LP Guillain Barre Syndrome [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SYNDROME GUILLAIN – BARRE



A. Definisi Guillain-Barre Syndrome (GBS) adalah sekumpulan gejala yang merupakan suatu kelainan system kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karakterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motoric yang sifatnya progresif (Wijayanti, 2016). Menurut Centers of Disease Control and Prevention (2012) GBS adalah penyakit langka di mana system kekebalan seseorang menyerang system syaraf tepi dan menyebabkan kelemahan otot bahkan apabila parah bisa terjadi kelumpuhan. Hal ini terjadi karena susunan syaraf terpi yang menghubungkan otak dan sumsum belakang dengan seluruh bagian tubuh kita rusak. Kerusakan system syaraf tepi menyebabkan sistem ini sulit menghantarkan rangsang sehingga ada penurunan respon sistem otot terhadap kerja sistem syaraf. B. Klasifikasi Guillain-Barre Syndrome (GBS) ini memiliki beberapa subtipe, diantaranya : 1. Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy (AIDP) dengan patologi klimis demielinisasi perifer multifaktoral yang dapat dipengaruhi baik oleh mekanisme humoral ataupun imun seluler.



2. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN) disebabkan oleh adanya antibodi yang terbentuk dalam tubuh yang melawan gangliosida. 3. Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN) memiliki mekanisme yang sama dengan AMAN tetapi terdapat proses degenerasi aksonal sensoris, sehingga pada kasus ini sering ditemukan gangguan pada sensoris. 4.



Miller Fisher Syndrome (MFS) terjadi proses demielinisasi, dimana antibody Imunoglobulis G merusak gangliosida. MFS merupakan kasus yang jarang terjadi,yang memiliki gejala yang khas berupa kelemahan pada wajah, badan, dan ekstremitas yang terjadi pada 50% kasus.



5. Acute Autonomic Neuropathy mekanisme terjadinya belum jelas dimana kasus ini sangat jarang terjadi. Gejala berupa gejala otonom khususnya pada kardiovaskuler dan visual, kehilangan sensoris juga pada kasus ini. C. Etiologi Penyebab GBS awalnya tidak diketahui sehingga penyakit ini mempunyai nama lain AIDP atau polyneuritis idiopatik akut. Bersama jalannya waktu diketahui bahwa GBS dapat disebabkan oleh kerusakan sistem kekebalan. Kerusakan sistem kekebalan tersebut menimbulkan pembengkakan syaraf peripheral, sehingga mengakibatkan tidak adanya pesan dari otak untuk melakukan gerakan yang dapat diterima oleh otot yang terserang. D. Manifestasi Klinis Menurut Taslim (2017) Umumnya pasien akan mengalami satu kali serangan, berlangsung selama beberapa minggu kemudian berhenti spontan untuk kemudian



pulih kembali. Kerusakan myelin menyebabkan gangguan fungsi saraf perifer yakni: motorik, sensorik dan otonom. Manifestasi klinis yang utama adalah kelemahan otot-otot pernapasan yang dapat menimbulkan kematian. E. Perjalanan Penyakit GBS Perjalanan penyakit GBS dapat dibagi menjadi 3 fase (Willson, 2016) : 1. Fase Progresif Umumnya berlangsung 2-3 minggu, sejak timbulnya gejala awal sampai gejala menetap, dikenal sebagai titik nadir. Pada fase ini akan timbul nyeri, kelemahan progresif dan gangguan sensorik; derajat keparahan gejala bervariasi tergantung seberapa berat serangan pada penderita. Kasus GBS yang ringan mencapai nadir klinis pada waktu yang sama dengan GBD yang lebih berat, tetapi secepatnya akan mempersingkat transisi menuju fase penyembuhan, dan mengurangi risiko kerusakan fisik yang permanen. 2. Fase Platean Fase infeksi akan diikuti oleh fase plateau yang stabil, dimana tidak didapati baik perburukan berhenti,



namun



ataupun



perbaikan



gejala.



Serangan



telah



derajat kelemahan tetap ada sampai dimulai fase



penyembuhan. Terapi ditujukan terutama dalam memperbaiki fungsi yang hilang atau mempertahankan fungsi yang masih ada. Perlu monitoring



tekanan



darah,



irama



jantung,



pernafasan,



dilakukan nutrisi,



keseimbangan cairan, serta status generalis. Imuno terapi dapat dimulai di fase ini. Penderita umumnya sangat lemah dan membutuhkan istirahat,



perawatan khusus, serta fisioterapi. Pada pasien biasanya didapati nyeri hebat akibat saraf yang meradang serta kekakuan otot dan sendi; namun nyeri ini akan hilang begitu proses penyembuhan dimulai. Lama fase ini tidak



dapat



diprediksikan;



beberapa



pasien langsung



mencapai



fase



penyembuhan setelah fase infeksi, sementara pasien lain mungkin bertahan di



fase plateau selama



beberapa



bulan,



sebelum



dimulainya



fase



penyembuhan. 3. Fase Penyembuhan Biasanya pada fase ini terjadi perbaikan dan penyembuhan spontan. Sistem imun berhenti memproduksi antibody yang menghancurkan myelin, dan gejala berangsur-angsur menghilang, penyembuhan saraf mulai terjadi. Terapi pada fase ini ditujukan terutama pada terapi fisik, untuk membentuk otot pasien dan mendapatkan kekuatan dan pergerakan otot yang normal, serta mengajarkan penderita untuk menggunakan otot-ototnya secara optimal. Kadang masih di dapati nyeri, yang berasal dari sel-sel saraf yang beregenerasi. Lama fase ini juga bervariasi, dan dapat muncul relaps. Kebanyakan penderita mampu bekerja kembali dalam 3-6 bulan, namun pasien lainnya tetap menunjukkan gejala ringan sampai waktu yang lama Derajat



setelah penyembuhan (memakan penyembuhan tergantung



dari



waktu



2



derajat



tahun



untuk



kerusakan



pulih).



saraf yang



terjadi pada fase infeksi, dan penyembuhan bisa saja tidak lengkap



F. G. Daftar Pustaka Wijayanti, Sri. (2016). Aspek Klinis dan Penatalaksanaan Guillain-Barre Syndrome. RSUP SANGLAH. Taslim, A. (2017). Penatalaksanaan Nutrisi pada Pasien Guillain-Barre Syndrome Dengan Gagal Napas, Sepsis dan Gizi Kurang. Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin.