LP Gangguan Aktivitas Dan Istirahat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS DAN LATIHAN PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN DASAR PROFESI



Disusun oleh: ANDHIRIYANTO NS: SN181012



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2019



LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASARA AKTIVITAS DAN LATIHAN A. KONSEP DASAR 1. Definisi Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja.Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat. Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Wartonah, 2011). 2. Anatomi Sistem Muskuloskeletal Alat gerak manusia yaitu sendi, rangka, dan otot.Dari ketiganya tersebut memiliki fungsi masing-masing dan masih terbagi menjadi beberapa macam alat gerak. Jika dari salah satu alat gerak tersebut tidak berfungsi maka dapat menyebabkan kelainan yang berhubungan dengan tulang yang kurang normal (Campbell dkk,2008). a. Otot Otot disebut alat gerak aktif karena otot memiliki senyawa kimia yaitu protein aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin.Dengan aktomiosin inilah otot dapat bergerak. Sehingga pada saat otot menempel pada tulang dan bergerak dengan otomatis tulang juga akan bergerak. Dengan memiliki aktomiosin ini maka otot mempunyai sifat yang lentur atau fleksibel dan mempunyai kemampuan untuk memendekkan serabut ototnya (pada saat kontraksi) dan memanjangkan serabut ototnya (pada saat relaksasi/kembali pada posisi semula).



Otot inilah yang menggerakan rangka.Dalam kehidupan seharihari, otot inilah yang disebut dengan daging.Adapun sendi merupakan penghubung antar tulang dalam tubuh (Robert dkk, 2008). b. Tulang Tulang merupakan alat gerak pasif.Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak mampu melakukan pergerakkannya sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel pada tulang, maka tulang-tulang pada manusia dan hewan akan diam dan tidak dapat membentuk alat pergerakan yang sesungguhnya. Walaupun merupakan alat gerak pasif tetapi tulang mempunyai peranan yang besar dalam sistem gerak manusia dan hewan (Waluyo dan Wahono, 2015).  Tulang selain berfungsi sebagai kerangka penopang sistem muskuloskeletal, pendukung lokomotif dan pelindung organ vital, juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan sebagian besar kalsium (Ca) tubuh, berperan mempertahankan Ca darah dalam kisaran normal melalui keseimbangan antara resorpsi tulang oleh osteoklas dan pembentukan tulang oleh osteoblas selama proses remodeling tulang (Hartiningsih, dkk. 2012). Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya pada tubuh.Terdiri atas hampir 50 persen air.Bagian padat selebihnya terdiri atas berbagai bahan mineral, terutama garam kalsium 67 persen, dan bahan seluler 33 persen (Pearce, 2011).Skelet atau rangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga  berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan lunak untuk otot-otot kerangka (Pearce, 2011). Kerangka aksial (kerangka sumbu) terdiri atas kepala dan badan, termasuk tulang-tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada dan igaiga dan tulang hioid.Sedangkan kerangka apendikular terdiri atas gelang bahu, anggota gerak (anggota gerak atas dan danggota gerak bawah) dan gelang panggul (Pearce, 2011). Tulang-tulang kerangka diklasifikasikan sesuai



dengan



bentuk



dan



formasinya



(Pearce,



2011)



tulang



diklasifikasikan menurut bentuknya terbagi atas: 1) Tulang panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari diafisis dan epifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan. Tulang panjang atau tulang pipa terutama dijumpai pada anggota gerak. Setiap tulang panjang terdiri



atas bagian batang dan dua bagian ujung. Tulang pipa bekerja sebagai alat ungkit tubuh dan memungkinkannya bergerak (Pearce, 2011). 2) Tulang pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas. Tulang pendek. Contohnya yang baik dapat dilihat pada tulang-tulang karpalia ditangan dan tarsalia di kaki. Tulang-tulang itu sebagian besar terbuat dari jaringan tulang jarang karena memerluka sifat yang ringan dan kuat. Tulang-tulang ini diselubungi jaringan padat tipis. Karena kuatnya, tulang pendek mampu mendukung seperti tampak pada pergelangan tangan (Pearce, 2011). 3) Tulang pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi untuk memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan memberikan perlindungan. Tulang pipih terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dengan ditengahnya lapisan tulang seperti spons. Tulang ini dijumpai ditempat yang memerlukan perlindungan, seperti pada tulang tengkorak, tulang inominata tulang panggul atau koksa, iga-iga, dan skapula (tulang belikat). Tulang pipih menyediakan permukaan luas untuk kaitan otot-otot, misalnya skapula (Pearce, 2011).  4) Tulang ireguler, yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan struktur tulang yang sama dengan tulang pendek. Tulang tak beraturan tidak dapat dimasukkan dalam salah satu dari ketiga kelas tadi. Contoh tulang tak beraturan adalah vertebra dan tulang wajah (Pearce, 2011). 5) Tulang sesamoid, yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi persendian yang bersendian yang bersambungan dengan kartilago, ligament, atau tulang lainnya. Tulang sesamoid termasuk kelompok lain. Tulang ini berkembang dalam tendon otot-otot dan dijumpai pada sendi. Patela adalah contoh yang terbesar jenis ini (Pearce, 2011). Menurut Waluyo dan Wahono (2015), berdasarkan jaringan penyusunnya dan sifat-sifat fisik tulang, dibagi menjadi : 1) Tulang rawan Ada 3 jenis tulang rawan, yaitu : tulang rawan hialin, tulang rawan elastin dan tulang rawan serabut. 2) Tulang keras



Tulang keras atau yang sering disebut sebagai tulang berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Tulang tersusun atas : Osteoblas, osteosit dan osteoklas. 3) Tulang rawan hialin Tulang rawan hialin terdiri atas serabut kolagen yang terbenam dalam bahan dasar yang bening seperti kaca dan ulet.Kuat dan elastis dan dijumpai menutupi ujung tulang pipa sebagai tulang rawan sendi.Juga pada tulang rawan iga, pada hidung, laring, trakea dan pada bronkus supaya tetap terbuka. Juga membentuk tulang rawan sementara yang yang kemudian akan dibentuk menjadi tulang. Pada embrio dan janin yang sedang tumbuh bertugas sebagai penyangga sementara untuk mendukung jaringan lainnya sampai terbentuk tulang yang menggantikannya.Sel tulang rawan hialin pada dasarnya disusun dalam kelompok-kelompok kecil didalam matriks yang kuat (Pearce, 2011). 4) Tulang elastik Tulang elastik sering disebut tulang rawan elastik kuning sebab mengandung



sejumlah



besar



serabut



elastik



berwarna



kuniing.Terdapat pada daun telinga, epiglotis, dan tabung Eustakhius (faringotimpanik).Bila ditekan atau dibengkokkan terasa lentur dan cepat kembali ke bentuk semula (Pearce, 2011).Tulang rawan fibrosa terbentuk oleh berkas-berkas serabut dengan tulang rawan tersusun diantara berkas serabut itu dan dijumpai ditempat yang memerlukan kekuatan besar. Tulang rawan fibrosa memperdalam rongga dari cawan-cawan tulang, seperti asetabulum (cawan) dari tulang koksa (tulang panggul) dan rongga glenoid dari skapula. Tulang rawan brosa juga membentuk tulang rawan interartikuler, seperti pada tulang rawan semilunar pada lutut., dan tulang rawan penghubung, seperti pada diskus intervertebralis tulang belakang, serta bantalan tulang rawan pada simfisis pubis (Pearce, 2011). c. Artikulasi Artikulasi



