LP Gangguan Menstruasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MENSTRUASI



NAMA : ULFIANA GESTI YUSMANDITA NIM



: 19020092



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL 2019/2020



1.1 Latar belakang Menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam (endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik, kecuali pada saat hamil. Sedangkan siklus menstruasi adalah sejak hari pertama haid sampai datangnya haid periode berikutnya, lamanya 3-6 hari dengan siklus normal 21-40 hari yang terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi. Gangguan menstruasi adalah perdarahan yang tidak normal dalam hal panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid (Manuaba, 2012). 1.3 Jenis-jenis gangguan haid a. Hipermenore (Menorraghia) Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. b. Hypomenorhoe (kriptomenorrhea) Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya. Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma. c. Polimenorea (Epimenoragia) Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa. d. Oligomenorrhoe Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari e. Amenorea Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Klasifikasi Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.



1



2



f. Metroragia Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Klasifikasi Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik. Metroragia diluar kehamilan. g. Dismenore Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas. Klasifikasi Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri



haid yang terjadi sejak menarche dan tidak



terdapat kelainan pada alat kandungan. 1.4 Etiologi Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan – keadaan stress dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik. Siklus menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan psikologik wanita. Banyak penyebab gangguan haid , yaitu berdasarkan kelainan yang dijumpai seperti: a. fungsi hormon terganggu haid terkait dengan system hormone yang diatur otak, tepatnya dikelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis terjadi gangguan pada menstruasi. b. Kelainan sistemik Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haid karena sistem metabolism di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem merabolisme sehingga haid pun tidak teratur.



c. Stress Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan menurun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Jika metabolisme terganggu, haid pun juga ikut terganggu. d. Kelenjar gondok Terganggunya fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menyebabkan tidak teraturnya haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu. e. Hormon prolaktin berlebih Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala. 1.4 Patofisiologi 1.



Fase Folikuler Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.



2.



Fase ovulasi Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.



3.



Fase Luteal Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian



besar



progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG. Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu : 1. Fase Menstruasi atau dekuamasi Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjarkelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari. 2. Fase pasca haid atau fase regenerasi Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang



tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari. 3. Fase Proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. 4. Fase pra haid atau fase sekresi Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.



1.5 Pathway



Ketidakstabilan FSH dan LH



An ovulasi Tidak ada corpus cluteum dan progesteron Endomatrium berpoliferasi



Follicle tidak terbentuk Estrogen perdarahan



1.6 Manifestasi klinis Manifestasi gangguan menstruasi menurut Baziad 2012: a. Nyeri Merupakan tanda khas yang paling sering ditemukan pada disminorea b. Kelemahan Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenora, pms, disminorea c. Pusing Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, amenorea d. Muntah Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, disminorea e. Spotting (bercak) Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, metroragia f. Kram perut Biasanya terjadi pada gangguan menstruasi hipermenorea, amenorea 1.7 Pemeriksaan Penunjang 1.



Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika



2.



Sitologi vagina



3.



Tes toleransi glukosa



4.



Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise



5.



Kerokan uterus



6.



Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid



7.



Laparoskopi



8.



Pemeriksaan kromatin seks



9.



Pemeriksaan kadar hormon



1.8 Komplikasi Komplikasi yang dapat muncul karena gangguan haid, antara lain: 1.



Anemia Defisiensi Besi Gangguan menstruasi yang menetap dapat menyebabkan kehilangan zat besi kronis pada 30 persen kasus. Remaja sering kali mengalami hal tersebut. Hingga



20 persen dari pasien dalam kelompok usia ini yang mengalami menorrhagia juga mengalami masalah pada pembekuan darah. 2.



Keganasan Endometrium Sekitar 1-2 persen wanita dengan menstruasi anovulasi yang tidak ditatalaksana dengan baik dapat mengalami kanker endometrium.



3.



Infertilitas Infertilitas sering berhubungan dengan kejadian anovulasi kronis, dan dengan atau tanpa adanya produksi androgen berlebih. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK), obesitas, hipertensi kronis, dan diabetes melitus tipe 2 sering kali memiliki resiko terjadinya infertilitas.



1.9 PENATALAKSANAAN a. Amenorea Penatalaksanaan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Pengobatan di berikan bergantung pada penyebab amenorea. Terapi hormonal dan konseling sebagai gangguan konsep diri dapat diberikan kepada pasien Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya. Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi (amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk merangsang perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat tumor tesebut. b.



Oligomenorea



Penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita oligomenorea akan disesuaikan dengan penyebabnya. Oligomenorea yang terjadi pada tahun-tahun pertama setelah haid pertama dan oligomenorea yang terjadi menjelang menopause tidak memerlukan pengobatan yang khusus. Sementara oligomenorea yang terjadi pada



gangguan nutrisi dapat diatasi dengan terapi nutrisi dan akan didapatkan siklus menstruasi yang reguler kembali. Pada



umumnya,



disamping



mengatasi



faktor



yang



menjadi



penyebab



timbulnya,penderita oligomenorea juga akan diterapi dengan menggunakan terapi hormone.Jenis hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis hormon yang mengalami penurunan dalam tubuh (yang tidak seimbang). Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. c. Polimenorea Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus menerus.Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan. d. Menoragia atau Hipermenore Pengobatan menorrhagia sangat tergantung kepada penyebabnya. Untuk memastikan penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim, pemeriksaan USG, dan lain sebagainya. Jika menoragia diikuti oleh adanya anemia, maka zat besi perlu diberikan untuk menormalkan jumlah hemoglobin darah. Terapi zat besi perlu diberikan untuk periode waktu tertentu untuk menggantikan cadangan zat besi dalam tubuh. Selain itu, menorrhagia juga dapat diterapi dengan pemberian hormon dari luar, terutama untuk menorrhagia yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Terapi hormonal yang diberikan iasanya berupa obat kontrasepsi kombinasi atau pill kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron. Menorrhagia yang terjadi akibat adanya mioma dapat diterapi dengan melakukan terapi hormonal atau



dengan pengangkatan mioma dalam rahim baik dengan kuretase ataupun dengan tindakan operasi. e. Hipomenorea Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit (