LP Mastitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASTITIS



DISUSUN OLEH:



IDA AYU MADE SINTA DEWI (1302105053)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016



1



A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi / Pengertian Mastitis adalah radang pada payudara yang disebabkan payudara bengkak yang tidak disusun adekuat (Bahiyatun, 2008). Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Mastitis diperkirakan dapat terjadi pada 3-20% ibu menyusui. Dua hal yang perlu diperhatikan pada kasus mastitis adalah pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, mastitis berpotensi meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang masa menyusui bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui (Alasiry, 2012).



Ga mbar 1. Mastitis 2. Epidemiologi/insiden kasus Tahun 2005 Word Health Organisation (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrocustik terus meningkat dimana 12% diantaranya merupakan infeksi payudara berupa mastitis pada wanita pasca post partum. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2008).



2



Menurut Organisasi kesehatan dunia (2008),memperkirakan lebih dari 1,4 juta orang terdiagnosis menderita mastitis. The American Society memperkirakan 241.240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis. Sedangkan di Kanada jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis sebanyak 24.600 orang dan di Australia sebanyak 14.791 orang. Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis mastitis adalah berjumlah 876.665 orang dan di Sumatra Utara berkisar 40-60% wanita terdiagnosis mastitis. Studi terbaru menunjukkan kasus mastitis meningkat hingga 12-35% pada ibu yang puting susunya pecahpecah dan tidak diobati dengan antibiotik. Namun, bila minum obat antibiotik pada saat puting susunya bermasalah kemungkinan untuk terkena mastitis hanya sekitar 5% (Setyaningrum, 2008). 3. Penyebab / faktor predisposisi Penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Adapun faktor predisposisi yang menyebabkan mastitis diantaranya adalah umur paritas, serangan sebelumnya, melahirkan, gizi, faktor kekebalan dalam ASI, stress dan kelelahan, pekerjaan di luar rumah serta trauma (Inch dan Xylander, 2012). Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Gunther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan bahwa infeksi, bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri. Thomsen dan kawan-kawan pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang pentingnya stasis ASI. Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut ini :  stasis ASI, didapatkan 103, yang hanya dapat diobati dengan efektif dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Keterlambatan terapi menyebabkan pembentukan abses pada 11%



kasus, dan hanya 15% kembali



ke laktasi



normal. Sering



mengosongkan payudara yang terinfeksi dengan perawatan lanjut mengurangi resiko pembentukan abses, namun hanya 51% kembali ke laktasi normal. Terapi antibiotik tambahan meningkatkan kembali laktasi normal pada 97% dengan resolusi gejala dalam 21 hari. Tanpa pengeluaran ASI



yang



efektif,



mastitis



noninfeksiosa



sering



berkembang menjadi mastitis infeksiosa, dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses. Berikut ini keterangan mengenai 2 penyebab utama mastitis : a. Stasis ASI Stasis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan atau saat bayi tidak mengisap ASI, yang dihasilkan oleh sebagian atau seluruh payudara. Penyebabnya termasuk pengisapan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan pada saluran ASI. Situasi lain yang mempengaruhi predisposisi terhadap stasis ASI, termasuk suplai ASI yang sangat berlebihan, atau menyusui untuk kembar dua atau lebih. Berikut faktor-faktor penyebab stasis asi :  Bendungan payudara Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir,



sehingga



stasis ASI



terhindarkan.



Pentingnya



pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal mastitis, atau kongesti, untuk mencegah perkembangan penyakit dan pernbentukan abses. Isapan bayi adalah sarana pengeluaran ASI yang efektif. 4







Frekuensi menyusui Tahun 1952, Illingworth



dan



Stone



secara



formal



menunjukkan dalam uji coba dengan kontro1, bahwa insiden stasis asi dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas. Hubungan antara pembatasan frekuensi dan durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak menyusui atau bila bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar 



menyusui semakin lama. Pengisapan pada payudara Pengisapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien, saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Nyeri puting dan puting pecahpecah sering ditemukan bersama dengan mastitis. Penyebab nyeri dan trauma puting yang tersering adalah pengisapan yang buruk pada payudara, kedua kondisi ini dapat terjadi bersama-sama. Selain itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit







dan karena itu mencetuskan stasis ASI dan bendungan. Sisi yang disukai dan pengisapan yang efisien Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu telah dinyatakan bahwa pengisapan yang tidak tepat, yang menyebabkan stasis ASI dan mastitis, lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit







untuk menyusui. Faktor mekanis lain Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu pengisapan pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah. Hal ini juga mengurangi efisiensi



pengeluaran ASI dan predisposisi untuk mastitis. b. Infeksi  Organisme penyebab infeksi



5



Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staph. albus, kadang-kadang ditemukan



Escherichia



coli



dan



Streptococcus, dan



organisme infeksi streptokokal neonatus ditemukan pada sedikit kasus. M.tuberculosis adalah penyebab mastitis lain yang jarang ditemukan. Dalam populasi yang endemik tuberkulosis, M.tuberbulosis dapat ditemukan pada kira-kira 1% dari kasus mastitis dan berkaitan dengan beberapa kasus tonsillitis tuberkulosis pada bayi. Bakteri sering ditemukan dalam ASI dari payudara yang



asimtomatik



di



negara-negara



industri



dan



berkembang. Spektrum bakteri sering serupa dengan yang ditemukan di kulit. Berdasarkan penelitian, hanya 50% biakan



AS1



bersifat



steril,



sedangkan



yang



lain



menunjukkan hitungan koloni "normal" dari 0-2.500 koloni per ml. Oleh karena itu, adanya bakteri dalam ASl tidak selalu menunjukkan terjadinya infeksi, bahkan bila bakteri 



bukan kontaminan dari kulit. Rute infeksi Bagaimana infeksi memasuki payudara belum diketahui. Beberapa jalur telah diduga, yaitu melalui duktus laktiferus ke dalam lobus, dengan penyebaran hematogen dan melalui fisura puting susu ke dalam sistem limfatik periduktal. Frekuensi fisura puting susu telah dilaporkan meningkat dengan adanya mastitis. Mastitis dan puting pecah-pecah terjadi bersamaan karena keduanya dapat mengakibatkan pengisapan yang buruk pada payudara, selain itu, seringkali fisura menjadi titik masuk infeksi.



Sedangkan menurut Saleha (2009) penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut : 1) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat akhirnya terjadi mastitis. 6



2) Putting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. 3) Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmetal engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis. 4) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia akan mudah terkena infeksi. Ada sejumlah faktor yang telah diduga dapat meningkatkan risiko mastitis. Faktor-faktor tersebut kurang penting bila dibandingkan dengan teknik menyusui, yaitu pengisapan yang baik dan pengeluaran ASI yang efektif. a. Umur Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita di bawah usia 21 dan di atas 35 tahun. Studi lain mengidentifikasi wanita berumur 30-34 tahun memiliki insiden mastitis tertinggi, bahkan bila paritas dan kerja purnawaktu telah dikontrol. b. Paritas Primipara ditemukan sebagai faktor risiko pada beberapa studi. c. Serangan sebelumnya Terdapat bukti yang kuat bahwa serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang. Pada beberapa studi, 40-54% wanita pernah menderita satu atau lebih serangan sebelumnya. Hal ini merupakan akibat dari teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki. d. Gizi Faktor gizi sering diduga sebagai predisposisi untuk mastitis, termasuk asupan garam dan lemak yang tinggi, dan anemia, tetapi bukti yang ada bersifat inkonklusif. Gizi yang buruk juga telah diduga, khususnya status mikronutrien yang buruk. e. Stres dan kelelahan Stres dan kelelahan maternal sering dikaitkan dengan mastitis. Ibu dengan mastitis tingkat stres dan kelelahan menjadi faktor utama yang mengarah ke infeksi. f. Pekerjaan di luar rumah Bekerja purnawaktu di luar rumah berkaitan dengan peningkatan risiko mastitis. Penjelasan yang diajukan adalah akibat stasis ASI 7



karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat. g. Faktor lokal dalam payudara Faktor seperti jenis kulit, reaksi kulit terhadap matahari, alergi, ruam, dan pemajanan terhadap suhu dingin tidak tampak mempengaruhi insiden mastitis. Beberapa prosedur seperti penggunaan krim puting susu untuk mencegah mastitis masih tetap bersifat spekulatif. Tidak ada bukti yang mendukung bahwa ukuran payudara meningkatkan risiko mastitis. h. Trauma Trauma pada payudara karena penyebab apa pun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis. i. Puting pecah-pecah, nyeri puting Kerusakan pada epidermis memberikan jalan masuk ke jaringan payudara, meskipun kerusakan bukan prasyarat untuk infeksi payudara. Mastitis dari puting susu yang luka biasanya terjadi di beberapa minggu pertama setelah melahirkan. j. Saluran tersumbat Beberapa wanita berulang kali berkembang menjadi saluran tersumbat, beberapa di antaranya menyebabkan infeksi penuh. Sumbatan ini terlihat sebagai “kepala" putih dan terasa tekanan dan tegang disekitar sumbatan. Pijat yang lembut di atas daerah yang tegang ketika bayi menyusui dari payudara dapat membantu, terutama jika sumbatan baru saja terbentuk. k. Pasokan susu yang banyak dan / atau penurunan jumlah menyusui Perempuan dengan pasokan susu yang berlimpah lebih menyebabkan saluran tersumbat dibandingkan dengan pasokan normal. l. Pembesaran dan stasis Penurunan frekuensi menyusui menyebabkan pembengkakan atau stasis susu. Jarang menyusui dan stasis susu sering dikaitkan dengan mastitis. m. Pemakaian bra yang ketat dan posisi tidur Dapat menghambat sirkulasi ASI



8



4. Patofisiologi terjadinya penyakit (lebih jelas jika disertai pohon masalah) Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena proses infeksi ataupun non infeksi. Namun semuanya bermuara pada proses infeksi. Mastitis akibat proses non infeksi berawal dari proses laktasi yang normal. Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI. Hal ini membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan lancar.Akibatnya mammae menjadi tegang. Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan. Permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa komponen (terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksi. Kondisi ini membuat lubang duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri Staphylococcus aureus dan Strepcococcus sp. Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura/robekan/perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan menjadikan port de entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah infeksi pada jaringan mammae (Prasetyo, Doddy Vuman, 2010). Pathway terlampir. 5. Klasifikasi Mastitis diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu : mastitis puerparalis epidemic, mastitis aninfeksosa, mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa. Dimana keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut (Djamudin, 2009) : a. Mastitis Puerparalis Epidemik Biasanya timbul apabila pertama kali bayi dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini paling sering terjadi dirumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau bekesinambungan strain resisten. b. Mastitis Noninfesiosa 9



Terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh payudara, reproduksi ASI melambat dan aliran terhenti. Namun proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2-3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respon peradangan. c. Mastitis Subklinis Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai dibawah 400 ml/hari. d. Mastitis Infeksiosa Terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh factor imun dalam ASI dan oleh respon-respon inflamasi. Secara normal, ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. 6. Gejala Klinis Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa: a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang terasa nyeri. b. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata. c. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang. d. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit. e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena. Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak karena sumbatan saluran ASI antara lain : a. b. c.