adalah



antartulang.Akan



tetapi,



istilah



untuk



menyatakan



pada



umumnya



orang



hubungan



lebih



sering



menggunakan istilah persendian daripada istilah artikulasi.Sebuah artikulasi



terdiri



atas



dua



atau



lebih



tulang



yang



berhubungan.Berdasarkan keleluasaan dalam bergerak, terdapat tiga jenis persendian pada manusia, yaitu sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis. Sinartrosis adalah hubungan antartulang yang rapat sehingga tidak memungkinkan pergerakan sama sekali. Kedua tulang dihubungkan oleh jaringan ikat atau tulang rawan.Contoh persendian sinartrosis adalah hubungan antartulang yang membentuk tengkorak kepala.Persendian sinartrosis dapat dibagi menjadi dua, yaitu sinkondrosis dan sinfibrosis.Disebut sinkondrosis jika antara kedua ujung tulang dihubungkan oleh tulang rawan (kartilago), contohnya sendi sutura pada tengkorak kepala.Sementara itu, disebut sinfibrosis jika kedua ujung tulang dihubungkan oleh serabut jaringan ikat, contohnya akar gigi. Pada



persendian



amfiartrosis,



kedua



ujung



tulang



yang



berhubungan dilapisi oleh tulang rawan hialin.Bantalan tulang rawan hialin cukup tebal.Di bagian luar, kedua tulang tersebut diikat oleh jaringan ikat longgar.Struktur pada amfiartrosis masih memungkinkan pergerakan yang terbatas.Artinya, pergerakan tersebut hanya sebatas gerak mendekat dan menjauh antara kedua tulang.Contoh persendian ini adalah hubungan antartulang belakang. Sedangkan pada diartrosis Kedua ujung tulang pada persendian diartrosis dihubungkan oleh jaringan ikat longgar sehingga tulang-tulang dalam persendian tersebut dapat bergerak dengan leluasa.Antara jaringan ikat longgar dan tulang-tulang yang membentuk persendian terdapat ruang yang berisi cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas. Menurut (Ahmad.2003) Berdasarkan arah gerakan yang dihasilkan persendian diartrosis, persendian ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis seperti berikut:  Sendi peluru mampu melakukan gerakan ke banyak arah. Sendi ini merupakan



sendi



yang



paling



bebas



melakukan



gerakan.



Contohnya: Sendi gelang bahu dan sendi gelang panggul  Sendi putar mampu melakukan gerakan berputar yang bertumpu pada satu sumbu. Contoh:  Tulang atlas dengan tulang tengkorak, tulang pengumpil dengan tulang hasta dan tulang betis dengan tulang kering



 Sendi engsel Hubungan antartulang di mana ujung-ujungnya seperti engsel dan berbentuk lekukan. Gerakan sendi ini mempunyai 1 poros.  Contoh: Siku, Lutut, Ruas-ruas jari.  Sendi elipsoid Mirip dengan sendi peluru, hanya saja sendi elipsoid memiliki bonggol dan ujung-ujung tulangnya tidak membulat, tetapi sedikit oval. Oleh karena itu, gerakan yang dihasilkan lebih terbatas dibandingkan dengan sendi peluru. Contoh: hubungan antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan.  Sendi pelana adalah hubungan antartulang yang kedua ujung tulangnya membentuk hubungan mirip seperti pelana dan tubuh orang yang menunggangi kudanya. Contoh: sendi yang dibentuk oleh tulang-tulang telapak tangan dan tulang pergelangan tangan  Sendi luncur adalah hubungan antartulang yang kedua ujung tulangnya sedikit rata sehingga terjadi gerakan menggeser. Contohnya



persendian



yang



dibentuk



oleh



tulang-tulang:



pergelangan tangan, pergelangan kaki dan antar tulang selangka.  Selain dari 6 macam sendi diatas, Campbell et al (2010:288) menuliskan ada sendi peluru.Sendi peluru, tempat humerus kontak dengan gelang bahu dan tempat femur kontak dengan gelang panggul, memungkinkan



kita



untuk



merotasi



lengan



dan



kaki



serta



menggerakkkannya ke sejumlah bidang. Menurut Waluyo dan Wahono (2015), macam-macam gerak terdiri dari : fleksi dan ekstensi, abduksi dan adduksi, elevasi dan depresi, supinasi dan pronasi, inversi dan eversi. 3. Fisiologi pergerakan Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system musculoskeletal dan system persarafan. a. Sistem Musculoskeletal berfungsi sebagai 1) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh 2) Melindungi bagian tubuh tetentu seperti hati, ginjal, otak dan paruparu 3) Tempat melekatnya otot dan tendon 4) Sumber mineral seperti garam dan posfat 5) Tempat produksinya sel darah b. Sistem Otot Berfungsi Sebagai : 1) Pergerakan 2) Membentuk postur



3) Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi 4. Etiologi Menurut Hidayat (2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebgai berikut: a. Kelaianan postur b. Gangguan perkembangan otot c. Kerusakan system saraf pusat d. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular e. Kekauan otot 5. Patofisiologi Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah : a. Kerusakan Otot Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot.Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya. b. Gangguan pada skelet Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi.Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya. c. Gangguan pada sistem persyarafan Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak.Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank e organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi. 6. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan. 7. Pemeriksaan penunjang



a. Pemeriksaan Fisik 1) Mengkaji skelet tubuh



2)



3)



4)



5)



Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang. Mengkaji tulang belakang  Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)  Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)  Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan) Mengkaji system persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi Mengkaji system otot Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot. Mengkaji cara berjalan



Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson). 6) Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. 7) Mengkaji  fungsional klien  Kategori tingkat kemampuan aktivitas TINGKAT AKTIVITAS/ MOBILITA KATEGORI S 0



Mampu merawat sendiri secara penuh



1



Memerlukan penggunaan alat



2



Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain



3



Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan



4







Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan



Rentang gerak (range of motion-ROM) DERAJAT RENTANG NORMAL



GERAK SENDI Bahu



Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh.



180



Siku



Fleksi: angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu.



150



Pergelangan tangan



Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.



80-90



Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi



80-90



Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin



70-90



Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas.



0-20



Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking telapak tangan menghadap ke atas.



30-50



Tangan dan jari



Fleksi: buat kepalan tangan



90



Ekstensi: luruskan jari



90



Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin



30



Abduksi: kembangkan jari tangan



20



Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi



20







Derajat kekuatan otot PERSENTASE SKAL KEKUATAN NORMAL A (%)



KARAKTERISTIK



0



0



Paralisis sempurna



1



10



Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat



di palpasi atau dilihat







2



25



Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan



3



50



Gerakan yang normal melawan gravitasi



4



75



Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal



5



100



Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh



KATZ INDEX AKTIVITAS



KEMANDIRIAN (1 poin) TIDAK ADA pemantauan, perintah ataupun didampingi



KETERGANTUNGAN (0 poin) Dengan pemantauan, perintah, pendampingan personal atau perawatan total



MANDI



(1 poin) Sanggup mandi sendiri tanpa bantuan, atau hanya memerlukan bantuan pada bagian tubuh tertentu (punggung, genital, atau ekstermitas lumpuh)



(0 poin) Mandi dengan bantuan lebih dari satu bagian tuguh, masuk dan keluar kamar mandi. Dimandikan dengan bantuan total



BERPAKAIAN



(1 poin) Berpakaian lengkap mandiri. Bisa jadi membutuhkan bantuan unutk memakai sepatu



(0 poin) Membutuhkan bantuan dalam berpakaian, atau dipakaikan baju secara keseluruhan



TOILETING



(1 poin) Mampu ke kamar kecil (toilet), mengganti pakaian, membersihkan genital tanpa bantuan



(0 poin) Butuh bantuan menuju dan keluar toilet, membersihkan sendiri atau menggunakan telepon



PINDAH POSISI



(1 poin) Masuk dan bangun dari tempat tidur / kursi tanpa bantuan. Alat bantu berpindah posisi bisa diterima



(0 poin) Butuh bantuan dalam berpindah dari tempat tidur ke kursi, atau dibantu total



KONTINENSIA (1 poin)



(0 poin)



Mampu mengontrol secara Sebagian atau total baik perkemihan dan buang inkontinensia bowel dan air besar bladder MAKAN



(1 poin) Mampu memasukkan makanan ke mulut tanpa bantuan. Persiapan makan bisa jadi dilakukan oleh orang lain.



(0 poin) Membutuhkan bantuan sebagian atau total dalam makan, atau memerlukan makanan parenteral



Total Poin :  6 = Tinggi (Mandiri);  4 = Sedang;