LP Dan LK MASTITIS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. R PADA KASUS MASTITIS DI RUANG IBS RSUD KABUPATEN BINTAN



Oleh YANI LISANDARI, S.Kep 2022149001029



PRESEPTOR AKADEMIK



PRESEPTOR KLINIK



(RIZKI SARI UTAMI MUCHTAR, Ners., M.Kep ) NIDN. 011078402



(Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep) NIP. 19840506 200803 2 002



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AWAL BROS TAHUN AKADEMIK 2022/2023



LAPORAN PENDAHULUAN



A. PENGERTIAN Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wania yang pernah hamil ,malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis. (Prawiroharjo, 2015) Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru ertama kali menyusui bayinya.Mastitis hamper selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu. (Bobak,2015). Mastitis adalah radang pada payudara. (Soetjiningsih, 2016). Mastitis adalah abses atau nanah pada payudara atau radang payudara.



.



Gb. 1. Mastitis B. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI Dua penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. StatisASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. Stagnasi ASI dapat dicegah dengan pengeluaran ASI yang efisien. Sedangkan mastitis yang disebabkan oleh infeksi meskipun bukan penyebab primer tetapi dengan adanya stagnasi ASI membuat timbulnya media pertumbuhan bakteri. a. Statis ASI Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI. Penyebabnya termasuk kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua atau lebih. b. Infeksi Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organismekoagulase-positif Staphylococcusaureus dan Staphylococcusalbus.



Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid dan infeksi salmonella lain.Terkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%. Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo, 2015), yaitu: a. Umur Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun. b. Serangan sebelumnya Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki. c. Melahirkan Komplikasi



melahirkan



dapat



meningkatkan



risiko



mastitis,



walupun



penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko. d. Gizi Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis. Wanita yang mengalamianemia akan beresiko mengalami mastitiskarenakurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis). Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resikomastitis. e. Faktor kekebalan dalam ASI Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara. f. Pekerjaan di luar rumah Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI. g. Trauma Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis. C. MANIFESTASI KLINIK Menurut Suherni, Widyasih, dan Rahmawati (2018) gejala mastitis: a. Gejala mastitisnon-infeksiosa: 1) Ibu memperhatikan adanya “bercak merah” atau area nyeri tekan yang akut. 2) Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut.



3) Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja. b. Gejala mastitisinfeksiosa 1) Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu. 2) Ibu dapat mengeluh sakit kepala. 3) Ibu demam dengan suhu diatas 38,5ºC. 4) Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara. 5) Kulit pada payudara tampak kemerahan atau bercahaya. 6) Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan.” D. PATOFISIOLOGI Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses infeksi. Mastitisakibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal. Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasisASI.Hal ini membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan lancar.Akibatnyamammae menjadi tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicuresponimun. Terjadi inflmasi hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksi.Kondisi ini membuat lubang duktuslaktiferus menjadi port deentrybakteri, terutama bakteriStaphylococcusaureus dan Strepcococcussp. Hampir sama dengan kejadian pada mastitisnoninfeksi, mastitis yang terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura/robekan/perlukaan pada puting



yang



terbentuk



saat



awal



laktasiakan



menjadikanport



masuknyabakteri. Proses selanjutnya adalah infeksi pada jaringan mammae



deentry/tempat



E. PATHWAY KEPERAWATAN



Stasisasi



Perawatan payudara



Kontaminasi kuman patogen



tidak adekuat Jaringan mamae tegang



Lesi mamae Kontak fisik (bayi, ibu, dll) Infasi kuman



Lubang duktus



Puting susu luka/lecet



laktiferus lebih terbuka



Masuk ke duktus sinus



mamae Bakteri masuk



MASTITIS Ketegangan pada mamaeLaktasi terganggu



Proses infeksi bakteri



Penekanan reseptor nyeriMK : Menyusu tidak efektifReaksi imun Ukuran MK : Nyeri akut



Muncul pus



mamae membesar



MK : Resiko tinggi infeksi MK : Kurang pengetahuan



MK : Gangguan citra tubuh



MK : Ansietas



F. PENATALAKSANAAN Setelah diagnosa mastitis dipastikan, hal yang harus segera dilakukan adalah pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotik. Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah, karena biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus.Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapiantibiotik. Sebelum pemberian penicilin dapat diadakan pembiakan/kultur air susu, supaya penyebab mastitis benar-benar diketahui.



Apabilaadaabses maka nanah dikeluarkan,kemudian dipasang pipa ke tengah abses agar



nanah



dapat



keluar



terus. Untuk



mencegah



kerusakan



pada



duktuslaktiferus,sayatandibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktustersebut.Prinsipprinsip utama penanganan mastitis adalah: a. Konselingsuportif Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit dan membuatfrustasi.Selain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih, baik bentuk maupun fungsinya. Klien membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari payudara yang sakit. Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih. b. Pengeluaran ASI dengan efektif Hal ini merupakan bagian terapi terpenting, antara lain: 1) Bantu ibumemperbaikikenyutanbayi pada payudaranya 2) Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan 3) Bila



perlu



peras



ASI



dengantangan/pompa/botol



panas,



sampai



menyusuidapatdimulailagi c. Terapi antibiotik Terapi antibiotik diindikasikan pada: 1) Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi 2) Gejala berat sejak awal 3) Terlihat puting pecah-pecah 4) Gejalatidakmembaiksetelah



12-24



jamsetelahpengeluaran



diperbaikimakaLaktamaseharusditambahkan efektifterhadapStaphylococcusaureus.



ASI agar



Untukorganismegramnegatif,



sefaleksin/amoksisillinmungkinpalingtepat. Jikamungkin, ASI daripayudara yang sakitsebaiknyadikulturdansensivitasbakteriantibiotikditentukan. Antibiotik



Dosis



Eritromisin



250-500 mg setiap 6 jam



Flukloksasilin



250 mg setiap 6 jam



Dikloksasilin



125-250 mg setiap 6 jam per oral



Amoksasilin (sic)



250-500 mg setiap 8 jam



Sefaleksin



250-500 setiap 6 jam



5) Pada kasusinfeksimastitis, penanganannya antara lain: a) BerikanantibiotikKloksasilin 500 mg per oral 4 kaliseharisetiap 6 jamselama 10 hariataueritromisin 250 mg per oral 3 kalisehariselama 10 hari. b) Bantulah ibu agar tetap menyusui c) Bebat/sangga payudara d) Kompreshangatsebelummenyusuiuntukmengurangibengkakdannyeriyait udenganmemberikanparasetamol



500



mg



per



oral



setiap



4



jamdanlakukanevaluasi secara rutin. Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik, mintalah pada dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui, selain itu bila badan terasa panas, ibu dapat minum obat turun panas, kemudian untuk bagian payudara yang terasa keras dan nyeri, dapat dikompres dengan menggunakan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri. Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit, istirahat yang cukup amat perlu untukmengembalikan kondisi tubuh menjadi sehat kembali. Disamping itu, makan dan minum yang bergizi, minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam, biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas seperti semula d. Terapi simtomatik Nyerisebaiknyaditerapidengananalgesik. Ibuprofendipertimbangkansebagaiobat



yang



palingefektifdandapatmembantumengurangiinflamasidannyeri. Parasetamolmerupakanalternatif



yang



palingtepat.



Istirahatsangatpenting,



karenatirahbaringdenganbayinyadapatmeningkatkanfrekuensimenyusui, sehinggadapatmemperbaikipengeluaransusu.



Tindakanlain



dianjurkanadalahpenggunaankompreshangat



pada



yang



payudara



yang



akanmenghilangkannyeridanmembantualiran



ASI,



danyakinkanbahwaibucukupminumcairan.



Dilakukanpengompresanhangat



payudaraselama



menit,



15-20



4



pada



kali/hari.



Diberikanantibiotikdanuntukmencegahpembengkakan, sebaiknyadilakukanpemijatandanpemompaanairsusu pada payudara yang terkena. 1) Mastitis (Payudara tegang / indurasi dan kemerahan) a)



Berikanklosasilin 500 mg setiap 6 jamselama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.



b)



Sangga payudara.



c)



Kompres dingin.



d)



Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.



e)



Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS.



f)



Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.



