Makalah Gangguan Menstruasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Defenisi B. Etiologi C. Patofisiologi D. Manifestasi Klinik a. Hipermenorea (Menoragia) Gejala menoragia antara lain : pendarahan fase menstruasi yang berlebihan, pendarahan diantara dua siklus haid, nyeri menjelang pada abdomen bagian bawah, dan lesu. Gejala yang lain menyertai antara lain sakit kepala, kelemahan, kelelahan dan kesemutan pada kaki dan tangan. b. Hipomenorea Hipomenorea merupakan perdarahan haid yang jumlahnya sedikit, ganti pembbalut 1- kali perhari, dan lamanya lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya (1-2 hari) (Purwadi dkk, 2016). c. Polimenorea Gejala umum terjadinya polimenorea antara lain: a) Siklus haid yang pendek (kurang dari 21 hari). b) Frekuensi menstruasi yang meningkat (lebih dari 1-2 kali dalam sebulan). c) Durasi menstruasi yang panjang. d) Dapat juga disertai dengan peningkatan volume darah menstruasi. e) Pasien dengan kondisi polimenorea dapat mengalami kondisi anemia. d. Oligomenorea Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya terdapat 4-9 periode dalam 1 tahun, Haid yang tidak teratur dengan jumlah



yang tidak tentu, dan pada beberapa wanita yang mengalami oligomenore terkadang juga mengalami kesulitan untuk hamil. e. Amenorea Tanda dan gejala yang muncul adalah tidak terjadi haid, produksi hormone esterogen menurun, nyeri kepala dan badan lemah. Tanda dan gejala tergantung dari penyakitnya : a) Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tndatanda puber seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketek serta perubahan bentuk tubuh. b) jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning seckness dan pembesaran perut. c) jika penyebabnya dalah kadar hormn tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. d) Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat, perut buncit, dan lengan serta tungkai atas lurus. Gejala lainya biasa ditemukan sakit kepala, galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui), gangguan penglihatan, penurunan atau penambahan berat badan yang bearti, vagina yang kering, Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pla pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara. f. Premenstrual Tension (Tegangan Prahaid) Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung



terus sampai haid berhenti. Gejala-gejala yang tidak seberapa berat banyak dijumpai, terutama pada wanita berumur antara 30 dan 45 tahun. Keluhankeluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomia, nyeri kepala, mudah tersinggung, sukar tidur, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mamma, dan sebagainya. Sedangkan pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut diatas. g. Mastalgi Gejala mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid. Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relative dari kadar estrogen. Pada pemeriksaan harus diperhatikan adanya radang atau neoplasma. h. Mittelschmerz Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan, tetapi mungkin juga berat. Lamanya mungkin hanya beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2-3 hari. Rasa nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, yang kadang-kadang sangat sedikit berupa getah berwarna coklat, sedang pada kasus lain dapat merupakan perdarahan seperti haid biasa. i. Dismenorea Gejala klinis dismenorea primer dapat berupa nyeri yang bersifat kolik. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri



tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang dan dapat bersamaan dengan mual, muntah, diare, sakit kepala, dan keluhan psikis (sensitif), low back pain, nyeri paha di medial atau anterior. Secara khas onset dalam 6-12 bulan setelah menarche, nyeri pelvis atau perut bawah dimulai dengan onset haid dan berakhir selama 8-72 jam (Smith, 2004). Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenorea sekunder yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan dengan perut besar/kembung (abdominal bloating), pelvis terasa berat, dan nyeri punggung. Secara khas, nyeri meningkat secara progresif selama fase luteal sampai memuncak sekitar onset haid (Smith, 2004). E. Diagnosis a. Menoragia Untuk mendiagnosis penyakit menoragia, pertama dilakukan dengan anamnesis atau riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, barulah dokter akan melakukan



pemeriksaan



fisik.