Payudara terasa nyeri Teraba keras Tampak kemerahan



10



d. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah–pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah. Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka, 2001 dalam Anonim, 2013). 7. Pemeriksaan Fisik Menurut Blumstein, Howard dan Amy k, Rontal (2004) pada pemeriksaan dapat ditemukan : a. Inspeksi  Kemerahan pada mammae  Tampak ada luka pada mammae  Bengkak pada mammae  Benjol-benjol pada mammae  Bentuk pisma segitiga tidak beraturan (wedge) pada mammae b. Palpasi  Mammae teraba keras/tegang/indurasi  Nyeri tekan pada daerah yang terinflamasi  Teraba hangat pada mammae yang terinflamasi 8. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium/rontgen. World Health Organization (WHO), (2008) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila: a. pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari b. terjadi mastitis berulang c. mastitis terjadi di rumah sakit d. penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat. 11



Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri. 9. Diagnosis/kriteria diagnosis Diagnosis mastitis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Manuaba, 2008) 10. Terapi/tindakan penanganan a. Farmakologi Penanganan berupa pemanasan local, antiperetik dan analgetik ringan, pengosongan mammae berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa, dan terapi antibiotic oral. Jika terjadi abses, pasien perlu ke rumah sakit untuk mendapatkan antibiotic intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi



perlu



dilakukan



pemeriksaan



histologik



untuk



menyingkirkan keganansan. Walaupun wanita menyusui enggan untuk mengonsumsi obat, wanita dengan mastitis harus didorong untuk mengonsumsi obat yang tepat sesuai indikasi. ( Lisa, H. Amir., 2008) b. Analgesic Pemberian analgesic kemungkinan dapat membantu reflek pengeluaran ASI dan harus diberikan pada pasien mastitis. Agen anti inflamasi seperti ibuprofen lebih efektif untuk mengurang gejala yang berhubungan dengan inflamasi daripada analgesic sederhana seperti paracetamol /aceraminophen. Ibunophen tidak terdeteksi dalam ASI apabila dosis maksimal yang diberikan hanya 1,6g/hari, atau 400mg 3 kali sehari setelah makan. Namun ibupronophen tidak boleh diberikan pada wanita yang memiliki



12



asthma, stomach ulcers, atau alergi terhadap aspirin. ( Lisa, H. Amir., 2008) c. Antibiotic Apabila gejala mastitis masih ringan dan timbul kurang dari 24 jam, penatalaksanaan secara konservatif cukup untuk meredakan gejala. Namun apabila gejalanya tidak membaik dalam waktu 1224 jam atau apabila kondisi menjadi akut, maka harus segera diberikan antibiotic. Pathogen yang paling umum ditemukan pada mastitis adalah penicillin-resistant Staphylococcus aureus. Pemberian antibiotic harus diberikan dalam jangka waktu yang adekuat (10-14 hari). Pemberian dalam jangka waktu yang lebih pendek berhubungan dengan insidensi relaps. ( Lisa, H. Amir., 2008) Antibiotic Erythromycin



Dosis 250-500mg



Flucloxacilin



setiap 6 jam 250mg setiap



Dicloxacilin



6 jam 125-500



mg



setiap jam oral



Memiliki yang terhadap



efek rendah hepar



dibandingkan dengan Flucloxacilin Amoxacilin



250-500



mg



Cephalexin



setiap 8 jam 250-500 setiap



Aman



untuk



6 jam



wanita



dengan



alergi penicillin. d. Pengobatan simtomatik Nyeri harus diobati dengan analgesic. Ibuprofen disebut sebagai antibiotic yang paling efektif, dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Paracetamol adalah pilihan alternative.



13



Istirahat, apabila memungkinkan istirahat di ranjang bersama bayi akan meningkatkan frekwensi pemberian air susu yang mampu membantu mengurangi volume dalam mammae. Pasien mastitis juga harus mengatur diet, seperti berhenti mengkonsumsi kopi karena mengandung methylxantines, dan mengurangi intake lemak ( Lisa, H. Amir., 2008). Sedangkan menurut Varney (2007), penatalaksanaa mastitis adalah sebagai berikut: a. Seringnya menyusui dan mengosongkan payudara untuk mencegah statis. b. Memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya. c. Perhatian yang cermat untuk mencuci tangan dan merawat payudara. d. Pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada saat menyusui untuk memfasilitasi aliran susu. e. Meningkatkan pemasukan cairan f. Istirahat, satu atau dua kali di tempat tidur. g. Membantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan kelelahan dalam kehidupannya. h. Antibiotik, penisilin jenis penicillinase resisten atau cephalosporin. Erythromicin dapat digunakan jika wanita alergi terhadap penisilin. i. Diberi dukungan pada ibu. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian (data Subjektif dan Objektif) Pengumpulan Data Pada pengkajian awal yang perlu dikaji adalah identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tgl masuk, no RM dan diagnosa medis. Kemudian ditambahkan dengan identitas penangguang jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan pasien. Riwayat kesehatan 14



a.



Keluhan utama Pada keluhan utama data yang bisa muncul pada pasien dengan mastitis kemungkinan pasien mengeluh nyeri pada payudara dan



b.



pasien tampak meringis Riwayat Penyakit Sekarang Pada riwayat penyakit sekarang ditanyakan keluhan pasien saat ini. Kemungkinan data yang bisa muncul pada pasien dengan mastitis suhu tubuh meningkat (380C), nyeri pada daerah mammae, bengkak dan merah pada mammae. Jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat, maka dapat timbul berbagai komplikasi



b.



seperti abses payudara, infeksi berulang dan infeksi jamur. Riwayat Penyakit Dahulu Kemungkinan data yang bisa muncul, pasien mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan penyakit yang dialaminya sekarang. Untuk Riwayat penyakit dahulu dapat ditanyakan kepada pasien penyakit menular ataupun penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi keadaannya. Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah, sehingga dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara (mastitis). Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis, adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab terjadinya



c. d.



mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran susu. Riwayat Penyakit Keluarga Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis. Riwayat Ginekologi Pada pasien dengan mastitis ditanyakan kapan menarche, siklus haid dan apakah ada keluhan saat menstruasi. Perlu juga mengkaji riwayat pernikahan, riwayat persalinan, riwayat ANC (Antenatal Nursing Care), dan riwayat kontrasepsi, riwayat kehamilan dan persalinan



Pengkajian pola fungsional Gordon a. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan Sebelum sakit : 15



- Bagaimana pasien menjaga kesehatan? - Apakah pasien mengetahui bagaimana hidup sehat? - Apakah pasien sering olah raga? Saat sakit: -Apakah pasien tahu tentang penyakit yang diderita, penyebab, dan gejalanya? - Apakah pasien mengetahui cara mengatasi, merawat, mengobati penyakit yang diderita? - Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya? - Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit? Kemungkinan pada pasien mastitis pada pola persepsi terhadap kesehatan, sebelum dan selama sakit pasien beranggapan bahwa kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam hidupnya, maka bila pasien sakit, pasien langsung memeriksakan penyakitnya ke puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat. b. Nutrisi dan metabolik Sebelum sakit: - Makan dan minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi? - Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin? Saat sakit: - Apakah klien merasa mual atau muntah atau sulit menelan? - Apakah klien mengalami anoreksia? - Makan dan minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi? Pada pasien dengan mastitis terjadi akumulasi ASI menyebabkan respon peradangan sehingga terjadi pengeluaran sitokin inflamasi ( seperti IL-8) sehingga menyebaban pengeluaran endogen pirogen terjadilah peningatan suhu tubuh dan terjadi hipertermi. Kulit pasien teraba hangat (khususnya pada bagian payudara) dan suhu tubuh 38 oC c. Eliminasi Sebelum sakit: - Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, -



warna, konsistensi, keluhan nyeri? Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil



sehingga berpengaruh pada pernapasan? Saat sakit: - Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak kapan? 16



Pada pasien dengan mastitis pasien tidak mengalami gangguan pada eliminasi . d. Aktivitas dan latihan Sebelum sakit - Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari? - Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas? - Apakah mengalami sesak napas saat beraktivitas? Saat sakit: - Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan -



kesehatan, sebagian, total)? Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)? Pada pasien dengan mastitis perlu dikaji kemampuan ADL seperti makan minum,mandi, toileting mobilisasi di tempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi ROM apakah pasien melakukannya secara mandiri atau dengan bantuan orang lain atau bantuan alat. Adapun skor yang dapat diberikan berkaitan dengan pola aktivitas dan latihan seperti : 0 : Mandiri, 1 : Alat bantu 2 : Dibantu orang lain., 3 : Dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.



e. Tidur dan istirahat Sebelum sakit: - Apakah tidur klien terganggu? - Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ? - Kebiasaan sebelum tidur? - Apakah mengkonsumsi obat sebelum tidur? Saat sakit: - Apakah tidur klien terganggu, penyebab? - Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam)? - Kebiasaan sebelum tidur? Pada pasien dengan mastitis tidak ditemukan adanya gangguan pada pola tidur dan Istirahat. f. Kognitif dan persepsi sensori Sebelum sakit: - Bagaimana menghindari rasa sakit? - Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera dan daya ingat, -



apa saja? Apakah menggunakan alat bantu (kacamata, dll)? 17



Saat sakit: - Bagaimana menghindari rasa sakit? - Apakah mengalami nyeri (P: penyebab rasa nyeri, Q: kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: terdapat didaerah mana, S: skala 0-10, T: -



waktu kejadiannya kapan)? Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja? Apakah merasa pusing? Pada pasien dengan mastitis pasien mengatakan nyeri pada



payudara. Hal ini terjadi karena bendungan payudara atau penghisapan yang buruk atau infeksi menyebabkan aliran vena limfatik tersumbat terjadilah tekanan pada saluran ASI dan peningkatan alveoli yang menyebabkan pelepasan zat-zat imiawi (prostaglandin, histamin, serotonin,bradikinin, substansi F dan lekotrein oleh sel inflamasi) sehingga adanya tranduksi nyeri menyeaan nyeri akut. P: nyeri terasa jika bayi mengisap putting susu, Q : nyeri terasa tertusuk-tusuk , R : daerah yang di rasakan nyeri yaitu di payudara, S : skala nyeri 6, T : nyeri terasa hilang timbul. Disamping itu pasien dengan mastitis mengalami keterlambatan terapi yang diberikan akibat tidak paham dengan gejala sehingga menyeaan defisiensi pengetahuan dimana pasien mengatakan kurang paham mengenai penyakitnya. g. Persepsi dan konsep diri Sebelum sakit: -



Bagaimana klien menggambarkan dirinya?



Saat sakit: -



Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan



-



penyakitnya? Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya? Pada pasien dengan mastitis pola persepsi dan konsep diri pasien tidak mengalami gangguan



h. Peran dan hubungan dengan sesama Sebelum sakit: -



Bagaimana hubungan klien dengan sesama?



Saat sakit: 18



-



Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat,



-



dan dokter)? Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan? Pada pasien dengan mastitis mengalami gangguan pada peran hubungan dengan sesama. Hal ini terjadi karena jalur paraseluler terbuka menyebakan perubahan komposisi ASI sehingga ASI yang diproduksi tida disukai bayi menyebabkan ketidakefektifan pemberian ASI. Pada pasien dengan mastitis Bayi tampak menolak diberikan ASI dan terdapat luka pada puting Ibu.



i. Reproduksi dan seksualitas Sebelum sakit: -



Apakah ada gangguan hubungan seksual pasien? Apakah waktu menstruasi tepat waktu atau tidak?



Saat sakit: -



Apakah ada gangguan hubungan seksual pasien? Pada pasien dengan mastitis biasanya tidak adanya gangguan pada pola reproduksi dan seksualitas .



j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres Sebelum sakit: -



Bagaimana menghadapi masalah? Apakah klien stres dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?



Saat sakit: -



Bagaimana menghadapi masalah? Apakah klien stres dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi? Pada pasien dengan mastitis tidak mengalami pola mekanisme



koping dan toleransi terhadap stres. k. Nilai dan kepercayaan Sebelum sakit: -



Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama? 19



Saat sakit: -



Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan? Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan



-



ajaran Agama yang dianut? Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan kepercayaan? Pada pasien dengan mastitis tidak ditemukan adanya gangguan pada nilai dan kepercayaan.



Pemeriksaan Fisik Menurut Blumstein, Howard dan



Amy k, Rontal (2004) pada



pemeriksaan dapat ditemukan : a. Inspeksi  Kemerahan pada mammae  Tampak ada luka pada mammae  Bengkak pada mammae  Benjol-benjol pada mammae  Bentuk pisma segitiga tidak beraturan (wedge) pada mammae e. Palpasi  Mammae teraba keras/tegang/indurasi  Nyeri tekan pada daerah yang terinflamasi  Teraba hangat pada mammae yang terinflamasi Pemeriksaan Diagnostic/ Penunjang Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa dilakukan mammografi atau biopsy payudara, ultrasound payudara. Mammografi merupakan proses pemeriksaan mammae manusia menggunakan sinar x dosis rendah ( umumnya berkisar 0,7mSv). Biopsy adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsy atau alat kultur ASI, menyediakan koloni bakteri untuk tumbuh. Identifikasi bakteri penyebab dapat dilihat melalui mikroskop. Pada saat yang sama tes dapat dilakukan untuk menentukan antibiotic yang paling efektif untuk melawan bakteri penyebab. Selain itu pemeriksaan darah (WBC) meningkat atau tidak. Meningkatnya WBC sebagai tanda adanya peradangan. (Blumstein, Howard dan Amy k, Rontal., 2004) 20



Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut: b.



Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC



c.



Menggigil



d.



Nyeri atau ngilu seluruh tubuh



e.



Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.



f.



Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin



g.



Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.



Analisa Data Analisa data terlampir



2.



Diagnosis Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (mastitis) ditandai dengan pasien tampak meringis, pasien melaporkan nyerinya di sekitar payudara, skala nyeri 6, nyeri terasa saat bayi mengisap puting susu 2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit mastitis ditandai dengan suhu pasien diatas kisaran normal (38oC), kulit pasien teraba hangat. 3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas pemberian ASI ditandai dengan bayi menolak diberikan ASI dan terdapat lecet pada puting susu ibu. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (gigitan oleh bayi) ditandai dengan adanya lecet pada puting susu ibu. 5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi ditandai dengan pasien mengatakan tidak paham menyenai penyakitnya (mastitis).



21



22



3. Rencana Asuhan Keperawatan No 1



Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Pain Management dengan



agens



(mastitis)



cedera



ditandai



fisik keperawatan selama …. x 24 jam, 1. Mengkaji



dengan diharapkan



terjadi



penurunan



nyeri



komprehensif



melaporkan nyerinya di sekitar dari 6 (1-10).



frekuensi,



saat



puting susu



bayi



mengisap



a. Skala nyeri pasien berkurang dari 6 menjadi kurang dari 6



kualitas



faktor presipitasi. 2. Mengobservasi nonverbal



Pain



termasuk



lokasi, karakteristik, durasi,



terasa



:



secara Management



pasien tampak meringis, pasien skala nyeri dari 6 menjadi kurang payudara, skala nyeri 6, nyeri NOC label: Pain Level



Rasional NIC Label



terhadap



dan



1. Lokasi,



karakteristik,



durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi nyeri



aspek



merupakan



nyeri



dijadikan



hal



yang



ukuran



untuk



yang dirasakan. melihat kondisi klien. de ngan rentangan (1-10). 3. Mengajarkan teknik non 2. Untuk menilai skala nyeri b. Pasien melaporkan bahwa farmakologi: napas dalam, yang dirasakan klien. nyeri berkurang ketika 3. Dapat meminimalisir relaksasi, distraksi, dan menarik napas setelah penggunaan teknik kompres panas atau dingin. melakukan manajemen nyeri 4. Kolaborasikan penggunaan farmakologi untuk c. Menyatakan rasa nyaman analgetik dengan dokter. mengurangi skala nyeri setelah nyeri berkurang 5. Mengeliminasi faktor yang klien. NOC label : Pain Control dapat menyebabkan nyeri. 4. Untuk mengoptimalkan a. Pasien mampu mengontrol 6. Memposisikan klien dalam penanganan nyeri pada dan menangani nyeri (mampu posisi senyaman mungkin. klien.