2) Abses Payudara (Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan). a) Diperlukan anestesi umum. b) Insisiradial dari tengah dekat pinggir aerola, ke pinggir supaya tidak mendorong saluran ASI. c) Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau



jari



tangan. d) Pasang tampon dan drain, diangkat setelah 24 jam. e) BerikanKloksasilin 500 mg setiap 6 jamselama 10 hari. f) Sangga payudara. g) Kompres dingin. h) Berikanparasetamol 500 mg setiap 4 jamsekali bila diperlukan. i) Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus. j) Lakukan followup setelah peberianpengobatan selama 3 hari. Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk berhenti menyusui.Untuk mengurangi nyeridapat diberikan obatperedanyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen).Keduaobat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya.



G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium/rontgen. NamuanWorld HealthOrganization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila: a. pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari b. terjadi mastitis berulang c. mastitis terjadi di rumah sakit d. penderitaalergiterhadapantibiotikatau pada kasus yang berat. Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang



langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang



muncul



berhubungan



erat



dengan



tingginya



jumlah



bakteri



atau



patogenitasbakteri.



H. PENGKAJIAN FOKUS 1. Pre Operatif a. Pengkajian 1) Identitaspasien 2) Tanda-tanad vital 3) Riwayat



penyakit



:alergi,



penyakitparu



(asma,



PPOM,



TB



paru),



penggunaannarkoba, alkoholisme, menggunakanobatsepertikortikosteroid dan obatjantung 4) Riwayat kesehatankeluarga : DM. Hipertensi 5) Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan 6) Keseimbangancairan dan elektrolit 7) Ada tidaknyagigipalsu, pemakaianlensakontak, atau cat kuku dan implan prosthesis lainnya 8) Pencukurandaerhaoperasi 9) Kolaborasidengandokteranestesitentangpemberianjenisanestesi



dan



pemakaianobatanestesi yang akandilakukan 10) Pemeriksaanpenunjung :rontgen, EKG, pemeriksaanlaboratorium (darahlengkap, faalhepar, faaginjal, masa pembekuandarah), biopsi, pemeriksaan gula darah 11) Informed consent 12) Penentuan status ASA 2. Intra Operatif Fase



intra



operatifdimulaiketikapasienmasukataudipindahkeinstalasibedah



berakhirsaatpasiendipindahkankeruangpemulihan.



Aktivitaskeperawatan



dan yang



dilakukanselamatahap intra operatifmeliputi 4 hal, yaitu:       a.   Safety Management (Pengaturanposisipasien) Faktorpenting



yang



ruangoperasiadalah: daerahoperasi,



harusdiperhatikanketikamengaturposisi usia,



berat



badan



di pasien,



tipeanastesidannyeri. Posisi yang diberikantidakbolehmengganggusirkulasi, respirasi,



tidakmelakukanpenekanan



yang



berlebihan



pada



kulit



dan



tidakmenutupidaerahataumedanoperasi. 1) Kesejajaranfungsional maksudnyaadalahmemberikanposisi



yang



tepatselamaoperasi. Operasi yang berbedaakanmembutuhkanposisi yang berbeda pula, supine 2) Pemajanan



area



pembedahanmaksudnyaadalahdaerah



mana



yang



akandilakukantindakanpembedahan. Denganpengetahuantentanghaliniperawatdapatmempersiapkandaerahoperasidenga nteknikdrapping 3) Mempertahankanposisisepanjangproseduroperasidengantujuan untukmempermud ah



proses



pembedahan



juga



sebagaibentukjaminankeselamatanpasiendenganmemberikanposisifisiologis



dan



mencegahterjadinya injury. 4) Memasangalat grounding kepasien 5) Memberikandukunganfisik



dan



psikologis



pada



klienuntukmenenagkanpasienselamaoperasisehinggapasienkooperatif. 6) Memastikanbahwasemuaperalatan yang dibutuhkantelahsiapseperti :cairaninfus, oksigen, jumlahspongs, jarum dan instrumentepat. b. Monitoring Fisiologis 1) Melakukan balance cairan 2) Memantaukondisicardiopulmonalmeliputifungsipernafasan, nadi, tekanandarah 3) Pemantauanterhadapperubahan vital sign 4) Monitoring Psikologi 5) Memberikandukunganemosional pada pasien 6) Berdiri di dekatklien dan memberikansentuhanselamaprosedurinduksi 7) Mengkaji status emosionalklien 8) Mengkomunikasikan



status



emosionalklienkepadatimkesehatan



(jikaadaperubahan) c. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care 1) Memanagekeamananfisikpasien 2) Mempertahankanprinsip dan teknik asepsis Obat-obatanestesi (Smeltzer, 2016): 1) Obat-obatpremedikasi: SA 0,001-0,002 mg/KgBB, Midazolam 0,1-0,2 mg/KgBB, Fentanyl 1-2 mcg/KgBB, Pethidin 1 mg/KgBB 2) Obatantiemetik: Ondansetron 4mg/2mL, Sotatic 10mg/2 mL 3) Obatinduksi: Propofol 1,5-2,5 mg/Kg/BB