Selanjutnya



dilakukan



pemeriksaan



laboratorium seperti kadar besi serum, tes darah lengkap, hingga fungsi tiroid, dan hormonal. Pemeriksaan ini berupa sonohysterography (sonografi saline-infus), Papanicolaou (Pap) smear, atau histeroskopi. Bisa pula ultrasonografi panggul hingga biopsi endometrium (EMB). Diagnosis



gangguan



menstruasi



ditujukan



untuk



mencari



kemungkinan penyebab. Pertama-tama tentunya melalui wawancara terarah



dengan pasien dan pemeriksaan fisik. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk memeriksa langsung organ reproduksi. Setelah itu, bergantung pada tanda dan gejala yang ditemukan, pemeriksaan tambahan yang mungkin diperlukan adalah: a) Tes kehamilan, untuk memastikan apakah gangguan menstruasi disebabkan oleh kehamilan atau tidak. b) Tes darah, untuk mencari ada tidaknya anemia, masalah perdarahan, infeksi, atau fungsi tiroid. c) USG, untuk melihat kondisi rahim, indung telur, dan rongga panggul. d) Pap smear, dilakukan untuk mendeteksi infeksi atau kanker serviks. e) Biopsi endometrium. Jika diperlukan, sebagian jaringan rahim diambil untuk dianalisis lebih lanjut. f) Sonohisterogram, yaitu prosedur USG dengan menyuntikan cairan ke dalam rahim, sehingga gambaran dinding rahim dapat divisualisasi. b. Hipomenorea Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. c. Polimenorea Diagnosis polimenorea dilakukan dengan melakukan anamnesis melalui pemantauan beberapa parameter, seperti lama siklus periode mentruasi, durasi menstruasi, maupun volume darah selama menstruasi.



Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah lengkap, USG (untuk memastikan tidak adanya kelainan organ), serta pemeriksaan kadar hormon reproduksi, seperti progesteron, LH, FSH, dan prolactin. d. Oligomenorea Oligomenore biasanya didiagnosis dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, tes darah, dan pemeriksaan USG perut, Sitologi vagina, Pemeriksaan metabolism basal atau T3 dan T4, Pemeriksaan kromatin seks, Pemeriksaan kadar hormone, pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofisis. Pemeriksaan fisik yang dilakukan seperti pemeriksaan wajah dan leher, payudara, serta perut, dan pemeriksaan panggul. Selanjutya, dilakukan pemeriksaan rektovaginal (pemeriksaan dalam) yaitu dengan memasukkan jari ke dalam vagina dan anus untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan pada area tersebut, dengan menggunakan sarung tangan dan gel untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan vagina menggunakan alat spekulum untuk melihat apakah ada kelainan di bagian dalam vagina dan mulut rahim. Jika belum pernah melakukan hubungan seksual maka akan dilakukan diagnosis dengan menggunakan metode lain. Bila belum dapat memastikan



diagnosis



oligemenore,



biasanya



akan



menganjurkan



pemeriksaan penunjang berupa : Pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ada tanda perdarahan, kekurangan nutrisi, terjadi infeksi atau peradangan, dan lain-lain.



a) Pemeriksaan darah untuk mendeteksi kadar hormon dan fungsi tiroid. b) Pemeriksaan urin untuk mendeteksi tanda kehamilan, infeksi, atau penyakit menular seksual. c) Pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi tanda kanker mulut rahim dan biopsi untuk mendeteksi kanker jenis lain dari sistem reproduksi. Selain itu, juga dianjurkan pemeriksaan USG perut dan panggul serta pemeriksaan CT-scan atau MRI. e. Amenorea Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul maupun tes kehamilan harus dilakukan untuk menjauhkan dari diagnose kehamilan. Tes darah yang dapat dilakukan untuk mengecek kadar hormone antara lain : a) Follicle Stimulating Hormone (FSH) b) Luteinizing Hormone (LH) c) Plactin Hormone d) Serum hormone sepetri hormone testosteron e) Tyroid stimulating, meliputi biopsy endometrium, tes genetic, MRI< dan CT scan. f. Premenstrual Tension (Tegangan Prahaid) Biasanya dilakukan diagnosis berdasarkan keluhan pasien dengan gejala-gejala yang dialami oleh pasien tersebut. g. Mastalgia Jika ada kelainan pada payudara melalui pemeriksaan fisik, maka akan dilakukan pemeriksaan yang berupa :



