarah



:sebelumberaktifitas



Frekuensinadi



:sebelumberaktifitas



×/menit,sesudahberaktifitas mmHg,



sesudahberaktifitas mmHg



×/menit,sesudahberaktifitas



PolaTidur/Istirahat



:



PenggunaanObatPenenang:



Kegiatan Menjelang Tidur:



JamTidur/Istirahat



:



TIDUR - ISTIRAHAT



×/menit ×/menit



GangguanTidur :



NEURO-SENSORI



Akibat Gangguan Tidur :



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



5|KMB



PEMERIKSAAN PENUNJANG RONTGEN THORAK/EKSTREMITAS Tanggal



:



Temuan



:



EKG/ECO Tanggal



:



Temuan



:



Hasil EKG : STelevasi Hasil ECO : Menunjukan EF 38%



CT-SCANABDOMEN/KEPALA Tanggal



:



Temuan



:



Pemeriksaanlain



:



Tanggal



:



Temuan



:



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



6|KMB



Tanggal:



HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM



Jenis Pemeriksaan Hemoglobin Hematocrit Eritrosit Leukosit Trombosit Urea Kreatinin RDW MCV Natrium Kalsium Kalium Asam urat Kolestrol Trigliserida HDL CKMB



Temuan = 10,6 = 33,3 = 3,94 = 6600 = 235 = 43 = 27 = 15,30 = 84,60 =134 =2,47 =2,9 = 4,6 = 150 = 46 = 42 = 18



Hasil Normal = 14,0 – 18.0 = 42-52 = 4.70-6,10 = 4,80-10,80 = 150-450 = 12,8-42,8 = 0,55-1.30 = 11,5 – 14,5 = 79,0-99,0 =135-145 =0,90- (-1,08) =3,5- 5,5 = 4,5 – 7,0 = 45)  Risiko Ringan-Sedang (skor25-45)  Tidak berisiko (skor0-24)



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



9|KMB



ASSESMEN STATUS FUNGSIONAL Mandiri (1poin) Tidak perlu supervise, arahan atau bantuan personal



Aktifitas MANDI



 



MEMAKAI BAJU



  



TOILETING



   



BERPINDAH TEMPAT







KONTINENSIA







MAKAN



 



TOTAL SKOR



Mandiri secarapenuh Memerlukan bantuan hanya padda satu bagian tubuh misal: punggung, areagenital atau ekstremitas yagng terkena. Dapat mengambil pakaian darilemaribajudanlaci Memakai baju danpakaian lain secaralengkap Memerlukan bantuanmengikat talisepatu Dapatpergikekamarkecil Dapatnaikdanturundari toilet Dapat merapikanbaju Dapat membersihkan area genital tanpadibantu. Dapat berpindah dari dan ketempattidurataukursitanpa bantuan Dapat mengendalikan dan menahanrasainginbuangair kecil(BAK)danbuangairbesar (BAB) Dapat mengambil makanan daripiringkemuluttanpa bantuan Persiapan makan dapat dilakukanolehoranglain



Ketergantungan (poin 0) Memerlukan supervise, arahan, bantuan personal atau asuhan penuh  Perlubantuanmandipadalebih dari 1 bagiantubuh.  Bantuan saat masuk dankeluar kamarmandiataushower  Mandidilakukanolehoranglain.



SKOR 0



 



Perlubantuanmemakaibajusendiri Perlubantuandipakaikanbaju secarakomplit



0







Perlubantuanpenuhuntuk berpindah ketoilet Dapat membersihkandri Memerlukanpispotataupopok



0



Memerlukan bantuan berpindah daritempattidurataukursi Memerlukan bantuan berpindah secarapenuh Inkontinensia BAK atau BAB sebagian atautotal



0



Memerlukan bantuan sebagian atautotalsaatprosesmakan Memerlukanmetodeparenteral



0



  



 



 



0



0



Interpretasi hasil: Total skor 6 = pasien mandiri 4=pasienketergantungansedang 0=pasiensangattergantung



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



10 | K M B



ASSESMEN SPIRITUAL (FICA) Pertanyaan



Skala 0 (tidak penting) hingga 5 (sangat penting)



F (Faith) Apakah keyakinansaudara? Apakah saudara memikirkan diri saudara menjadisesorang yang spritual ataureligius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?