4) Obatmusculorelaksan: Recorium bromide 0,5-1 mg/Kg/BB, Sucynil Colin 1 mg/KgBB, Roculax 0,5-1 mg/KgBB 5) Obat emergency: Adrenalin injeksi, Epidrininjeksi, Dexamethasoninjeksi, Aminophilininjeksi 6) Obatanalgetik: Ketorolac 30 mg/ 1 mL, Torasix 30mg/1 mL 7) Obatantidotum: Prostigmin dan narkan 8) Cairan yang diperlukan: Kristaloidseperto ringer laktat, aquadest 25 CC untuklarutanobat, assering. Koloidsepertifimahestataugelofusion 3. Post Operatif a. Fasepasca anesthesia. Setelah



dilakukanmastektomi,



penderitadipindahkeruangpemulihandisertaidengan oleh ahli anesthesia dan stafprofesionallainnya. b. Mempertahankanventilasipulmoner. Menghindariterjadiyaobstruksi



pada



periodeanestesi



pada



saluranpernafasan, diakibatkanpenyumbatan oleh lidah yang jatuh, kebelakang dan



tumpukansekret,



lendir



yang



terkumpuldalam



trakeaataubronkhialinidapatdicegahdenganposisi



yang



faring



tepatdenganposisi



miring/setengahtelungkupdengankepaladitengadahkanbilaklientidakbisabatuk dan mengeluarkandahakataulendir, harusdilakukanpenghisapandengan suction. c. Mempertahankansirkulasi Pada saatkliensadar, baik dan stabil, makaposisitidurdiatur ”semi fowler” untukmengurangi pembuluhdarahhalus)



oozing



venous



(keluarnyadarahdaripembuluh-



lengandiangkatuntukmeningkatkansirkulasi



dan



mencegahterjadinyaudema, semuamasalahinigangguan rasa nyaman (nyeri) akibatdarisayatanlukaoperasimerupakanhal yang pailingseringterjadi d. Masalahpsikologis. Payudaramerupakanalat



vital



seseorangibu



dan



kelainanataukehilanganakibatoperasipayudarasangatterasa pasien,haknyasepertidirampassebagaiwanita



normal,



wanita, oleh



ada



kehilangantentanghubungannyadenganssuami,



rasa dan



hilangnyadayatariksertasertapengaruhterhadapanakdarisegimenyusui. e. Mobilisasifisik. Pada



pasienpascamastektomiperluadanyalatihan-



latihanuntukmencegahatropiotot-ototkekakuan



dan



kontraktursendi



bahu,



untukmencegahkelainanbentuk



(diformity)



lainnya,



makalatihanharusseimbangdenganmenggunakansecarabersamaan. f. Perawatan post mastektomi g.Pemasanganplester /hipafik Dalamhalinipemasanganplester



pada



operasimastektomihendaknyadiperhatikanarahtarikan-tarikankulit agar



(langer



line)



tidakmelawangerakkan-gerakkanalamiah,



sehinggapasiendenganrileksmenggerakkansendi



bahu



tanpahambatan



dan



tidaknyeriuntukituperludiperhatikancarameletakkankasa pada lukaoperasi dan caramelakukanfiksasiplester pada dinding dada. 1. Plester medial melewati garis midsternal 2. Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak 3. Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior. 4. Plester superior tidakmelewati clavicula 5. Plester inferior harusmelewatilubang drain 6. Untukdibawahklaviculaujughifavikdipotong miring sepertimemotong baju dan dipasang miring dibawahketiaksehinggatidakmengangugrakkantangan. 7. Perawatan pada lukaeksisi tumor. 8. Biladikerjakantumorektomi,pakaihipafikukuran 10 cm yang dibuatseperti BH sehinggamenyanggapayudara . 9. Klien



yang



dikerjakantransplantasikulitkalaukasapenutuplukabasahdengandarahatau serum harussegeradiganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidakbolehdibuka. 10. Pemberianinjeksi dan pengambilandarah. 11. Pengukurantensi I. DIAGNOSA KEPERAWATAN PreOp a.