a) Mammografi, digunakan untuk memeriksa kelainan payudara, misalnya benjolan atau penebalan pada jaringan payudara, menggunakan foto Rontgen. b) USG mammae (USG payudara) biasanya dilakukan bersamaan atau sesudah



mammografi,



untuk



memastikan



nyeri



payudara



tidak



disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti fibroadenoma atau fibrokistik payudara. c) Biopsi payudara, biasanya akan diambil sampel jaringan payudara untuk kemudian dianalisis di laboratorium. h. Mittelschmerz Diagnosis dibuat berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak mengejang, tidak menjalar, dan tidak disertai mual dan muntah. Penanganan umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang bersangkutan. i. Dismenorea Dismenorea primer adalah diagnosa klinis, berdasarkan riwayat karakteristik gejala dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan tidak terdapat kelainan pelvis seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterus atau penyakit kronis inflamasi pelvis. Secara umum, tes laboratorium dan laparaskopi tidak dibutuhkan untuk diagnosis, tetapi USG transvaginal dapat sangat membantu untuk mengidentifikasi mioma uterus, endometrioma dan adenomiosis pada dismenorea sekunder.



Usia saat menarche dan onset dismenorea, interval antar menstruasi, volume dan durasi menstruasi, serta gejala bercak antar menstruasi atau premenstruasi adalah riwayat menstruasi yang perlu diperhatikan. Selain itu hubungan antara onset nyeri dan onset menstruasi, derajat dan lokasi nyeri, dan gejala lain seperti mual, muntah, diare, nyeri punggung, atau sakit kepala juga perlu diketahui. Hal lain yang perlu ditanyakan pada pasien adalah sejauh mana rasa nyeri mengganggu kegiatan sehari-hari (pekerjaan, sekolah, atau olahraga), penggunaan obat obatan dan efektifitasnya, progres derajat nyeri dari waktu ke waktu, serta kemunculan nyeri selain saat menstruasi. Riwayat-riwayat inilah yang umumnya dapat membedakan perempuan dengan dismenorea primer maupun sekunder. Onset nyeri pada wanita dengan dismenorea primer dilaporkan sebelum usia 25 tahun, sedangkan perempuan dengan adenomiosis mempunyai onset nyeri setelah usia 35 tahun serta nyeri pelvis kronis yang tidak berkala. Perempuan dengan endometriosis umumnya mengalami nyeri di luar waktu menstruasi dan sering mengalami bercak premenstruasi, dispareunia, efektifitas yang terbatas dari terapi obat-obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dan peningkatan derajat keparahan dari waktu ke waktu. Obat-obat NSAID sangat efektif dalam mengurangi nyeri pada dismenorea primer, nyeri yang sulit diatasi oleh NSAID menunjukkan bahwa terdapat kelainan pelvis. Pada perempuan dengan dismenorea sekunder yang berhubungan dengan kelainan pelvis, pemeriksaan pelvis dapat menunjukkan keadaan



normal, tetapi umumnya menunjukkan keadaan tidak normal yang memberikan petunjuk pada penyebab utama. Pemeriksaan pada kasus mioma menunjukkan pembesaran uterus dengan kontur ireguler, sedangkan pada kasus endometriosis bisa terdapat stenosis servikal dan pembesaran ovarium, serta pada kasus adenomiosis sering dihubungkan dengan uterus yang tebal, globuler dan lunak. F. Tanda dan Gejala G. Tatalaksana Terapi



DAFTAR PUSTAKA Purwadi, Astuti B., dan Utomo F., 2016. Sistem Pakar Diagnosis Gangguan Menstruasi Berbasis Web Service dengan Metode Forward Chaining. Conference on Information Technology, Information System and Electrical Engineerin. ISBN: 978-602-60280-1-3. Smith, Roger P, et al. 2012. Patien Information : painful menstrual periods (dysmenorrheal) (beyond the basic).