-



I (Importance & Influence) Apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit? C (Cummunity) (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atau begitu penting bagi saudara? A (Address) Apakah saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara TOTAL SKOR Interpretasi hasil: Gangguan spiritual jika skor >8



-



-



ASSESMEN ANSIETAS - Hamilton Anxiety Scale (HAS) NO 1 2



3



4 5 6



7



ITEM



SKOR



ANXIOS MOOD  Khawatir  Firasatburuk TEGANG  Merasategang  Gelisah  Gemetar  Mudahterganggu KETAKUTAN  Takut terhadapgelap  Takut terhadap orangasing  Takutkesendirian  Takut terhadapbinatang INSOMNIA Sukarmemulaitiduratauterbangunpadamalamharitidurtidak pulas dan mimpiburuk INTELEKTUAL  Kurangkonsentrasi  Mudahlupa PERASAAN DEPRESI  Hilangnya minat dalamberaktivitas  Berkurangnya minat terhadaphobi  Perasaantidakmenyenangkansetiaphari GEJALA SOMATIK  Nyeri pada otot-otot dankaku  Gertakangigi  Suara tidakstabil  Kedutanotot



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



11 | K M B



GEJALA SENSORIK  Perasaanditusuk-tusuk  Penglihatankabur  Muka merah  Pucat serta merasalemah GEJALA CARDIOVASKULAR 9  Takikardia  Nyeri didada  Denyut nadimengeras  Detak jantung hilangsekejap 10 GEJALA SISTEM PERNAPASAN  Rasa tertekan didada  Perasaantercekik  Sering menarik napaspanjang  Merasa napaspendek 11 GEJALA SISTEM GASTROINTESTINAL  Sulitmenelan  Berat badanmenurun  Mual danmuntah  Nyerilambungsebelumdansesudahmakan  Perasaan penuh diperut 12 GEJALA SISTEM PERKEMIHAN  Seringkencingatautidakdapatmenahankencing  Dismenore  Impotensi 13 GEJALA OTONOM  Mulutkering  Mudahberkeringat  Muka merah  Pusing atau sakitkepala 14 PERILAKU SEWAKTU WAWANCARA  Gelisah  Jari-jarigemetar  Mengkerutkan dahi ataukening  Mukategang  Tonus ototmeningkat  Napas pendek dancepat TOTAL SKOR Cara penilaian: 0 = tidak ada gejala 1 = satu dari gejala yang ada 2 = sedang atau setengah dari gejala yang ada 3=beratataulebihdarisetengahgejalayangada 4=sangatberatatausemuagejalaada 8



Keterangan hasil: Skor27 =ansietas berat



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



12 | K M B



WOC KASUS INFARK MIOKARD



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



13 | K M B



DX2. Nyeri Akut b.d sindrom koroner akut DS : - Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan menyebar keleher Pasien mengatakan dadanya seperti tertindih beban berat DO : - Skala nyeri 7 Tampak meringis



MCP KASUS MD. Infark Miokard KA : Nyeri dada Sesak nafas Mual muntah Skala nyeri 7



Tampak gelisah Terapi : Pemberian analgetik



Riwayat jantung



DX3. Pola nafas tidak efektif b.d kegagalan pernafasan DS : - Pasien mengatakan nafasnya terasa sesak Pasien mengatakan sesak saat beraktifitas DO : - RR cepat, 36 x / menit Pasien tampak sesak Sesak terasa saat beraktifitas Terapi : Oksigen 3 liter/menit



Riwayat DM, Hipertensi TD 140/60mmhg N 118 x/menit RR 36 x/menit Peristaltic usus 12 x/menit Hb 10,6 gr/dl Hematokrit 33,3 % Eritrosit 3,94 juta DX3. Intoleransi aktifitas b.d gagal jantung kongestif DS : Pasien mengatakan badannya terasa lemah Pasien mengatakan tidak dapat beraktifitas karena nafas nya sesak DO : - tampak tidak dapat beraktifitas Tampak bedrest ditempat tidur



DX1. Penurunan curah jantung b.d gagal jantung kongestif DS : - Pasien mengatakan dada terasa nyeri Pasien mengatakan nyeri menjalar keleher DO : - TD : 140/60mmhg N : 118x/menit ECO EF 38% EKG ST elevasi Terapi : Furosemid,Captropil



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



14 | K M B



NO 1



SDKI Penurunan curah jantung b.d gagal jantung kongestif Tanda Mayor : - Dispnea - Nyeri dada Tanda Minor : - Takikardi - Gambaran EKG aritmia - TD meningkat



2



Nyeri Akut b.d sindrom koroner akut Tanda Mayor : - mengeluh nyeri - tampak meringis - frekuensi nadi meningkat Tanda Minor - TD meningkat - Pola nafas berubah - Nafsu makan berubah



SILI Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah penurunan curah jantung pasien dapat berkurang KH : - Tekanan darah cukup membaik - CRT cukup membaik - Dispnea cukup membaik - Gambaran EKG sedang



SIKI Perawatan Jantung O : - identifikasi tanda gejala primer penurunan curah jantung - Identifikasi tanda gejala sekunder penurunan curah jantung - Monitor TD, dan intake output - Monitor saturasi oksigen - Monitor keluhan nyeri dada - Monitor EKG 12 sadapan N:Posisikan pasien semi fowler - Berikan diet jantung yang sesuai - berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres - berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen E : anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi - anjurkan aktifitas fisik secara bertahap - ajarkan mengukur intake dan output C : kolaborasi pemberian antiaritmia Manajemen Nyeri O : - Identifikasi lokasi, karakteristik, dan intensitas nyeri - Identifikasi skala nyeri - Identfikasi skala nyeri - Identifikasi respon nyeri non verbal - Identfikasi penggunaan analgetik N: - Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi nafas dalam)



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan pasien dapat terkontrol KH : - Keluhan nyeri sedang - Meringis cukup menurun - Gelisah cukup menurun - Frekuensi nadi cukup ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



15 | K M B



membaik



-



Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri - Fasilitasi istirahat tidur - Batasi kunjungan yang dapat memperberat nyeri E: - jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri - Jelaskan strategi meredakan nyeri - Jelaskan memonitor nyeri secara mandiri - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri C: - Kolaborasi pemberian analgetik



3



Pola nafas tidak efektif b.d kegagalan pernafasan Tanda Mayor : - Dispnea - Pola nafas abnormal Tanda Minor : -



Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien dapat membaik KH : - Dispnea cukup menrun - Takikardia cukup membaik - Kedalaman pernafasan cukup membaik



Manajemen Jalan Nafas O : - Monitor pola nafas - Monitor bunyi nafas - Monitor sputum N : - Pertahankan kepatenan jalan nafas - Posisikan semi fowler - Berikan minuman hangat - Lakukan fisioterapi dada - Berikan oksigen E : - anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika kontraindikasi - Ajarkan teknik batuk efektif C : - Kolaborasi pemberian bronkodilator, dan ekspektoran



4



Intoleransi aktifitas b.d gagal jantung kongestif Tanda mayor : - Lelah - Frekuensi nadi meningkat Tanda minor : - Dispnea - Lemah - TD berubah



Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah intoleransi pasien dapat teratasi KH : - Frekuensi nadi cukup membaik - Dispnea cukup membaik



Manajemen Energi O :- identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengalami gangguan - Monitor kelemahan fisik dan emosional - Monitor pola istirahat tidur - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



16 | K M B



aktifitas N :- sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus - Lakukan latihan rentang gerak pasif - Berikan aktifitas distraksi - Fasilitasi dalam melakukan aktifitas E : - anjurkan tirah baring - Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda gejala kelemahan bertambah C : - kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



17 | K M B



LAPORAN ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN NamaPreseptee : diyani



1.



DivisiPraktik



: KMB



NIM



: 18301009



Identitaspasien NamaPasien



: Tn. .



No.RM



:-



Diagnosa Medis



: Infark Miokard



Tanggal pelaksana



: 08 juni 2021



2.



Tindakan keperawatan yang dilakukan Pemberian oksigen ( kanul nasal)



3.



Diagnosa Keperawatan Polanapas tidak efektif b.d kegagalan pernapasan



4.



Tujuan dilakukan tindakan - Untuk memenuhi kebutuhan O2 dalam tubuh - Untuk menjaga pola napas tetap dalam batas normal ( 16-20 x/i)



5.



Prinsip-prinsip tindaklan dan rasional (sebutkan 3 yang utama) - Prinsip tindakannya bersih ( mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, memakai handscoon ) 6. Langkah – langkah tindakan Petugas memberitahu kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan -



Perawat memastikan tabung terisi O2



-



Perawat memastikan volume air steril ( aqua bidest) dalam tabung pelembab sesuai dengan ketentuan



-



Perawat mencuci tangan



-



Perawat menghubungkan selang kanul ketabung pelembab



-



Perawat memeriksa apakah oksigen keluar dari kanul



-



Perawat memasang nasal kanul pada hidung pasien



-



Perawat menetapkan kadar oksigen sesuai dengan instruksi dokter ( 3 liter/i)



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



18 | K M B



-



Perawat memfiksasi kanul dengan plaster



-



Perawat mengobservasi kondisi pasien secara teratur sesuai indikasi



-



Perawat mencuci tangan



-



Catat pada lembar observasi hasil dari tindakan yang telah di lakukan



7. Hasil yang di dapat dan makna (Apakah tujuan pelaksanaan tindakan tercapai)  Keluhan sesak berkurang, dengan RR dalam batas normal 8. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah/diagnosa tersebut (hanya yangMandiri): - Rileksasi napas dalam - Pengaturan posisi 9.



Evaluasi diri tentang pelak sanaan tindakan tersebut (kesiapan,keterampilan,dll) Kemampuan dalam melakukan tindakan meningkat, kemampuan mengidentifikasi masalah dan mengobservasi hasil dari tindakan meningkat.



ModulPrAKtikProfesiKeperAwATANMedikALBedAH



19 | K M B