Ansietasberhubungandengankrisissituasional



b.



Nyeri akutberhubungandenganagencederabiologis



c.



Defisitpengetahuanberhubungandengankurangterpaparinfomasi



Intra Operatif a.



Pola nafastidakefektifberhubungandenganpenurunantekananinspirasi danekspirasikarenapemberian agent anastesi.



b.



Resikoinfeksidibuktikandengandenganpembedahan, prosedurinvasif dan trumajaringan.



c.



Resikocideradibuktikandengananastesi dan pembedahan.



PostOp a. Resikoaspirasidibuktikandengandenganpenurunankesadaran, reflekmenelanbelum optimal karenapemakaianobatanastesi b. Resikocideraberhubungandengantingkatkesadaranpasien



J. Rencanakeperawatan No



Diagnosis (SDKI)



Tujuan & Intervensi (SIKI) Kriteria . Hasil (SLKI) 1 PreOp Setelah dilakuka Reduksi Ansietas Ansietas tindakan keperawatan Tindakan berhubungan 2x24 jam tingkat dengan ansietas menurun Observasi krisissituasional dengan kriteria hasil a. Identifikasisaattingkatansietasberubah ditandai dengan : a. Verbalisasi kebingungan b. Identifikasikemampuanmengambilke a. Merasa bingung menurun putusan b. Merasa b. Verbalisasikhawa khawatir tir menurun c. Monitor tanda-tandaanseitas c. Tampak gelisah c. Perilaku gelisah Terapeutik d. Tampak tegang menurun d. Perilaku tegang a. Ciptakansuasanaterapeutikuntukmne menurun umbuhkankepercayaan b. Temanipasienuntukmengurangikece masan c. Pahami yang membuatansietas d. Dengarkandenganpenuhperhatian Edukasi a. Jelaskanprosedurtermasuksensasi yang mungkindialami b. Informasikansecara factual mengenai diagnosis c. Anjurkankeluargatetapbersamapasien d. Lakukan Teknik relaksasi Kolaborasi Kolaborasidalampemberianobatansietas



2 Nyeri



Setelah



ManajemenNyeri



Akutberhubungande dilakukantindakankep Tindakan : nganagen



erawatan 2x24 jam



Observasi :



pencederafisiologis nyeri menurun



a. Identifikasi skala nyeri



(mis.



b. Identifikasi responnyeri non verbal



Inflamasi, Kriteria Hasil :



iskemia,



1.



Keluhan



nyeri



neoplasma)



dari (menurun)



DitandaidenganGej 2.



Gelisah



ala :



(menurun)



c. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri d. Monitor



keberhasilan



komplementer yang sudah diberikan



1.



Mengeluh nyeri



2.



Bersikap



a. Fasilitasi istirahat dan tidur



protektif (mis.



b. Pertimbangkan



Terapeutik :



-



Waspada,



nyeri



posisi



meredakan nyeri



menghindari



dalam



a. Jelaskan



Sulit tidur



4.



Gelisah



jenis



dan



pemilihan



sumber strategi



Edukasi :



nyeri) 3.



terapi



penyebab,



periode,



dan



pemicunyeri b. Jelaskan strategi meredakan nyeri



1. Kondisi :



c. Anjurkan memonitor nyeri secara



glaukoma



mandiri d. Anjurkan



menggunakan



analgetik



secara tepat Kolaborasi : -



Kolaborasi pemberian anlgetik, jika perlu



3



Defisit



Setelah



dilakukan Edukasi Kesehatan



pengetahuan



tindakan



Tindakan



berhubungan



keperawatan selama Observasi



dengan



kurang 1x24



jam



terpapar informasi diharapakan tingkat ditandai dengan a. Menanyakan



meningkat



masalah



dengan



a. Perilaku



b. Menunjukkan sesuai anjuran



dapatmeningkatkan



yang dan



menurunkanmotivasiperilakuhidupber sesuai



anjuran tidak



dan



kemampuanmenerimainformasi b. Identifikasifaktor-faktor



yang kriteria hasil



dihadapi perilaku



pengetahuan



a. Identifikasikesiapan



meningkat b. Verbalisasi minat



sih dan sehat



dalam belajar c. Kemampuan menjelaskan



topik



a. Sediakanmateri dan media pendidikan Kesehatan



pengetahuan tentang



Terapeutik



b. Jadwalkanpendidikan suatu



Kesehatan



sesuaikesepakatan c. Berikankesempatanuntukbertanya Edukasi a. Jelaskanfaktorresiko



yang



dapatmempengaruhi Kesehatan b. Ajarkanperilakuhidupbersih dan sehat 4 Intra Operasi