23



menggunakan



tehnik 7. Menanyakan



nonfarmakologi



untuk



mengurangi bantuan) b. Mampu (skala,



nyeri,



mencari



pada



klien 5. Untuk menurunkan skala



kapan nyeri menjadi lebih buruk



dan



apa



yang



dilakukan mengenali



untuk



nyeri



menguranginya. frekuensi 8. Mengajarkan prinsip



intensitas,



dan tanda nyeri) NOC label: Vital Signs



manajemen nyeri. 9. Berikan kompres



1. Tanda vital dalam rentang



16-20



x/menit,



N



=



60-



dari



hangat



pada pasien



peningkatan skala nyeri. 6. Posisi klien yang nyaman predisposisi. 7. Melihat karakteristik nyeri yang



dialami



Label



:



administration



derajat



nyeri



memberikan medikasi 2. Melakukan



klien, akan



mempengaruhi NIC



Analgesic



tindakan



keperawatan dan diagnosa



yang akan ditegakkan. lokasi, 8. Mempercepat proses



karakteristik, kualitas, dan sebelum pasien



penurunan klien. 9. Kompres pasien



pengecekan



terhadap riwayat alergi 3. Memilih analgesic yang sesuai atau kombinasikan



24



mencegah



sehingga



1. Mengetahui



100x/menit)



dan



dapat meminimalisir faktor



normal ( T = 36,5o C – 37,5o C , TD = 120/80 mmHg, RR =



nyeri



skala



nyeri



hangat



pada



efektif



mengurangi



nyeri



dirasakan pasien.



untuk yang



analgesic saat di resepkan NIC



Label



:



Analgesic



analgesik lebih dari satu administration 4. Memonitor tanda-tanda vital sebelum



dan



setelah 1. Untuk dapat menentukan



diberikan analgesic dengan



medikasi yang tepat agar



satu kali dosis atau tanda



tujuan tercapai maksimal. 2. Untuk mencegah terjadinya



yang tidak biasa dicatat perawat 5. Mengevaluasi dari analgesic



alergi keefektian



ketika



pemberian



medikasi. 3. Untuk mengoptimalkan penggunaan dalam



analgesik



upaya mengurangi



skala nyeri klien. 4. Untuk mengetahui adanya perubahan tanda-tanda vital sebelum



dan



diberikan



setelah analgesic



sehingga dapat menentukan kondisi klien saat ini. 5. Untuk menentukan keberlanjutan



25



pemakaian



2



Hipertermia dengan



berhubungan Setelah



penyakit



dilakukan



tindakan



mastitis keperawatan selama 2 x 24 jam,



ditandai dengan suhu pasien diharapkan



terjadi



penurunan



NIC



label:



Temperature



Regulation a. Memonitor suhu setidaknya setiap 2 jam sekali b. Memonitor tekanan darah,



diatas kisaran normal (38oC), suhu tubuh dengan kriteria hasil: kulit pasien teraba hangat.



denyut nadi, dan rr c. Memonitor warna kulit dan



NOC label: Thermoregulation a. Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,50C b. Nadi dan RR dalam rentang normal. (RR = 16-20 x/menit, N = 60-100x/menit) c. Tidak ada perubahan warna kulit



suhu kulit d. Memberitahukan



indikasi



dari demam dan perawatan darurat yang sesuai e. Gunakan hal-hal



yang



bersifat hangat dan selimut hangat untuk menyesuaikan suhu f. Menyesuaikan lingkungan



yang



suhu pasien



butuhkan g. Berikan antipiretik NIC label: Fever Treatment a. Berikan tindakan



26



analgesik. NIC label:



Temperature



Regulation a. Untuk



mengetahui



perubahan



suhu



tubuh



pasien. b. Untuk memantau kondisi klien



atau



mengindentifikasi masalah dan mengevaluasi respons klien terhadap intervensi. c. Mengetahui perfusi pada kulit pasien. d. Mengatasi



penyebab



hipertermi e. Untuk menyesuaikan suhu tubuh



pasien



bantuan



hal-hal



dengan yang



bersifat hangat dan selimut hangat. f. Mencegah



peningkatan



pengobatan



untuk



mengurangi demam. b. Lakukan tindakan “Water Tepid Sponge” c. Anjurkan



untuk



meningkatkan intake cairan



suhu tubuh pasien g. Memberikan efek



untuk



menurunkan hipertermi NIC label: Fever Treatment a. Untuk penurunan demam pasien secara farmakologis.



melalui oral. d. Monitor IWL



b. Untuk penurunan demam pasien



secara



non



farmakologis c. Agar intake cairan melalui oral



pada



pasien



dapat



meningkat. d. Untuk mengetahui output 3



Ketidakefektifan ASI



berhubungan



pemberian Setelah



diberikan



cairan pasien. NIC Label:



asuhan NIC Label:



dengan keperawatan selama ... x 24 jam, Lactation counseling



diskontinuitas pemberian ASI diharapkan klien dapat menyusu 1. Berikan



Lactation counseling



orang



tua



ditandai dengan bayi menolak dengan lebih baik dengan kriteria



pendidikan



diberikan ASI dan terdapat hasil:



menyusu pada bayi untuk



27



mengenai



1. Untuk



memberikan



pemahaman pada orang tua tentang



pentingnya



lecet pada puting susu ibu.