Setelah Manajemen Jalan Napas dilakukantindakanke Pola perawatan 1x24 jam Tindakan nafastidakefektifb diharapkanpola napas membaik Observasi erhubungandengan Kriteria Hasil : penurunantekanani 1. Dispneamenurun 1. Monitor pola napas (frekuensi, 2. Penggunaan otot kedalaman, usaha napas) nspirasidanekspira bantu pernapasan 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. sikarenapemberian menurun Gurgling, mengi, weezing, 3. Frekuensinafasme ronkhikering) agent anastesi mbaik 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Kedalaamannafas Terapeutik membaik 1. Pertahankankepatenanjalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jikacuriga trauma cervical) 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler 3. Berikanminumhangat 4. Lakukanfisioterapi dada, jikaperlu 5. Lakukanpenghisapanlendirkurangdari 15 detik 6. LakukanhiperoksigenasisebelumPenghis apanendotrakeal 7. Keluarkansumbatanbendapadatdenganfo rsepMcGill  8. Berikanoksigen, jikaperlu Edukasi 1. Anjurkanasupancairan 2000 ml/hari, jikatidakkontraindikasi.  2. Ajarkanteknikbatukefektif Kolaborasi  1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,



ekspektoran, mukolitik, jika perlu



5 Resiko Infeksi di Setelah



PencegahanInfeksi



buktikan efek



dengan dilakukantindakanke Tindakan : prosedur perawatan1x24



invasif



Observasi :



tingkatinfeksimenur



1. Monitor tanda dan gejalainfeksi local



un



dan sistemik



Kriteria Hasil :



Terapeutik :



1. Demammenurun



1. Batasijumlahpengunjung



2. Nyeri menurun



2. Berikanperawatankulit 32



3. Bengkakmenurun



pada



area



edema 3. Cucitangansebelum



dan



sesudahkontakdenganpasien 4. Pertahankanteknikaseptik



pada



pasienberesikotinggi Edukasi : 1. Jelaskantanda dan gejalainfeksi 2. Ajarkancaramencuritangandenganben ar 3. Anjutkanmeningkatkanasupannutrisi 4. Anjurkanmeningkatkanasupancairan Kolaborasi : Kolaborasipemberianimunisasi 6 Resikocideraditbukt



Setelah PencegahanCidera



ikandenganterpapar dilakukantindakanke Tindakan zatkimiatoksik



perawatan



1x24 Observasi



tingkatcederamenur 1. Identifikasi undengankriteriahas il



area



lingkungan



berpotensimenyebabkancedera 2. Identifikasiobat



1. Kejadiancederam enurun 2. Luka/ lecetmenurun



yang yang



berpotensimenyebabkancidera Terapeutik 1. Sediakanpencahayaan yang memadai 2. Pastikanrodatempattidurkondisiterkunc i 3. Gunakanaasantaijikaberesikomengalam icederaserius Edukasi 1. Jelaskan



alas



intervensipencegahanjatuhkepasien dan keluarga



an



7 Post Op



Setelah



PencegahanAspirasi



Resikoaspirasidibuk dilakukantindakanke Tindakan tikandenganpenurun perawatan



1x24 Observasi



antingkatkesadaranr tingkataspirasimenu



1. Monitor



eflekmenelanbelum rundengankriteriaha



muntah



optimal



sil



batuk,



2. Monitor status pernapasan



karenapemakaianob 1. Tingkat atanastesi



tingkatkesadaran,



3. Monitor



kesadaranmening kat 2. Kemampuanmen elanmeningkat



bunyi



napas,



terutamasetelahmakan/minum Terapeutik 1. Posisikansemifowler 2. Pertahankankepatenanjalan napas 3. Lakukanpengisapanjalan napas



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Moyet, LyndaJuall. (2016). BukuSakuDiagnosaKeperawatan. Jakarta: EGC.



Herdman, Heather, dkk. (2016). Diagnosis keperawatandefinisi dan klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta. PenerbitBukuKedokteran EGC. Soetjiningsih. (2016). Asi: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), StandarLuaranKeperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), StandarIntervensiKeperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia



LAPORAN KASUS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. R PADA KASUS MASTITIS DI RUANG IBS RSUD KABUPATEN BINTAN



Oleh YANI LISANDARI, S.Kep 2022149001029



PRESEPTOR AKADEMIK



PRESEPTOR KLINIK



(RIZKI SARI UTAMI MUCHTAR, Ners., M.Kep ) NIDN. 011078402



(Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep) NIP. 19840506 200803 2 002



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AWAL BROS TAHUN AKADEMIK 2022/2023 FORMAT PENGKAJIAN PERIOPERATIF KAMAR BEDAH I. PENGKAJIAN



1. IDENTITAS PASIEN a. Nama Pasien



: Ny. R



b. Tanggal Lahir/ Umur



: 07 Oktober 1994/ 28 tahun



c. Agama



: Islam



d. Pendidikan



: SMA



e. Alamat



: Barek Motor



f. No. CM



: 06-53-14



g. DiagnosaMedis



: Mastitis



2. IDENTITAS ORANGTUA/PENANGGUNGJAWAB a. Nama



: Tn. B



b. Umur



: 32 Tahun



c. Agama



: Islam



d. Pendidikan



: SMA



e. Hubungan dengan Pasien



: Suami



Asal Pasien



: Rawat Inap



A. Pre Operasi 1. Keluhan Utama



: klien mengatakan cemas



2. Riwayat Penyakit



: tidak ada



3. Riwayat operasi



: tidak ada



4. Riwayat alergi



: tidak ada



5. Jenis operasi



: debridemen +PA+Kultur



6. TTV



: suhu : 360C, Nadi : 76 x/menit, Respirasi : 20 x/menit TD : 100/80 mmHg,



7. BB/TB



: 70 KG/160 cm



8. Golongan darah



: O Rhesus Positif



RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL 9. Status Emosional



: kooperatif



10. Tingkat Kecemasan



: Cemas



11. Skala Cemas



: 1 = mengungkapakan kerisauan



12. Skala nyeri menurut VAS (Vusial Analog Scale)



0



1



2



3



4



5



6



7



8



9



Tidak NyeriNyeri Ringan Nyeri v sedang Nyeri Berat. Sangat NyeriNyeri Tak Tertahan



0-1



2-3



4-5



6-7



8-9



10



10



13. Survei Sekunder, lakukan secara headtotoe secara prioritas Normal YA



Jika Tidak Normal Jelaskan



TIDAK



Kepala



v



Leher



v



Dada



v



Abdomen



v



Genitalia



v



Integumen



v



Ekstremitas



v



14. Hasil Data Penunjang 15. Laboratoium Golongan darah : O rhesus positif Nama Pemeriksaan



Hasil



Satuan



Nilai Rujukan



Kimia Klinik Faal hati Albumin



4.2



g/dl



3,5-5,0



Elektrolit Natrium (Na)



141,4



mmmol/ L



136-145



Kalium (K)



3,66



mmmol/ L



3,5-5,1



Clorida (Cl)



102,7



mmmol/ L



98-107



HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS Leukosit



7,6



103/ul



4,5-11,5



Hemoglobin



12,7



g/dl



(L) : 14,0-18,0/(P) : 12,015,0



MCH



27,8



Pg



26-32



MCHC



36,1



g/dl



33-36



Eritrosit



4,58



106/ul



(L) : 4,6-6/(P) : 4-5,4



MCV



76,9



fl



80,0-94,0



Hematokrit



35,2



%



(L) : 40,0-54,0/(P) : 35,049,0



Trombosit Hitung Leukosit



Jenis



258



150-450



3 diff



Limfosit : 25-40



L : 39,3 Mid : 8,0



1-20



Granulosit



%



Segmen Neutrofil : 50-70



(Sg) : 52,7 Masa (BT) Masa



Perdarahan



01”30”



Menit



1-3



Pembekuan



05`00”



Menit



5-15



(CT)



SGOT/AST



23,3



SGPT/ALT



30,0



Kimia Klinik Faal Hati U/L



(L) :