NOC



Label



:



Breastfeeding



Establishment : Infant 1. Bantuan minimal dalam 5-10 menit sekali menyusu. NOC



Label



:



Konwledge



keputusan 2. Sediakan informasi tentang keuntungan dan kerugian



informasi yang tidak sesuai dan



1. Mengetahui



pengambilan



dari menyusu 3. Perbaiki konsep yang salah,



Breastfeeding manfaat



menyusui. 2. Mengetahui ketentuan asupan cairan untuk ibu 3. Mengetahui



informasi



ketepatan



mengenai



menyusu 4. Berikan dukungan



pemberian ASI 2. Agar orang tua mengetahui keuntungan dan kerugian dari



menyusu



dapat



mengambil



keputusan yang tepat untuk anak 3. Informasi yang salah dapat menyebabkan pengambilan



pada



keputusan ibu 5. Berikan rekomendasi



keputusan yang salah pula 4. Agar ibu yakin dengan keputusan yang diambil 5. Rekomendasi mengenai



tanda-tanda



pendidikan pada orang tua



pasokan ASI yang adekuat 4. Mengetahui posisi bayi yang



mengenai perawatan yang



perawatan



digunakan



untuk



tepat saat menyusui 5. Mengetahui zat ditransfer ke



yang



bayi melalui



ASI.



kebutuhan 6. Evaluasi



sesuai tingkat



pemahaman ibu mengenai



menghisap setelah lahir



dapat



diperlukan memberikan



beberapa



isyarat bayi saat menyusu 7. Evaluasi kemampuan



28



sehingga



pilihan



yang



digunakan



untuk



menentukan



perawatan



yang sesuai pada anak 6. Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman



8. Tentukan pompa



penggunaan payudara



kebutuhan 9. Demonstrasikan



sesuai massage



ibu tentang isyarat bayi saat meyusu 7. Untuk



mengetahui



kemampuan



menghisap



payudara dan diskusikan



bayi setelah lahir, sehingga



keuntungannya



dapat



menentukan



perawatan yang tepat 8. Untuk mengurangi penggunaan



energi



berlebih saat bayi menyusu 9. Untuk meningkatkan 4



Kerusakan berhubungan



integritas dengan



kulit Setelah



dilakukan



tindakan



faktor keperawatan selama …x 24 jam,



mekanik (gigitan oleh bayi) kerusakan integritas kulit klien ditandai dengan adanya lecet dapat berkurang, dengan criteria pada puting susu ibu.



hasil: NOC Label: Tissue Integrity : Skin & Mucous Membran 1. tidak teraba panas pada kulit



NIC Label : Skin Care



Topical



Treatment 1. Kaji keadan kulit pasien (derajat kerusakan integritas) 2. Bersihkan kulit pasien dengan sabun antibakteri 3. Aplikasikan antibiotic topikal



pada



mengalami



29



:



area



yang



kerusakan



suplai air susu NIC Label : Skin Care :



Topical



Treatment 1. derajat kerusakan kulit dapat intervensi



menentukan selanjutnya



yang akan diberikan 2. Sabun antibakteri berguna



untuk



yang terinfeksi 2. Tidak terlihat



integritas adanya 4. Dokumentasikan



menghilangkan bakteri derajat



kemerahan pada kulit klien



kerusakan integritas sebelum



yang terinfeksi 3. Integritas kulit klien dapat



dan sesudah dilakukannya



membaik dibanding keadaan sebelumnya 4. Lesi pada kulit pasien dapat



terapi serta terapi yang telah dilakukan 5. Memonitor warna dan kelembapan kulit NIC label : Skin Surveillance 1. Inspeksi kulit dari tanda



1. Tidak terdapat ruam pada daerah sekitar payudara 2. Tidak terdapat tanda-tanda kerak vesikel



kemerahan,



edema,



dan



mencegah



timbulnya infeksi 3. Antibiotic topical berguna



untuk



mengobati infeksi yang terjadi pada kulit. 4. Mengetahui perubahan



teratasi NOC label: Infection Severity



yang terdapat pada kulit



atau



drainase. 2. Melakukan monitoring kulit dari ruam dan lecet. 3. Monitor infeksi, terutama



yang



terjadi



pasien 5. mendeteksi terdapat suhu



pada



dini



jika



peningkatan kulit



dan



kelembapan kulit



pada area yang edema. NIC label : Skin Surveillance 1. Mengetahui



keadaan



kulit saat ini 2. Monitoring dilakukan



30



untuk



melihat



setiap



perubahan yang terjadi dan adanya



mewaspadai tanda



yang



abnormal pada kulit. 3. Melihat prkmbangan kulit



dan



dapat



melakukan penanganan segera



jika



kulit 5



Defisiensi



pengetahuan



berhubungan



dengan



keadaan semakin



Setelah dilakukan asuhan



NIC Label :



memburuk NIC Label :



keperawatan selama … x 24 jam



Teaching : Disease Process



Teaching : Disease Process



kurangnya pajanan informasi



diharapkan pasien mengetahui



1. Kaji



tingkat



1. Dengan menggali level



ditandai



pasien



penyakitnya dengan criteria



pengetahuan mengenai



paham



hasil :



pengetahuan pasien 2. Jelaskan tentang



mengatakan menyenai (mastitis).



dengan tidak



penyakitnya NOC Label : Knowledge: Disease Process 1. Klien mengetahui penyebab dan faktor yang berkontribusi



31



penyakit yang dialami pasien



(penyebab,



faktor resiko, dampak yang ditimbulkan, gejala



penyakit kepada pasien, perawat dapat melakukan intervensi yang tepat 2. Dengan menjelaskan mengenai patofisiologi



terhadap terjadinya penyakit 2. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit 3. Klien mengetahui risiko 4. Klien



dapat



dan tanda penyakit 3. Tanya kepada pasien usaha apa yang sudah



faktor



menggunakan



strategi untuk meminimalisir laju penyakit 5. Dapat mengetahui



dilakukan



untuk



memenejemen



gejala



yang muncul 4. Jelaskan kepada pasien



dampak



waktu



control



psikososial penyakit pada diri



follow



up



sendiri dan keluarga.



status penyakit NIC



Label



:



mengenai



Teaching pasien



mengenal



karakterisitik dari obat 2. Jelaskan kepada pasien tujuan dan aksi dari obat 3. Jelaskan kepada pasien dosis, rute, dan durasi dari obat



32



klinis nya, diharapkan pasien tidak bingung lagi mengenai penyakitnya 3. Membantu pasien dalam memanajemen gejala yang muncul tanpa menggunakan terapi lainnya untuk mengatasi gejala tersebut 4. Waktu follow up



Prescribed Medication 1. Instruksikan untuk



serta



penyakit dan manifestasi



merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan diingat pasien karena dengan follow up dan control dapat mengetahui status penyakit pasien. NIC



Label



:



Teaching



Prescribed Medication 1. tujuan dari mengenal



4. Jelaskan kepada pasien



karakteistik obat adalah



tanda dan gejala dari



mengajarkan pasien tentang



kelebihan dosis



obat agar nantinya terapi dapat dilanjutkan di rumah dengan tepat. 2. Memberikan informasi kepada pasien tentang setiap obat yang dikonsumsi oleh pasien. 3. Mendapatkan terapi yang benar sesuai dengan dosis, rute, serta durasiobatobatan. 4. Mengajarkan pasien mengenali reaksi obat yang memerlukan penanganan segera



33



34



4 Implementasi Keperawatan Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah ditentukan. 5 Evaluasi No 1



Nyeri



Diagnosa Keperawatan Evaluasi akut berhubungan dengan S : Pasien mengatakan bahwa rasa



agens cedera fisik (mastitis) ditandai



nyeri berkurang terutama saat



dengan



meringis,



menarik nafas dan merasakan



pasien melaporkan nyerinya di sekitar



lebih nyaman setelah nyeri



payudara, skala nyeri 6, nyeri terasa



berkurang.



pasien



tampak



saat bayi mengisap puting susu



O : Skala nyeri pasien berkurang dari 6 menjadi kurang dari 6 dalam rentangan 1-10. Nadi pasien dalam rentang normal (60-70x/menit) A : Tujuan tercapai.



2



Hipertermia



berhubungan



P : Pertahankan kondisi pasien dengan S : Pasien mengatakan sudah tidak



penyakit mastitis ditandai dengan



demam lagi.



suhu pasien diatas kisaran normal O : Suhu tubuh pasien dalam (38oC), kulit pasien teraba hangat



rentang normal 36,5 – 37,50C, nadi dan RR dalam rentang normal (RR = 16-20 x/menit, N = 60-100x/menit) dan tidak terdapat perubahan warna kulit A : Tujuan tercapai.



3



Ketidakefektifan



pemberian



P : Pertahankan kondisi pasien ASI S : Pasien mengatakan sudah dapat



berhubungan dengan diskontinuitas



menyusui



pemberian ASI ditandai dengan bayi



memerlukan bantuan minimal



menolak diberikan ASI dan terdapat



dalam menyusui.



35



dengan



baik



dan



lecet pada puting susu ibu.



O : pasien tampak mengerti dengan



informasi



diberikan



manfaat



mengenai



ketentuan



yang menyusui asupan



cairan untuk ibu, tanda-tanda pasokan ASI yang adekuat, posisi bayi yang tepat saat menyusui dan mengetahui zat yang ditransfer ke bayi melalui ASI. A : Tujuan tercapai. 4



Kerusakan



integritas



P : Pertahankan kondisi pasien kulit S : Pasien mengatakan tidak



berhubungan dengan faktor mekanik



terdapat rasa panas pada kulit,



(gigitan oleh bayi) ditandai dengan



tidak



adanya lecet pada puting susu ibu



terdapat lsi dan tidak terdapat



terdapat



ruam,



tidak



edema. O : tidak terdapat



ruam pada



daerah sekitar payudara dan tidak terdapat tanda-tanda kerak vesikel A : Tujuan tercapai. 5



P : Pertahankan kondisi pasien Defisiensi pengetahuan berhubungan S : Pasien mengatakan mengetahui dengan kurangnya pajanan informasi



penyebab



dan



faktor



yang



ditandai dengan pasien mengatakan



berkontribusi



tidak paham menyenai penyakitnya



terjadinya penyakit, mngetahui



(mastitis).



tanda dan gejala dari penyakit,



terhadap



mengetahui faktor risiko, dan pasien



mengatakan



menggunakan



strategi



dapat untuk



meminimalisir laju penyakit. O : pasien tampak lebih aman dan 36



nyaman. A : Tujuan tercapai. P : Pertahankan kondisi pasien



37